• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis serta Angka Kepadatan Lalat di RSUD Dokter Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis serta Angka Kepadatan Lalat di RSUD Dokter Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai Tahun 2016"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda cair, padat dan gas.

Rumah sakit tidak hanya menghasilkan sampah biasa, namun juga menghasilkan sampah infeksius dan sampah medis lainnya yang dapat mengganggu kesehatan dan salah satu media penyebaran penyakit. Jika tidak diolah dengan benar, maka limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dapat mencemari lingkungan. Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit dan upaya penanggulangan penyebaran penyakit. Sanitasi lingkungan rumah sakit juga perlu diperhatikan secara cermat. Sanitasi lingkungan yang baik akan berdampak kepada penghuni rumah sakit juga kepada masyarakat sekitar (Pruss, 2005).

(2)

(LPKL, 2009). Namun pengelolaan limbah medis yang berasal dari rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan maupun laboratorium medis di Indonesia masih di bawah standar professional.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Nepal menyimpulkan bahwa sistem pengelolaan sampah di Rumah Sakit Narayani Sub Regional belum dilakukan pemisahan sampah rumah sakit, semua sampah rumah sakit dikumpulkan dalam satu tempat, tempat sampah tidak tertutup, pengangkutan menggunakan kantong plastik yang tidak tertutup rapat memungkinkan terjadinya tumpahan yang berbahaya bagi kesehatan. Tidak terdapat fasilitas ruang penyimpan sampah sementara. Tenaga pengelola sampah kurang memperdulikan tempat penyimpanan limbah infeksius, dan insenerator sudah tidak digunakan lagi. Departemen ruamh tangga belum menjalankan fungsinya dengan baik. Rumah sakit harus mengembangkan perencanaan manajemen pengelolaan sampah sesuai dengan petunjuk pengelolaan limbah nasional. Pelatihan tenaga maupun organisasi pengelola sampah harus dikembangkan di seluruh bagian (Abor & Bouwer, 2007)

(3)

tahapan pengangkutan sampah menggunakan rute jalur yang sama dengan jalur pengunjung dan karyawan, menggunakan areal tanaman yang diubah fungsinya sebagai pembuangan dan pembakaran sampah non medis dari kegiatan taman atau kebun (Kuswanto, 2000).

Jumlah limbah medis yang bersumber dari fasilitas kesehatan diperkirakan semakin lama semakin meningkat. Penyebabnya yaitu jumlah rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, maupun laboratorium medis yang terus bertambah. Pada Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 menyebutkan bahwa jumlah rumah sakit di Indonesia mencapai 1.632 unit. Fasilitas kesehatan lain diperkirakan jumlahnya akan terus meningkat dan tidak dijelaskan berapa jumlah yang tepat (Kepmenkes RI, 2011).

Menurut Astuti dan Purnama (2014), bahwa rumah sakit di Indonesia memproduksi limbah padat sebesar 376.089 ton/hari dan produksi limbah cair 48,985,70 ton/hari, sehingga dari gambaran tersebut dapat diperkirakan besarnya kemungkinan potensi limbah rumah sakit untuk mencemari lingkungan dan kemungkinan mengakibatkan kecelakaan serta penularan penyakit jika tidak dikelola dengan. Pada penelitian tahun 2013 terhadap 100 rumah sakit di Jawa dan Bali rata- rata menghasilkan limbah sebesar 3,2 kg/tempat tidur/hari. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa produksi limbah padat berupa limbah padat non medis sebesar 76,8% dan limbah padat medis sebesar 23,25%.

(4)

sebesar 76,8% dan limbah medis padat sebesar 23,2%. Pada penelitian tahun 2014 menunjukkan bahwa rumah sakit di Indonesia memproduksi limbah padat sebesar 376.089 ton/hari dan produksi limbah cair 48.985,70 ton/hari, sehingga dari gambaran tersebut dapat diperkirakan besarnya kemungkinan potensi limbah rumah sakit untuk mencemari lingkungan dan kemungkinan mengakibatkan kecelakaan serta penularan penyakit jika tidak dikelola dengan benar (Astuti dan Purnama, 2014).

Penanganan limbah padat juga cukup berpengaruh terhadap kehidupan vektor, bakteri patogen dan binatang pengganggu. Limbah yang tidak terkelola dengan baik dapat menjadi tempat berkembang biak dan bersarangnya bermacam-macam vektor penyakit, seperti: lalat, kecoa, protozoa, dan helminthes dimana lalat ini sangat cepat berkembang dan gemar pada sampah.

Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur merupakan rumah sakit tertua dan juga menjadi rumah sakit rujukan dari 8 Puskesmas, 13 Puskesmas Pembantu dan 18 Pos Kesehatan Kelurahan. Berdasarkan surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 303/Menkes/SK/IV/1987 telah ditetapkan Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur menjadi Rumah Sakit Tipe C dengan jumlah tempat tidur sebanyak 115 buah.

(5)

Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur juga tidak berfungsi optimal sebagaimana mestinya serta limbah padat medis dan non medis yang dibuang ke TPS(Tempat Penampungan Sementara) masih tercampur. Dalam kegiatan pengelolaan limbah padat non medis juga ditemukan vektor lalat di sekitar tempat sampah rumah sakit. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin mengetahui pengelolaan limbah padat medis dan non medis serta angka kepadatan lalat di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur Tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah

Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur selama ini telah melakukan pengelolaan limbah padat. Namun ketika melakukan survei pendahuluan peneliti masih menemukan kesenjangan dalam mengelola limbah padat medis dan non medis antara lain: tidak adanya label/logo pada tempat penampungan limbah padat medis dan non medis, keadaan insenerator di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur juga tidak berfungsi optimal sebagaimana mestinya, limbah padat medis dan non medis yang dibuang ke TPS(Tempat Penampungan Sementara) masih tercampur serta terdapat vektor lalat di tempat sampah ruang rawat inap rumah sakit.

(6)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pengelolaan limbah padat medis, non medis serta tingkat kepadatan lalat di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Mansyur Kota Tanjungbalai Tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui profil Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai.

2. Untuk mengetahui kebijakan pengelolaan limbah padat medis dan non medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai. 3. Untuk mengetahui karakteristik limbah padat medis dan non medis seperti

sumber dan volume timbulan limbah padat medis dan non medis yang dihasilkan di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur.

4. Untuk mengetahui sistem pengelolaan limbah padat medis dan non medis yang meliputi: metode penampungan, pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah.

5. Untuk mengetahui tingkat kepadatan lalat di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur.

1.4 Manfaat penelitian

(7)

2. Bagi peneliti: penelitian yang dilakukan dapat menjadi pengalaman dan menambah wawasan yang berguna dalam penerapan ilmu yang sudah di dapatkan dari perkuliahan.

Referensi

Dokumen terkait

Ana Indarwati. Pertanggungjawaban Pengelolaan Limbah Medis Padat di RSUD Dr. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Moewardi Surakarta

penghancur limbah medis padat, namun belum memiliki pelaporan per-semester hasil pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup berdasarkan dokumen lingkungan yang

Moewardi Surakarta dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan mengetahui hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat.. Penelitian ini

Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa penambahan abu limbah medis padat infeksius dengan komposisi yang sesuai pada campuran bahan dalam pembuatan produk

Pengelolaan limbah medis padat puskesmas se kota Pekanbaru telah dilakukan mulai dari tahap pemilahan, pengumpulan, penampungan dan pengangkutan, namun pada tahap

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN MASA KERJA PETUGAS KESEHATAN DENGAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI RSUD DATU SANGGUL KABUPATEN TAPIN TAHUN 2022 Lianawidy Sihite¹, Achmad Rizal