Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS DAN NON MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER TENGKU
MANSYUR KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2016
(Lembar Wawancara Untuk Kepala Bagian IPLRS)
Identitas Informan
Nama Responden :
Jenis Kelamin :
Umur :
Jabatan :
Jumlah tempat tidur :
Jumlah rata-rata pasien rawat inap per hari : Jumlah rata-rata pasien rawat jalan perhari :
I. Kebijakan Rumah Sakit
1. Apakah ada kebijakan yang mendasari pengelolaan limbah padat medis dan non medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur? Jika ada sebutkan!
II. Sarana dan Prasarana
1. Fasilitas dan peralatan apa saja yang disediakan rumah sakit dalam membantu melancarkan proses pengelolaan limbah padat ?
2. Apakah berbagai fasilitas dari peralatan yang disediakan dapat berfungsi sebagaimana mestinya ?
III. Karakteristik Limbah Padat Rumah Sakit
1. Unit pelayanan/ ruangan apa saja penghasil limbah padat medis ? 2. Unit pelayanan/ruangan apa saja penghasil limbah padat non medis ? 3. Jumlah rata-rata produksi limbah padat per hari di rumah sakit
a. Limbah padat medis : kg per hari
PEDOMAN WAWANCARA
PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS DAN NON MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER TENGKU
MANSYUR KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2016
(Lembar Wawancara Untuk Petugas Kebersihan Rumah Sakit)
Identitas Informan
Nama Responden :
Jenis Kelamin :
Umur :
Jabatan :
I. Pengelolaan Limbah Padat Medis Rumah Sakit
a. Penampungan dan Pengumpulan
1. Apakah ada tempat penampungan limbah padat medis di rumah sakit, berapa jumlahnya ?
2. Berapa jarak penempatan antara tempat sampah satu dengan tempat sampah lainnya ?
3. Siapa yang melakukan pemilahan atau pemisahan limbah padat medis menurut jenis dan sifat sebelum dibuang ?
4. Apakah tempat sampah yang tersedia dilapisi dengan kantong plastik yang berbeda-beda warnanya berdasarkan jenis sampah ?
b. Pengangkutan
1. Siapa yang mengangkut limbah padat medis rumah sakit, berapa orang ? 2. Berapa kali limbah padat medis rumah sakit tersebut diambil dalam
sehari?
3. Kapan jadwal pengangkutan limbah padat medis rumah sakit dilakukan ? a. Pagi hari ( jam ...-...)
b. Siang hari ( jam...-...) c. Sore hari (jam ....-...)
4. Pernahkah terjadi penumpukan limbah padat medis rumah sakit di dalam tempat dan terlambat diambil oleh petugas pengelola ?
5. Dimanakah biasanya limbah padat medis tersebut dipindahkan setelah dikumpulkan, sementara menunggu pengangkutan ?
6. Berapa jumlah trolley limbah medis yang tersedia ? 7. Berapa jumlah trolley limbah medis dioperasikan ? 8. Melewati jalur manakah trolley limbah medis ?
9. Apakah dipisahkan trolley pengangkut limbah padat medis dan limbah padat non medis ?
c. Pembuangan Akhir
1. Apakah limbah padat medis di pisahkan pembuangannya dengan limbah padat non medis?
2. Apakah terdapat insenerator di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai?
II. Pengelolaan Limbah Padat Non Medis Rumah Sakit
a. Penampungan dan Pengumpulan
1. Apakah ada tempat penampungan limbah padat non medis di rumah sakit, berapa jumlahnya ?
2. Berapa jarak penempatan antara tempat sampah satu dengan tempat sampah lainnya ?
3. Siapa yang melakukan pemilahan atau pemisahan limbah padat non medis menurut jenis dan sifat sebelum dibuang ?
4. Apakah tempat sampah yang tersedia dilapisi dengan kantong plastik yang berbeda-beda warnanya berdasarkan jenis sampah ?
5. Apakah tempat sampah yang telah dipakai dibersihkan atau dicuci, menggunakan apa?
b. Pengangkutan
1. Siapa yang mengangkut limbah padat non medis rumah sakit, berapa orang ?
2. Berapa kali limbah padat non medis rumah sakit tersebut diambil dalam sehari?
3. Kapan jadwal pengangkutan limbah padat non medis rumah sakit dilakukan ?
4. Pernahkah terjadi penumpukan limbah padat non medis rumah sakit di dalam tempat dan terlambat diambil oleh petugas pengelola ?
5. Dimanakah biasanya limbah padat non medis tersebut dipindahkan setelah dikumpulkan, sementara menunggu pengangkutan ?
6. Berapa jumlah trolley limbah non medis yang tersedia ? 7. Berapa jumlah trolley limbah non medis yang dioperasikan ? 8. Melewati jalur manakah trolley limbah non medis ?
9. Apakah dipisahkan trolley pengangkut limbah padat medis dan limbah padat non medis ?
c. Pembuangan Akhir
1. Apakah limbah padat medis di pisahkan pembuangannya dengan limbah padat non medis?
2. Apakah TPS Rumah Sakit terbuat dari beton yang mudah dibersihkan serta tidak mengganggu kenyamanan masyarakat yang tinggal disekitar area Rumah Sakit?
Lampiran 2
LEMBAR OBSERVASI
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS DAN NON MEDIS
1. Penampungan dan Pengumpulan Limbah Padat Medis
Item Ya Tidak
Tempat sampah limbah medis dan non medis terpisah
Tempat sampah limbah medis memakai tutup
Tempat sampah limbah medis kedap air
Tempat sampah limbah medis tahan karat
Tempat sampah limbah medis anti tusuk
Tempat sampah limbah infeksius dan sitotoksis didesinfeksi setelah dikosongkan
Tempat penampungan/kantong plastik limbah sangat infeksius berwarna kuning
Tampungan limbah infeksius, patologi dan anatomi menggunakan plastiik berwarna kuning
Tampungan sampah sitotoksis menggunakan plastik berwarna ungu
Tampungan sampah limbah kimia dan farmasi menggunakan plastik berwarna coklat
Tampungan limbah domestik dilapisi plastik berwarna hitam
2. Pengangkutan Limbah Padat Medis
Item Ya Tidak
Trolley pengumpulan limbah padat medis dan non medis dipisahkan
Trolley pengangkut limbah padat medis yang digunakan dalam keadaan baik dan tidak bocor
Trolley pengangkut limbah padat medis yang digunakan kedap air
Trolley pengangkut limbah padat medis yang digunakan memiliki tutup
Trolley pengangkut limbah padat medis yang digunakan mudah dibersihkan dan dikosongkan
Trolley pengangkut limbah padat pakiran/halaman berbeda dengan limbah padat ruangan
Trolley pengangkut limbah padat medis diberi tanda/logo
Terdapat jalur khusus pengangkut limbah
Limbah padat medis dibuang ke tempat pembuangan sementara (TPS)
3. Pemusnahan dan Pembuangan Akhir Limbah Padat Medis
Item Ya Tidak
Rumah Sakit memiliki Insenerator
Limbah padat medis dibakar di Insenerator
Pemusnahan limbah infeksius, sitotoksis dan farmasi dengan Insenerator (suhu 1000oC)
LEMBAR OBSERVASI
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS DAN NON MEDIS
1. Penampungan dan Pengumpulan Limbah Padat Non Medis
Item Ya Tidak
Dilakukan pemisahan limbah padat non medis kering dan basah
Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, dan tahan karat
Tempat sampah mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan
Tampungan limbah padat non medis dilapisi plastik berwarna hitam
Plastik tampungan sampah memiliki keterangan domestik berwarna putih
Limbah padat non medis tidak dibiarkan melebihi 3x24 jam
2. Pengangkutan Limbah Padat Non Medis
Item Ya Tidak
Limbah padat non medis tidak dibiarkan melebihi 3x24 jam
Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari jika 2/3 bagian telah terisi
Trolley pengangkut limbah padat non medis yang digunakan dalam keadaan baik dan tidak bocor
Trolley pengangkut limbah padat non medis yang digunakan kedap air
memiliki tutup
Trolley pengangkut limbah padat non medis yang digunakan mudah dibersihkan dan dikosongkan
Trolley pengangkut limbah padat non medis diberi tanda/logo
Limbah padat non medis dibuang ke tempat pembuangansementara (TPS)
3. Tempat Pembuangan Sementara dan Pembuangan Akhir Limbah Padat Non Medis
Item Ya Tidak
Tempat pembuangan sementara sampah harus kedap air, tertutup dan mudah dibersihkan
Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut limbah
Limbah padat non medis dibuang ke TPA1 kali/hari
Limbah padat non medis dibuang ke TPA yang ditetapkan PEMDALampiran 3
LEMBAR OBSERVASI
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT (Sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004)
NO Variabel pengelolaan Limbah Padat (bobot 10) skor maksimal 100
Bobot Nilai Skor (%) bobot x nilai Ket
1. Tempat limbah kuat,tahan karat,kedap air, dengan penutup dan kantong plastik dengan warna dan lambang sesuai pedoman
10 20 0 TMS
2. Tempat pengumpulan dan penampungan limbah sementara didesinfeksi setelah dikosongkan
10 15 15 MS
3. Diangkut ke Tempat Penampungan Sementara > 2 kali/hari dan ke Tempat Pembuangan akhir > 1 kali/hari
10 5 5 MS
4. Pemusnahan limbah padat infeksius, sitotoksis, dan farmasi dengan insenerator ( suhu >1000oC) atau khusus untuk sampah infeksius dapat distrerilkan dengan autoclave atau radiasi microwave sebelum dibuang ke landfill
10 25 0 TMS
5. Bagi yang tidak punya insenerator ada moU antara RS dan pihak yang melakukan pemusnahan limbah medis
10 20 0 TMS
6. Limbah domestik dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir yang ditetapkan Pemerintah Daerah
10 5 5 MS
7. Sampah radioaktif ditangani sesuai peraturan yang berlaku
10 10 0 TMS
Total Skor
250 x 100% TMS
Lampiran 4
LEMBAR OBSERVASI
KEPADATAN LALAT DI RSUD DOKTER TENGKU MANSYUR
No
Ruang-an
Pengukuran 30 detik ke
Rata-Rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Ruang
Inap Kelas III
3 5 4 5 5 4 6 2 1 3 5
2. Ruang Farmasi
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3. Ruang Obygyn
3 0 1 3 2 3 3 1 2 2 2,8
4. Ruang Laborato
rium
2 3 1 1 3 2 1 2 2 2 2,4
5. Ruang Instalasi
Gizi
4 6 6 5 2 3 6 6 7 5 6,2
6. Ruang Bedah
1 0 0 1 0 2 0 1 1 1 1,2
7. Ruang Adminis
Trasi
Lampiran 5
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 1204/MENKES/SK/X/2004
TENTANG
PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
IV. PENGELOLAAN LIMBAH
A. Pengertian
1. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah
sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.
2. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk
padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat
dan non-medis.
3. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,
limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah
kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi.
4. Limbah padat non-medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di
rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur,perkantoran, taman, dan
5. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia
beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
6. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan
pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator,
anastesi, dan pembuatan obat citotoksik.
7. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme patogen yang
tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan
virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
8. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan stock bahan
sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yang telah
diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.
9. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan
dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai
kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
10. Minimasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk mengurangi
jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduce),
menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle)
B. Persyaratan
1. Limbah Medis Padat
a. Minimasi Limbah
1) Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber.
2) Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia
yang berbahaya dan beracun.
4) Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari
pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari
pihak yang berwenang.
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang
1) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah.
2) Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang
tidak dimanfaatkan kembali.
3) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan
terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan
tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat
membukanya.
4) Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.
5) Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses
sterilisasi sesuai Tabel I.10. Untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus
dilakukan tes Bacillus stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus
dilakukan tes Bacillus subtilis.
Tabel I.10
Metode Sterilisasi Untuk Limbah yang Dimanfaatkan Kembali
Metode sterilisasi Suhu Waktu Kontak
Sterilisasi dengan panas
- Sterilisasi kering dalam oven
- “poupinel”
- Sterilisasi basah dalam autoclave
160oC
170oC
121oC
120 Menit
60 Menit
30 Menit
Sterilisasi dengan bahan kimia
- Glutaraldehyde 30 Enit
6) Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali. Apabila
rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah jarum
hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode
sterilisasi pada Tabel I.10
7) Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan
wadah dan label seperti Tabel I.11
8) Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan perak
yang dihasilkan dari proses film sinar X.
Tabel I.11
Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya
No Kategori Warna kontainer/kantong
plastik
Lambang Keterangan
1. Radioaktif Merah Kantong boks
timbal dengan simbol radioaktif
2. Sangat Infeksius
Kuning Kantong plastik
kuat, anti bocor, atau kontainer
yang dapat di sterilisasi dengan
otoklaf 3. Limbah
Infeksius, Patologi dan
Anatomi
Kuning Plastik kuat dan
4. Sitotoksis Ungu Plastik kuat dan anti bocor atau
container
5. Limbah Kimia dan Farmasi
Coklat
-Kontainer plastik kuat dan anti
bocor
9) Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan diberi
label bertuliskan ” Limbah Sitotoksis”.
c. Pengumpulan, Pengangkutan, dan Penyimpanan Limbah Media Padat di
Lingkungan Rumah Sakit
1) Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah
menggunakan troli khusus yang tertutup.
2) Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim
hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.
d. Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan ke Luar Rumah Sakit
1) Pengelola harus mengumpulkan dan mengmas pada tempat yang kuat.
2) Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus.
e. Pengolahan dan Pemusnahan
1) Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat
pembuangan akhir limbah domestik sebelumaman bagi kesehatan.
2) Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan
dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan
pemanasan menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan
2. Limbah Medis Non Padat
a. Pemilahan dan Pewadahan
1) Pewadahan limbah padat non-medis harus dipisahkan dari limbah medis padat
dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
2) Tempat Pewadahan
a. Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong plastik warna
hitam sebagai pembungkus limbah padat dengan lambang ”domestik” warna
putih
b. Bila kepadatan lalat disekitar tempat limbah pada melebih 2 (dua) ekor per-block
grill, perlu dilakukan pengendalian padat.
b. Pengumpulan, Penyimpanan, dan Pengangkutan
1) Bila di tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan lalat lebih dari 20 ekor
per-block grill atau tikus terlihat pada siang hari, harus dilakukan pengendalian.
2) Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian serangga dan binatang
pengganggu yang lain minimal 1 (satu) bulan sekali.
c. Pengolahan dan Pemusnahan
Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non-medis harus dilakukan sesuai
persyaratan kesehatan.
3. Limbah Cair
Kualitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau
lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor Kep-58/MenLH/12/1995 atau peraturan daerah setempat.
Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis padat
dengan insinerator mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
Kep-13/MenLH/12/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
C. Tata Laksana
1. Limbah Medis Padat
a. Minimisasi Limbah
1) Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum
membelinya.
2) Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.
3) Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara kimiawi.
4) Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam kegiatan
perawatan dan kebersihan.
5) Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi limbah
bahan berbahaya dan beracun.
6) Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan.
7) Menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari
kadaluarsa.
8) Menghabiskan bahan dari setiap kemasan
9) Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh distributor.
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang
1) Dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat mulai dari sumber yang terdiri
dari limbah infeksius, limbah patologi,limbah benda tajam, limbah farmasi,
limbah sototksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan
dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
- Terbuat dari bahan yang kuat, cuup ringan, tahan karat, kedap air, dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.
- Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan yang
terpisah dengan limbah padat nonmedis.
- Kantong plastik diangkat setiap haru atau kurang sehari apabila 2/3 bagian telah
terisi limbah.
- Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus (safety box)
seperti botol atau karton yang aman.
- Tempat pewadahan limbah medis padat infeksius dan sitotoksik yang tidak
langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan
disinfektan apabila akan dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik
yang telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak boleh
digunakan lagi.
3) Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi
meliputi pisau bedah (scalpel), jarum hipodermik, syringes, botol gelas, dan
kontainer.
4) Alat-alat lain yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi adalah
radionukleida yang telah diatur tahan lama untuk radioterapi seperti puns,
needles, atau seeds.
5) Apabila sterilisasi yang dilakukan adalah sterilisasi dengan ethylene oxide, maka
tangki reactor harus dikeringkan sebelum dilakukan injeksi ethylene oxide. Oleh
karena gas tersebut sangat berbahaya, maka sterilisasi harus dilakukan oleh
petugas yang terlatih. Sedangkan sterilisasi dengan glutaraldehyde lebih aman
6) Upaya khsus harus dilakukan apabila terbukti ada kasus pencemaran spongiform
encephalopathies.
c. Tempat Penampungan Sementara
1) Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya harus membakar
limbahnya selambat-lambatnya 24 jam.
2) Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator, maka limbah medis
padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau
pihak lain yang mempunyai insinerator untuk dilakukan pemusnahan
selambat-lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang.
d. Transportasi
1) Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut
harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup.
2) Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan manusia maupun
binatang.
3) Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri yang
terdiri :
a) Topi/helm;
b) Masker;
c) Pelindung mata;
d) Pakaian panjang (coverall);
e) Apron untuk industri;
f) Pelindung kaki/sepatu boot; dan
g) Sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves)
e. Pengolahan, Pemusnahan, dan Pembuangan Akhir Limbah Padat
a) Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen infeksius
dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah seperti
dalam autoclave sedini mungkin. Untuk limbah infeksius yang lain cukup dengan
cara disinfeksi.
b) Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan, dan dapat
diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok untuk
benda tajam.
c) Setelah insinerasi atau disinfeksi, residunya dapat dibuang ke tempat
pembuangan B3 atau dibuang ke landfill jika residunya sudah aman.
2) Limbah Farmasi
a) Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator pirolitik
(pyrolytic incinerator), rotary kiln,dikubur secara aman, sanitary landfill, dibuang
ke sarana air limbah atau inersisasi. Tetapi dalam jumlah besar harus
menggunakan fasilitas pengolahan yang khusus seperti rotary kiln, kapsulisasi
dalam drum logam, dan inersisasi.
b) Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada
distributor, sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan tidak memungkinkan
dikembalikan, supaya dimusnahkan melalui insinerator pada suhu diatas 1.000°
C.
3) Limbah Sitotoksis
a) Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan
penimbunan (landfill) atau ke saluran limbah umum.
b) Pembuangan yang dianjurkan adalah dikembalikan ke perusahaan penghasil
belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa harus dikembalikan
ke distributor apabila tidak ada insinerator dan diberi keterangan bahwa obat
tersebut sudah kadaluarsa atau tidak lagi dipakai.
c) Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1.200° C dibutuhkan untuk
menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada suhu rendah dapat
menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke udara.
d) Insinerator dengan 2 (dua) tungku pembakaran pada suhu 1.200° C dengan
minimum waktu tinggal 2 detik atau suhu 1.000° C dengan waktu tinggal 5 detik
di tungku kedua sangat cocok untuk bahan ini dan dilengkapi dengan penyaring
debu.
e) Insinerator juga harus dilengkapi dengan peralatan pembersih gas. Insinerasi
juga memungkinkan dengan rotary kiln yang didesain untuk dekomposisi panas
limbah kimiawi yang beroperasi dengan baik pada suhu diatas 850° C.
f) Insinerator dengan 1 (satu) tungku atau pembakaran terbuka tidak tepat
untuk pembuangan limbah sitotoksis.
g) Metode degradasi kimia yang mengubah senyawa sitotoksik menjadi
senyawa tidak beracun dapat digunakan tidak hanya untuk residu obat tapi juga
pencucian tempat urin, tumpahan dan pakaian pelindung.
h) Cara kimia relatif mudah dan aman meiputi oksidasi oleh Kalium
permanganat (KMnO4) atau asam sulfat (H2SO4) , penghilangan nitrogen
dengan asam bromida, atau reduksi dengan nikel dan aluminium.
i) Insinerasi maupun degradasi kimia tidak merupakan solusi yang sempurna
untuk pengolahan limbah. Tumpahan atau cairan biologis yang terkontaminasi
agen antineoplastik. Oleh karena itu, rumah sakit harus berhati-hati dalam
j) Apabila cara insinerasi maupun degradasi kimia tidak tersedia, kapsulisasi
atau inersisasi dapat dipertimbangkan sebagai cara yang dapat dipilih.
4) Limbah Bahan Kimiawi
a) Pembuangan Limbah Kimia Biasa
Limbah kimia biasa yang tidak bisa didaur seperti gula, asam amino, dan garam
tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor. Namun demikian, pembuangan
tersebut harus memenuhi persyaratan konsentrasi bahan pencemar yang ada
seperti bahan melayang, sushu, dan pH.
b) Pembuangan Limbah Kimia Berbahaya Dalam Jumlah Kecil
Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang terdapat dalam
kemasan sebaiknya dibuang dengan insinerasi pirolitik, kapsulisasi, atau ditimbun
(landfill).
c) Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar
Tidak ada cara pembuangan yang aman dan sekaligus murah untuk limbah
berbahaya. Pembuangannya lebih ditentukan kepada sifat v=bahaya yang
dikandung oleh limbah tersebut. Limbah tertentu yang bisa dibakar sepertibanyak
bahan pelarut dapat diinsinerasi. Namun, bahan pelarut dalam jumlah besar
seperti pelarut halogenida yang mengandung klorin atau florin tidak boleh
diinsinerasi kecuali insineratornya dilengkapi dengan alat pembersih gas.
d) Cara lain adalah dengan mengembalikan bahan kimia berbahaya tersebut ke
distributornya yang akan menanganinyadengan aman, atau dikirim ke negara lain
yang mempunyai peralatan yang cocok untuk megolahnya. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam penanganan limbah kimia berbahaya:
- Limbah berbahaya yang komposisinya berbeda harus dipisahkan untuk
- Limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar tidak boleh ditimbun karena
dapat mencemari air tanah.
- Limbah kimia disinfektan dalam jumlah besar tidak boleh dikapsulisasi
karena sifatnya yang korosif dan mudah terbakar.
- Limbah padat bahan kimia berbahaya cara pembuangannya harus
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada instansi yang berwenang.
5) Limbah Dengan Kandungan Logam Berat Tinggi
a) Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh dibakar atau
diinsinerasi karena berisiko mencemari udara dengan uap beracun dan tidak
boleh dibuang ke landfill karena dapat mencemari air tanah.
b) Cara yang disarankan adalah dikirim ke negara yang mempunyai fasilitas
pengolah limbah dengan kandungan logam berat tinggi. Bila tidak
memungkinkan, limbah dibuang ke tempat penyimpanan yang aman sebagai
pembuangan akhir untuk limbah yang berbahaya. Cara lain yang paling
sederhana adalah dengan kapsulisasi kemudian dilanjutkan dengan landfill.
Bila hanya dalam jumlah kecil dapat dibuang dengan limbah biasa.
6) Kontainer Bertekanan
a) Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan adalah
dengan daur ulang atau penggunaan kembali. Apabila masih dalam kondisi utuh
dapat dikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang gas. Agen halogenida
dalam bentuk cair dan dikemas dalam botol harus diperlakukan sebagai limbah
bahan kimia berbahaya untuk pembuangannya.
b) Cara pemuangan yang tidak diperbolehkan adalah pembakaran atau insinerasi
karena dapat meledak.
Kontainer-kontainer yang harus dikembalikan ke penjualnya adalah:
- Tabung atau silinder nitrogen oksida yang biasanya disatukan dengan peralatan
anestesi.
- Tabung atau silinder etilin oksida yang biasanya disatukan dengan peralatan
sterilisasi
- Tabung bertekanan untuk gas lain seperti oksigen, nitrogen, karbon dioksida,
udara bertekanan, siklopropana, hidrogen, gas elpiji, dan asetilin.
• Kontainer yang sudah rusak
Kontainer yang rusak tidak dapat diisi ulang harus dihancurkan setelah
dikosongkan kemudian baru dibuang ke landfill.
• Kaleng aerosol
Kaleng aerosol kecil harus dikumpulkan dan dibuang bersama dengan limbah
biasa dalam kantong plastik hitam dan tidak untuk dibakar atau diinsinerasi.
Limbah ini tidak boleh dimasukkan ke dalam kantong kuning karena akan dikirim
ke insinerator. Kaleng aerosol dalam jumlah banyak sebaiknya dikembalikan ke
penjualnya atau ke instalasi daur ulang bila ada.
7) Limbah Radioaktif
a) Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam kebijakan dan
strategi nasional yang menyangkut peraturan, infrastruktur, organisasi pelaksana,
dan tenaga yang terlatih.
b) Setiap rumah sakit yang menggunkan sumber radioaktif yang terbuka untuk
keperluan diagnosa, terapi atau penelitian harus menyiapkan tenaga khusus yang
terlatih khusus di bidang radiasi.
c) Tenaga tersebut bertanggung jawab dalam pemakaian bahan radioaktif yang
d) Instrumen kalibrasi yang tepat harus tersedia untuk monitoring dosis dan
kontaminasi. Sistem pencatatan yang baik akan menjamin pelacakan limbah
radioaktif dalam pengiriman maupun pembuangannya dan selalu diperbarui
datanya setiap waktu
e) Limbah radioaktif harus dikategorikan dan dipilah berdasarkan ketersediaan
pilihan cara pengolahan, pengkondisian, penyimpanan, dan pembuangan.
Kategori yang memungkinkan adalah :
- Umur paruh (half-life) seperti umur pendek (short-lived), (misalnya umur
paruh < 100 hari), cocok untukpenyimpanan pelapukan,
- Aktifitas dan kandungan radionuklida,
- Bentuk fisika dan kimia,
- Cair : berair dan organik,
- Tidak homogen ((seperti mengandung lumpur atau padatan yang melayang),
- Padat : mudah terbakar/ tidak mudah terbakar (bila ada) dan dapat
dipadatkan/tidak mudah dipadatkan (bila ada)
- Sumber tertutup atau terbuka seperti sumber tertutup yang dihabiskan,
- Kandungan limbah seperti limbah yang mengandung bahan berbahaya
(patogen, infeksius, beracun).
f) Setelah pemilahan, setiap kategori harus disimpan terpisah dalam kontainer, dan
kontainer limbah tersebut harus :
- Secara jelas diidentifikasi,
- Ada simbol radioaktif ketika sedang digunakan
- Sesuai dengan kandungan limbah,
- Dapat diisi dan dikosongkan dengan aman,
g) Informasi yang harus dicatat pada setiap kontainer limbah :
- Nomor identifikasi,
- Radionuklida,
- Aktifitas (jika diukur atau diperkirakan) dan tanggal pengukuran,
- Asal limbah (ruangan, laboratorium, atau tempat lain),
- Angka dosis permukaan dan tanggal pengukuran,
- Orang yang bertanggung jawab.
h) Kontainer untuk limbah padat harus dibungkus dengan kantong plastik transparan
yang dapat ditutup dengan isolasiplastik
i) Limbah padat radioaktif dibuang sesuai dengan persyaratan teknis dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (PP Nomor 27 Tahun 2002) dan kemudian
diserahkab kepada BATAN untuk penanganan lebih lanjut atau dikembalikan
kepada negara distributor. Semua jenis limbah medi termasuk limbah radioaktif
tidak boleh dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah domestik (landfill)
sebelum dilakukan pengolahan terlebih ahulu sampai memenuhi persyaratan.
2. Limbah Padat Non-Medis
a. Pemilahan Limbah Padat Non-Medis
1) Dilakukan pemilahan limbah padat non-medis antara limbah yang dapat
dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali
2) Dilakukan pemilahan limbah padat non-medis antara limbahbasah dan limbah
kering.
b. Tempat Pewadahan Limbah padat Non-Medis
1) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan
mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan pada bagian dalamnya, misalnya
2) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
3) Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan
kebutuhan.
4) Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x 24 jam atau apabila
2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut supaya tidak
menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu.
c. Pengangkutan
Pengangkutan limbah padat domestik dari setiap ruangan ke tempat penampungan
sementara menggunakan troli tertutup.
d. Tempat Penampungan Limbah Padat Non-Medis Sementara
1) Tersedia tempat penampungan limbah padat non-medis sementara dipisahkan
antara limbah yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat
dimanfaatkan kembali. Tempat tersebut tidak merupakan sumber bau, dan lalat
bagi lingkungan sekitarnya dilengkapi saluran untuk cairan lindi.
2) Tempat penampungan sementara limbah padat harus kedap air, bertutup dan
selalu dalam keadaan tertutup bila sedang tidak diisi serta mudah dibersihkan.
3) Terletak pada lokasi yang muah dijangkau kendaraan pengangkut limbah padat.
4) Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24 jam.
e. Pengolahan Limbah Padat
Upaya untuk mengurangi volume, mengubah bentuk atau memusnahkan limbah
apdat dilakukan pada sumbernya. Limbah yang masih dapat dimanfaatkan hendaknya
dimanfaatkan kembali untuk limbah padat organik dapat diolah menjadi pupuk.
Limbah padat umum (domestik) dibuang ke lokasi pembuangan akhir yang
dikelola oleh pemerintah daerah (Pemda), atau badan lain sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
3. Limbah Cair
Limbah cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan
karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume, dan
prosedur penanganan dan penyimapangannya.
a. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap
air, dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan saluran air
hujan.
b. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau
bersama-sama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi
persyaratan teknis, apabila belum ada atau tidak terjangkau sistem pengolahan air
limbah perkotaan.
c. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian
limbah yang dihasilkan.
d. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah
harus dilengkapi/ditutup dengan gril.
e. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai kebutuhan
yang berlaku melalui kerjasam dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.
f. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent) dilakukan setiap
bulan sekali untuk swapantau dan minimal 3 bulan sekali uji petik sesuai dengan
g. Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena zat
radioaktif, pengelolaannya dilakukan sesuai ketentuan BATAN.
h. Parameter radioaktif diberlakukan bagi rumah sakit sesuai dengan bahan
radioaktif yang dipergunakan oleh rumah sakit yang bersangkutan.
4. Limbah Gas
a. Monitoring limbah gas berupa NO2, So2, logam berat, dan dioksin dilakukan
minimal 1 (satu) kali setahun
b. Suhu pembakaran minimum 1.000° C untuk pemusnahan bakteri patogen, virus,
dioksin, dan mengurangi jelaga.
c. Dilengkapi alat untuk mengurangi emisi gas dan debu.
d.Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak memproduksi gas
oksigen dan dapat menyerap debu.
5. Pengelolaan limbah medis rumah sakit secara rinci mengacu pada pedoman
Lampiran 6
Lampiran 9
[image:35.595.130.495.215.448.2]Foto Sarana dan Prasarana Pengelolaan Limbah Padat RSUD Dokter Tengku Mansyur
Gambar 1 RSUD Dokter Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai
[image:35.595.141.486.487.698.2]Gambar 3 Troli Pengangkut Limbah Padat Rumah Sakit
[image:36.595.165.462.428.684.2]Gambar 5 Tempat Sampah Medis dan Non Medis
[image:37.595.115.506.383.659.2]Gambar 7 Observasi Kepadatan Lalat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
[image:38.595.132.494.435.718.2]DAFTAR PUSTAKA
Abor, P.A.& Bouwer. 2007. Medical Waste Management Practice In a Southern African Hospital International Journal of Health Care
Quality Assurance
Vol21.http://search.proquest.com/docview/229599222/fulltextPDF/1326 2DC865866E53766/8accounted17242
Adisasmito, W. 2007. Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit.Buku Kedokteran EGC.Jakarta.
Anies, 2006.Manajemen Berbasis Lingkungan Solusi Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Menular.Elex Media Komputendo.Jakarta.
Astuti dan Purnama. 2014.Kajian Pengelolaan Limbah Di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. Artikel Penelitian. Diakses Pada Tanggal 19 Februari 2016.
Atik, A. M. A. 2011. Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Secara Terpadu Di Rumah Sakit. Jurnal Dian. 11(2).
Chandra, B. 2012. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Depkes RI. 2002.Pedoman Sanitasi Rumah Sakit Di Indonesia. Direktorat Jendaral PPM & PLP.Jakarta.
. 2009.Menkes RI N0.1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.Jakarta.
.2001.Pedoman Teknis Sanitasi Lingkungan dalam Pengendalian Vektor . Direktorat Jendral PPM dan PLP.Jakarta.
.2004.Pengelolaan Limbah Rumah Sakit.Bakti Husada.Jakarta.
.2004.Kepmenkes RI No 1204/ Menkes/Sk/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
.2006.Kepmenkes RI No.1428/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.Jakarta.
Kepmenkes RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010. Kementerian Kesehatan RI.Jakarta.
Kuswanto, Budi.2000. Skripsi. Tinjauan Pengelolaan Sampah di Rumah Sakit Pelni Petamburan Jakarta Tahun 2000. Universitas Indonesia. Jakarta.
Paramita, N. 2007. Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Jurnal Presipitasi. 2(1). ISSN 1907-187X
Pruss, Giroult and Rushbrook. 2005. Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan. Buku Kedokteran EGC.Jakarta.
Pruss, A. 2005. Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan.Cetakan I. Buku Kedokteran EGC.Jakarta.
Slamet, J. R. 2009. Kesehatan Lingkungan. Gadjah mada University Press. Cetakan Kedelapan.Jakarta.
Suska, D. 2007. Parasit Lalat. Diakses tanggal 5 Maret 2016. http://infovet.wordpress.com/2007/09/17/penyakit-parasit/
World Health Organization, 2007. Wastes From Health Care Activities. Diakses Pada Tanggal 14 Maret
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yang dilakukan dengan cara observasi dan wawancara untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pengelolaan limbah padat medis dan non medis Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai tahun 2016.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai. Penelitian ini dilakukan mulai survei awal bulan Februari 2016 sampai Juni 2016.
3.3 Objek Penelitian
3.4 Informan Penelitian
Informan peneltian ini adalah Kepala Bagian Instansi Pengolahan Limbah dan Kepala Petugas Kebersihan Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Manyur.
3.5 Alat dan Metode Pengumpulan Data
3.5.1 Data Primer
Dikumpulkan melalui wawancara dan observasi langsung menggunakan lembar observasi lapangan. Pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian meliputi:
a. Proses pelaksanaan pengelolaan limbah padat mulai dari pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir.
b. Sumber dan volume limbah padat medis dan non medis.
c. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam mengelola limbah padat. Selain itu, untuk menghitung kepadatan lalat dengan fly grill menggunakan lembar observasi pencatatan kepadatan lalat.
3.5.2 Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mencatat dan memotokopi data yang sudah ada di rumah sakit sesuai dengan data yang diperlukan.
Data sekunder yang di ambil meliputi: a. Gambaran umum rumah sakit b. Organisasi rumah sakit
3.6 Definisi Operasional Variabel
1. Karakteristik rumah sakit adalah organisasi rumah sakit yang mempunyai sejumlah sifat atau karakteristik yang tidak dimiliki organisasi rumah sakit lainnya seperti jenis pelayanan kesehatan, fasilitas rumah sakit dan tenaga kesehatan rumah sakit.
2. Kebijakan atau peraturan adalah arah pedoman yang memuat ketentuan umum, pertanggungjawaban administrasi, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, pembuangan, pelanggaran dan sangsi-sangsi didalam pengelolaan sampah.
3. Sarana dan Prasarana adalah peralatan dan bahan yang menunjang atau mendukung pelaksanaan pengelolaan limbah padat medis dan non medis . 4. Sumber limbah adalah tempat-tempat atau unit/ruangan Rumah Sakit Umum
Daerah Dokter Tengku Mansyur yang menghasilkan limbah yaitu ruang rawat inap, instalasi gizi, ruang farmasi, ruang intalasi gawat darurat.
5. Volume limbah padat adalah jumlah limbah yang diukur dengan satuan liter atau m3 yang dihasilkan setiap hari di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur
6. Pengelolaan limbah padat medis dan non medis adalah cara dalam mengolah limbah padat medis dan non medis yang dimulai dari proses pemilahan, pengumpulan, pengangukutan, dan pemusnahan.
8. Pewadahan atau penampungan sementara adalah tempat menampung limbah padat medis dan non medis sebelum limbah dikumpulkan dan dikelola lebih lanjut.
9. Pengangkutan adalah kegiatan yang dilakukan jika proses penampungan telah dilakukan.
10. Pemusnahan adalah kegiatan mengahncurkan atau memusnahkan limbah padat medis.
11. Pembuangan akhir limbah adalah tahap akhir dari pengelolaan limbah, biasanya dengan cara penimbunan (landfill).
12. Kepadatan lalat adalah jumlah lalat yang tertangkap dengan menggunakan Fly Grill
13. Memenuhi syarat Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 adalah bahwa proses sistem pengelolaan sampah di rumah sakit sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang persyaratan lingkungan rumah sakit.
14. Tidak memenuhi syarat Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 adalah bahwa proses sistem pengelolaan limbah di rumah sakit tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang persyaratan lingkungan rumah sakit.
3.7 Aspek Pengukuran
a. Aspek pengukuran limbah padat berdasarkan Kepmenkes RI No.1204/MENKES/SK/X/2004
Untuk lembar observasi penelitian sistem pengelolaan limbah padat dengan jumlah checklist ada 7 item dengan total skor = 100, yang diperoleh dari jumlah skor setiap item dengan nilai skor yang berbeda sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004. Kualitas hasil pengelolaan limbah padat non medis rumah sakit tipe C, memenuhi syarat jika total skor >65% dan tidak memenuhi syarat jika <65% .
b. Aspek pengukuran Kepadatan lalat
Untuk lembar observasi penelitian kepadatan lalat menggunakan standar penelitian yaitu :
0-2 :Rendah (Tidak menjadi masalah)
3-5 :Sedang (Perlu dilakukan pengamatan terhadap tempat-tempat berkembangbiaknya lalat)
6-20 :Tinggi/Padat (Populasinya cukup padat dan perlu pengamatan di tempat-tempat berbiaknya lalat, dan bila mungkin direncanakan upaya pengendalian )
>21 : Sangat Tinggi/Padat (Populasinya padat dan perlu adanya pengendalian)
Cara pengoperasian fly grill adalah sebagai berikut :
2. Lalu, letakkan fly grill secara datar pada titik yang akan diukur yaitu tempat sampah ruang rawat inap rumah sakit.
3. Hitung jumlah lalat yang hinggap pada fly grill selama 30 detik. Lakukan perhitungan secara berulang sebanyak 10 kali dengan cara yang sama. 4. Dari 5 kali perhitungan yang mendapat nilai tertinggi dihitung
rata-ratanya. Maka diperoleh angka kepadatan lalat pada tempat tersebut. 5. Hasil rata-rata adalah angka kepadatan lalat dengan satuan ekor per block
grill
3.8 Teknik Analisis Data
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Profil RSUD Dokter Tengku Mansyur
Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai merupakan rumah sakit tipe C. Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur mempunyai jumlah tempat tidur sebanyak 115 tempat tidur dengan jumlah kunjungan pasien rawat inap 80 orang perhari dengan lama hari rawat inap yaitu 3-4 hari. Rata-rata pemanfaatan tempat tidur (BOR) RSUD Dokter Tengku Mansyur untuk tahun 2015 adalah 76%. ( Profil RSUD Dokter Tengku Mansyur, 2016)
Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur menjadi rumah sakit rujukan dari 8 Puskesmas, 13 Puskesmas Pembantu dan 18 Pos Kesehatan Kelurahan yang terletak di 6 kecamatan, 31 kelurahan, dan 187 lingkungan. Rumah sakit ini terletak di Jalan Mayjend.Sutoyo no.39 Kecamatan Tanjungbalai Selatan dengan luas wilayah 6.052,9 ha dan jumlah penduduk 158.599 jiwa. Pada saat ini luas lahan rumah sakit adalah + 13.713 m2 ( Profil RSUD Dokter Tengku Mansyur, 2016).
Secara administrasi Kota Tanjungbalai dikelilingi oleh wilayah kabupaten Asahan dengan batas-batas sebagai berikut:
Pada tahun 2010 RSUD Dokter Tengku Mansyur telah terakreditasi 5 jenis pelayanan dari Kepmenkes RI. Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur kedepannya berupaya untuk mencapai akreditasi versi 2012 /Join Commition International (JCI). Rumah Sakit ini memiliki 13 jenis pelayanan kesehatan yaitu klinik umum, klinik gizi, klinik gigi, klinik spesialis penyakit dalam, klinik spesialis paru, klinik spesialis anak, klinik spesialis THT, klinik spesialis bedah, klinik spesialis kulit dan kelamin, klinik spesialis Obgyn, klinik spesialis mata, klinik DOTS/TB, klinik VCT, klinik KBRS ( Profil RSUD Dokter Tengku Mansyur, 2016 ).
Organisasi pengelola limbah padat di RSUD Dokter Tengku Mansyur yaitu Instalasi Pengelola Limbah Rumah Sakit (IPLRS). Dalam pengelolaan limbah padat medis dan non medis rumah sakit, Instalasi Pengelola Limbah Rumah Sakit dibantu oleh 28 orang petugas kebersihan rumah sakit.
Tabel 4.1 Komposisi Jenis Ketenagaan RSUD Dokter Tengku Mansyur Tahun 2016
No Jenis Ketenagaan Jumlah
1. Tenaga Medis 36
2. Tenaga Keperawatan dan Bidan 120
3. Tenaga Kesehatan Lainnya 40
4. Tenaga Umum Non Kesehatan 32
Jumlah 228
Sumber : Profil RSUD Dokter Tengku Mansyur Tahun 2016
Tabel 4.2 Fasilitas Pelayanan Kesehatan RSUD Dokter Tengku Mansyur
No Fasilitas Pelayanan
1. Rawat Jalan
a. UGD (Unit Gawat Darurat) b. Klinik Umum
c. Klinik Internist (Penyakit Dalam) d. Klinik Bedah
e. Klinik Mata f. Klinik Anak
g. Klinik Gigi dan Mulut h. Klinik KBRS
i. Klinik THT j. Klinik Paru k. Pojok DOTS/TB
l. Klinik Kulit dan Kelamin m. Klinik VCT
2. Rawat Inap
a. Rawat Inap Bedah
b. Rawat Inap Internist (Penyakit Dalam) c. Rawa Inap Obgyn
d. Rawat Inap Anak e. Rawat Inap Perinatologi f. Rawat Inap Kelas I g. Rawat Inap Kelas II h. Rawat Inap Kelas Utama 3. Kamar Operasi
a. Kamar Operasi Bedah Umum b. Kamar Operasi Kebidanan 4. Instalasi
a. Instalasi Radiologi b. Instalasi Laboratorium c. Instalasi Gizi
d. Instalasi Jenazah
e. Instalasi Pemeliharaan RS f. Instalasi Farmasi
4. Ruang Lainnya a. Ruang Kantor b. Ruang Rekam Medik c. Ruang BPJS Kesehatan d. Ruang Gudang Obat e. Ruang Loundry f. Musholla
g. Ruang Incenerator h. Ruang Kantin i. Ruang Arsip
j. Ruang Komite Medik k. Ruang Komite Keperawatan
4.2 Kebijakan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis di RSUD Dokter Tengku Mansyur
Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur tidak memiliki prosedur tersendiri dalam pengelolaan limbah padat medis dan non medis rumah sakit. RSUD Dokter Tengku Mansyur belum membuat kebijakan berupa SOP (Standart Operational Procedure) pengelolaan limbah padat medis.
Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah padat medis dan non medis rumah sakit, Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur mengacu pada aspek perundang-undangan yang telah dibuat oleh pemerintah. Acuan Peraturan yang digunakan di RSUD Dokter Tengku Mansyur yaitu:
a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
b. Peraturan Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI.
4.3 Karakteristik Limbah Padat Medis dan Non Medis Rumah Sakit
4.3.1 Sumber Limbah Padat Medis dan Non Medis RSUD Dokter Tengku Mansyur
Tabel 4.3 Ruangan Penghasil Timbulan Limbah Padat Medis dan Non Medis di RSUD Dokter Tengku Mansyur Berdasarkan Jenisnya
Sumber Limbah Jenis Limbah Padat Yang Dihasilkan
Ruang Rawat Inap
Medis
Perban bekas, plester, jarum suntik, masker, obat, kantong infus, kantong plastik bekas muntahan, sarung disposable, pisau dan alat bedah, obat-obat kedaluarsa, amputasi ampul bekas, alas bantalan yang terkontaminasi dan sarung bedah.
Non Medis
Sisa bungkus makanan, plastik, kertas, botol, vial
Ruang Farmasi Obat-obatan kedaluarsa, vaksin, serum, botol obat beresidu, ampul
-Ruang Kebidanan
dan Penyakit Kandungan
Ampulvial, masker, sarung tangan, Kasa, Kapas, dan sisa tindakan medis.
-Ruang
Laboratorium
Gelas terkontaminasi, pipet petri dish,wadah specimen (contoh), slide specimen (kaca/alatsorong),jaringan tubuh,organ,tulang.
-Ruang Bedah Ampul, Disposible syringe/spuit, Catheter, Infus set, Urine bag, kantong darah , scalpel blade, Kasa, Kapas, dan sisa-sisa tindakan medis, Jaringan tubuh manusia/amputasi, masker, sarung tangan.
-Unit Administrasi - Karton, kertas
bungkus, kaleng, botol, sampah dari ruang umum dan
pasien, sisa
makanan buangan.
Instalasi Gizi
-Sisa pembungkus,
minyak, sisa
makanan/bahan makanan sayuran dan lain- lain Sumber : Instalasi Pengolahan Limbah RSUD Dokter Tengku Mansyur Tahun 2016
dihasilkan berupa jarum suntik, kasa dan ampul. Sumber limbah padat non medis yang paling banyak jenisnya berasal dari ruang instalasi gizi dan pada umumnya jenis limbah padat non medis yang ditemui adalah sisa bahan makanan seperti sayuran serta plastik dan kertas.
[image:53.595.135.490.403.730.2]4.3.2 Volume Timbulan Limbah Padat di RSUD Dokter Tengku Mansyur Berdasarkan hasil penelitian, limbah yang berasal dari tiap ruangan ditimbang untuk mengetahui volume timbulan limbah padat. Penimbangan hanya dilakukan pada limbah padat medis, sedangkan untuk limbah padat non medis tidak dilakukan. Volume limbah padat medis Rumah Sakit Dokter Tengku Mansyur dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Jumlah Volume Limbah Padat Medis di RSUD Dokter Tengku Mansyur
Tanggal Volume Limbah Padat Medis
27/06/2016 20 kg
28/06/2016 17 kg
29/06/2016 19 kg
30/06/2016 23 kg
1/07/2016 18 kg
2/07/2016 19 kg
3/07/2016 19 kg
4/07/2016 22 kg
5/07/2016 20 kg
6/07/2016 25 kg
7/07/2016 23 kg
8/07/2016 15 kg
9/07/2016 17 kg
10/07/2016 19 kg
11/07/2016 20 kg
12/07/2016 23 kg
13/07/2016 19 kg
14/07/2016 18 kg
15/07/2016 16 kg
16/07/2016 19 kg
4.4 Fasilitas/Peralatan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis RSUD Dokter Tengku Mansyur
Fasilitas dan peralatan yang tersedia dalam pengelolaan limbah padat medis dan non medis di RSUD Dokter Tengku Mansyur dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini.
Tabel 4.5 Distribusi Fasilitas/Peralatan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non medis Di RSUD Dokter Tengku Mansyur
Jenis Fasilitas/Peralatan Jumlah
Ruang Rawat Inap Kelas III
a. Tempat sampah domestik dengan kondisi terbuka di luar ruangan yang tidak dilapisi plastik berwarna hitam
b. Tempat sampah medis tertutup di dalam ruangan yang dilapisi plastik berwarna hitam
c. Tempat sampah terbuka terbuat dari besi
9 Unit 3 Unit 1 Unit Ruang Farmasi
a. Tempat sampah domestik terbuka di luar ruangan yang tidak dilapisi plastik berwarna hitam
b. Tempat sampah medis terbuka di dalam ruangan yang tidak dilapisi plastik berwarna coklat
1 Unit 1 Unit Ruang Bedah dan Ruang Kebidanan
a. Tempat sampah domestik terbuka di luar ruangan yang tidak dilapisi plastik berwarna hitam
b. Tempat sampah medis tertutup di dalam ruangan yang dilapisi plastik berwarna hitam
c. Safety Box
3 Unit 2 Unit 1 Unit Ruang Laboratorium
a. Tempat sampah domestik terbuka di luar ruangan yang tidak dilapisi plastik berwarna hitam
b. Tempat sampah medis tertutup di dalam ruangan yang dilapisi plastik berwarna hitam
1 Unit 1 Unit Ruang Instalasi Gizi
a. Tempat sampah aluminium tertutup di luar ruangan
b. Tempat sampah terbuka di luar ruangan yang tidak dilapisi plastik berwarna hitam
1 Unit 1 Unit Ruang Administrasi
a. Tempat sampah plastik tertutup di luar ruangan b. Serok sampah
c. Sapu lidi
3 Unit 4 Unit 5 Unit
TPS (Tempat Penampungan Sementara) 1 Unit
Troli pengangkut sampah 2 Unit
Insenerator 1 Unit
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa masing-masing ruangan menyediakan tempat sampah medis dan non medis, namun untuk ruang instalasi gizi dan ruang administrasi hanya menyediakan tempah sampah non medis. Setiap tempat sampah medis dilapisi plastik berwarna hitam dan tempat sampah non medis tidak dilapisi plastik hitam. Khusus ruangan bedah disediakan safety box untuk memasukkan limbah padat benda tajam setelah melakukan tindakan terhadap pasien.
Untuk pengangkutan sampah digunakan 2 troli pengangkut sampah namun hanya 1 yang dapat dimanfaatkan untuk mengangkut sampah. Rumah sakit juga memiliki TPS untuk limbah padat non medis yang berlokasi tidak jauh dari penempatan incenerator. Incenerator ditempatkan dibelakang gedung rumah sakit, berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan kepala insansi pengolahan limbah bahwa incenerator mengalami kerusakan sejak 10 tahun lalu karena kerusakan teknis sehingga limbah padat medis dan non medis dibuang langsung ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir)
4.5 Sistem Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis RSUD Dokter Tengku Mansyur
limbah padat medis dan non medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai.
Gambar 4.1 Alur Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis RSUD Dokter Tengku Mansyur
4.5.1 Sistem Pengelolaan Limbah Padat Medis RSUD Dokter Tengku Mansyur
Pengamatan dilakukan pada lima ruangan yang menghasilkan limbah padat medis yaitu: ruang rawat inap kelas III, ruang farmasi, ruang kebidanan dan penyakit kandungan, ruang bedah dan ruang laboratorium.
Limbah padat dari masing-masing tong/container disetiap
unit rumah sakit
Dikumpulkan dan dipisahkan antara limbah padat medis dan
non medis
Diangkut menggunakan troli pengangkut sampah menuju TPS ( Tempat Penampungan Sampah)
1. Penampungan dan Pengumpulan
Tabel 4.6 Penampungan dan Pengumpulan Limbah Padat Medis
Item Ya Tidak
Tempat sampah limbah medis dan non medis terpisah
Tempat sampah limbah medis memakai tutup
Tempat sampah limbah medis kedap air
Tempat sampah limbah medis tahan karat
Tempat sampah limbah medis anti tusuk
Tempat sampah limbah infeksius dan sitotoksis didesinfeksi setelah dikosongkan
Tempat penampungan/kantong plastik limbah sangat infeksius berwarna kuning
Tampungan limbah infeksius, patologi dan anatomi menggunakan plastiik berwarna kuning
Tampungan sampah sitotoksis menggunakan plastik berwarna ungu
Tampungan sampah limbah kimia dan farmasi menggunakan plastik berwarna coklat
Tampungan limbah domestik dilapisi plastik berwarna hitam
Plastik tampungan sampah berlogo sesuai kategori sampah
Berdasarakan observasi, Pada tahap ini ruangan penghasil limbah padat medis yaitu ruang rawat inap kelas III, ruangan bedah, ruang laboratorium, ruang kebidanan & penyakit kandungan tempat sampahnya dilapisi plastik berwarna hitam berukuran 50x75 cm di dalamnya. Tempat sampah yang diberi label limbah patologis hanya tempat sampah pada ruangan bedah dan laboratorium. Kondisi masing-masing tempat sampah pada ruangan tersebut memiliki tutup, tahan karat, anti tusuk dan tidak kedap air.
beri label limbah medis dan kondisi tempat sampah tidak kedap air, memilki tutup dan tahan karat.
[image:58.595.112.509.204.514.2]2. Pengangkutan
Tabel 4.7 Pengangkutan Limbah Padat Medis
Item Ya Tidak
Trolley pengumpulan limbah padat medis dan non medis
dipisahkan
Trolley pengangkut limbah padat medis yang digunakan dalam keadaan baik dan tidak bocor
Trolley pengangkut limbah padat medis yang digunakan kedap air
Trolley pengangkut limbah padat medis yang digunakan memiliki tutup
Trolley pengangkut limbah padat medis yang digunakan mudah dibersihkan dan dikosongkan
Trolley pengangkut limbah padat pakiran/halaman berbeda dengan limbah padat ruangan
Trolley pengangkut limbah padat medis diberi tanda/logo
Terdapat jalur khusus pengangkut limbah
Limbah padat medis dibuang ke tempat pembuangan sementara (TPS)
06.00 WIB, siang hari jam 11.00 WIB, sore hari jam 16.00 WIB dan malam hari pukul 19.00 WIB yang hanya mengangkut limbah dari ruangan perawat saja. Namun khusus ruangan bedah dan laboratorium pengangkutannya tidak menunggu limbah sampai penuh karena darah dan sisa jaringan tubuh akan menimbulkan bau yang menyengat dan busuk apabila tidak dibuang cepat. Jalur yang digunakan untuk mengangkut limbah di RSUD Dokter Tengku Mansyur sama dengan jalur umum atau jalur biasa yang digunakan untuk pasien, pengunjung dan lain-lain.
[image:59.595.118.518.371.507.2]3. Pemusnahan dan Pembuangan Akhir
Tabel 4.8 Pemusnahan dan Pembuangan Akhir Limbah Padat Medis
Item Ya Tidak
Rumah Sakit memiliki Insenerator
Limbah padat medis dibakar di Insenerator
Pemusnahan limbah infeksius, sitotoksis dan farmasi dengan Insenerator (suhu 1000oC)
Pemusnahan limbah >24 jam
4.5.2 Sistem Pengelolaan Limbah Padat Non Medis RSUD Dokter Tengku Mansyur
Pengamatan dilakukan pada dua ruangan yang menghasilkan limbah padat non medis yaitu: ruang administrasi dan ruang instalasi gizi.
[image:60.595.117.514.254.462.2]1. Penampungan dan Pengumpulan
Tabel 4.9 Penampungan dan Pengumpulan Limbah Padat Non Medis
Item Ya Tidak
Dilakukan pemisahan limbah padat non medis kering dan
basah
Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan,
dan tahan karat
Tempat sampah mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan
Tampungan limbah padat non medis dilapisi plastik berwarna hitam
Plastik tampungan sampah memiliki keterangan domestik berwarna putih
Limbah padat non medis tidak dibiarkan melebihi 3x24 jam
2. Pengangkutan
Tabel 4.10 Pengangkutan Limbah Padat Non Medis
Item Ya Tidak
Limbah padat non medis tidak dibiarkan melebihi 3x24 jam
Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari jika 2/3 bagian telah terisi
Trolley pengangkut limbah padat non medis yang digunakan
dalam keadaan baik dan tidak bocor
Trolley pengangkut limbah padat non medis yang digunakan kedap air
Trolley pengangkut limbah padat non medis yang digunakan memiliki tutup
Trolley pengangkut limbah padat non medis yang digunakan mudah dibersihkan dan dikosongkan
Trolley pengangkut limbah padat non medis diberi tanda/logo
Limbah padat non medis dibuang ke tempat pembuangan sementara (TPS)
3. Tempat Pembuangan Sementara dan Pembuangan Akhir
Tabel 4.11 Tempat Pembuangan Sementara dan Pembuangan Akhir Limbah Padat Non Medis
Item Ya Tidak
Tempat pembuangan sementara sampah harus kedap air, tertutup dan mudah dibersihkan
Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan
pengangkut limbah
Limbah padat non medis dibuang ke TPA1 kali/hari
Limbah padat non medis dibuang ke TPA yang ditetapkanPEMDA
4.5.3 Hasil Observasi Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis di RSUD Dokter Tengku Mansyur (Sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004)
[image:63.595.111.507.301.741.2]Adapun hasil observasi pelaksanaan pengelolaan limbah padat medis dan non medis di RSUD Dokter Tengku Mansyur dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini:
Tabel 4.12 Hasil Observasi Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di RSUD Dokter Tengku Mansyur
Variabel pengelolaan Limbah Padat (bobot 10) skor maksimal 100
Bobot Nilai Skor (%) bobot x nilai Ket
Tempat limbah kuat,tahan karat,kedap air, dengan penutup dan kantong plastik dengan warna dan lambang sesuai pedoman
10 20 0 TMS
Tempat pengumpulan dan penampungan limbah sementara didesinfeksi setelah dikosongkan
10 15 15 MS
Diangkut ke Tempat Penampungan Sementara > 2 kali/hari dan ke Tempat Pembuangan akhir > 1 kali/hari
10 5 5 MS
Pemusnahan limbah padat infeksius, sitotoksis, dan farmasi dengan insenerator ( suhu >1000oC) atau khusus untuk sampah infeksius dapat distrerilkan dengan autoclave atau radiasi microwave sebelum dibuang ke landfill
10 25 0 TMS
Bagi yang tidak punya insenerator ada moU antara RS dan pihak yang melakukan pemusnahan limbah medis
10 20 0 TMS
Limbah domestik dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir yang ditetapkan Pemerintah Daerah
10 5 5 MS
Sampah radioaktif ditangani sesuai peraturan yang berlaku
10 10 0 TMS
Total Skor
250 x 100% TMS
Keterangan :
MS : Memenuhi Syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat
4.6 Tingkat Kepadatan Lalat
Hasil penghitungan kepadatan lalat dengan Fly Grill di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai dapat dilihat pada Tabel 4.13 dibawah ini :
Tabel 4.13 Kepadatan Lalat Dihitung dengan Fly Grill di RSUD Dokter Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai
No Ruang
an
Pengukuran 30 detik
ke- Rata-Rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Ruang Rawat Kelas
III
3 5 4 5 5 4 6 2 1 3 5
2. Ruang
Farmasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3. Ruang
Obygyn 3 0 1 3 2 3 3 1 2 2 2,8
4. Ruang Laborat
orium
2 3 1 1 3 2 1 2 2 2 2,4
5. Ruang Instalas
i Gizi
4 6 6 5 2 3 6 6 7 5 6,2
6. Ruang
Bedah 1 0 0 1 0 2 0 1 1 1 1,2
7. Ruang Admini
Strasi
1 0 1 1 2 2 1 3 2 3 2,4
[image:65.595.119.516.270.610.2]BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Kebijakan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis RSUD Dokter Tengku Mansyur
Berdasarkan hasil wawancara di RSUD Dokter Tengku Mansyur pengaturan pengelolaan limbah padat medis dan non medis belum mengacu pada peraturan khusus perundang-undangan tentang kesehatan lingkungan rumah sakit yaitu Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan Peraturan Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI. Hal ini dapat dilihat dari penanganan pembuangan akhir limbah padat medis dan non medis yang disatukan, masih ada tempat sampah yang terbuka dan tidak kedap air, tempat penampungan limbah padat medis dan non medis tidak memiliki label, alat pengangkutan sampah yang tidak memenuhi syarat dan tidak adanya perlakukan khusus terhadap pemusnahan limbah