• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis serta Angka Kepadatan Lalat di RSUD Dokter Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis serta Angka Kepadatan Lalat di RSUD Dokter Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai Tahun 2016"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA

PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS DAN NON MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER TENGKU

MANSYUR KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2016

(Lembar Wawancara Untuk Kepala Bagian IPLRS)

Identitas Informan

Nama Responden :

Jenis Kelamin :

Umur :

Jabatan :

Jumlah tempat tidur :

Jumlah rata-rata pasien rawat inap per hari : Jumlah rata-rata pasien rawat jalan perhari :

I. Kebijakan Rumah Sakit

1. Apakah ada kebijakan yang mendasari pengelolaan limbah padat medis dan non medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur? Jika ada sebutkan!

II. Sarana dan Prasarana

1. Fasilitas dan peralatan apa saja yang disediakan rumah sakit dalam membantu melancarkan proses pengelolaan limbah padat ?

2. Apakah berbagai fasilitas dari peralatan yang disediakan dapat berfungsi sebagaimana mestinya ?

(2)

III. Karakteristik Limbah Padat Rumah Sakit

1. Unit pelayanan/ ruangan apa saja penghasil limbah padat medis ? 2. Unit pelayanan/ruangan apa saja penghasil limbah padat non medis ? 3. Jumlah rata-rata produksi limbah padat per hari di rumah sakit

a. Limbah padat medis : kg per hari

(3)

PEDOMAN WAWANCARA

PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS DAN NON MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER TENGKU

MANSYUR KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2016

(Lembar Wawancara Untuk Petugas Kebersihan Rumah Sakit)

Identitas Informan

Nama Responden :

Jenis Kelamin :

Umur :

Jabatan :

I. Pengelolaan Limbah Padat Medis Rumah Sakit

a. Penampungan dan Pengumpulan

1. Apakah ada tempat penampungan limbah padat medis di rumah sakit, berapa jumlahnya ?

2. Berapa jarak penempatan antara tempat sampah satu dengan tempat sampah lainnya ?

3. Siapa yang melakukan pemilahan atau pemisahan limbah padat medis menurut jenis dan sifat sebelum dibuang ?

4. Apakah tempat sampah yang tersedia dilapisi dengan kantong plastik yang berbeda-beda warnanya berdasarkan jenis sampah ?

(4)

b. Pengangkutan

1. Siapa yang mengangkut limbah padat medis rumah sakit, berapa orang ? 2. Berapa kali limbah padat medis rumah sakit tersebut diambil dalam

sehari?

3. Kapan jadwal pengangkutan limbah padat medis rumah sakit dilakukan ? a. Pagi hari ( jam ...-...)

b. Siang hari ( jam...-...) c. Sore hari (jam ....-...)

4. Pernahkah terjadi penumpukan limbah padat medis rumah sakit di dalam tempat dan terlambat diambil oleh petugas pengelola ?

5. Dimanakah biasanya limbah padat medis tersebut dipindahkan setelah dikumpulkan, sementara menunggu pengangkutan ?

6. Berapa jumlah trolley limbah medis yang tersedia ? 7. Berapa jumlah trolley limbah medis dioperasikan ? 8. Melewati jalur manakah trolley limbah medis ?

9. Apakah dipisahkan trolley pengangkut limbah padat medis dan limbah padat non medis ?

c. Pembuangan Akhir

1. Apakah limbah padat medis di pisahkan pembuangannya dengan limbah padat non medis?

2. Apakah terdapat insenerator di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai?

(5)

II. Pengelolaan Limbah Padat Non Medis Rumah Sakit

a. Penampungan dan Pengumpulan

1. Apakah ada tempat penampungan limbah padat non medis di rumah sakit, berapa jumlahnya ?

2. Berapa jarak penempatan antara tempat sampah satu dengan tempat sampah lainnya ?

3. Siapa yang melakukan pemilahan atau pemisahan limbah padat non medis menurut jenis dan sifat sebelum dibuang ?

4. Apakah tempat sampah yang tersedia dilapisi dengan kantong plastik yang berbeda-beda warnanya berdasarkan jenis sampah ?

5. Apakah tempat sampah yang telah dipakai dibersihkan atau dicuci, menggunakan apa?

b. Pengangkutan

1. Siapa yang mengangkut limbah padat non medis rumah sakit, berapa orang ?

2. Berapa kali limbah padat non medis rumah sakit tersebut diambil dalam sehari?

3. Kapan jadwal pengangkutan limbah padat non medis rumah sakit dilakukan ?

(6)

4. Pernahkah terjadi penumpukan limbah padat non medis rumah sakit di dalam tempat dan terlambat diambil oleh petugas pengelola ?

5. Dimanakah biasanya limbah padat non medis tersebut dipindahkan setelah dikumpulkan, sementara menunggu pengangkutan ?

6. Berapa jumlah trolley limbah non medis yang tersedia ? 7. Berapa jumlah trolley limbah non medis yang dioperasikan ? 8. Melewati jalur manakah trolley limbah non medis ?

9. Apakah dipisahkan trolley pengangkut limbah padat medis dan limbah padat non medis ?

c. Pembuangan Akhir

1. Apakah limbah padat medis di pisahkan pembuangannya dengan limbah padat non medis?

2. Apakah TPS Rumah Sakit terbuat dari beton yang mudah dibersihkan serta tidak mengganggu kenyamanan masyarakat yang tinggal disekitar area Rumah Sakit?

(7)

Lampiran 2

LEMBAR OBSERVASI

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS DAN NON MEDIS

1. Penampungan dan Pengumpulan Limbah Padat Medis

Item Ya Tidak

Tempat sampah limbah medis dan non medis terpisah

Tempat sampah limbah medis memakai tutup

Tempat sampah limbah medis kedap air

Tempat sampah limbah medis tahan karat

Tempat sampah limbah medis anti tusuk

Tempat sampah limbah infeksius dan sitotoksis didesinfeksi setelah dikosongkan

Tempat penampungan/kantong plastik limbah sangat infeksius berwarna kuning

Tampungan limbah infeksius, patologi dan anatomi menggunakan plastiik berwarna kuning

Tampungan sampah sitotoksis menggunakan plastik berwarna ungu

Tampungan sampah limbah kimia dan farmasi menggunakan plastik berwarna coklat

Tampungan limbah domestik dilapisi plastik berwarna hitam

(8)

2. Pengangkutan Limbah Padat Medis

Item Ya Tidak

Trolley pengumpulan limbah padat medis dan non medis dipisahkan

Trolley pengangkut limbah padat medis yang digunakan dalam keadaan baik dan tidak bocor

Trolley pengangkut limbah padat medis yang digunakan kedap air

Trolley pengangkut limbah padat medis yang digunakan memiliki tutup

Trolley pengangkut limbah padat medis yang digunakan mudah dibersihkan dan dikosongkan

Trolley pengangkut limbah padat pakiran/halaman berbeda dengan limbah padat ruangan

Trolley pengangkut limbah padat medis diberi tanda/logo

Terdapat jalur khusus pengangkut limbah

Limbah padat medis dibuang ke tempat pembuangan sementara (TPS)

3. Pemusnahan dan Pembuangan Akhir Limbah Padat Medis

Item Ya Tidak

Rumah Sakit memiliki Insenerator

Limbah padat medis dibakar di Insenerator

Pemusnahan limbah infeksius, sitotoksis dan farmasi dengan Insenerator (suhu 1000oC)

(9)

LEMBAR OBSERVASI

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS DAN NON MEDIS

1. Penampungan dan Pengumpulan Limbah Padat Non Medis

Item Ya Tidak

Dilakukan pemisahan limbah padat non medis kering dan basah

Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, dan tahan karat

Tempat sampah mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan

Tampungan limbah padat non medis dilapisi plastik berwarna hitam

Plastik tampungan sampah memiliki keterangan domestik berwarna putih

Limbah padat non medis tidak dibiarkan melebihi 3x24 jam

2. Pengangkutan Limbah Padat Non Medis

Item Ya Tidak

Limbah padat non medis tidak dibiarkan melebihi 3x24 jam

Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari jika 2/3 bagian telah terisi

Trolley pengangkut limbah padat non medis yang digunakan dalam keadaan baik dan tidak bocor

Trolley pengangkut limbah padat non medis yang digunakan kedap air

(10)

memiliki tutup

Trolley pengangkut limbah padat non medis yang digunakan mudah dibersihkan dan dikosongkan

Trolley pengangkut limbah padat non medis diberi tanda/logo

Limbah padat non medis dibuang ke tempat pembuangan

sementara (TPS)

3. Tempat Pembuangan Sementara dan Pembuangan Akhir Limbah Padat Non Medis

Item Ya Tidak

Tempat pembuangan sementara sampah harus kedap air, tertutup dan mudah dibersihkan

Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut limbah

Limbah padat non medis dibuang ke TPA1 kali/hari

Limbah padat non medis dibuang ke TPA yang ditetapkan PEMDA
(11)

Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT (Sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004)

NO Variabel pengelolaan Limbah Padat (bobot 10) skor maksimal 100

Bobot Nilai Skor (%) bobot x nilai Ket

1. Tempat limbah kuat,tahan karat,kedap air, dengan penutup dan kantong plastik dengan warna dan lambang sesuai pedoman

10 20 0 TMS

2. Tempat pengumpulan dan penampungan limbah sementara didesinfeksi setelah dikosongkan

10 15 15 MS

3. Diangkut ke Tempat Penampungan Sementara > 2 kali/hari dan ke Tempat Pembuangan akhir > 1 kali/hari

10 5 5 MS

4. Pemusnahan limbah padat infeksius, sitotoksis, dan farmasi dengan insenerator ( suhu >1000oC) atau khusus untuk sampah infeksius dapat distrerilkan dengan autoclave atau radiasi microwave sebelum dibuang ke landfill

10 25 0 TMS

5. Bagi yang tidak punya insenerator ada moU antara RS dan pihak yang melakukan pemusnahan limbah medis

10 20 0 TMS

6. Limbah domestik dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir yang ditetapkan Pemerintah Daerah

10 5 5 MS

7. Sampah radioaktif ditangani sesuai peraturan yang berlaku

10 10 0 TMS

Total Skor

250 x 100% TMS

(12)

Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI

KEPADATAN LALAT DI RSUD DOKTER TENGKU MANSYUR

No

Ruang-an

Pengukuran 30 detik ke

Rata-Rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Ruang

Inap Kelas III

3 5 4 5 5 4 6 2 1 3 5

2. Ruang Farmasi

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3. Ruang Obygyn

3 0 1 3 2 3 3 1 2 2 2,8

4. Ruang Laborato

rium

2 3 1 1 3 2 1 2 2 2 2,4

5. Ruang Instalasi

Gizi

4 6 6 5 2 3 6 6 7 5 6,2

6. Ruang Bedah

1 0 0 1 0 2 0 1 1 1 1,2

7. Ruang Adminis

Trasi

(13)

Lampiran 5

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 1204/MENKES/SK/X/2004

TENTANG

PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

IV. PENGELOLAAN LIMBAH

A. Pengertian

1. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah

sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.

2. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk

padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat

dan non-medis.

3. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,

limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah

kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan

kandungan logam berat yang tinggi.

4. Limbah padat non-medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di

rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur,perkantoran, taman, dan

(14)

5. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan

rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia

beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.

6. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan

pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator,

anastesi, dan pembuatan obat citotoksik.

7. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme patogen yang

tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan

virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.

8. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan stock bahan

sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yang telah

diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.

9. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan

dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai

kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.

10. Minimasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk mengurangi

jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduce),

menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle)

B. Persyaratan

1. Limbah Medis Padat

a. Minimasi Limbah

1) Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber.

2) Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia

yang berbahaya dan beracun.

(15)

4) Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari

pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari

pihak yang berwenang.

b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang

1) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah.

2) Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang

tidak dimanfaatkan kembali.

3) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan

terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan

tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat

membukanya.

4) Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.

5) Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses

sterilisasi sesuai Tabel I.10. Untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus

dilakukan tes Bacillus stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus

dilakukan tes Bacillus subtilis.

Tabel I.10

Metode Sterilisasi Untuk Limbah yang Dimanfaatkan Kembali

Metode sterilisasi Suhu Waktu Kontak

Sterilisasi dengan panas

- Sterilisasi kering dalam oven

- “poupinel”

- Sterilisasi basah dalam autoclave

160oC

170oC

121oC

120 Menit

60 Menit

30 Menit

Sterilisasi dengan bahan kimia

(16)

- Glutaraldehyde 30 Enit

6) Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali. Apabila

rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah jarum

hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode

sterilisasi pada Tabel I.10

7) Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan

wadah dan label seperti Tabel I.11

8) Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan perak

yang dihasilkan dari proses film sinar X.

Tabel I.11

Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya

No Kategori Warna kontainer/kantong

plastik

Lambang Keterangan

1. Radioaktif Merah Kantong boks

timbal dengan simbol radioaktif

2. Sangat Infeksius

Kuning Kantong plastik

kuat, anti bocor, atau kontainer

yang dapat di sterilisasi dengan

otoklaf 3. Limbah

Infeksius, Patologi dan

Anatomi

Kuning Plastik kuat dan

(17)

4. Sitotoksis Ungu Plastik kuat dan anti bocor atau

container

5. Limbah Kimia dan Farmasi

Coklat

-Kontainer plastik kuat dan anti

bocor

9) Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan diberi

label bertuliskan ” Limbah Sitotoksis”.

c. Pengumpulan, Pengangkutan, dan Penyimpanan Limbah Media Padat di

Lingkungan Rumah Sakit

1) Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah

menggunakan troli khusus yang tertutup.

2) Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim

hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.

d. Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan ke Luar Rumah Sakit

1) Pengelola harus mengumpulkan dan mengmas pada tempat yang kuat.

2) Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus.

e. Pengolahan dan Pemusnahan

1) Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat

pembuangan akhir limbah domestik sebelumaman bagi kesehatan.

2) Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan

dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan

pemanasan menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan

(18)

2. Limbah Medis Non Padat

a. Pemilahan dan Pewadahan

1) Pewadahan limbah padat non-medis harus dipisahkan dari limbah medis padat

dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam.

2) Tempat Pewadahan

a. Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong plastik warna

hitam sebagai pembungkus limbah padat dengan lambang ”domestik” warna

putih

b. Bila kepadatan lalat disekitar tempat limbah pada melebih 2 (dua) ekor per-block

grill, perlu dilakukan pengendalian padat.

b. Pengumpulan, Penyimpanan, dan Pengangkutan

1) Bila di tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan lalat lebih dari 20 ekor

per-block grill atau tikus terlihat pada siang hari, harus dilakukan pengendalian.

2) Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian serangga dan binatang

pengganggu yang lain minimal 1 (satu) bulan sekali.

c. Pengolahan dan Pemusnahan

Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non-medis harus dilakukan sesuai

persyaratan kesehatan.

3. Limbah Cair

Kualitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau

lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup Nomor Kep-58/MenLH/12/1995 atau peraturan daerah setempat.

(19)

Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis padat

dengan insinerator mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor

Kep-13/MenLH/12/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.

C. Tata Laksana

1. Limbah Medis Padat

a. Minimisasi Limbah

1) Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum

membelinya.

2) Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.

3) Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara kimiawi.

4) Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam kegiatan

perawatan dan kebersihan.

5) Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi limbah

bahan berbahaya dan beracun.

6) Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan.

7) Menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari

kadaluarsa.

8) Menghabiskan bahan dari setiap kemasan

9) Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh distributor.

b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang

1) Dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat mulai dari sumber yang terdiri

dari limbah infeksius, limbah patologi,limbah benda tajam, limbah farmasi,

limbah sototksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan

dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.

(20)

- Terbuat dari bahan yang kuat, cuup ringan, tahan karat, kedap air, dan

mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.

- Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan yang

terpisah dengan limbah padat nonmedis.

- Kantong plastik diangkat setiap haru atau kurang sehari apabila 2/3 bagian telah

terisi limbah.

- Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus (safety box)

seperti botol atau karton yang aman.

- Tempat pewadahan limbah medis padat infeksius dan sitotoksik yang tidak

langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan

disinfektan apabila akan dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik

yang telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak boleh

digunakan lagi.

3) Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi

meliputi pisau bedah (scalpel), jarum hipodermik, syringes, botol gelas, dan

kontainer.

4) Alat-alat lain yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi adalah

radionukleida yang telah diatur tahan lama untuk radioterapi seperti puns,

needles, atau seeds.

5) Apabila sterilisasi yang dilakukan adalah sterilisasi dengan ethylene oxide, maka

tangki reactor harus dikeringkan sebelum dilakukan injeksi ethylene oxide. Oleh

karena gas tersebut sangat berbahaya, maka sterilisasi harus dilakukan oleh

petugas yang terlatih. Sedangkan sterilisasi dengan glutaraldehyde lebih aman

(21)

6) Upaya khsus harus dilakukan apabila terbukti ada kasus pencemaran spongiform

encephalopathies.

c. Tempat Penampungan Sementara

1) Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya harus membakar

limbahnya selambat-lambatnya 24 jam.

2) Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator, maka limbah medis

padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau

pihak lain yang mempunyai insinerator untuk dilakukan pemusnahan

selambat-lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang.

d. Transportasi

1) Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut

harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup.

2) Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan manusia maupun

binatang.

3) Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri yang

terdiri :

a) Topi/helm;

b) Masker;

c) Pelindung mata;

d) Pakaian panjang (coverall);

e) Apron untuk industri;

f) Pelindung kaki/sepatu boot; dan

g) Sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves)

e. Pengolahan, Pemusnahan, dan Pembuangan Akhir Limbah Padat

(22)

a) Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen infeksius

dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah seperti

dalam autoclave sedini mungkin. Untuk limbah infeksius yang lain cukup dengan

cara disinfeksi.

b) Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan, dan dapat

diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok untuk

benda tajam.

c) Setelah insinerasi atau disinfeksi, residunya dapat dibuang ke tempat

pembuangan B3 atau dibuang ke landfill jika residunya sudah aman.

2) Limbah Farmasi

a) Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator pirolitik

(pyrolytic incinerator), rotary kiln,dikubur secara aman, sanitary landfill, dibuang

ke sarana air limbah atau inersisasi. Tetapi dalam jumlah besar harus

menggunakan fasilitas pengolahan yang khusus seperti rotary kiln, kapsulisasi

dalam drum logam, dan inersisasi.

b) Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada

distributor, sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan tidak memungkinkan

dikembalikan, supaya dimusnahkan melalui insinerator pada suhu diatas 1.000°

C.

3) Limbah Sitotoksis

a) Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan

penimbunan (landfill) atau ke saluran limbah umum.

b) Pembuangan yang dianjurkan adalah dikembalikan ke perusahaan penghasil

(23)

belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa harus dikembalikan

ke distributor apabila tidak ada insinerator dan diberi keterangan bahwa obat

tersebut sudah kadaluarsa atau tidak lagi dipakai.

c) Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1.200° C dibutuhkan untuk

menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada suhu rendah dapat

menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke udara.

d) Insinerator dengan 2 (dua) tungku pembakaran pada suhu 1.200° C dengan

minimum waktu tinggal 2 detik atau suhu 1.000° C dengan waktu tinggal 5 detik

di tungku kedua sangat cocok untuk bahan ini dan dilengkapi dengan penyaring

debu.

e) Insinerator juga harus dilengkapi dengan peralatan pembersih gas. Insinerasi

juga memungkinkan dengan rotary kiln yang didesain untuk dekomposisi panas

limbah kimiawi yang beroperasi dengan baik pada suhu diatas 850° C.

f) Insinerator dengan 1 (satu) tungku atau pembakaran terbuka tidak tepat

untuk pembuangan limbah sitotoksis.

g) Metode degradasi kimia yang mengubah senyawa sitotoksik menjadi

senyawa tidak beracun dapat digunakan tidak hanya untuk residu obat tapi juga

pencucian tempat urin, tumpahan dan pakaian pelindung.

h) Cara kimia relatif mudah dan aman meiputi oksidasi oleh Kalium

permanganat (KMnO4) atau asam sulfat (H2SO4) , penghilangan nitrogen

dengan asam bromida, atau reduksi dengan nikel dan aluminium.

i) Insinerasi maupun degradasi kimia tidak merupakan solusi yang sempurna

untuk pengolahan limbah. Tumpahan atau cairan biologis yang terkontaminasi

agen antineoplastik. Oleh karena itu, rumah sakit harus berhati-hati dalam

(24)

j) Apabila cara insinerasi maupun degradasi kimia tidak tersedia, kapsulisasi

atau inersisasi dapat dipertimbangkan sebagai cara yang dapat dipilih.

4) Limbah Bahan Kimiawi

a) Pembuangan Limbah Kimia Biasa

Limbah kimia biasa yang tidak bisa didaur seperti gula, asam amino, dan garam

tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor. Namun demikian, pembuangan

tersebut harus memenuhi persyaratan konsentrasi bahan pencemar yang ada

seperti bahan melayang, sushu, dan pH.

b) Pembuangan Limbah Kimia Berbahaya Dalam Jumlah Kecil

Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang terdapat dalam

kemasan sebaiknya dibuang dengan insinerasi pirolitik, kapsulisasi, atau ditimbun

(landfill).

c) Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar

Tidak ada cara pembuangan yang aman dan sekaligus murah untuk limbah

berbahaya. Pembuangannya lebih ditentukan kepada sifat v=bahaya yang

dikandung oleh limbah tersebut. Limbah tertentu yang bisa dibakar sepertibanyak

bahan pelarut dapat diinsinerasi. Namun, bahan pelarut dalam jumlah besar

seperti pelarut halogenida yang mengandung klorin atau florin tidak boleh

diinsinerasi kecuali insineratornya dilengkapi dengan alat pembersih gas.

d) Cara lain adalah dengan mengembalikan bahan kimia berbahaya tersebut ke

distributornya yang akan menanganinyadengan aman, atau dikirim ke negara lain

yang mempunyai peralatan yang cocok untuk megolahnya. Beberapa hal yang

perlu diperhatikan dalam penanganan limbah kimia berbahaya:

- Limbah berbahaya yang komposisinya berbeda harus dipisahkan untuk

(25)

- Limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar tidak boleh ditimbun karena

dapat mencemari air tanah.

- Limbah kimia disinfektan dalam jumlah besar tidak boleh dikapsulisasi

karena sifatnya yang korosif dan mudah terbakar.

- Limbah padat bahan kimia berbahaya cara pembuangannya harus

dikonsultasikan terlebih dahulu kepada instansi yang berwenang.

5) Limbah Dengan Kandungan Logam Berat Tinggi

a) Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh dibakar atau

diinsinerasi karena berisiko mencemari udara dengan uap beracun dan tidak

boleh dibuang ke landfill karena dapat mencemari air tanah.

b) Cara yang disarankan adalah dikirim ke negara yang mempunyai fasilitas

pengolah limbah dengan kandungan logam berat tinggi. Bila tidak

memungkinkan, limbah dibuang ke tempat penyimpanan yang aman sebagai

pembuangan akhir untuk limbah yang berbahaya. Cara lain yang paling

sederhana adalah dengan kapsulisasi kemudian dilanjutkan dengan landfill.

Bila hanya dalam jumlah kecil dapat dibuang dengan limbah biasa.

6) Kontainer Bertekanan

a) Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan adalah

dengan daur ulang atau penggunaan kembali. Apabila masih dalam kondisi utuh

dapat dikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang gas. Agen halogenida

dalam bentuk cair dan dikemas dalam botol harus diperlakukan sebagai limbah

bahan kimia berbahaya untuk pembuangannya.

b) Cara pemuangan yang tidak diperbolehkan adalah pembakaran atau insinerasi

karena dapat meledak.

(26)

Kontainer-kontainer yang harus dikembalikan ke penjualnya adalah:

- Tabung atau silinder nitrogen oksida yang biasanya disatukan dengan peralatan

anestesi.

- Tabung atau silinder etilin oksida yang biasanya disatukan dengan peralatan

sterilisasi

- Tabung bertekanan untuk gas lain seperti oksigen, nitrogen, karbon dioksida,

udara bertekanan, siklopropana, hidrogen, gas elpiji, dan asetilin.

• Kontainer yang sudah rusak

Kontainer yang rusak tidak dapat diisi ulang harus dihancurkan setelah

dikosongkan kemudian baru dibuang ke landfill.

• Kaleng aerosol

Kaleng aerosol kecil harus dikumpulkan dan dibuang bersama dengan limbah

biasa dalam kantong plastik hitam dan tidak untuk dibakar atau diinsinerasi.

Limbah ini tidak boleh dimasukkan ke dalam kantong kuning karena akan dikirim

ke insinerator. Kaleng aerosol dalam jumlah banyak sebaiknya dikembalikan ke

penjualnya atau ke instalasi daur ulang bila ada.

7) Limbah Radioaktif

a) Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam kebijakan dan

strategi nasional yang menyangkut peraturan, infrastruktur, organisasi pelaksana,

dan tenaga yang terlatih.

b) Setiap rumah sakit yang menggunkan sumber radioaktif yang terbuka untuk

keperluan diagnosa, terapi atau penelitian harus menyiapkan tenaga khusus yang

terlatih khusus di bidang radiasi.

c) Tenaga tersebut bertanggung jawab dalam pemakaian bahan radioaktif yang

(27)

d) Instrumen kalibrasi yang tepat harus tersedia untuk monitoring dosis dan

kontaminasi. Sistem pencatatan yang baik akan menjamin pelacakan limbah

radioaktif dalam pengiriman maupun pembuangannya dan selalu diperbarui

datanya setiap waktu

e) Limbah radioaktif harus dikategorikan dan dipilah berdasarkan ketersediaan

pilihan cara pengolahan, pengkondisian, penyimpanan, dan pembuangan.

Kategori yang memungkinkan adalah :

- Umur paruh (half-life) seperti umur pendek (short-lived), (misalnya umur

paruh < 100 hari), cocok untukpenyimpanan pelapukan,

- Aktifitas dan kandungan radionuklida,

- Bentuk fisika dan kimia,

- Cair : berair dan organik,

- Tidak homogen ((seperti mengandung lumpur atau padatan yang melayang),

- Padat : mudah terbakar/ tidak mudah terbakar (bila ada) dan dapat

dipadatkan/tidak mudah dipadatkan (bila ada)

- Sumber tertutup atau terbuka seperti sumber tertutup yang dihabiskan,

- Kandungan limbah seperti limbah yang mengandung bahan berbahaya

(patogen, infeksius, beracun).

f) Setelah pemilahan, setiap kategori harus disimpan terpisah dalam kontainer, dan

kontainer limbah tersebut harus :

- Secara jelas diidentifikasi,

- Ada simbol radioaktif ketika sedang digunakan

- Sesuai dengan kandungan limbah,

- Dapat diisi dan dikosongkan dengan aman,

(28)

g) Informasi yang harus dicatat pada setiap kontainer limbah :

- Nomor identifikasi,

- Radionuklida,

- Aktifitas (jika diukur atau diperkirakan) dan tanggal pengukuran,

- Asal limbah (ruangan, laboratorium, atau tempat lain),

- Angka dosis permukaan dan tanggal pengukuran,

- Orang yang bertanggung jawab.

h) Kontainer untuk limbah padat harus dibungkus dengan kantong plastik transparan

yang dapat ditutup dengan isolasiplastik

i) Limbah padat radioaktif dibuang sesuai dengan persyaratan teknis dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku (PP Nomor 27 Tahun 2002) dan kemudian

diserahkab kepada BATAN untuk penanganan lebih lanjut atau dikembalikan

kepada negara distributor. Semua jenis limbah medi termasuk limbah radioaktif

tidak boleh dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah domestik (landfill)

sebelum dilakukan pengolahan terlebih ahulu sampai memenuhi persyaratan.

2. Limbah Padat Non-Medis

a. Pemilahan Limbah Padat Non-Medis

1) Dilakukan pemilahan limbah padat non-medis antara limbah yang dapat

dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali

2) Dilakukan pemilahan limbah padat non-medis antara limbahbasah dan limbah

kering.

b. Tempat Pewadahan Limbah padat Non-Medis

1) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan

mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan pada bagian dalamnya, misalnya

(29)

2) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.

3) Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan

kebutuhan.

4) Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x 24 jam atau apabila

2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut supaya tidak

menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu.

c. Pengangkutan

Pengangkutan limbah padat domestik dari setiap ruangan ke tempat penampungan

sementara menggunakan troli tertutup.

d. Tempat Penampungan Limbah Padat Non-Medis Sementara

1) Tersedia tempat penampungan limbah padat non-medis sementara dipisahkan

antara limbah yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat

dimanfaatkan kembali. Tempat tersebut tidak merupakan sumber bau, dan lalat

bagi lingkungan sekitarnya dilengkapi saluran untuk cairan lindi.

2) Tempat penampungan sementara limbah padat harus kedap air, bertutup dan

selalu dalam keadaan tertutup bila sedang tidak diisi serta mudah dibersihkan.

3) Terletak pada lokasi yang muah dijangkau kendaraan pengangkut limbah padat.

4) Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24 jam.

e. Pengolahan Limbah Padat

Upaya untuk mengurangi volume, mengubah bentuk atau memusnahkan limbah

apdat dilakukan pada sumbernya. Limbah yang masih dapat dimanfaatkan hendaknya

dimanfaatkan kembali untuk limbah padat organik dapat diolah menjadi pupuk.

(30)

Limbah padat umum (domestik) dibuang ke lokasi pembuangan akhir yang

dikelola oleh pemerintah daerah (Pemda), atau badan lain sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku.

3. Limbah Cair

Limbah cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan

karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume, dan

prosedur penanganan dan penyimapangannya.

a. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap

air, dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan saluran air

hujan.

b. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau

bersama-sama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi

persyaratan teknis, apabila belum ada atau tidak terjangkau sistem pengolahan air

limbah perkotaan.

c. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian

limbah yang dihasilkan.

d. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah

harus dilengkapi/ditutup dengan gril.

e. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di Instalasi Pengolahan

Air Limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai kebutuhan

yang berlaku melalui kerjasam dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.

f. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent) dilakukan setiap

bulan sekali untuk swapantau dan minimal 3 bulan sekali uji petik sesuai dengan

(31)

g. Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena zat

radioaktif, pengelolaannya dilakukan sesuai ketentuan BATAN.

h. Parameter radioaktif diberlakukan bagi rumah sakit sesuai dengan bahan

radioaktif yang dipergunakan oleh rumah sakit yang bersangkutan.

4. Limbah Gas

a. Monitoring limbah gas berupa NO2, So2, logam berat, dan dioksin dilakukan

minimal 1 (satu) kali setahun

b. Suhu pembakaran minimum 1.000° C untuk pemusnahan bakteri patogen, virus,

dioksin, dan mengurangi jelaga.

c. Dilengkapi alat untuk mengurangi emisi gas dan debu.

d.Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak memproduksi gas

oksigen dan dapat menyerap debu.

5. Pengelolaan limbah medis rumah sakit secara rinci mengacu pada pedoman

(32)

Lampiran 6

(33)
(34)
(35)

Lampiran 9

[image:35.595.130.495.215.448.2]

Foto Sarana dan Prasarana Pengelolaan Limbah Padat RSUD Dokter Tengku Mansyur

Gambar 1 RSUD Dokter Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai

[image:35.595.141.486.487.698.2]
(36)
[image:36.595.148.479.110.390.2]

Gambar 3 Troli Pengangkut Limbah Padat Rumah Sakit

[image:36.595.165.462.428.684.2]
(37)
[image:37.595.148.478.112.342.2]

Gambar 5 Tempat Sampah Medis dan Non Medis

[image:37.595.115.506.383.659.2]
(38)
[image:38.595.149.477.112.394.2]

Gambar 7 Observasi Kepadatan Lalat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

[image:38.595.132.494.435.718.2]
(39)

DAFTAR PUSTAKA

Abor, P.A.& Bouwer. 2007. Medical Waste Management Practice In a Southern African Hospital International Journal of Health Care

Quality Assurance

Vol21.http://search.proquest.com/docview/229599222/fulltextPDF/1326 2DC865866E53766/8accounted17242

Adisasmito, W. 2007. Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit.Buku Kedokteran EGC.Jakarta.

Anies, 2006.Manajemen Berbasis Lingkungan Solusi Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Menular.Elex Media Komputendo.Jakarta.

Astuti dan Purnama. 2014.Kajian Pengelolaan Limbah Di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. Artikel Penelitian. Diakses Pada Tanggal 19 Februari 2016.

Atik, A. M. A. 2011. Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Secara Terpadu Di Rumah Sakit. Jurnal Dian. 11(2).

Chandra, B. 2012. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Depkes RI. 2002.Pedoman Sanitasi Rumah Sakit Di Indonesia. Direktorat Jendaral PPM & PLP.Jakarta.

. 2009.Menkes RI N0.1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.Jakarta.

.2001.Pedoman Teknis Sanitasi Lingkungan dalam Pengendalian Vektor . Direktorat Jendral PPM dan PLP.Jakarta.

.2004.Pengelolaan Limbah Rumah Sakit.Bakti Husada.Jakarta.

.2004.Kepmenkes RI No 1204/ Menkes/Sk/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

.2006.Kepmenkes RI No.1428/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.Jakarta.

(40)

Kepmenkes RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010. Kementerian Kesehatan RI.Jakarta.

Kuswanto, Budi.2000. Skripsi. Tinjauan Pengelolaan Sampah di Rumah Sakit Pelni Petamburan Jakarta Tahun 2000. Universitas Indonesia. Jakarta.

Paramita, N. 2007. Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Jurnal Presipitasi. 2(1). ISSN 1907-187X

Pruss, Giroult and Rushbrook. 2005. Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan. Buku Kedokteran EGC.Jakarta.

Pruss, A. 2005. Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan.Cetakan I. Buku Kedokteran EGC.Jakarta.

Slamet, J. R. 2009. Kesehatan Lingkungan. Gadjah mada University Press. Cetakan Kedelapan.Jakarta.

Suska, D. 2007. Parasit Lalat. Diakses tanggal 5 Maret 2016. http://infovet.wordpress.com/2007/09/17/penyakit-parasit/

World Health Organization, 2007. Wastes From Health Care Activities. Diakses Pada Tanggal 14 Maret

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yang dilakukan dengan cara observasi dan wawancara untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pengelolaan limbah padat medis dan non medis Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai tahun 2016.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai. Penelitian ini dilakukan mulai survei awal bulan Februari 2016 sampai Juni 2016.

3.3 Objek Penelitian

(42)

3.4 Informan Penelitian

Informan peneltian ini adalah Kepala Bagian Instansi Pengolahan Limbah dan Kepala Petugas Kebersihan Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Manyur.

3.5 Alat dan Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Data Primer

Dikumpulkan melalui wawancara dan observasi langsung menggunakan lembar observasi lapangan. Pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian meliputi:

a. Proses pelaksanaan pengelolaan limbah padat mulai dari pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir.

b. Sumber dan volume limbah padat medis dan non medis.

c. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam mengelola limbah padat. Selain itu, untuk menghitung kepadatan lalat dengan fly grill menggunakan lembar observasi pencatatan kepadatan lalat.

3.5.2 Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mencatat dan memotokopi data yang sudah ada di rumah sakit sesuai dengan data yang diperlukan.

Data sekunder yang di ambil meliputi: a. Gambaran umum rumah sakit b. Organisasi rumah sakit

(43)

3.6 Definisi Operasional Variabel

1. Karakteristik rumah sakit adalah organisasi rumah sakit yang mempunyai sejumlah sifat atau karakteristik yang tidak dimiliki organisasi rumah sakit lainnya seperti jenis pelayanan kesehatan, fasilitas rumah sakit dan tenaga kesehatan rumah sakit.

2. Kebijakan atau peraturan adalah arah pedoman yang memuat ketentuan umum, pertanggungjawaban administrasi, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, pembuangan, pelanggaran dan sangsi-sangsi didalam pengelolaan sampah.

3. Sarana dan Prasarana adalah peralatan dan bahan yang menunjang atau mendukung pelaksanaan pengelolaan limbah padat medis dan non medis . 4. Sumber limbah adalah tempat-tempat atau unit/ruangan Rumah Sakit Umum

Daerah Dokter Tengku Mansyur yang menghasilkan limbah yaitu ruang rawat inap, instalasi gizi, ruang farmasi, ruang intalasi gawat darurat.

5. Volume limbah padat adalah jumlah limbah yang diukur dengan satuan liter atau m3 yang dihasilkan setiap hari di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur

6. Pengelolaan limbah padat medis dan non medis adalah cara dalam mengolah limbah padat medis dan non medis yang dimulai dari proses pemilahan, pengumpulan, pengangukutan, dan pemusnahan.

(44)

8. Pewadahan atau penampungan sementara adalah tempat menampung limbah padat medis dan non medis sebelum limbah dikumpulkan dan dikelola lebih lanjut.

9. Pengangkutan adalah kegiatan yang dilakukan jika proses penampungan telah dilakukan.

10. Pemusnahan adalah kegiatan mengahncurkan atau memusnahkan limbah padat medis.

11. Pembuangan akhir limbah adalah tahap akhir dari pengelolaan limbah, biasanya dengan cara penimbunan (landfill).

12. Kepadatan lalat adalah jumlah lalat yang tertangkap dengan menggunakan Fly Grill

13. Memenuhi syarat Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 adalah bahwa proses sistem pengelolaan sampah di rumah sakit sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang persyaratan lingkungan rumah sakit.

14. Tidak memenuhi syarat Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 adalah bahwa proses sistem pengelolaan limbah di rumah sakit tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang persyaratan lingkungan rumah sakit.

3.7 Aspek Pengukuran

(45)

a. Aspek pengukuran limbah padat berdasarkan Kepmenkes RI No.1204/MENKES/SK/X/2004

Untuk lembar observasi penelitian sistem pengelolaan limbah padat dengan jumlah checklist ada 7 item dengan total skor = 100, yang diperoleh dari jumlah skor setiap item dengan nilai skor yang berbeda sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004. Kualitas hasil pengelolaan limbah padat non medis rumah sakit tipe C, memenuhi syarat jika total skor >65% dan tidak memenuhi syarat jika <65% .

b. Aspek pengukuran Kepadatan lalat

Untuk lembar observasi penelitian kepadatan lalat menggunakan standar penelitian yaitu :

0-2 :Rendah (Tidak menjadi masalah)

3-5 :Sedang (Perlu dilakukan pengamatan terhadap tempat-tempat berkembangbiaknya lalat)

6-20 :Tinggi/Padat (Populasinya cukup padat dan perlu pengamatan di tempat-tempat berbiaknya lalat, dan bila mungkin direncanakan upaya pengendalian )

>21 : Sangat Tinggi/Padat (Populasinya padat dan perlu adanya pengendalian)

Cara pengoperasian fly grill adalah sebagai berikut :

(46)

2. Lalu, letakkan fly grill secara datar pada titik yang akan diukur yaitu tempat sampah ruang rawat inap rumah sakit.

3. Hitung jumlah lalat yang hinggap pada fly grill selama 30 detik. Lakukan perhitungan secara berulang sebanyak 10 kali dengan cara yang sama. 4. Dari 5 kali perhitungan yang mendapat nilai tertinggi dihitung

rata-ratanya. Maka diperoleh angka kepadatan lalat pada tempat tersebut. 5. Hasil rata-rata adalah angka kepadatan lalat dengan satuan ekor per block

grill

3.8 Teknik Analisis Data

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Profil RSUD Dokter Tengku Mansyur

Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai merupakan rumah sakit tipe C. Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur mempunyai jumlah tempat tidur sebanyak 115 tempat tidur dengan jumlah kunjungan pasien rawat inap 80 orang perhari dengan lama hari rawat inap yaitu 3-4 hari. Rata-rata pemanfaatan tempat tidur (BOR) RSUD Dokter Tengku Mansyur untuk tahun 2015 adalah 76%. ( Profil RSUD Dokter Tengku Mansyur, 2016)

Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur menjadi rumah sakit rujukan dari 8 Puskesmas, 13 Puskesmas Pembantu dan 18 Pos Kesehatan Kelurahan yang terletak di 6 kecamatan, 31 kelurahan, dan 187 lingkungan. Rumah sakit ini terletak di Jalan Mayjend.Sutoyo no.39 Kecamatan Tanjungbalai Selatan dengan luas wilayah 6.052,9 ha dan jumlah penduduk 158.599 jiwa. Pada saat ini luas lahan rumah sakit adalah + 13.713 m2 ( Profil RSUD Dokter Tengku Mansyur, 2016).

Secara administrasi Kota Tanjungbalai dikelilingi oleh wilayah kabupaten Asahan dengan batas-batas sebagai berikut:

(48)

Pada tahun 2010 RSUD Dokter Tengku Mansyur telah terakreditasi 5 jenis pelayanan dari Kepmenkes RI. Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur kedepannya berupaya untuk mencapai akreditasi versi 2012 /Join Commition International (JCI). Rumah Sakit ini memiliki 13 jenis pelayanan kesehatan yaitu klinik umum, klinik gizi, klinik gigi, klinik spesialis penyakit dalam, klinik spesialis paru, klinik spesialis anak, klinik spesialis THT, klinik spesialis bedah, klinik spesialis kulit dan kelamin, klinik spesialis Obgyn, klinik spesialis mata, klinik DOTS/TB, klinik VCT, klinik KBRS ( Profil RSUD Dokter Tengku Mansyur, 2016 ).

Organisasi pengelola limbah padat di RSUD Dokter Tengku Mansyur yaitu Instalasi Pengelola Limbah Rumah Sakit (IPLRS). Dalam pengelolaan limbah padat medis dan non medis rumah sakit, Instalasi Pengelola Limbah Rumah Sakit dibantu oleh 28 orang petugas kebersihan rumah sakit.

(49)
[image:49.595.116.498.153.284.2]

Tabel 4.1 Komposisi Jenis Ketenagaan RSUD Dokter Tengku Mansyur Tahun 2016

No Jenis Ketenagaan Jumlah

1. Tenaga Medis 36

2. Tenaga Keperawatan dan Bidan 120

3. Tenaga Kesehatan Lainnya 40

4. Tenaga Umum Non Kesehatan 32

Jumlah 228

Sumber : Profil RSUD Dokter Tengku Mansyur Tahun 2016

(50)
[image:50.595.124.502.108.738.2]

Tabel 4.2 Fasilitas Pelayanan Kesehatan RSUD Dokter Tengku Mansyur

No Fasilitas Pelayanan

1. Rawat Jalan

a. UGD (Unit Gawat Darurat) b. Klinik Umum

c. Klinik Internist (Penyakit Dalam) d. Klinik Bedah

e. Klinik Mata f. Klinik Anak

g. Klinik Gigi dan Mulut h. Klinik KBRS

i. Klinik THT j. Klinik Paru k. Pojok DOTS/TB

l. Klinik Kulit dan Kelamin m. Klinik VCT

2. Rawat Inap

a. Rawat Inap Bedah

b. Rawat Inap Internist (Penyakit Dalam) c. Rawa Inap Obgyn

d. Rawat Inap Anak e. Rawat Inap Perinatologi f. Rawat Inap Kelas I g. Rawat Inap Kelas II h. Rawat Inap Kelas Utama 3. Kamar Operasi

a. Kamar Operasi Bedah Umum b. Kamar Operasi Kebidanan 4. Instalasi

a. Instalasi Radiologi b. Instalasi Laboratorium c. Instalasi Gizi

d. Instalasi Jenazah

e. Instalasi Pemeliharaan RS f. Instalasi Farmasi

4. Ruang Lainnya a. Ruang Kantor b. Ruang Rekam Medik c. Ruang BPJS Kesehatan d. Ruang Gudang Obat e. Ruang Loundry f. Musholla

g. Ruang Incenerator h. Ruang Kantin i. Ruang Arsip

j. Ruang Komite Medik k. Ruang Komite Keperawatan

(51)

4.2 Kebijakan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis di RSUD Dokter Tengku Mansyur

Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur tidak memiliki prosedur tersendiri dalam pengelolaan limbah padat medis dan non medis rumah sakit. RSUD Dokter Tengku Mansyur belum membuat kebijakan berupa SOP (Standart Operational Procedure) pengelolaan limbah padat medis.

Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah padat medis dan non medis rumah sakit, Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur mengacu pada aspek perundang-undangan yang telah dibuat oleh pemerintah. Acuan Peraturan yang digunakan di RSUD Dokter Tengku Mansyur yaitu:

a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

b. Peraturan Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI.

4.3 Karakteristik Limbah Padat Medis dan Non Medis Rumah Sakit

4.3.1 Sumber Limbah Padat Medis dan Non Medis RSUD Dokter Tengku Mansyur

(52)
[image:52.595.111.517.135.669.2]

Tabel 4.3 Ruangan Penghasil Timbulan Limbah Padat Medis dan Non Medis di RSUD Dokter Tengku Mansyur Berdasarkan Jenisnya

Sumber Limbah Jenis Limbah Padat Yang Dihasilkan

Ruang Rawat Inap

Medis

Perban bekas, plester, jarum suntik, masker, obat, kantong infus, kantong plastik bekas muntahan, sarung disposable, pisau dan alat bedah, obat-obat kedaluarsa, amputasi ampul bekas, alas bantalan yang terkontaminasi dan sarung bedah.

Non Medis

Sisa bungkus makanan, plastik, kertas, botol, vial

Ruang Farmasi Obat-obatan kedaluarsa, vaksin, serum, botol obat beresidu, ampul

-Ruang Kebidanan

dan Penyakit Kandungan

Ampulvial, masker, sarung tangan, Kasa, Kapas, dan sisa tindakan medis.

-Ruang

Laboratorium

Gelas terkontaminasi, pipet petri dish,wadah specimen (contoh), slide specimen (kaca/alatsorong),jaringan tubuh,organ,tulang.

-Ruang Bedah Ampul, Disposible syringe/spuit, Catheter, Infus set, Urine bag, kantong darah , scalpel blade, Kasa, Kapas, dan sisa-sisa tindakan medis, Jaringan tubuh manusia/amputasi, masker, sarung tangan.

-Unit Administrasi - Karton, kertas

bungkus, kaleng, botol, sampah dari ruang umum dan

pasien, sisa

makanan buangan.

Instalasi Gizi

-Sisa pembungkus,

minyak, sisa

makanan/bahan makanan sayuran dan lain- lain Sumber : Instalasi Pengolahan Limbah RSUD Dokter Tengku Mansyur Tahun 2016

(53)

dihasilkan berupa jarum suntik, kasa dan ampul. Sumber limbah padat non medis yang paling banyak jenisnya berasal dari ruang instalasi gizi dan pada umumnya jenis limbah padat non medis yang ditemui adalah sisa bahan makanan seperti sayuran serta plastik dan kertas.

[image:53.595.135.490.403.730.2]

4.3.2 Volume Timbulan Limbah Padat di RSUD Dokter Tengku Mansyur Berdasarkan hasil penelitian, limbah yang berasal dari tiap ruangan ditimbang untuk mengetahui volume timbulan limbah padat. Penimbangan hanya dilakukan pada limbah padat medis, sedangkan untuk limbah padat non medis tidak dilakukan. Volume limbah padat medis Rumah Sakit Dokter Tengku Mansyur dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Jumlah Volume Limbah Padat Medis di RSUD Dokter Tengku Mansyur

Tanggal Volume Limbah Padat Medis

27/06/2016 20 kg

28/06/2016 17 kg

29/06/2016 19 kg

30/06/2016 23 kg

1/07/2016 18 kg

2/07/2016 19 kg

3/07/2016 19 kg

4/07/2016 22 kg

5/07/2016 20 kg

6/07/2016 25 kg

7/07/2016 23 kg

8/07/2016 15 kg

9/07/2016 17 kg

10/07/2016 19 kg

11/07/2016 20 kg

12/07/2016 23 kg

13/07/2016 19 kg

14/07/2016 18 kg

15/07/2016 16 kg

16/07/2016 19 kg

(54)

4.4 Fasilitas/Peralatan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis RSUD Dokter Tengku Mansyur

Fasilitas dan peralatan yang tersedia dalam pengelolaan limbah padat medis dan non medis di RSUD Dokter Tengku Mansyur dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini.

Tabel 4.5 Distribusi Fasilitas/Peralatan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non medis Di RSUD Dokter Tengku Mansyur

Jenis Fasilitas/Peralatan Jumlah

Ruang Rawat Inap Kelas III

a. Tempat sampah domestik dengan kondisi terbuka di luar ruangan yang tidak dilapisi plastik berwarna hitam

b. Tempat sampah medis tertutup di dalam ruangan yang dilapisi plastik berwarna hitam

c. Tempat sampah terbuka terbuat dari besi

9 Unit 3 Unit 1 Unit Ruang Farmasi

a. Tempat sampah domestik terbuka di luar ruangan yang tidak dilapisi plastik berwarna hitam

b. Tempat sampah medis terbuka di dalam ruangan yang tidak dilapisi plastik berwarna coklat

1 Unit 1 Unit Ruang Bedah dan Ruang Kebidanan

a. Tempat sampah domestik terbuka di luar ruangan yang tidak dilapisi plastik berwarna hitam

b. Tempat sampah medis tertutup di dalam ruangan yang dilapisi plastik berwarna hitam

c. Safety Box

3 Unit 2 Unit 1 Unit Ruang Laboratorium

a. Tempat sampah domestik terbuka di luar ruangan yang tidak dilapisi plastik berwarna hitam

b. Tempat sampah medis tertutup di dalam ruangan yang dilapisi plastik berwarna hitam

1 Unit 1 Unit Ruang Instalasi Gizi

a. Tempat sampah aluminium tertutup di luar ruangan

b. Tempat sampah terbuka di luar ruangan yang tidak dilapisi plastik berwarna hitam

1 Unit 1 Unit Ruang Administrasi

a. Tempat sampah plastik tertutup di luar ruangan b. Serok sampah

c. Sapu lidi

3 Unit 4 Unit 5 Unit

TPS (Tempat Penampungan Sementara) 1 Unit

Troli pengangkut sampah 2 Unit

Insenerator 1 Unit

(55)

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa masing-masing ruangan menyediakan tempat sampah medis dan non medis, namun untuk ruang instalasi gizi dan ruang administrasi hanya menyediakan tempah sampah non medis. Setiap tempat sampah medis dilapisi plastik berwarna hitam dan tempat sampah non medis tidak dilapisi plastik hitam. Khusus ruangan bedah disediakan safety box untuk memasukkan limbah padat benda tajam setelah melakukan tindakan terhadap pasien.

Untuk pengangkutan sampah digunakan 2 troli pengangkut sampah namun hanya 1 yang dapat dimanfaatkan untuk mengangkut sampah. Rumah sakit juga memiliki TPS untuk limbah padat non medis yang berlokasi tidak jauh dari penempatan incenerator. Incenerator ditempatkan dibelakang gedung rumah sakit, berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan kepala insansi pengolahan limbah bahwa incenerator mengalami kerusakan sejak 10 tahun lalu karena kerusakan teknis sehingga limbah padat medis dan non medis dibuang langsung ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir)

4.5 Sistem Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis RSUD Dokter Tengku Mansyur

(56)
[image:56.595.233.418.168.452.2]

limbah padat medis dan non medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai.

Gambar 4.1 Alur Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis RSUD Dokter Tengku Mansyur

4.5.1 Sistem Pengelolaan Limbah Padat Medis RSUD Dokter Tengku Mansyur

Pengamatan dilakukan pada lima ruangan yang menghasilkan limbah padat medis yaitu: ruang rawat inap kelas III, ruang farmasi, ruang kebidanan dan penyakit kandungan, ruang bedah dan ruang laboratorium.

Limbah padat dari masing-masing tong/container disetiap

unit rumah sakit

Dikumpulkan dan dipisahkan antara limbah padat medis dan

non medis

Diangkut menggunakan troli pengangkut sampah menuju TPS ( Tempat Penampungan Sampah)

(57)
[image:57.595.122.511.140.480.2]

1. Penampungan dan Pengumpulan

Tabel 4.6 Penampungan dan Pengumpulan Limbah Padat Medis

Item Ya Tidak

Tempat sampah limbah medis dan non medis terpisah

Tempat sampah limbah medis memakai tutup

Tempat sampah limbah medis kedap air

Tempat sampah limbah medis tahan karat

Tempat sampah limbah medis anti tusuk

Tempat sampah limbah infeksius dan sitotoksis didesinfeksi setelah dikosongkan

Tempat penampungan/kantong plastik limbah sangat infeksius berwarna kuning

Tampungan limbah infeksius, patologi dan anatomi menggunakan plastiik berwarna kuning

Tampungan sampah sitotoksis menggunakan plastik berwarna ungu

Tampungan sampah limbah kimia dan farmasi menggunakan plastik berwarna coklat

Tampungan limbah domestik dilapisi plastik berwarna hitam

Plastik tampungan sampah berlogo sesuai kategori sampah

Berdasarakan observasi, Pada tahap ini ruangan penghasil limbah padat medis yaitu ruang rawat inap kelas III, ruangan bedah, ruang laboratorium, ruang kebidanan & penyakit kandungan tempat sampahnya dilapisi plastik berwarna hitam berukuran 50x75 cm di dalamnya. Tempat sampah yang diberi label limbah patologis hanya tempat sampah pada ruangan bedah dan laboratorium. Kondisi masing-masing tempat sampah pada ruangan tersebut memiliki tutup, tahan karat, anti tusuk dan tidak kedap air.

(58)

beri label limbah medis dan kondisi tempat sampah tidak kedap air, memilki tutup dan tahan karat.

[image:58.595.112.509.204.514.2]

2. Pengangkutan

Tabel 4.7 Pengangkutan Limbah Padat Medis

Item Ya Tidak

Trolley pengumpulan limbah padat medis dan non medis

dipisahkan

Trolley pengangkut limbah padat medis yang digunakan dalam keadaan baik dan tidak bocor

Trolley pengangkut limbah padat medis yang digunakan kedap air

Trolley pengangkut limbah padat medis yang digunakan memiliki tutup

Trolley pengangkut limbah padat medis yang digunakan mudah dibersihkan dan dikosongkan

Trolley pengangkut limbah padat pakiran/halaman berbeda dengan limbah padat ruangan

Trolley pengangkut limbah padat medis diberi tanda/logo

Terdapat jalur khusus pengangkut limbah

Limbah padat medis dibuang ke tempat pembuangan sementara (TPS)

(59)

06.00 WIB, siang hari jam 11.00 WIB, sore hari jam 16.00 WIB dan malam hari pukul 19.00 WIB yang hanya mengangkut limbah dari ruangan perawat saja. Namun khusus ruangan bedah dan laboratorium pengangkutannya tidak menunggu limbah sampai penuh karena darah dan sisa jaringan tubuh akan menimbulkan bau yang menyengat dan busuk apabila tidak dibuang cepat. Jalur yang digunakan untuk mengangkut limbah di RSUD Dokter Tengku Mansyur sama dengan jalur umum atau jalur biasa yang digunakan untuk pasien, pengunjung dan lain-lain.

[image:59.595.118.518.371.507.2]

3. Pemusnahan dan Pembuangan Akhir

Tabel 4.8 Pemusnahan dan Pembuangan Akhir Limbah Padat Medis

Item Ya Tidak

Rumah Sakit memiliki Insenerator

Limbah padat medis dibakar di Insenerator

Pemusnahan limbah infeksius, sitotoksis dan farmasi dengan Insenerator (suhu 1000oC)

Pemusnahan limbah >24 jam

(60)

4.5.2 Sistem Pengelolaan Limbah Padat Non Medis RSUD Dokter Tengku Mansyur

Pengamatan dilakukan pada dua ruangan yang menghasilkan limbah padat non medis yaitu: ruang administrasi dan ruang instalasi gizi.

[image:60.595.117.514.254.462.2]

1. Penampungan dan Pengumpulan

Tabel 4.9 Penampungan dan Pengumpulan Limbah Padat Non Medis

Item Ya Tidak

Dilakukan pemisahan limbah padat non medis kering dan

basah

Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan,

dan tahan karat

Tempat sampah mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan

Tampungan limbah padat non medis dilapisi plastik berwarna hitam

Plastik tampungan sampah memiliki keterangan domestik berwarna putih

Limbah padat non medis tidak dibiarkan melebihi 3x24 jam

(61)
[image:61.595.118.511.157.443.2]

2. Pengangkutan

Tabel 4.10 Pengangkutan Limbah Padat Non Medis

Item Ya Tidak

Limbah padat non medis tidak dibiarkan melebihi 3x24 jam

Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari jika 2/3 bagian telah terisi

Trolley pengangkut limbah padat non medis yang digunakan

dalam keadaan baik dan tidak bocor

Trolley pengangkut limbah padat non medis yang digunakan kedap air

Trolley pengangkut limbah padat non medis yang digunakan memiliki tutup

Trolley pengangkut limbah padat non medis yang digunakan mudah dibersihkan dan dikosongkan

Trolley pengangkut limbah padat non medis diberi tanda/logo

Limbah padat non medis dibuang ke tempat pembuangan sementara (TPS)

(62)

3. Tempat Pembuangan Sementara dan Pembuangan Akhir

Tabel 4.11 Tempat Pembuangan Sementara dan Pembuangan Akhir Limbah Padat Non Medis

Item Ya Tidak

Tempat pembuangan sementara sampah harus kedap air, tertutup dan mudah dibersihkan

Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan

pengangkut limbah

Limbah padat non medis dibuang ke TPA1 kali/hari

Limbah padat non medis dibuang ke TPA yang ditetapkan

PEMDA

(63)

4.5.3 Hasil Observasi Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis di RSUD Dokter Tengku Mansyur (Sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004)

[image:63.595.111.507.301.741.2]

Adapun hasil observasi pelaksanaan pengelolaan limbah padat medis dan non medis di RSUD Dokter Tengku Mansyur dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini:

Tabel 4.12 Hasil Observasi Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di RSUD Dokter Tengku Mansyur

Variabel pengelolaan Limbah Padat (bobot 10) skor maksimal 100

Bobot Nilai Skor (%) bobot x nilai Ket

Tempat limbah kuat,tahan karat,kedap air, dengan penutup dan kantong plastik dengan warna dan lambang sesuai pedoman

10 20 0 TMS

Tempat pengumpulan dan penampungan limbah sementara didesinfeksi setelah dikosongkan

10 15 15 MS

Diangkut ke Tempat Penampungan Sementara > 2 kali/hari dan ke Tempat Pembuangan akhir > 1 kali/hari

10 5 5 MS

Pemusnahan limbah padat infeksius, sitotoksis, dan farmasi dengan insenerator ( suhu >1000oC) atau khusus untuk sampah infeksius dapat distrerilkan dengan autoclave atau radiasi microwave sebelum dibuang ke landfill

10 25 0 TMS

Bagi yang tidak punya insenerator ada moU antara RS dan pihak yang melakukan pemusnahan limbah medis

10 20 0 TMS

Limbah domestik dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir yang ditetapkan Pemerintah Daerah

10 5 5 MS

Sampah radioaktif ditangani sesuai peraturan yang berlaku

10 10 0 TMS

Total Skor

250 x 100% TMS

(64)

Keterangan :

MS : Memenuhi Syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat

(65)

4.6 Tingkat Kepadatan Lalat

Hasil penghitungan kepadatan lalat dengan Fly Grill di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai dapat dilihat pada Tabel 4.13 dibawah ini :

Tabel 4.13 Kepadatan Lalat Dihitung dengan Fly Grill di RSUD Dokter Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai

No Ruang

an

Pengukuran 30 detik

ke- Rata-Rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Ruang Rawat Kelas

III

3 5 4 5 5 4 6 2 1 3 5

2. Ruang

Farmasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3. Ruang

Obygyn 3 0 1 3 2 3 3 1 2 2 2,8

4. Ruang Laborat

orium

2 3 1 1 3 2 1 2 2 2 2,4

5. Ruang Instalas

i Gizi

4 6 6 5 2 3 6 6 7 5 6,2

6. Ruang

Bedah 1 0 0 1 0 2 0 1 1 1 1,2

7. Ruang Admini

Strasi

1 0 1 1 2 2 1 3 2 3 2,4

[image:65.595.119.516.270.610.2]
(66)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Kebijakan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis RSUD Dokter Tengku Mansyur

Berdasarkan hasil wawancara di RSUD Dokter Tengku Mansyur pengaturan pengelolaan limbah padat medis dan non medis belum mengacu pada peraturan khusus perundang-undangan tentang kesehatan lingkungan rumah sakit yaitu Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan Peraturan Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI. Hal ini dapat dilihat dari penanganan pembuangan akhir limbah padat medis dan non medis yang disatukan, masih ada tempat sampah yang terbuka dan tidak kedap air, tempat penampungan limbah padat medis dan non medis tidak memiliki label, alat pengangkutan sampah yang tidak memenuhi syarat dan tidak adanya perlakukan khusus terhadap pemusnahan limbah

Gambar

Tabel I.10
Tabel I.11Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya
Gambar 2 Tempat Sampah di Halaman Rumah Sakit
Gambar 3 Troli Pengangkut Limbah Padat Rumah Sakit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ana Indarwati. Pertanggungjawaban Pengelolaan Limbah Medis Padat di RSUD Dr. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Moewardi Surakarta

penghancur limbah medis padat, namun belum memiliki pelaporan per-semester hasil pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup berdasarkan dokumen lingkungan yang

Moewardi Surakarta dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan mengetahui hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat.. Penelitian ini

Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa penambahan abu limbah medis padat infeksius dengan komposisi yang sesuai pada campuran bahan dalam pembuatan produk

Pengelolaan limbah medis padat puskesmas se kota Pekanbaru telah dilakukan mulai dari tahap pemilahan, pengumpulan, penampungan dan pengangkutan, namun pada tahap

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN MASA KERJA PETUGAS KESEHATAN DENGAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI RSUD DATU SANGGUL KABUPATEN TAPIN TAHUN 2022 Lianawidy Sihite¹, Achmad Rizal