• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Jalur Interpretasi Alam di Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Jalur Interpretasi Alam di Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN JALUR INTERPRETASI ALAM

DI PULAU KARIMUNJAWA, TAMAN NASIONAL

KARIMUNJAWA

RIDWANSYAH SETIAWAN

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Jalur Interpretasi Alam di Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

RIDWANSYAH SETIAWAN. Perencanaan Jalur Interpretasi Alam di Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa. Dibimbing oleh EVA RACHMAWATI dan NANDI KOSMARYANDI.

Pulau Karimunjawa sebagai kawasan konservasi memiliki sumberdaya yang berpotensi untuk dijadikan daya tarik wisata. Perencanaan jalur interpretasi perlu dilakukan untuk melindungi dan melestarikan sumberdaya alam. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun jalur interpretasi berdasarkan kondisi dan potensi yang ada. Data meliputi kondisi jalur dan potensi objek serta preferensi pengunjung mengenai jalur interpretasi dikumpulkan melalui wawancara, observasi langsung dan studi kepustakaan. Data kemudian dianalisis dan dinilai sebagai dasar perencanaan jalur interpretasi. Terdapat lima jalur sebagai jalur interpretasi dengan objek interpretasi berupa 19 jenis flora, 12 jenis fauna, bukit, pantai serta legenda masyarakat. Informasi yang diinginkan pengunjung adalah manfaat dan peranan flora dan fauna bagi kehidupan. Klasifikasi sirkulasi pada kelima jalur adalah sirkulasi primer. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah penelusuran dan pengamatan objek. Fasilitas yang direncanakan meliputi media interpretasi dan fasilitas penunjang kegiatannya. Pengelolaan keselamatan pengunjung dilakukan dengan penataan tapak untuk menghindari erosi serta pemberian tali pengaman. Kata kunci: jalur interpretasi, kelestarian sumberdaya, pulau Karimunjawa

ABSTRACT

RIDWANSYAH SETIAWAN. Interpretative Trail Planning in Karimunjawa Island, Karimunjawa National Park. Supervised by EVA RACHMAWATI and NANDI KOSMARYANDI.

Karimunjawa island as protected area has resource which become tourism atractive. Interpretative trail planning should be to do for conservation resources sustainability. The purposes of this study is arranging trail interpretative depand condition and potential object. Varios data consist of trail condition, object potential and visitor preference collected through interviews, direct observation and literature study. Data were analyzed and assessed as trail planning basis. There are five trail potential with 19 species of flora, 12 species of fauna, hill, beach objek and local legend. Visitor need information about the use of flora and fauna for humankind. Circulation classification in five trails is primer circulation. Visitor activity which can be do are tracking and observing object. Facility planning devide by media interpretation and supporting activity. Visitor safety management were established by track arrangement for dcreasing erotion and safety rope.

(5)

PERENCANAAN JALUR INTERPRETASI ALAM

DI PULAU KARIMUNJAWA, TAMAN NASIONAL

KARIMUNJAWA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

(6)
(7)

Judul Skripsi :Perencanaan Jalur Interpretasi Alam di Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa

Nama : Ridwansyah Setiawan

NIM : E34090123

Disetujui oleh :

Eva Rachmawati, S Hut, Msi Dr Ir Nandi Kosmaryandi, MScF

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui :

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan bulan Mei 2013 ini adalah interpretasi, dengan judul Perencanaan Jalur Interpretasi Alam di Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eva Rachmawati, SHut, MSi dan Bapak Dr Ir Nandi Kosmaryandi, MScF selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan arahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada seluruh pegawai Balai Taman Nasional Karimunjawa terutama Mbak Mia, Mbak Puji, Bapak Iwan dan Mas Bayu serta keluarga besar Himakova 46 (Anggrek Hitam), Devi Damayanti, Reni Anggraeni, Romi Prasetyo, Luna Raftika, Novita Puji, Faris Naufal, Annisa Putri, dan pihak lain yang telah membantu serta memberikan dukungan dalam penyelesaian studi ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada alm.papa, mama, dan seluruh keluarga atas doa, dukungan dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

Manfaat 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu 2

Alat dan Bahan 2

Pengumpulan Data 3

Pengolahan dan Analisis Data 4

Perencanaan Jalur Interpretasi 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 7

Jalur di Pulau Karimunjawa 8

Potensi Objek Interpretasi 9

Pengunjung Di Pulau Karimunjawa 17

Penenetuan Jalur Interpretasi 19

Perencanaan Jalur Interpretasi 20

SIMPULAN DAN SARAN 26

Simpulan 26

Saran 27

DAFTAR PUSTAKA 27

(11)

DAFTAR TABEL

1 Jenis, bentuk, sumber, dan cara pengambilan data 3

2. Variabel dan kriteria skoring 6

3 Kondisi jalur 8

4 Kriteria objek interpretasi flora 10

5 Kriteria objek interpretasi fauna 12

6 Potensi objek interpretasi di lima jalur 17

7 Karakteristik responden 18

8 Keinginan pengunjung akan fasilitas 19

9 Penilaian jalur 20

10 Klasifikasi sirkulasi 21

12 Pengelolaan keselamatan 22

11 Perencanaan aktivitas dan fasilitas 23

DAFTAR GAMBAR

1 Peta Kepulauan Karimunjawa 2

2 Jalur di Pulau Karimunjawa 9

3. Tumbuhan dewadaru. 11

4 (a) pergam ketanjar dan (b) monyet ekor-Panjang 13

5 Pemandangan puncak Bukit Maming 14

6 Makam Sunan Nyamplungan 14

7 Potensi objek interpretasi di Jalur Bukit Maming (a) dan Legon Lele (b) 15 8 Potensi objek interpretasi di Jalur Makam Sunan Nyamplungan (a) dan Cikmas

(b) 16

9 Potensi objek interpretasi di Jalur Kemloko 17

10 Pola alur sirkulasi dua arah (a) dan satu arah (b) 21 11 Perencanaan Jalur Bukit Maming (a) dan Legon Lele (b) 24 12 Perencanaan Jalur Bukit Maming (a) dan Cikmas (b) 25

13 Perencanaan Jalur Kemloko 26

DAFTAR LAMPIRAN

1 Potensi flora di Pulau Karimunjawa TNKJ 29

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) merupakan kawasan pelestarian alam yang berbentuk kepulauan dengan lima tipe ekosistem yaitu terumbu karang, padang lamun dan rumput laut, hutan mangrove, hutan pantai, serta hutan hujan tropis dataran rendah. Taman nasional ini ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.78/Kpts-II/1999 seluas 111,625 ha yang meliputi 110,117.30 ha kawasan perairan dan 1,507.70 ha kawasan darat dari 22 pulau. Pulau Karimunjawa sebagai pulau terbesar (4,302.5 ha) dan pusat aktivitas masyarakat di sekitar kawasan TNKJ, menyimpan keanekaragaman hayati dan sosial budaya yang sehingga berpotensi menjadi objek wisata, terutama pada ekosistem hutan hujan dataran rendah. Ekosistem ini termasuk ke dalam zona rimba yang berfungsi untuk pengawetan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan bagi kepentingan penelitian, pendidikan konservasi, wisata terbatas serta mendukung zona inti (Permenhut 2006 No 56).

Kegiatan interpretasi sangat tepat dilakukan pada zona ini. Hal ini dikarenakan interpretasi dapat menambah kepedulian dan pengetahuan pengunjung akan kelestarian sumberdaya (Colquhoun 2005). Kelestarian kawasan diharapkan tetap terjaga bersamaan dengan pemanfaatannya melalui kegiatan interpretasi. Namun, perencanaan interpretasi belum terdapat dalam kawasan ini. Perencanaan interpretasi perlu mempersiapkan perencanaan satuan. Jalur interpretasi merupakan bagian dari perencanaan satuan interpretasi yang dibuat untuk melengkapi lokasi interpretasi. Jalur interpretasi bertujuan melindungi dan melestarikan sumberdaya alam, serta pengawasan terhadap pengunjung (MBRS 2005). Penyusunan perencanaan interpretasi memerlukan suatu kajian yang dapat mengidentifikasi jalur yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai jalur interpretasi serta menginventarisasi potensi objek yang ada. Penyusunan jalur interpretasi yang tepat dapat meningkatkan pemahaman pengunjung terhadap objek sehingga tercapai tujuan dari interpretasi itu sendiri.

Tujuan

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menyusun jalur interpretasi yang tepat di Pulau Karimunjawa berdasarkan potensi yang ada. Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai adalah:

1. Mengidentifikasi jalur yang ada untuk dikembangkan sebagai jalur interpretasi.

2. Menginventarisasi potensi objek interpretasi yang terdapat pada jalur

3. Mengidentifikasi karakteristik dan preferensi pengunjung terhadap kegiatan wisata di kawasan hutan

(13)

2

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan jalur-jalur interpretasi di Pulau Karimunjawa yang dapat menjaga kelestarian objek interpretasi. Selanjutnya penelitian ini juga diharapkan dapat memicu alternatif wisata selain wisata perairan di TNKJ.

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian dilakukan selama bulan Mei 2013.

Gambar 1 Peta Kepulauan Karimunjawa

Alat dan Bahan

(14)

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi kondisi jalur yang terdapat pada kawasan, potensi objek interpretasi dan karakteristik serta preferensi pengunjung. Jenis, bentuk, dan cara pengambilan data dari tahapan pengumpulan data ini dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1 Jenis, bentuk, dan cara pengambilan data

No Jenis Data Informasi yang dikumpulkan Metode Pengumpulan

Data 1 Kondisi jalur 1. Panjang (jarak), lebar, kemiringan,

kondisi tapak dan waktu tempuh jalur

2. Fasilitas sarana dan prasarana pendukung jalur (jenis, jumlah yang ada, posisi, kondisi saat ini) 3. Potensi bahaya yang terdapat pada

jalur (misalnya hewan berbahaya, tapak yang licin dan rapuh, jurang

2. Sumberdaya fisik yang menarik (bukit, sungai, air terjun dan yang disukai, informasi yang diinginkan terhadap objek, kegiatan yang dilakukan serta fasilitas yang dibutuhkan

1. Kuesioner 2. Studi

Literatur

Pengambilan data dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Observasi lapang

Kegiatan ini dilakukan dengan mengamati, mengukur, mencatat dan mengambil foto mengenai kondisi jalur dan potensi objek di sepanjang jalur serta penitikkan koordinatnya dengan GPS. Observasi dilakukan pada pukul 07.00 – 11. 00 dengan batasan panjang jalur.

(15)

4

b. Observasi fauna kelompok mamalia dilakukan dengan metode Rapid Assessment. Pengamat mencatat jenis-jenis mamalia yang ditemukan di sepanjang jalur dan waktu perjumpaannya.

c. Observasi fauna kelompok burung dilakukan dengan metode daftar jenis Mackinnon. Metode ini dilakukan dengan mencatat seluruh jenis burung yang ditemukan sepanjang jalur pengamatan (Mackinnon et al. 1998). 2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada responden yang mengetahui informasi mengenai kondisi lokasi penelitian dan pengelolaannya. Pihak tersebut adalah :

a. Pengelola Kawasan

Petugas yang diwawancara adalah PEH dan Polisi Hutan TNKJ yang memilki keahlian mengenai flora, fauna, budaya, ekosistem hutan dan pengelola wisata kawasan hutan TNKJ.

b. Masyarakat

Kriteria masyarakat yang menjadi responden adalah masyarakat yang tinggal berdekatan dengan hutan dan beraktivitas di hutan.

3. Penyebaran kuesioner

Penentuan pengunjung sebagai responden menggunakan metode accidental. Metode ini menurut Sugiyono (2009) merupakan metode penentuan responden berdasarkan kepada siapa saja yang secara kebetulan dipandang sesuai sebagai sumber data. Metode ini digunakan untuk mengantisipasi terbatasnya pengunjung akibat kendala cuaca yang terjadi TNKJ. Kriteria yang digunakan sebagai penetuan responden adalah :

a. Pengunjung yang memiliki tujuan berwisata di Pulau Karimunjawa b. Bersedia mengisi kuesioner untuk keperluan penelitian.

Jumlah sampel untuk responden dalam studi ini sebanyak 30 orang. Koentjaraningrat (1993) menyebutkkan jika total populasi tidak diketahui maka, jumlah sampel sebanyak 30 orang telah mewakili suatu populasi. Hal ini dikarenakan N = 30 telah terdistribusi normal dan kurva mendekati normal.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan mendeskripsikan data yang terkumpul. Analisis data dilakukan setelah tahap pengumpulan data selesai dilaksanakan. 1. Kondisi Jalur

Data mengenai kondisi jalur akan dideskripsikan dan dianalisis berdasarkan kriteria prioritas pemilihan jalur. Kriteria tersebut adalah tidak licin, berlumpur dan curam, tidak membahayakan dan bukan daerah rawan kecelakaan (kemungkinan pohon rapuh yang tumbang dan gangguan hewan berbahaya), memiliki rentang jarak yang tidak terlalu panjang (kurang dari 1600 m) serta memiliki fasilitas pendukung seperti tanda yang jelas dan petunjuk arah (Berkmuller 1981, FSUSDA 2011).

2. Potensi Objek Interpretasi

(16)

Potensi objek berupa flora dan fauna dipilih berdasarkan kriteria menurut Veverka (1998) dan Morales (1992) dalam MBRS (2005), sebagai berikut : a. Memiliki manfaat ekonomi, ekologi dan sosial

b. Status kelangkaan berdasarkan daftar merah IUCN serta perlindungan jenis tersebut berdasarkan PP 7 Tahun 1999, semakin langka dan dilindungi suatu jenis semakin menarik untuk dijadikan objek interpretasi

c. Jenis yang dominan, semakin sering jenis ditemukan semakin baik untuk dijadikan objek interpretasi.

3. Karakteristik dan Preferensi Pengunjung

Keinginan pengunjung dianalisis secara deskriptif berdasarkan hasil kuesioner. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel dan grafik mengenai karakteristik dan kebutuhan pengunjung terhadap kegiatan wisata di kawasan hutan TNKJ. Kegiatan ini bertujuan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan jalur interpretasi.

Penentuan Jalur Interpretasi

Kondisi dan potensi objek interpretasi pada setiap jalur kemudian dinilai dengan metode skoring. Metode skoring dalam penelitian ini menggunakan skor 1-4. Nilai ini mewakili kriteria dari masing-masing jalur, baik pada aspek kondisi maupun potensi objek interpretasi. Penentuan bobot objek interpretasi sebesar 60 % lebih tinggi dari kondisi jalur interpretasi sebesar 40 % (Tabel 2.). Hal ini dikarenakan objek interpretasi merupakan salah satu dari tiga unsur utama interpretasi (PHPA 1988). Hasil skoring digunakan untuk menentukan prioritas jalur yang tinggi, cukup, kurang ataupun rendah sebagai jalur interpretasi. Penentuan prioritas dilakukan dengan membuat selang nilai dengan empat klasifikasi. Penghitungan selang dalam penetapan selang klasifikasi penilaian dihitung sebagai berikut.

Keterangan:

S : Selang dalam penetapan selang klasifikasi penilaian Smaks : Skor maksimal

Smin : Skor minimal

K : Banyaknya klasifikasi

Hasil perhitungan menghasilkan nilai selang 75 dan empat kelas yang digunakan untuk menentukan prioritas pemilihan jalur.

Keterangan Selang :

100 ≤ x <175 : Prioritas jalur interpretasi rendah 175 ≤ x <250 : Prioritas jalur interpretasi kurang 250 ≤ x <325 : Prioritas jalur interpretasi cukup 325 ≤ x <400 : Prioritas jalur interpretasi Tinggi

(17)

6

Modifikasi Berkmuller (1981), PHPA (1988), dan FS USDA (2011)

Perencanaan Jalur Interpretasi

Tahap perencanaan jalur ditentukan dari hasil penilaian. Hasil penilaian tersebut dikelompokan berdasarkan prioritas pengembangan jalur sebagai jalur interpretasi. Terdapat empat prioritas pengembangan jalur sebagai jalur interpretasi dengan kategori tinggi, cukup, rendah dan kurang. Prioritas jalur interpretasi kategori tinggi merupakan jalur yang memiliki seluruh kelengkapan objek interpretasi dan kondisi yang sangat sesuai untuk dijadikan jalur interpretasi. Kegiatan utama pada jalur ini adalah kegiatan interpretasi. Prioritas

Tabel 2. Variabel dan kriteria skoring

Aspek Variabel Bobot

(%)

Kriteria Keterangan

Sk-or

Jarak terlalu pendek dan terlalu panjang, tidak baik untuk jalur interpretasi

1

0.51 k m

– 0.75 km

Jarak pendek, sedang untuk jalur interpretasi

2 0.76 – 1

km

Jarak menengah, baik untuk jalur interpretasi

3 1 – 1.5

km

Sangat baik untuk jalur interpretasi

4 Fasilitas 10 Tidak ada Jenis fasilitas interpretasi

yang tersedia seperti ; papan interpretasi, papan penujuk jalan, tali pengaman, toilet, shelter

(18)

jalur interpretasi kategori cukup merupakan jalur dengan objek interpretasi yang cukup lengkap dan kondisi jalur yang sesuai sebagai jalur interpretasi. Pada jalur ini kegiatan utama berupa kegiatan interpretasi, namun kegiatan wisata alam juga dapat dilakukan pada jalur ini. Prioritas jalur interpretasi kategori kurang merupakan jalur dengan objek interpretasi yang tidak lengkap dan kondisi jalur yang tidak sesuai sebagai jalur interpretasi sehingga, aktivitas yang dilakukan hanya berupa kegiatan wisata alam ataupun pengelolaan kawasan. Prioritas jalur

interpretasi kategori rendah merupakan jalur yang sedikit ditemukan objek interpretasi dan jalur yang tidak sesuai sebagai jalur interpretasi. Hal ini menyebabkan kegiatan yang dilakukan hanya berupa pengelolaan kawasan.

Tahap perencanaan pada setiap kategori, selanjutnya ditentukan klasifikasi sirkulasi, konsep aktivitas dan fasilitasnya untuk memudahkan pengunjung dalam melakukan kegiatan interpretasi. Klasifikasi sirkulasi terdiri dari primer dan sekunder. Sirkulasi primer digunakan pada jalur yang memiliki prioritas jalur interpretasi tinggi dan cukup. Sementara sirkulasi sekunder digunakan pada jalur yang memiliki prioritas jalur interpretasi kurang dan rendah. Perencanaan juga mengelola keselamatan pengunjung berdasarkan potensi bahaya pada tiap jalur.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

TNKJ terletak pada koordinat 5°4’39‖-5°55’00‖ LS dan 110°0’57‖

-110°3’15‖ BT, Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. TNKJ memiliki kawasan daratan berupa ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah (1,285.50 hektar) di Pulau Karimunjawa dan ekosistem hutan mangrove di Pulau Kemujan (222.20 hektar) (BTNKJ 2012). Pulau Karimunjawa memiliki dua zona taman nasional yaitu zona khusus (pemukiman) dan zona rimba. Zona khusus merupakan zona yang diperuntukan sebagai pemukiman masyarakat yang secara sah sudah ada sebelum kawasan ditetapkan. Zona rimba merupakan ekosistem hutan tropis dataran rendah berupa hutan sekunder dengan ketinggian 0 – 506 mdpl.

Ekosistem hutan tropis dataran rendah memiliki keanekaragaman hayati yang dapat dijadikan objek interpretasi. Ekosistem ini memiliki 124 jenis flora dengan jenis yang sering dijumpai diantaranya sentul (Sandoricum koetjape), dan gondorio (Bouea macrophylla). Selain itu, terdapat dewadaru (Fragrarea elliptica) dan kalimosodo (Cordia subcordata) yang memiliki nilai sosial budaya tinggi bagi masyarakat Karimunjawa. Namun, flora yang berbentuk pohon ini populasinya mulai menurun karena banyak digunakan sebagai bahan baku industri kerajinan oleh masyarakat (Farid 2003).

(19)

8

terdapat 16 jenis reptil dan dua jenis amfibi, salah satunya ular edor (Calloselasma rhodostoma). Selain itu, terdapat 54 jenis burung dari 27 famili, 16 jenis diantaranya merupakan jenis yang dilindungi. Jenis burung yang mudah dijumpai di Karimunjawa adalah pergam ketanjar (Ducula rosaceae) dan merbah cerukcuk (Picnonotus govier) (BTNKJ 2012).

Perjalanan menuju kawasan TNKJ dapat ditempuh melalui sarana transportasi laut dan transportasi udara. Namun untuk transportasi laut terdapat periode tertentu dimana kawasan ini tidak dapat dijangkau karena cuaca buruk. Rute yang dapat ditempuh adalah :

1. Semarang – Jepara – Karimunjawa (3 jam perjalanan darat dan 6 jam kapal ferry KM Muria atau 2 jam kapal cepat Bahari express perjalanan laut) 2. Semarang – Karimunjawa (4 jam perjalanan laut KM Kartini)

3. Semarang – Karimunjawa (40 menit Kura-Kura Aviation)

Jalur di Pulau Karimunjawa

Pulau karimunjawa memiliki lima jalur yang berpotensi untuk menjadi jalur interpretasi yaitu Bukit Maming, Legon Lele, Makam Sunan Nyamplungan, Cikmas dan Kemloko.

Tabel 3 Kondisi jalur Jalur Panjang

(20)

telah rusak dan tidak terawat. Selain itu, kelima jalur memiliki potensi bahaya berupa tapak yang mudah tererosi dan gangguan hewan berbahaya. Hal ini tentunya belum sesuai dengan kriteria jalur interpretasi yang baik yaitu tidak membahayakan pengunjung.

Gambar 2 Jalur di Pulau Karimunjawa

Potensi Objek Interpretasi

Objek interpretasi adalah segala sesuatu di dalam suatu kawasan yang digunakan sebagai objek dalam menyelenggarakan interpretasi (Muntasib 2003). Potensi objek interpretasi di Pulau Karimunjawa memiliki keunikan yang berbeda pada tiap jalur.

Potensi Biologis

Potensi biologis yang dijadikan objek interpretasi adalah flora dan fauna. McArthur (2005) menyatakan bahwa keanekaragaman hayati merupakan daya tarik utama dalam kegiatan wisata alam. Pulau Karimunjawa memiliki berbagai tipe ekosistem sehingga berpotensi terdapat keanekaragaman hayati yang tinggi. Flora

(21)

10

Tabel 4 Jenis flora yang berpotensi menjadi objek interpretasi

Jenis Nama Latin

Jalur Daya Tarik Interpretasi

1 2 3 4 5 Kategori IUCN / status konservasi

Kegunaan

Berasan Gomphia serrate √ √ Least Concern Kayu bangunan

Dewadaru Fagraea elliptica √ Tidak dilindungi Mitos pembawa berkah

Gandaria Bouea macrophylla √ √ √ Tidak dilindungi Pakan satwa

Gelam Eugenia spicata √ Tidak dilindungi Bahan pembuat perahu

Jambon lapis Syzygium pycnanthum √ Tidak dilindungi Kayu bangunan

Jambon merah Syzygium acuminatissima √ Tidak dilindungi Kayu bangunan

Kalimosodo Cordia subcordata √ Least Concern Mitos pembawa berkah

Kelapa Cocos nucifera √ √ Tidak dilindungi Multipurpose trees

Labu - labu Xylocarpus moluccensis √ Tidak dilindungi Buah dapat dimakan dan obat gatal

Mahoni Switenia macrophylla √ Tidak dilindungi Kayu komersial tinggi

Manggisan Garcinia celebrica √ Tidak dilindungi Kayu bangunan

Mete

Anacardium ocidentale √ √ Tidak dilindungi Hasil perkebunan masyarakat Nyamplung Calophyllum inophyllum √ √ Tidak dilindungi Alternatif sumber energi

Pedada Sonneratia alba √ Tidak dilindungi Pakan satwa

Sentul Sandorium koetjape √ Tidak dilindungi Bahan pembuat perahu

Stigi Pemphis acidula √ Tidak dilindungi Bahan kerajinan

Uyah - uyahan Chionanthus ramiflorus √ √ Tidak dilindungi Kayu bangunan

Jati Tectona grandis √ Tidak dilindungi Kayu awet kelas I

Ketapang Terminalia cattapa √ Tidak dilindungi Habitat satwa

1: Bukit Maming, 2: Legon Lele, 3: Makam Sunan, 4: Cikmas 5: Kemloko

(22)

Data mengenai manfaat flora berasal dari wawancara dengan penduduk yang tinggal dan beraktifitas di sekitar kawasan hutan TNKJ.

Jenis flora yang dapat dijadikan objek interpretasi salah satunya dewadaru (Fagraea elliptica). Tumbuhan dewadaru yang terkenal di pulau ini merupakan bagian dari legenda Sunan Nyamplungan. Konon tongkat Sunan Nyamplungan berubah menjadi tumbuhan dewadaru ketika pertama kali menginjakan kakinya di kepulauan ini. Masyarakat di dalam dan luar Karimunjawa mempercayai kayu dari pohon dewadaru yang tumbuh di Pulau Karimunjawa ini dapat membawa berkah dan memberikan wibawa serta kebijaksanaan bagi pemiliknya. Namun, kayu ini tidak dapat diambil secara sembarangan karena dapat menimbulkan petaka. Selain itu, terdapat tiga jenis flora lain yang berkaitan dengan tumbuhan dewadaru. Flora tersebut yaitu kalimosodo (Cordia subcordata), stigi (Pemphis acidula) dan tengsek (Rhincocarpa monophilla). Konon keempat flora ini merupakan lambang ajaran Sunan Nyamplungan yang dapat memberikan kekuatan supranatural. Terdapat jenis tanaman mangrove yaitu labu – labu (Xylocarpus moluccensis) dan pedada (Sonneratia alba) yang digunakan masyarakat sebagai obat dan pakan bagi satwaliar.

Gambar 3. Tumbuhan dewadaru.

Fauna

(23)

12

Tabel 5 Jenis fauna yang berpotensi menjadi objek interpretasi

Jenis Nama Latin Jalur Daya Tarik Interpretasi

1 2 3 4 5 Kategori IUCN / status konservasi

Karakteristik/cirikhas Elang laut perut

putih

Haliaeetus leucogaster √ √ √ Least Concern/ dilindungi Top predator dan monogami Cekakak sungai Todirhamphus chloris √ √ Least Concern/ Dilindungi Indikator pencemaran air

Walik kembang Ptilinopus milanospila √ √ - Kicauan indah

Pergam Laut Ducula bicolor √ √ Least Concern Habitat terbatas di utara

Pulau Jawa Pergam ketanjar Ducula rosacea √ √ √ √ √ Near Threatned Habitat terbatas di utara

Pulau Jawa Merbah

cerukcuk

Pycnonotus goiavier √ √ √ √ √ Least Concern Penyebar benih

Kacamata biasa Zosterops palpebrosus √ √ √ √ Least Concern Penyebar benih

Kuntul Karang Egretta sacra √ Least Concern/ Dilindungi Indikator pencemaran air laut dan sexual dimorfisme

Trinil Tringa sp √ √ Least Concern Indikator pencemaran air

laut

Burung Madu Nectarinia jugularis √ Least Concern / Dilindungi Penyebar benih dan kicauan yang indah

Menjangan Cervus timorensis √ √

(24)

(a) (b)

Gambar 4 (a) pergam ketanjar dan (b) monyet ekor-Panjang

Jenis fauna yang dapat dijadikan objek interpretasi salah satunya monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Jenis ini merupakan subspesies karemonjawae yang endemik Pulau Karimnjawa. Subspesies ini memiliki lingkar kepala berwarna hitam di bagian tengkorak atas dan berjambul. Selain itu, potensi fauna sebagai objek interpretasi lainnya adalah 11 jenis burung. Jenis yang sering ditemukan diantaranya merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), kacamata biasa (Zosterops palpebrosus), pergam ketanjar (Ducula rosacea), pergam laut (Ducula bicolor) dan walik kembang (Ptilinopus melanospila). Pergam ketanjar (Ducula rosacea) juga termasuk dalam objek interpretasi yang termasuk dalam kategori Near threatned (NT) dalam status IUCN yaitu. Mackinnon et.al (1998) menyebutkan bahwa jenis ini sudah sangat sulit ditemukan di Pulau Jawa dan hanya terbatas pada pulau kecil di utara Pulau Jawa. Selain itu pada cekakak sungai (Todirhamphuschloris) dan elang laut – perut putih (Haliaeetus leucogaster) yang dilindungi.

Potensi Fisik

(25)

14

Gambar 5 Pemandangan puncak Bukit Maming

Potensi Sosial Budaya

Potensi utama sosial budaya di Pulau Karimunjawa yaitu legenda Sunan Nyamplungan. Sunan Nyamplungan merupakan orang yang pertama menyebarkan agama Islam di Kepulauan Karimunjawa dan anak dari Sunan Muria. Cerita mengenai kisah hidupnya menjadi daya tarik pengunjung hingga saat ini. Beberapa nama tempat di Pulau Karimunjawa berasal dari legenda Sunan Nyamplungan diantaranya Legon Lele, Legon Bajak, Dusun Nyamplungan dan Kepulauan Karimunjawa itu sendiri. Nama Legon lele digunakan berdasarkan legenda yang menyebutkan terdapatnya lele tanpa patil di wilayah ini. Lele tersebut dipercaya berasal dari sisa makanan yang dibuang oleh Sunan Nyamplungan. Legon Bajak merupakan tempat bajak laut yang dikalahkan oleh Sunan Nyamplungan lalu, para bajak laut tersebut memeluk agama Islam. Dusun Nyamplungan merupakan tempat bermukimnya Sunan Nyamplungan yang terdapat pohon nangka. Ketika pertama kali sunan mengunjungi tempat ini, buah nangka yang ada hanya tersisa satu nyamplung (satu isi = beton, bahasa Jawa). Sunan Nyamplungan akhirnya memberi nama lokasi tersebut Dusun Nyamplungan dan beliau juga dimakamkan di dusun tersebut. Nama Karimunjawa diberikan oleh Sunan Muria yang diambil dari kata –kata ―Kremun – kremun seko Jowo‖ (samar – samar dari Jawa) ketika melihat pulau tempat anaknya berada. Seorang santri Sunan Nyamplungan

(26)

(a) (b)

Gambar 7 Potensi objek interpretasi di Jalur Bukit Maming (a) dan Legon Lele (b)

(27)

16

(a) (b)

Gambar 8 Potensi objek interpretasi di Jalur Makam Sunan Nyamplungan (a) dan Cikmas (b)

(28)

Gambar 9 Potensi objek interpretasi di Jalur Kemloko Tabel 6 Potensi objek interpretasi di lima jalur

Jalur Potensi objek interpretasi

Flora (Jenis) Fauna (Jenis)

Sosial budaya Fisik

Bukit Maming 7 4 Tidak Ada Puncak

maming

Legon Lele 8 5 Legenda Lele Pantai

Makam Sunan Nyamplungan

7 8 Legenda Sunan

Nyamplungan

Bukit

Cikmas 4 6 Tidak ada Bukit

Kemloko 3 7 Tidak ada Pantai

Pengunjung Di Pulau Karimunjawa

Karakteristik Pengunjung

(29)

18

Responden mayoritas mempunyai tingkat pendidikan setara SMA dan pekerjaan sebagai pelajar dan mahasiswa yang memiliki liburan yang panjang. Hal ini dikarenakan waktu pengambilan data bertepatan dengan libur akademik. Selain itu, keterbatasan aksesibilitas menyebabkan perlu waktu panjang untuk berwisata ke Pulau Karimunjawa, sehingga pengunjung dengan jenis pekerjaan yang memiliki waktu liburan yang terbatas jarang ditemui.

Tabel 7 Karakteristik responden

No Karakteristik Persentase (%)

1 Jenis Kelamin

3 Tingkat Pendidikan terakhir

a. SMA (Sekolah Menengah Atas) 80

b. S1 20

4 Pekerjaan

a. Pelajar / Mahasiswa 50

b. Swasta 40

c. Lembaga Pemerintahan 10

5 Kelompok Umur

a. KU 1 (15-24 tahun) 57

b. KU 2 (25-50 tahun) 37

c. KU 3 (> 50 tahun) 6

Objek yang Disukai dan Keingintahuan Terhadap Objek di Kawasan Hutan TNKJ

Mayoritas responden ingin mengunjungi terumbu karang (53%) dan sisanya memilih pantai sebanyak (47%). Hal ini dikarenakan objek tersebut merupakan daya tarik utama Kepulauan Karimunjawa. Selain itu, akses menuju objek lain relatif sulit dan waktu yang mereka miliki dalam berwisata sangat terbatas. Namun, seluruh responden juga memilki keinginan untuk mengetahui keanekaragaman hayati yang ada.

Responden secara umum menginginkan informasi mengenai manfaat atau peranan fauna dalam kehidupan (83%). Sisanya, menginginkan informasi mengenai habitatnya. Keingintahuan pengunjung ini dapat memberikan pertimbangan dalam pembuatan perencanaan interpretasi.

Pola Kunjungan dan Tujuan Kunjungan

(30)

Fasilitas yang Diinginkan Pengunjung dalam Kegiatan Wisata

Fasiltias pendukung kegiatan wisata diperlukan dalam suatu perencanaan wisata. Penentuan jenis fasilitas yang akan dikembangkan dapat diperoleh dari data keinginan atau preferensi pengunjung. Sebanyak 31 % responden menyatakan bahwa mereka menginginkan pusat informasi. Responden beranggapan bahwa fasilitas pendukung wisata seperti peta objek, pemandu wisata, buku panduan wisata atau booklet dan leaflet merupakan sumber informasi utama, karena sebagian dari mereka belum mengetahui deskripsi objek yang ada. Responden sebagian besar lebih memilih pemandu wisata untuk mengantarkan mereka mengunjungi objek wisata alam yang ada dibandingankan tanpa pemandu (90%). Hasil wawancara juga menujukkan bahwa pengunjung menginginkan beberapa fasilitas lain seperti tempat sampah lebih diperbanyak agar lingkungan sekitar menjadi bersih dan tetap asri.

Tabel 8 Keinginan pengunjung akan fasilitas Jenis kebutuhan fasilitas Jumlah Responden yang menjawab

(Orang) (%)

Penilaian setiap jalur dilakukan untuk menentukan priorias pemilihan jalur interpretasi. Penilaian terbagi atas kondisi jalur yang meliputi kemiringan, panjang, potensi bahaya dan fasilitas yang ada. Jalur makam Sunan Nyamplungan memiliki nilai tertinggi dan dikelompokan pada prioritas tinggi karena terdapat objek yang lebih lengkap. Selain itu jalur ini juga memiliki fasilitas dan kondisi yang sesuai untuk dijadikan jalur interpretasi. Banyaknya pengunjung yang berziarah ke makam Sunan Nyamplungan menyebabkan BTNKJ dan masyarakat sekitar membangun fasilitas dan menata jalur ini. Jalur Legon Lele juga dikelompokan pada prioritas tinggi karena potensi objek interpretasi yang dimiliki lebih lengkap. Jalur ini memiliki ekosistem hutan tropis dataran rendah dan hutan mangrove sehingga banyak terdapat keanekaragaman hayati dan pemandangan yang menraik. Selain itu, terdapat pula mitos mengenai asal – usul nama wilayah ini terkait legenda Sunan Nyamplungan.

(31)

20

Kemloko memiliki nilai terendah namun juga termasuk ke dalam prioritas cukup untuk dijadikan jalur interpretasi. Hal yang disebabkan oleh tidak tersedianya sarana dan prasarana serta panjang jalur yang lebih pendek sehingga mengurangi nilai yang diperoleh.

Tabel 9 Penilaian jalur

Jalur

Sistem sirkulasi merupakan pergerakan dari ruang yang satu ke ruang yang lain untuk menuju suatu objek dan dapat dirasakan melalui pancaindera (Coutts 2008). Klasifikasi sirkulasi dalam penelitian ini terdiri dari jalur sirkulasi primer dan sekunder. Jalur sirkulasi primer merupakan jalan akses utama pengunjung dalam melakukan kegiatan interpretasi. Jalur ini merupakan jalur yang memiliki kriteria prioritas cukup dan tinggi untuk dijadikan jalur interpretasi berdasarkan penilaian yang dilakukan. Jalur sirkulasi sekunder merupakan jalan akses pengelola yang menghubungkan antar objek. Jalur ini bertujuan untuk mempermudah kegiatan pengelolaan seperti pemeliharaan dan pengamanan jalur serta evakuasi pengunjung ketika terjadi keadaan darurat. Jalur sekunder merupakan jalur yang memiliki kriteria prioritas rendah dan kurang untuk dijadikan jalur interpretasi berdasarkan penilaian yang dilakukan.

(32)

lain untuk melakukan kegiatan. Sementara pada jalur Makam Sunan Nyamplungan pintu keluar yang berbeda dengan pintu masuk.

Tabel 10 Klasifikasi sirkulasi

Jalur Klasifikasi Sirkulasi Pola alur

Bukit Maming Primer Dua arah

Legon Lele Primer Dua arah

Gambar 10 Pola alur sirkulasi dua alur (a) dan satu alur (b)

Konsep Aktivitas dan Fasilitas

Konsep aktivitas dibagi menjadi dua yaitu aktivitas interpretasi dan aktivitas non-interpretasi. Aktivitas interpretasi adalah aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan interpretasi di jalur sirkulasi primer. Aktivitas interpretasi yang dilakukan bergantung pada tema pada masing – masing jalur. Aktivitas non-interpretasi adalah aktivitas selain kegiatan non-interpretasi yang dilakukan pada jalur sirkulasi sekunder. Aktivitas ini merupakan kegiatan yang akan dilakukan pengelola contohnya patroli kawasan, , rehabilitasi sumberdaya yang rusak dan lain-lain. Namun, keseluruhan jalur tergolong pada sirkulasi primer, maka tidak dilakukan perencanaan aktivitas non-interpretasi.

Tema utama pada keseluruhan jalur yang dijadikan objek interpretasi adalah Hutan Tropis Sebagai Penyedia Jasa Lingkungan Kepulauan Karimunjawa bagi masyarakat Karimunjawa. Jadwal kegiatan dilakukan diantara pukul 05.30 – 08.30 WIB. Hal ini didasari oleh aktivitas fauna sebagai objek interpretasi yang mulai aktif di pagi hari. Kemudian, jumlah pengunjung pada tiap kelompok pengamatan tidak boleh melebihi 6 orang. Hal ini dikarenakan beberapa objek fauna yang sensitif terhadap kehadiran manusia.

(33)

22

pengamatan, decking, tali pengaman , shelter dan lainnya. Keseluruhan konsep aktivitas dan fasilitas beserta komponen perencanaanya pada masing – masing jalur dapat dilihat pada tabel 12.

Pengelolaan Keselamatan Pengunjung

Potensi bahaya yang dimiliki pada seluruh jalur secara umum berupa kondisi tapak yang mudah tererosi, Kondisi ini lazim terjadi pada jalur yang memiliki bukit terutama pada puncak bukit. Selain itu, potensi bahaya lain dapat berupa abrasi, tebing yang curam dan potensi pohon tumbang serta keberadaan hewan berbisa.

Tabel 11 Pengelolaan keselamatan

Jalur Bahaya Pengelolaan Keselamatan

Bukit Maming Tapak mudah

tererosi Pohon tumbang

Pemadatan dan penyusunan substrat tapak Pemberian tali pengaman

Legon Lele Ular berbisa Ketentuan penggunaan alas kaki tertentu

Cikmas Tapak mudah

tererosi

Pemadatan dan penyusunan substrat tapak Pemberian tali pengaman

Kemloko Tapak mudah

terabrasi

Penanaman mangrove dan terumbu karang Batu pemecah ombak

(34)

Tabel 12 Perencanaan aktivitas dan fasilitas

Jalur Aktivitas Fasilitas

Tema Sasaran Objek Jenis Jumlah Pesan

Bukit Maming ―Hutan Tropis Sebagai Penyedia Air Kepulauan Papan penunjuk arah

Pal jarak

Legon Lele ―Pengenalan Primata Asli Penghuni Hutan Papan penunjuk arah

Pal jarak Papan penunjuk arah

Pal jarak Cikmas ―Elang Laut Sebagai

Pemuncak Rantai Papan penunjuk arah Pal jarak dan Decking

1

Kemloko ―Burung Air Merupakan Kelompok Fauna Unik yang Hidup di Perairan Karimunjawa

Semua umur

Burung air Peta jalur Papan interpretasi Papan penunjuk arah Pal jarak dan Decking

(35)

24

(a) (b) Gambar 11 Perencanaan Jalur Bukit Maming (a) dan Legon Lele (b)

(36)

(a) (b) Gambar 12 Perencanaan Jalur Bukit Maming (a) dan Cikmas (b)

(37)

26

.

Gambar 13 Perencanaan Jalur Kemloko

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Pulau karimunjawa memiliki lima potensi jalur interpretasi. Jalur Legon Lele dan Makam Sunan Nyamplungan memiliki prioritas yang tinggi untuk dijadikan jalur interpretasi. Sementara Jalur Cikmas, Kemloko dan Bukit Maming memiliki prioritas cukup untuk dijadikan jalur interpretasi.

2. Potensi objek interpretasi yang terdapat pada jalur meliputi 19 jenis flora, dua jenis mamalia, 10 jenis burung (biologis), Bukit Maming, Pantai Legon Lele (fisik) dan Legenda Sunan Nyamplungan (sosial budaya).

3. Karakteristik pengunjung Karimunjawa pada saat penelitian didominasi oleh laki – laki (63%) dan berasal dari luar Jawa Tengah (57 %) serta tertarik untuk berwisata di kawasan hutan TNKJ. Pengunjung (83%) menginginkan informasi mengenai manfaat dan peranan flora dan fauna bagi kehidupan. 4. Klasifikasi sirkulasi pada kelima jalur adalah sirkulasi primer. Aktivitas yang

(38)

Lingkungan Kepulauan Karimunjawa bagi masyarakat Karimunjawa. Fasilitas yang direncanakan meliputi pal jarak , papan petunjuk arah, papan peta jalur, papan objek interpretasi, tali pengaman, shelter dan decking. Pengelolaan keselamatan pengunjung dilakukan dengan penataan tapak untuk menghindari erosi serta pemberian tali pengaman.

Saran

1. Perlu dilakukan pembenahan jalur interpertasi yang akan dikembangkan beserta fasilitas pendukungnya.

2. Monitoring potensi objek interpretasi yang harus tetap dilestarikan terutama pada objek yang rentan.

3. Pembuatan media publikasi untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat secara umum mengenai potensi objek dan daya tarik wisata di Pulau Karimunjawa.

4. Pelatihan pemandu bagi masyarakat sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

Berkmuller K. 1981. Guidelines and Techniquest for Enviromental Interpretation. IUCN. Switzerland (CH).

[BTNKJ]. Balai Taman Nasional Karimun Jawa. 2012. Statistik Balai Taman Nasional Karimunjawa 2007. Direktorat Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Kementrian Kehutanan Republik Indonesia.

Colquhon F. 2005. Interpretation Handbook and Standard Distilling the essence. Department of Conservation. Wellington (AU). [internet]. [diacu 2013 Maret 9]. Tersedia dari: http://www.doc.govt.nz/Documents/interpretation-handbook-complete.pdf.

Coutts S. 2008. Landscape Architecture : Manual Handbook Design and Planning. The College of Agricultural Science : University of Collorado. Collorado (USA). [internet]. [diacu 2014 Januari 17]. Tersedia dari http://student.agsci.colostate.edu/scoutts/Land110%20Landscape%20Arch itecture.pdf

[Dirjen PHPA] Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. 1988. Pedoman Interpretasi Taman Nasional. Bogor (ID).

Farid Z. 2002. Laporan Kegiatan Inventarisasi Flora Khas Karimunjawa Dewadaru (Fragraea elliptica Roxb.). Balai Taman Nasional Karimunjawa. Semarang (ID).

[FSUSDA]. Forest Service, United Stated Departement of Agriculture. 2011. Trail Fundamentals and Trail Management Objectives. Missoula (US). [internet]. [diacu 2013 Oktober 19]. Tersedia dari: http://www.fhw.dot.gov/environment/rectrails/trailpub.htm.

(39)

28

Koentjaraningrat. 1993. Metode – Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

MacKinnon J, Phillips K, Van Balen B. 1998. Seri Panduan Lapangan Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI.

[MBRS]. Mesoamerican Barrier Reef System Region. 2005. Environmental Interpretation Manual for Protected Area in the Mesoamerican Barrier Reef System Region. [internet]. [diacu 2013 Mei 16]. Tersedia dari: http:// www.mbrs.doe.gov.bz/dbdocs/tech/Interpretation.pdf.

McArthur S.2005. Intepretation Plan For The Conservation and Adaptive Re-use of the North Quarantie Station. Mawland (AU) : Mawland Construction Pty Ltd for Australia.

Mogea P. 2003. Laporan Perjalanan Eksploitasi Flora, Fauna Herpet, Lumut dan Studi Vegetasi di Taman Nasional Karimunjawa Jepara Jawa Tengah. Bogor (ID): Puslit Biologi LIPI

Morales J. 1992. Manual Interpretation in Areas Silvestres Protegidas. Document Technique#8, FAO/UNEP project. 201 p. [terhubung berkala] www.UNEP.org.id/documenttechnique

Muntasib EKSH. 2003. Perkembangan Interpretasi di Indonesia. Di dalam : Muntasib, E.K.S. Harini, Eva Rachmawati (Editor) : Prosiding Pengembangan Interpretasi Wisata Alam. Bogor (ID).

Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung (ID) : CV Alfabeta.

(40)

Lampiran 1 Potensi flora di Pulau Karimunjawa TNKJ

Nama Lokal Nama Ilmiah Famili 1 2 3 4 5 Kategori kelangkaan IUCN / Dilindungi

Pemanfaatan oleh masyarakat

Sebaran dalam

jalur Begonia Begonia isoptera Begoniaceae √ Tidak dilindungi Obat sakit limpa Sedikit

Berasan Gomphia serrata Ochinaceae √ Least Concern Kayu bangunan Banyak

Celeng Parinarium corymbosum Rosaceae √ Tidak dilindungi Tanaman

penghijauan Sedikit

Dewadaru Fagraea elliptica Euphorbiaceae √ Tidak dilindungi Kerajinan Sedikit

Gandaria Bouea macrophylla Anacardiaceae √ √ √ Tidak dilindungi Pakan satwa Banyak

Gelam Eugenia spicata Euphorbiaceae √ Tidak dilindungi Bahan perahu Sedikit

Gondang Ficus variegata Moraceae √ Tidak dilindungi Obat disentri Sedikit

Ingas Buchanania arborescens Anacardiaceae √ Tidak dilindungi Kayu bangunan Sedikit Jambon lapis Syzygium pycnanthum Verbenaceae √ Tidak dilindungi Kayu bangunan Banyak Jambon merah Syzygium acuminatissima Verbenaceae √ Tidak dilindungi Kayu bangunan Banyak

Jati Tectona grandis Lamiacea √ Tidak dilindungi Kayu awet kelas 1

Komoditas kayu Sedikit

Kalimosodo Cordia subcordata Araceae √ Least concern Kayu bangunan Sedikit

Kelapa Cocos nucifera Arecaceae √ Tidak dilindungi Komoditas

ekonomi Sedikit

Laban Vitex pubescens Verbenaceae √ √ Tidak dilindungi Kayu bangunan Sedikit

Labu – labu Xylocarpus moluccensis √ Tidak dilindungi Obat gatal Sedikit

Lempeni merah Ardisia humilis Myrsinaceae √ Tidak dilindungi - Sedikit

Mahoni Switenia macrophylla Meliaceae √ Tidak dilindungi Kayu bangunan Sedikit

Mangga Mangifera indica Anacardiaceae √ Tidak dilindungi Komoditas kebun Sedikit Manggisan Garcinia celebrica Cluciaceae √ √ Tidak dilindungi Kayu bangunan Banyak Mete Anacardium ocidentale Anacardiaceae √ Tidak dilindungi Komoditas kebun Sedikit 1: Bukit Maming, 2: Legon Lele, 3: Makam Sunan, 4: Cikmas 5: Kemloko

(41)

30

Lampiran 1 potensi flora di Pulau Karimunjawa TNKJ (lanjutan)

Nama Lokal Nama Ilmiah Famili 1 2 3 4 5

Nyamplung Calophyllum inophyllum Guttiferae √ Tidak dilindungi

Pencegah

Pisang Musa acimunata Musaceae Tidak dilindungi Komoditas

kebun Sedikit

Stigi Pemphis acidula Lythraceae √ Tidak dilindungi Kerajinan Sedikit

Tanjung

Karim Aporosa frutescens Euphorbiaceae √ Tidak dilindungi - Sedikit

(42)

Lampiran 2 Potensi fauna di Pulau Karimunjawa TNKJ

perut putih Haliaeetus leucogaster Accipitridae √ √ √

Least

Concern/dilindungi - Sedikit Cekakak

sungai Todirhamphus chloris Alcedinidae √ √

Least

kembang Ptilinopus milanospila Columbidae √ √ -

Penyebar

benih Sedikit

Pergam Laut Ducula bicolor Columbidae √ √ Least Concern Penyebar

benih Sedikit Pergam

ketanjar Ducula rosacea Columbidae √ √ √ √ √ Near Threatned

Penyebar

benih Banyak Tekukur Streptopelia chinensis Columbidae √ Least Concern Peliharaan Sedikit

Cabai jawa Dicaeum trochileum Dicaeidae √ √ Least Concern - Sedikit

Sikatan bakau Cyomis rufigastra Muscicapidae √ - Sedikit

Betet biasa Psittacula alexandri Psittacidae √ Near Threatned - Sedikit

Merbah

cerukcuk Pycnonotus goiavier Pycnonotidae √ √ √ √ √ Least Concern Peliharaan Banyak

Kareo padi Amauromis phoenicurus Rallidae √ - Banyak

Cinenen jawa Orthotomus sepium Silviidae √ √ Least Concern Sumber

makanan Sedikit 1: Bukit Maming, 2: Legon Lele, 3: Makam Sunan, 4: Cikmas 5: Kemloko

(43)

32

Lampiran 2 Potensi fauna di Pulau Karimunjawa TNKJ (lanjutan)

Nama Lokal Nama Ilmiah Famili 1 2 3 4 5 Kategori kelangkaan

Perenjak Prinia familiaris Silviidae √ Least Concern - Sedikit

Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Zosteropidae √ √ √ √ Least Concern Peliharaan Banyak

Kacamata laut Zosterops chloris Zosteropidae √ Least Concern - Sedikit

Kuntul Karang Egretta sacra √ Least

Concern/dilindungi

Indikator pencemaran air

laut

Sedikit

Trinil Tringa sp Scolopacidae √ Least Concern

Indikator pencemaran air

laut

Sedikit

Burung Madu Nectarinia jugularis Nectarinidae √ Least

Concern/dilindungi

karemonjawae Cercopithecidae √ √ √ √ Vulnerable

Penyebar

benih Banyak 1: Bukit Maming, 2: Legon Lele, 3: Makam Sunan, 4: Cikmas 5: Kemloko

(44)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 03 November 1990 dari ayah Rustiawan (alm) dan ibu Rismauli Hutasoit. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 31 Jakarta dan lulus seleksi masuk Institut Petanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) sebagai mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah dipercaya sebagai asisten praktikum mata kuliah Rekreasi Alam dan Ekowisata, Pendidikan Konservasi dan Interpretasi Alam dan Interpretasi Alam tahun 2011 – 2013. Penulis juga aktif sebagai anggota biro Kewirausahaan (2011/2012), Ketua Kelompok Pemerhati Ekowisata ―Tapak‖ (2011/2012), anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova) (2010-sekarang), Ketua Panitia Green Entrepreneurship tahun 2011 dan Ketua Pemetaan Biodiversitas Kampus IPB tahun 2012.

Penulis pernah mengikuti beberapa ekspedisi yang dilaksanakan Himakova, yaitu Eksplorasi Fauna dan Flora Indonesia (RAFFLESIA) di TN. Gunung Halimun-Salak (2011), CA dan TWA Sukawayana-CA Tangkuban Perahu (2012), Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di TN. Kerinci—Seblat (2011) dan TN. Bukit Tigapuluh (2012). Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di CA Kamojang-CA Sancang Garut, Jawa Barat (2011), Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi (2012) dan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) tahun 2013.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di IPB, penulis menyelesaikan

Gambar

Gambar 1 Peta Kepulauan Karimunjawa
Tabel 1 Jenis, bentuk, dan cara pengambilan data
Tabel 2. Variabel dan kriteria skoring
Tabel 3 Kondisi jalur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengamatan identifikasi jalur, identifikasi potensi tumbuhan anggrek, dan identifikasi karakteristik pengunjung di Hutan Wisata Taman Eden

Sedangkan menurut Direktorat wisata alam dan pemanfaatan jasa lingkungan ( 2001) interpretasi adalah suatu metoda komunikasi yang bertujuan untuk menjelaskan

Konsep aktivitas terdiri dari dua yaitu aktivitas interpretasi dan aktivitas non-interpretasi. Aktivitas interpretasi yaitu aktivitas yang berkaitan dengan

Analsis terhadap kualitas ekologi menunjukkan bahwa kondisi ekologi pada jalur wisata alam TNGP relatif masih bagus, yang dicirikan oleh biodiversitas, kerapatan, penutupan lahan,

1 objek fisik, 44 objek biologi yang terdiri dari 24 flora dan 20 fauna. Yang menarik di jalur ini yaitu adanya jenis tumbuhan eboni yang merupakan jenis endemik Sulawesi dan

Dalam melakukan pengamatan di lapangan terhadap jumlah individu klampiau ( Hylobates muelleri ) di jalur Interpretasi Bukit Baka dalam kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya

Rencana lanskap jalur interpretasi sejarah budaya Jalan Slamet Riyadi Kota Surakarta ini adalah hasil akhir perencanaan yang merupakan penggabungan dari rencana ruang,

Keanekaragaman echinodermata di pesisir pulau Karimunjawa rendah, hal ini didapatkan dari perhitungan indeks keanekaragaman yang bernilai kurang dari 2 yaitu pada stasiun 1,