• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Simpulan

Keseluruhan deskripsi, analisis dan pembahasan yang ada dalam tesis ini merupakan upaya untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan pada bagian awal. Berdasarkan seluruh kajian teoritis melalui kajian literatur dan analisis kebutuhan serta pengembangan desain kurikulum pelatihan yang selanjutnya divalidasi oleh narasumber dengan teknik delphi, maka diperoleh simpulan sebagai berikut : 1. Analisis kebutuhan pelatihan pada guru di lingkungan Madrasah

Tsawaniyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang menunjukan bahwa guru membutuhkan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi profesional khususnya dalam menyusun bahan ajar. Bahan ajar yang cocok untuk pembelajaran di MTs Negeri Kabupaten Sumedang adalah modul karena memiliki karakteristik belajar mandiri. Sehingga perlu dilakukan pelatihan bagi guru-guru untuk meningatkan kompetensinya dalam menyusun bahan ajar modul.

2. Struktur kurikulum pelatihan untuk membekali kompetensi penyusunan bahan ajar modul bagi guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang dalam dokumen kurikulum pelatihan yang dikembangkan ini secara garis besar terdiri dari tiga bagian, yaitu : (1) Materi Dasar, (2) Materi Inti, dan (3) Materi Penunjang. Berikut penjelasan singkat dari ketiga bagian tersebut :

a. Materi Dasar dimaksudkan sebagai dasar atau pijakan oleh peserta untuk menerima materi pelatihan inti. Isi materi dasar ini adalah Kebijakan Pemerintah : Permendiknas No.16 Tahun 2007 dan Permenag No.16 Tahun 2010.

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Materi Inti merupakan sejumlah materi yang membekali peserta secara pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menyusun bahan ajar modul. Materi inti terdiri dari: (1) Konsep Umum Bahan Ajar, (2) Memilih Bahan Ajar di Madrasah Tsanawiyah, (3) Implementasi Sistem Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction), (4) Pengantar Pengembangan Bahan Ajar Modul, (5) Komponen Pengembangan Modul, (6) Penulisan Modul yang Baik dan Menarik, (7) Pengembangan Alat Evaluasi Modul, (8) Praktik Penyusunan Bahan Ajar Modul, dan (9) Presentasi dan Validasi Produk Bahan Ajar Modul.

c. Materi penunjang adalah kompetensi tambahan yang menunjang penyusunan dan penggunaan bahan ajar modul secara aplikatif pada kegiatan pembelajaran. Materi yang diberikan sebagai penunjang dalam desain kurikulum pelatihan ini adalah; Penggunaan Metode Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction) di Madrasah Tsanawiyah

3. Silabus pelatihan yang dikembangkan untuk membekali kompetensi penyusunan bahan ajar modul bagi guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang dikembangkan dengan format horizontal yang memuat : Standar Kompetensi, Indikator, Kegiatan Pembelajaran, Materi/Submateri, Metode, Alat/Bahan, Evaluasi dan Alokasi Waktu. Silabus pelatihan memuat standar kompetensi yang dirumuskan sebagai berikut : Memahami konsep bahan ajar modul, tahapan pengembangan bahan ajar modul serta mampu mengaplikasikannya dalam menciptakan modul yang baik dan menarik. Silabus pelatihan juga memuat mengenai kompetensi dasar yang menunjang pencapaian standar kompetensi sebagai berikut : (1) Menjabarkan kebijakan pemerintah mengenai kompetensi profesional guru, (2) Mendeskripsikan konsep bahan ajar secara umum, (3) Menganalisis karakteristik bahan ajar yang cocok sesuai dengan

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kebutuhan peserta didik di Madrasah Tsanawiyah, (4) Menjelaskan implementasi sistem pembelajaran dengan modul (Modular Instruction), (5) Menjelaskan prosedur pengembangan bahan ajar modul, (6) Menggambarkan komponen-komponen pengembangan modul, (7) Menyusun setiap komponen modul menjadi bahan ajar yang baik dan menarik, (8) Membuat alat evaluasi pada bahan ajar modul dengan baik, (9) Menciptakan bahan ajar modul yang baik dan menarik yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik, (10) Menampilkan dan memvalidasi bahan ajar modul yang baik dan menarik, (11) Memahami dengan baik metode pembelajaran dengan modul (Modular Instruction) pada Madrasah Tsanawiyah.

4. Satuan Acara Pelatihan (SAP) untuk membekali kompetensi penyusunan bahan ajar modul bagi guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar pada silabus yang telah disusun. SAP yang dikembangkan memuat : nama pelatihan, standar kompetensi, kompetensi dasar, sesi pelatihan ke-, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, materi pelatihan, skenario pembelajaran, metode pembelajaran, alat dan bahan pembelajaran serta evaluasi. SAP dikembangkan dengan format yang lebih sederhana dan skenario pembelajaran yang berbentuk alur kegiatan sehingga mudah untuk diimplementasikan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan hasil penelitian, berikut ini dikemukakan rekomendasi untuk berbagai pihak, diantaranya adalah :

1. Kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang Informasi yang dimiliki oleh kepala madrasah mengenai kondisi guru di MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Seksi Pendidikan Madrasah Kantor

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kementerian Agama Kabupaten Sumedang dalam menciptakan pelatihan yang dibutuhkan oleh para guru. Kepala madrasah juga hendaknya lebih tanggap terhadap kebutuhan keterampilan para guru di unit madrasah tempatnya mengajar sehingga keterbatasan kompetensi guru bisa diminimalisir.

2. Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumedang

Sebagai penanggung jawab terhadap pembinaan tenaga pendidik dan kependidikan di lingkungan kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumedang, hendaknya secara berkala melakukan tinjauan khususnya mengenai kualifikasi dan kompetensi para guru di lingkungan MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang agar terlihat kebutuhan pengembangan kompetensi para guru di lapangan. Dengan demikian hendaknya guru yang masih belum memiliki keterampilan tertentu sesuai dengan kompetensi yang seharusnya dimiliki akan dengan mudah dikembangkan sesuai kebutuhannya.

3. Peneliti Selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian ini khususnya dalam pengembangan desain kurikulum pelatihan bagi guru di MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang, ditemukan beberapa permasalahan yang masih perlu ditindaklanjuti. Disarankan untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut terhadap pengembangan kurikulum pelatihan dengan objek berbeda. Desain kurikulum pelatihan kompetensi profesional yang lainnya masih perlu dikembangkan untuk menciptakan guru yang profesional di lingkungan Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumedang.

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Alam, S. (2011). Analisis Kebutuhan Pelatihan Berbasis Kompetensi Dalam

Rangka Meningkatkan Profesionalisme Guru. Tesis pada SPS UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asmani, J.M. (2013). Kiat Melahirkan Madrasah Unggulan. Jogjakarta: Diva Press/

Baksir, N. (2011). Pengembangan Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan

Pemahaman Guru Tentang Penelitian Tindakan Kelas. Tesis pada SPS UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Beauchamp, G.A. (1975). Curriculum Theory. Wilmette, Illinois: The KAGG Press.

Chatib, M. (2011). Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan

Semua Anak Juara. Jakarta: Kaifa Learning.

Daryanto. (2013). Standar Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru Profesional. Yogyakarta: Gava Media.

Fauzi, I.K. (2011). Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung: Alfabeta.

Friedman, P.G. and Elaine, A.Y. (1985). Training Strategies From Start to Finish. New Jersey: Prantice-Hall International, Inc.

Hamalik, O. (2009). Pendidikan Guru : Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.

Hartati, H. (2010). Pengembangan Program Pelatihan Untuk Meningkatkan

Kemampuan Guru dalam Pembelajaran Tematik. Tesis pada SPS UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Kemeterian Riset dan Teknologi. (2011). Human Development Index tahun 2011. Jakarta: Ristek RI.

Kementerin Agama Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Agama RI No.

16 tahun 2010 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru PAI.

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kementerian Pendidikan Nasional. (2008). Peraturan Pemerintah No. 16 tahun

2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Jakarta:

Kemendiknas.

___________. (2008). UU No. 14 tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen. Jakarta: Kemendiknas.

___________. (2008). Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan. Jakarta: Kemendiknas.

___________. (2008). UU No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Jakarta: Kemendiknas.

Lestari, I. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Padang: Akademia.

Marimin. (2004). Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta: Grasindo.

McNeil, J.D. (1990). Curriculum : A Comprehensive Introduction (4th edition).

London: Scott, Foresman/Little, Brown Higer Education.

Mudlofir, A. (2012). Pendidik Profesional : Konsep Strategi, dan Aplikasi dalam

Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.

Mujiman, H. (2011). Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mulyasa, E. (2007). Manajemen Berbasis Sekolah; Konsep, Strategi Dan

Implementasi. Bandung: Rosdakarya.

Musfah, J. (2011). Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber

Belajar dan Praktik. Jakarta: Kencana.

Nasution, S. (2006). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Okoli, C. and Suzanne D.P. (2003). “The Delphi Method as a Research Tool: An

Exemple, Design Considerations and Applications”. Journal of Information & Management. (42), 15-29.

Oliva, Peter F & William G. (2013). Developing the Curriculum (Eighth Edition). Boston: Pearson.

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Orstein, A.C dan Francis P.H. (2009). Curriculum Foundations, Principles and

Issues. Boston: Pearson.

Permadi, D. dan Daeng, A. (2010). The Smiling Teacher. Bandung: Nuansa Aulia.

Pinar. W.F. (2004). What Is Curriculum Theory. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.

Purwataningsih, E. (2009). Pengembangan Kurikulum Pelatihan Bintek

Kepemimpinan dan Enterpreneur Bagi Mahasiswa Di Provinsi Banten.

Tesis pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Putra, N. (2012). Research and Development. Penelitian dan Pengembangan :

Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers.

Print, M. (1993). Curriculum Development and Design (second edition). Australia : Allenand Uuwin.

Sanjaya, W. (2011). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

___________________. (2006). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suprihatiningrum, J. (2013). Guru Profesional : Pedoman Kinerja, Kualifikasi &

Kompetensi Guru. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Skulmoski, G.J., Francis, T.H. and Jennifer, K. (2007). “The Delphi Method for

Graduate Research”. Journal of Information Technology Education. (2), 1 -

21.

Taba, H. (1962). Curriculum Development. New York: Harcourt, Brace & World, Inc.

Taylor, P. (2003). How To Design a Training Course. London: Cromwell Press Ltd.

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Thorne, K. (2004).Peran Pelatih dalam Proses Perubahan Manusia dan

Organisasi (terjemahan). Jakarta : Gramedia.

Tim pengembang MKDP. 2011. Kurikulum & Pembelajaran. Bandung: Rajawali Pers.

Wijaya, S., Djadja, D. dan Tabrani, R. (1992). Upaya Pembaharuan Dalam

Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.

Zais, R.S. (1976). Curriculum: Principles and Foundations. New York: Harper & Row Publisher.

Dokumen terkait