• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN KURIKULUM PELATIHAN UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENYUSUNAN BAHAN AJAR MODUL :Studi pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Se-Kabupaten Sumedang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DESAIN KURIKULUM PELATIHAN UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENYUSUNAN BAHAN AJAR MODUL :Studi pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Se-Kabupaten Sumedang."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KOMPETENSI PENYUSUNAN BAHAN AJAR MODUL

(Studi pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat

Memperoleh Gelar Magister Pada Program Studi Pengembangan Kurikulum

Disusun Oleh :

Aah Ahmad Syahid

1103142

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KOMPETENSI PENYUSUNAN BAHAN AJAR MODUL

(Studi Pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Oleh

Aah Ahmad Syahid

S.Pd UPI Bandung, 2010

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana

Program Studi Pengembangan Kurikulum

© Aah Ahmad Syahid 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu AAH AHMAD SYAHID

1103142

DESAIN KURIKULUM PELATIHAN UNTUK MENINGKATKAN

KOMPETENSI PENYUSUNAN BAHAN AJAR MODUL

(Studi pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Disetujui dan disahkan oleh

Pembimbing I

Dr. Toto Ruhimat, M.Pd NIP. 195711211985031001

Pembimbing II

Dr. Hj. Erliany Syaodih, M.Pd NIP. 196010151985032001

Mengetahui

Ketua Prodi Pengembangan Kurikulum SPs Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

I

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Aah Ahmad Syahid (2013), Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Se-Kabupaten Sumedang).

Penelitian ini berlandaskan pada kebutuhan guru-guru di lingkungan MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang dalam menyusun bahan ajar modul. Menyusun bahan ajar modul merupakan salah satu keterampilan dalam kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh guru sehingga perlu dilaksanakan pelatihan yang tepat untuk membekalinya. Penelitian ini bertolak dari rumusan permasalahan “Desain kurikulum pelatihan seperti apakah yang dapat meningkatkan kompetensi penyusunan bahan ajar modul bagi guru di lingkungan MTs Negeri se-Kabupaten

Sumedang?”. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan desain kurikulum

(5)

I

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu sehingga mudah untuk diimplementasikan.

Kata kunci : Desain Kurikulum, Kurikulum Pelatihan, Bahan Ajar Modul.

ABSTRACT

Aah Ahmad Syahid (2013), Curriculum Design of Training To Improve the Competency of Development Instructional Materials a Module (Case Study at the State Islamic Junior High School in Sumedang).

(6)

I

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

syllabus to equip the preparation of teaching materials for teachers modules State Islamic Junior High School in Sumedang municipal developed according to the principles of adult learning (andragogy). Fourth, SAP competency training to equip the preparation of teaching materials for teachers modules State Islamic Junior High School in Sumedang municipal developed a more simple format that is easy to implement.

(7)

iv

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pertanyaan Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Hasil Penelitian ... 8

F. Definisi Operasional ... 9

BAB II DESAIN KURIKULUM PELATIHAN BAHAN AJAR MODUL A. Desain Kurikulum Pelatihan 1. Pengertian Desain Kurikulum ... 11

2. Komponen Desain Kurikulum ... 13

3. Pelatihan ... 18

4. Kurikulum Pelatihan ... 21

B. Penyusunan Bahan Ajar Modul 1. Bahan Ajar ... 27

2. Modul ... 31

C. Kompetensi Guru Madrasah 1. Hakikat Kompetensi ... 37

2. Kompetensi Guru Profesional Madrasah ... 38

3. Kompetensi Guru Madrasah ... 40

4. Program Pelatihan dan Pendidikan Guru Madrasah ... 45

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 50

B. Lokasi Penelitian ... 52

C. Langkah Pengembangan Desain Kurikulum Pelatihan ... 53

D. Teknik Pengumpul Data ... 57

E. Analisis Hasil Penelitian ... 58

F. Prosedur Penelitian ... 59

(8)

v

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumedang ... 61 2. Struktur Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi

Penyusunan Bahan Ajar Modul Bagi Guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang ... 65 3. Silabus Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan

Bahan Ajar Modul Bagi Guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang ... 77 4. SAP Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Komponen

Penyusunan Bahan Ajar Modul Bagi Guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang ... 83 B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Analisis Kebutuhan Pelatihan kompetensi penyusunan Bahan Ajar Modul bagi guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang ... 93 2. Struktur Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi

Penyusunan Bahan Ajar Modul Bagi Guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang ... 96 3. Silabus Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan

Bahan Ajar Modul Bagi Guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang ... 100 4. SAP Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Komponen

Penyusunan Bahan Ajar Modul Bagi Guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang ... 102

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan ... 104 B. Rekomendasi ... 106

(9)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar dalam menumbuhkembangkan sumber daya manusia guna menyiapkannya menghadapi pembangunan.

Pesatnya laju pembangunan selalu senada dengan perkembangan zaman yang terus berubah. Perubahan perkembangan zaman inilah yang kerapkali menjadi masalah sekaligus tantangan bagi sektor pendidikan untuk terus berkembang meningkatkan kualitasnya. Bagi Indonesia tantangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan terlihat dari Human Development Index tahun 2011 yang menunjukan peringkat pendidikan pada urutan 119 dari 187 negara. Hal ini menyiratkan pentingnya upaya peningkatan kualitas pendidikan khususnya kualitas guru.

Guru dipandang sebagai satu profesi yang menjadi faktor penggerak jalannya proses pendidikan. Guru menjadi tumpuan harapan untuk mewujudkan agenda-agenda pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi, pemerataan dan perluasan kesempatan, serta peningkatan efisiensi pendidikan. Sudut pandang sistem pendidikan nasional, atau lebih khusus lagi pada sistem persekolahan, akan melihat guru sebagai sentral dari segala upaya pendidikan dan agen dalam pembaruan pendidikan tingkat tataran sekolah. Sudut pandang birokrasi juga melihat guru sebagai bagian dari mesin birokrasi pendidikan di tingkat sekolah. Guru dipandang sebagai kepanjangan tangan birokrasi, karena itu segala kompetensinya sudah diatur dan

ditentukan oleh pemerintah.

Ditempatkan pada perspektif kompetensi yang harus dimilikinya, guru

(10)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seharusnya dimiliki. Guru berdasarkan Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab IV pasal 10 ayat 1, dan dijelaskan dalam Permendiknas No. 16 tahun 2007 setidaknya harus memiliki empat kompetensi; kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keempat bidang kompetensi tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling berhubungan dan saling mempengaruhi

satu sama lain.

Salah satu kompetensi yang menjadi dasar dalam profesi guru adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional dalam Permendiknas No. 16 tahun 2007 menyiratkan isi bahwa setiap guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam; (1) menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (2) menguasi standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. (3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk bentuk mengembangkan diri. Kelima kompetensi inti guru pada kompetensi profesional tersebut, menunjukan bahwa guru harus dapat melakukan perencanaan serta pengelolaan pembelajaran secara profesional.

Pada kegiatan perencanaan dan pengelolan pembelajaran secara terperinci harus jelas kemana peserta didik akan dibawa (tujuan), apa yang harus dipelajari (isi bahan pelajaran), bagaimana cara mempelajarinya (metode) dan bagaimana guru mengetahui bahwa peserta didik telah mencapainya (penilaian). Kegiatan pengelolaan pembelajaran secara

profesional jelas memperlihatkan bahwa guru harus memiliki kecakapan dalam menata dan mengembangkan materi pembelajaran secara kreatif. Hal

(11)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kegiatan pembelajaran yang efektif tentunya akan mempengaruhi kualitas hasil belajar peserta didik. Hilda Taba dalam Mudlofir (2012:81) mengatakan bahwa efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh; (1) karakteristik guru dan peserta didik. (2) bahan pelajaran. (3) aspek lain yang berkenaan dengan aspek pembelajaran. Ketiga hal tersebut memperlihatkan bahwa makin tinggi penguasaan guru terhadap bahan ajar yang akan

dikembangkannya, makin tinggi pula hasil belajar peserta didik. Penelitian dalam bidang pendidikan di Indonesia (Mudlofir, 2012:81) menunjukan bahwa 26,17% dari hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh penguasaan guru dalam hal mengembangkan materi yang akan diajarkannya. Hal ini menunjukan betapa pentingnya guru memiliki kemampuan dalam mengelola materi dan mengembangkan bahan ajar untuk kegiatan pembelajaran.

Kemampuan pengembangan bahan ajar sebagai bagian integral dari proses pembelajaran hendaknya tidak lagi dianggap sebagai pelengkap bagi profesi guru. Guru yang profesional mutlak harus mampu mengembangkan bahan ajar yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar yang dapat dikembangkan oleh guru untuk kegiatan pembelajaran cukup banyak jenisnya, salah satunya adalah modul. Modul pembelajaran merupakan salah satu sumber belajar yang efektif karena di dalamnya memiliki cakupan kompetensi beragam yang harus dikuasi peserta didik. Modul juga merupakan suatu cara pengorganisasian materi pelajaran dan memiliki karakteristik sebagai bahan ajar untuk pembelajaran mandiri. Strategi pengorganisasian materi pembelajaran mengandung squencing yang mengacu pada pembuatan urutan penyajian materi pelajaran, dan synthesizing yang mengacu pada

upaya untuk menunjukkan kepada peserta didik keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran

(12)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Permasalahan yang terjadi saat ini dan terlihat pada survey awal yang dilakukan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri di Kabupaten Sumedang yaitu masih banyaknya guru yang belum memiliki kemampuan untuk membuat modul pembelajaran yang baik sesuai dengan perencanaan pembelajarannya. Hasil analisis pada survey awal ditemukan data bahwa 63% (lebih dari setengahnya) guru di lingkungan MTs Negeri se-Kabupaten

Sumedang mengalami kesulitan dalam mengembangkan bahan ajar sesuai dengan kebutuhan pembelajarannya. Hal ini terjadi karena banyaknya “bahan ajar praktis” yang sudah jadi dan siap pakai. Sementara bahan ajar tersebut belum tentu cocok dan sesuai dengan karakteristik peserta didiknya. Ketidakcocokan penggunaan bahan ajar bagi peserta didik akan berakibat pada rendahnya minat belajar yang akhirnya bersentuhan langsung dengan minimnya kemampuan penguasaan materi pembelajaran. Pada lingkungan MTs Negeri Kabupaten Sumedang sendiri terlihat bahwa belum adanya pemilihan bahan ajar secara baik oleh guru untuk peserta didiknya dalam melaksanakan pembelajaran, dimana lebih banyak menggunakan buku pegangan guru saja. Peserta didik dijejali materi dari buku pegangan guru dan seolah dipaksa untuk mengikuti proses pembelajaran sesuai urutan dan target waktu yang diberikan guru. Hal ini tentu tidak sesuai dengan psikologi perkembangan peserta didik, dimana dalam satu kelas tersebut tidak semuanya merupakan peserta didik pandai, namun juga perlu disadari adanya peserta didik yang lamban dalam mengusai materi terlebih dengan sistem belajar seperti itu. Bagi peserta didik yang memiliki kemampuan penangkapan materi yang cepat tentu akan dapat menguasai dengan baik,

namun bagi peserta didik yang lamban akan merasakan pembelajaran seperti itu sebagai beban yang berat.

(13)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kabupaten Sumedang bahwa sistem penilaian yang dilakukan selama ini kurang memungkinan untuk guru memberikan bimbingan secara terus-menerus berdasarkan umpan balik yang diperoleh melalui program evaluasi yang menyeluruh oleh peserta didiknya. Sebagai contoh pada evaluasi ujian tengah semester, dari hasil yang diperoleh memperlihatkan sejumlah peserta didik memperoleh nilai kurang baik, namun pada hari berikutnya materi

dilanjutkan tanpa menghiraukan bahwa peserta didik tersebut sebenarnya belum menguasai pelajaran.

Cara pembelajaran dan sistem penilaian seperti ini membawa akibat yang fatal bagi peserta didik karena dikhawatirkan akan menimbulkan peserta didik yang kurang memiliki kemampuan penguasaan pada materi pembelajarannya hingga perlu adanya tindakan yang kongkrit dalam menangani permasalahan tersebut. Sistem pembelajaran mengunakan modul dirasa dapat membantu dalam memecahkan permasalah pada sistem pembelajaran di lingkungan MTs Negeri Kabupaten Sumedang. Bahan ajar modul dengan segala karakteristiknya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya dalam menangkap materi pembelajaran. Inilah yang kemudian dikatakan sebagai pembelajaran tuntas (mastery learning) dimana peserta didik dapat melanjutkan mengikuti materi pelajaran selanjutnya setelah benar-benar dapat menguasai materi sebelumnya. Penguasaan materi dapat dilihat dari umpan balik hasil evaluasi pada materi tersebut yang juga dapat ditemukan dalam sistem pembelajaran modul. Terlebih sebagian besar MTs di Kabupaten Sumedang didampingi oleh pondok pesantren dengan sistem asrama,

sehingga peserta didiknya dapat belajar dengan lebih mandiri dengan bahan ajar modul. Melihat permasalahan sistem pembelajaran pada MTs Negeri

(14)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

guru sesuai dengan karakteristik dan kompetensi peserta didiknya. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan tersebut, terlebih pada kurikulum 2013 mendatang bahwa strategi pengembangan pendidikan yang dicanangkan pemerintah salah satunya adalah pembelajaran peserta didik aktif berbasis kompetensi. Guru diharapkan dapat membidik kompetensi peserta didik secara baik salah satunya adalah dengan menyiapkan bahan ajar yang cocok

dengan peserta didiknya.

Guru-guru di lingkungan MTs Negeri Kabupaten Sumedang sendiri belum memiliki kemampuan secara baik dalam mengembangkan bahan ajar khususnya modul. Oleh karena itu perlu adanya tindakan untuk membekali atau meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan bahan ajar modul, salah satunya adalah dengan cara melakukan pendidikan dan pelatihan kompetensi penyusunan bahan ajar modul. Pelatihan bagi para guru ini perlu dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan pelatihannya agar tercipta sebuah pelatihan yang baik sesuai dengan yang diharapkan. Rancangan pelatihan tersebut dapat terlihat pada desain kurikulum pelatihannya. Desain kurikulum pada kegiatan pelatihan akan menunjukan pola atau model pelatihan tersebut. Hal ini karena pada desain kurikulum pelatihan tergambar keseluruhan komponen pelatihan mulai dari tujuan, materi, strategi dan jenis penilaian yang akan digunakan. Desain kurikulum pada kegiatan pelatihan juga memiliki peranan dalam mengarahkan keterlaksanaan proses pelatihan yang pada akhirnya menjadi pedoman untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian perlu dikembangkan desain kurikulum pelatihan yang baik dalam meningkatkan kompetensi penyusunan bahan ajar

modul bagi guru di lingkungan MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang.

B. Identifikasi Masalah

(15)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

permasalahan dalam proses pembelajaran di MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang. Salah satunya adalah belum terkuasainya kompetensi profesional secara utuh oleh para guru. Data hasil survey awal menunjukan masih banyaknya guru yang belum memenuhi kompetensi profesional berdasarkan PP No.16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Permasalahan yang terlihat terutama pada kemampuan guru dalam

mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif yang tertuang dalam kemampuan menyusun bahan ajar sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya. Data hasil survey menunjukan 63% (lebih dari setengahnya) guru belum memiliki kemampuan dalam menyusun bahan ajar.

Sesuai dengan uraian pada latar belakang masalah terlihat bahwa guru di lingkungan MTs Negeri Kabupaten Sumedang perlu memiliki kemampuan dalam mengembangkan bahan ajar khususnya modul pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa perlu diselenggarakan pelatihan bagi para guru di lingkungan MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang untuk membekali dan meningkatkan kompetensi dalam menyusun bahan ajar modul. Pelatihan yang baik memerlukan kurikulum yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pesertanya. Sehingga perlu dikembangkan desain kurikulum pelatihan yang baik bagi para guru di lingkungan MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang dalam hal menyusun bahan ajar modul. Namun penelitian ini hanya mengembangkan produk berupa desain kurikulum pelatihan secara teortis saja, tidak sampai pada uji coba empirik. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Desain kurikulum pelatihan seperti apakah yang dapat meningkatkan kompetensi penyusunan bahan ajar modul bagi guru di

lingkungan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang?”

C. Pertanyaan Penelitian

(16)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Bagaimana analisis kebutuhan pelatihan kompetensi penyusunan bahan ajar modul bagi guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang?

2. Struktur kurikulum pelatihan seperti apakah yang baik untuk meningkatkan kompetensi penyusunan bahan ajar modul bagi guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang?

3. Silabus pelatihan seperti apakah yang baik untuk meningkatkan kompetensi penyusunan bahan ajar modul bagi guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang?

4. Satuan Acara Pelatihan (SAP) seperti apakah yang baik untuk meningkatkan kompetensi penyusunan bahan ajar modul bagi guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang?

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk dapat mengembangkan desain kurikulum pelatihan yang cocok untuk kegiatan pelatihan bahan ajar bagi guru di lingkungan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang yang dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyusun modul. Secara rinci tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Memperoleh informasi mengenai kebutuhan guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang dalam pengembangan bahan ajar modul.

2. Mengembangkan struktur kurikulum pelatihan yang baik untuk meningkatkan kompetensi penyusunan bahan ajar modul bagi guru

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang.

3. Mengembangkan silabus pelatihan yang baik untuk meningkatkan

(17)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Mengembangkan Satuan Acara Pelatihan (SAP) yang baik untuk meningkatkan kompetensi penyusunan bahan ajar modul bagi guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

terhadap pengembangan kurikulum pelatihan, khususnya untuk pelatihan bahan ajar modul. Penelitian ini akan memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini akan memperlihatkan gambaran bagaimana kompetensi guru di lingkungan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Kabupaten Sumedang. Setelah diketahui bagaimana kompetensi guru maka akan dilakukan pengembangan desain kurikulum pelatihan yang tepat untuk memberikan peningkatan kompetensinya. Desain kurikulum pelatihan dikembangkan secara teoritis dengan cara yang sesuai dengan kaidah pengembangan kurikulum pelatihan dan metodologi yang prosedural sehingga hasilnya diharapkan akan meningkatkan kompetensi para guru di lingkungan Madrasah Tsanawiyah Negeri Kabupaten Sumedang.

2.Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Bagi kepala madrasah, penelitian ini dapat dijadikan bekal awal dalam

mengetahui kebutuhan kompetensi guru MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang sehingga dapat disikapi dengan pembekalan dan

pengembangan kompetensinya.

(18)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengembangkan kurikulum pelatihan bahan ajar modul yang relevan dengan kebutuhan guru di MTs Negeri Kabupaten Sumedang.

c. Bagi para peneliti, penelitian ini dapat dijadikan bekal awal dalam melakukan penelitian sejenis yang lebih lanjut.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional disusun agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah-istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini. Definisi operasional sesuai judul penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Desain Kurikulum Pelatihan

Desain kurikulum merupakan rancangan, pola atau model dari komponen kurikulum. Sukmadinata (2006:34) menyatakan bahwa “Desain kurikulum merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi serta proses belajar yang akan diikuti peserta didik pada berbagai tahap perkembangan pendidikan”. Sedangkan kurikulum pelatihan menururt Webster Dictionary (dalam Baksir, 2010) adalah “Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh peserta pelatihan guna mencapai ijazah atau tingkat kemampuan tertentu.”

Desain kurikulum pelatihan dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai sebuah pedoman yang mencakup komponen kurikulum untuk melaksanakan proses pelatihan penyusunan bahan ajar modul bagi guru di lingkungan MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang.

2. Kompetensi Menyusun Bahan Ajar Modul

Kompetensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

diartikan sebagai kecakapan atau kemampuan. Musfah (2011:28) mengartikan kompetensi sebagai “Kemampuan mewujudkan sesuatu sesuai dengan tugas yang diberikan kepada sesorang”.

(19)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

program yang dapat mengukur tujuan pembelajaran. Menurut Wijaya (1992:96) “Modul adalah paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu guna keperluan belajar”.

Berdasarkan definisi tersebut yang dimaksud dengan kompetensi menyusun bahan ajar modul pada penelitian ini adalah kemampuan guru dalam mengembangkan (mengidentifikasi kompetensi, menyusun materi

(20)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dibahas pada penelitian ini yaitu

desain kurikulum pelatihan bahan ajar modul bagi guru di lingkungan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang, maka pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) dan menggunakan teknik delphi sebagai alat validasi serta revisi dokumen kurikulum pelatihan.

Metode Penelitian dan Pengembangan (R&D) digunakan dalam penelitian ini untuk tujuan pengembangan produk desain kurikulum pelatihan mulai dari eksplorasi kasus yang terjadi pada guru di lingkungan MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang hingga mengembangkan desain kurikulum pelatihan secara teoritis. Hasil dari eksplorasi pemasalahan yang dilakukan dalam analisis kebutuhan kemudian dijadikan landasan dalam menyusun produk desain kurikulum pelatihan dengan teknik delphi. Hal ini senada dengan pernyataan Goll, Gall & Borg (dalam Putra, 2012:84) yang menyatakan bahwa R&D dalam pendidikan adalah sebuah model pengembangan berbasis industri dimana temuan penelitian digunakan untuk merancang produk dan prosedur baru.

Pemilihan metode R&D didasarkan pada pernyataan Putra (2012:67) yang mengatakan bahwa metode R&D merupakan penelitian yang secara

sengaja, sistematis diarahkan untuk mencaritemukan, merumuskan, mengembangkan, menghasilkan, menguji keefektifan produk tertentu yang

(21)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

[image:21.595.120.512.183.646.2]

dikembangkan oleh Sugiyono. Berikut ini adalah tahap metode R&D menurut Sugiyono (2009:289) :

Gambar 3.1

Langkah-langkah Research and Development (Sugiyono, 2009:289)

Penelitian ini hanya mengembangkan produk berupa desain kurikulum pelatihan secara teortis saja, tidak sampai pada uji coba empirik. Berdasarkan bagan alur langkah penelitian R&D tersebut maka penelitian ini hanya sampai pada langkah kelima. Selanjutnya untuk validasi produk desain kurikulum pelatihan dilakukan dengan pengambilan keputusan dengan teknik delphi.

Teknik delphi pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh tanggapan tertulis (brainwriting) dari beberapa individu atau kelompok

melalui pendekatan survey dalam dua putaran atau lebih. Hal ini senada dengan pendapat Skulmoski (2007:2) bahwa “Teknik delphi adalah proses interaksi yang digunakan untuk mengumpulkan dan menyeleksi judgement dari para ahli dengan menggunakan kuesioner berulang kali untuk menghasilkan perbaikan dari umpan balik.” Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis sikap, persepsi, pemikiran responden baik individual maupun kelompok pada teknik delphi tersebut.

Ada beberapa langkah penelitian dalam teknik delphi, secara sederhana teknik delphi dilakukan dengan tiga langkah besar; persiapan,

(22)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

survey dalam dua babak atau lebih, serta analisa hasil survey. Secara lebih jelas Marimin (2004:25) menyusunnya dalam sepuluh langkah sebagai berikut :

1. Mengembangkan pertanyaan Delphi

2. Memilih dan kontak dengan responden 3. Memilih ukuran contoh

4. Mengembangkan kuisioner dan test 1 5. Analisa kuisioner 1

6. Pengembangan kuisioner dan test 2 7. Analisa kuisioner 2

8. Mengembangkan kuisioner dan test 3 9. Analisis kuisioner 3

10. Menyiapkan laporan akhir

Pemilihan metode R&D dengan teknik delphi pada penelitian ini dikarenakan prosedur kerjanya yang sistematik dan bersifat siklus sehingga diharapkan teknik ini mampu merangkum pendapat dan penilaian para ahli serta responden terkait dengan desain kurikulum pelatihan yang dikembangkan oleh peneliti. Teknik delphi dalam penelitian ini dikembangkan melalui teknik survey dengan menggunakan kuesioner untuk responden yang akan memberikan penilaian bagi desain kurikulum pelatihan yang dibuat. Analisis dan judgment terhadap desain kurikulum pelatihan ini akan dilakukan sebanyak dua putaran (two-round). Dengan demikian

penggunaan metode Delphi ini akan memberikan hasil analisis yang mendalam terhadap produk penelitian yang sedang dikembangkan, yaitu

(23)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan fokos permasalahan yang dibahas pada penelitian ini, yaitu Desain Kurikulum Pelatihan Bahan Ajar Modul Bagi Guru MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang, maka lokasi penelitian akan dilakukan di lingkungan kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumedang lebih khusus lagi pada Seksi Pendidikan Madrasah yang membawahi instansi Madrasah

Tsanawiyah di Kabupaten Sumedang.

Data yang diperoleh dari Seksi Pendidikan Madrsah yang membawahi seluruh instansi formal madrasah di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumedang, terdaftar tujuh MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang. Berikut rinciannya :

Tebel 3.1 Lokasi Penelitian

No. Nama Instansi Alamat

1 MTs Negeri Ujungjaya Jl. Raya Ujungjaya Kab. Sumedang 45383

2 MTs Negeri Cimasuk Jl. Citali Rancakalong Pamulihan Sumedang

3 MTs Negeri Tarikolot Jl. Raya Tarikolot Kec. Jatinunggal Sumedang

4 MTs Negeri Situraja Ds. Cijati Kec. Situraja Sumedang

5 MTs Negeri Sumedang Jl. Tanjungkerta No.44 Cimalaka Sumedang 6 MTs Negeri Tomo Jl. Raya Tomo No. 56 Sumedang

7 MTs Negeri Buah Dua Jl. Buahdua Sanca Blok Condong Sumedang

Sumber : Kantor Kemenag Kab.Sumedang tahun 2013

C. Langkah Pengembangan Desain Kurikulum Pelatihan

Merujuk pada langkah-langkah penelitian teknik delphi yang disampaikan oleh para ahli, maka dalam penelitian ini ditempuh tiga langkah besar pengembangan desain kurikulum pelatihan penyusunan bahan ajar modul bagi guru MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang.

(24)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Langkah awal penelitian ini, peneliti melakukan studi literatur mengenai pengembangan desain kurikulum pelatihan, penyusunan bahan ajar modul dan pengembangan kompetensi profesional guru madrasah. Selain itu untuk melengkapi bahan dalam pengembangan desain kurikulum, peneliti juga melakukan studi pendahuluan yang menyangkut kebutuhan peserta pelatihan dalam mengembangkan bahan ajar modul.

Studi pendahuluan dalam bentuk kegiatan analisis kebutuhan pelatihan dilakukan pada guru di lingkungan MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang. Proses analisis kebutuhan pelatihan ini mencakup kegiatan penyebaran angket untuk memperoleh data mengenai analisis pekerjaan, analisis tugas dan analisis kesenjangan.

Kegiatan analisis kebutuhan ini melibatkan populasi guru di lingkungan MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang yang berjumlah 196 guru dengan diwakili oleh sampel yang dipilih secara acak (random

sampling) sebanyak 16% dari jumlah populasi.

2. Pengembangan Desain Kurikulum

Pada langkah ini peneliti mengembangkan desain kurikulum berdasarkan hasil studi awal. Desain kurikulum pelatihan yang akan dikembangkan oleh peneliti diantaranya adalah:

a. Struktur kurikulum pelatihan kompetensi penyusunan bahan ajar modul bagi guru MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang.

b. Model silabus pelatihan kompetensi penyusunan bahan ajar modul bagi guru MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang.

c. Model Satuan Acara Pelatihan (SAP) kompetensi penyusunan bahan ajar modul bagi guru MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang.

(25)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Validasi Desain Kurikulum

Langkah ini merupakan tahapan validasi atau penilaian dan perbaikan dari para ahi metode delphi terhadap draft yang sudah dikembangkan. Sedikitnya dilakukan dua putaran (two-round) delphi untuk menghasilkan desain kurikulum yang baik. Mengenai proses

validasi desain oleh para ahli ini, Sugiyono (2009:414) berpendapat sebagai berikut :

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk, dalam hal ini metode mengajar baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Dikatakan secara rasional karena validasi disini masih bersifat penilaian rasional, belum fakta lapangan.

Pendapat diatas mengandung pengertian bahwa validasi dapat dilakukan dengan penilaian secara rasional oleh para ahli yang dianggap memiliki kemampuan dalam memberikan tanggapan dan perbaikan produk desain. Hal ini senada dengan pendapat Sugiyono (2009:414) selanjutnya yang mengatakan bahwa :

Validasi produk dapat dilakukan dengan menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya.

(26)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada penelitian yang menghasilkan desain kurikulum pelatihan bahan ajar modul bagi guru MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang ini, ketiga kelompok partisipannya terdiri dari;

a. Tim Dosen ahli yang memahami secara mendalam bahan ajar modul

b. Pengawas Madrasah di lingkungan MTs Negeri se-Kabupaten

Sumedang

c. Guru di lingkungan MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang sebagai calon pengguna kurikulum pelatihan tersebut.

Penilaian dan perbaikan dari ketiga responden dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan medium kuesioner yang nama responden atau partisipannya tidak disebutkan (anonimitas).

Secara visual ketiga langkah besar dalam mengembangkan desain kurikulum pelatihan ini dapat dilihat sebagai berikut :

STUDI AWAL (PENDAHULUAN) PENGEMBANGAN DESAIN KURIKULUM VALIDASI DESAIN KURIKULUM Studi Literatur  Desain kurikulum

pelatihan  Penyusunan

bahan ajar modul  Pengembangan

Kompetensi profesional guru madrasah

Studi Lapangan  Kebutuhan

peserta pelatihan dalam

mengembangkan bahan ajar modul

 Struktur Kurikulum pelatihan

 Silabus pelatihan  SAP Pelatihan

Draft awal Dokumen Kurikulum Pelatihan Penyusunan Bahan

Ajar Modul

Penilaian dan revisi draft awal (putaran deplhi I)

Penilaian dan revisi draft kedua (putaran deplhi II)

Draft Akhir Kurikulum Pelatihan

(27)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.2

Langkah Pengembangan Desain Kurikulum Pelatihan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul

D. Teknik Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian merupakan kegiatan penting untuk mendapatkan data yang relevan dengan permasalahan yang diteliti sehingga permasalahan dapat dipecahkan. Menurut Sugiyono (2009:7) “Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh dan alat-alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data”. Merujuk pada pernyataan tersebut, jelas bahwa dalam mengumpulkan data diperlukan instrumen sebagai alat untuk mengumpulkan informasi dalam suatu penelitian.

[image:27.595.117.510.233.629.2]
(28)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk menghimpun data dan informasi yang berkaitan dengan tanggapan serta penilaian dari responden terkait dengan hasil desain kurikulum pelatihan bahan ajar modul.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan

teknik penelitiannya yaitu teknik delphi bentuk Paper and Pencil Version atau Delphi Exercise. Pada penelitian bentuk Delphi Exercise ini kuesioner yang dirancang bersifat kuesioner terbuka yang didistribusikan kepada kelompok responden. Setelah kuesioner dikembalikan, peneliti membuat ringkasan hasilnya, dan berdasarkan hasil kuesioner ini peneliti mengembangkan kuesioner baru untuk kembali didistribusikan kepada kelompok responden. Pengumpulan data melalui kuesioner dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua putaran.

2. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan mengumpulkan informasi yang dilakukan untuk menghimpun data dari beberapa ahli pendidikan dan pelatihan khususnya yang berkenaan dengan bahan ajar modul. Hasil wawancara ini merupakan bahan studi pendahuluan dan dijadikan masukan dalam pengembangan kurikulum pelatihan bahan ajar modul.

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara terbuka. Demi memperoleh hasil wawancara yang akurat dan

memiliki bukti untuk dipertanggungjawabkan, maka peneliti menggunakan alat bantu berupa buku catatan untuk mencatat semua pembicaraan secara

(29)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Studi dokumentasi merupakan salah satu teknik pendukung pengumpul data dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang dapat mendukung serta melengkapi data penelitian. Studi dokumenter pada penelitian ini dilakukan untuk menggali informasi tentang strukutur kurikulum dan atau materi pelatihan bahan ajar modul dari berbagai lembaga pelatihan dibidang tersebut atau beberapa dokumen kebijakan

pemerintah yang berkaitan dengan penyusunan bahan ajar modul.

E. Analisis Hasil Penelitian

Analisis hasil penelitian dilakukan pada tanggapan dan penilaian yang diberikan oleh para ahli yaitu narasumber delphi yang kemudian dianalisis secara kualitatif baik dari segi Dokumen Kurikulum maupun Isi Kurikulum (materi pelatihan bahan ajar modul). Semua data yang terhimpun selama proses penilaian dan validasi selanjutnya dipergunakan untuk penyempurnaan desain kurikulum pelatihan bahan ajar modul.

Secara keseluruhan dalam menganalisis kegiatan pengembangan desain kurikulum pelatihan ini, peneliti melakukan expert opinion yaitu kegiatan mengkonsultasikan hasil temuan dalam penelitian dan meminta nasihat dari para ahli. Pada kegiatan expert opinion peneliti mengkonsultasikan hasil penelitian dengan ahli pengembangan kurikulum yaitu pembimbing tesis ini. Hal ini dilakukan untuk memperoleh arahan dan masukan terhadap masalah-masalah penelitian, penilaian, perbaikan dan penyempurnaan untuk meningkatkan derajat kepercayaan, sehingga hasil penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan.

F. Prosedur Penelitian

1.Tahap Persiapan

(30)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Menyusun dan konsultasi rancangan penelitian dengan dosen pembimbing.

b. Pembuatan instrumen penelitian.

c. Mengurus perizinan yang dipersyaratkan untuk dapat masuk ke lapangan atau daerah penelitian dalam rangka mengumpulkan data.

2.Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data

Kegiatan pada tahap pelaksanaan pengumpulan data adalah :

a. Mendata responden yang akan dijadikan sumber data penelitian. b. Penyebaran angket sebanyak dua putaran delphi (two-round delphi)

kepada responden penelitian.

c. Mengumpulkan data-data atau dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan penelitian.

d. Membuat catatan lapangan mengenai fokus penelitian.

e. Mengumpulkan hasil kuesioner penilaian dan perbaikan dua putaran delphi (two-round delphi) dari responden.

3.Tahap Pengolahan Data

Pada tahap pengolahan data, peneliti melakukan pengolahan hasil dari kuesioner penilaian dan menganalisisnya sebagai hasil penelitian. Selain itu juga peneliti melakukan analisis terhadap hasil dari wawancara dan studi dokumentasi. Hasil pengolahan data penelitian dibuat sebagai bahan perbaikan produk desain kurikulum pelatihan penyusunan bahan ajar modul bagi guru MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang yang akan menjadi hasil atau kesimpulan dari penelitian ini.

4.Tahap Pelaporan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaporan adalah : a. Merumuskan hasil penelitian selama berada di lapangan.

b. Menyusun laporan secara keseluruhan dalam bentuk tesis.

(31)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

(32)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Keseluruhan deskripsi, analisis dan pembahasan yang ada dalam tesis

ini merupakan upaya untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan pada bagian awal. Berdasarkan seluruh kajian teoritis melalui kajian literatur dan analisis kebutuhan serta pengembangan desain kurikulum pelatihan yang selanjutnya divalidasi oleh narasumber dengan teknik delphi, maka diperoleh simpulan sebagai berikut : 1. Analisis kebutuhan pelatihan pada guru di lingkungan Madrasah

Tsawaniyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang menunjukan bahwa guru membutuhkan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi profesional khususnya dalam menyusun bahan ajar. Bahan ajar yang cocok untuk pembelajaran di MTs Negeri Kabupaten Sumedang adalah modul karena memiliki karakteristik belajar mandiri. Sehingga perlu dilakukan pelatihan bagi guru-guru untuk meningatkan kompetensinya dalam menyusun bahan ajar modul.

2. Struktur kurikulum pelatihan untuk membekali kompetensi penyusunan bahan ajar modul bagi guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang dalam dokumen kurikulum pelatihan yang dikembangkan ini secara garis besar terdiri dari tiga bagian, yaitu : (1) Materi Dasar, (2) Materi Inti, dan (3) Materi Penunjang. Berikut

penjelasan singkat dari ketiga bagian tersebut :

a. Materi Dasar dimaksudkan sebagai dasar atau pijakan oleh peserta

(33)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Materi Inti merupakan sejumlah materi yang membekali peserta secara pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menyusun bahan ajar modul. Materi inti terdiri dari: (1) Konsep Umum Bahan Ajar, (2) Memilih Bahan Ajar di Madrasah Tsanawiyah, (3) Implementasi Sistem Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction), (4) Pengantar Pengembangan Bahan Ajar Modul, (5) Komponen

Pengembangan Modul, (6) Penulisan Modul yang Baik dan Menarik, (7) Pengembangan Alat Evaluasi Modul, (8) Praktik Penyusunan Bahan Ajar Modul, dan (9) Presentasi dan Validasi Produk Bahan Ajar Modul.

c. Materi penunjang adalah kompetensi tambahan yang menunjang penyusunan dan penggunaan bahan ajar modul secara aplikatif pada kegiatan pembelajaran. Materi yang diberikan sebagai penunjang dalam desain kurikulum pelatihan ini adalah; Penggunaan Metode Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction) di Madrasah Tsanawiyah

3. Silabus pelatihan yang dikembangkan untuk membekali kompetensi penyusunan bahan ajar modul bagi guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang dikembangkan dengan format horizontal yang memuat : Standar Kompetensi, Indikator, Kegiatan Pembelajaran, Materi/Submateri, Metode, Alat/Bahan, Evaluasi dan Alokasi Waktu. Silabus pelatihan memuat standar kompetensi yang dirumuskan sebagai berikut : Memahami konsep bahan ajar modul, tahapan pengembangan bahan ajar modul serta mampu mengaplikasikannya dalam menciptakan

modul yang baik dan menarik. Silabus pelatihan juga memuat mengenai kompetensi dasar yang menunjang pencapaian standar kompetensi sebagai

(34)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kebutuhan peserta didik di Madrasah Tsanawiyah, (4) Menjelaskan implementasi sistem pembelajaran dengan modul (Modular Instruction), (5) Menjelaskan prosedur pengembangan bahan ajar modul, (6) Menggambarkan komponen-komponen pengembangan modul, (7) Menyusun setiap komponen modul menjadi bahan ajar yang baik dan menarik, (8) Membuat alat evaluasi pada bahan ajar modul dengan baik,

(9) Menciptakan bahan ajar modul yang baik dan menarik yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik, (10) Menampilkan dan memvalidasi bahan ajar modul yang baik dan menarik, (11) Memahami dengan baik metode pembelajaran dengan modul (Modular Instruction) pada Madrasah Tsanawiyah.

4. Satuan Acara Pelatihan (SAP) untuk membekali kompetensi penyusunan bahan ajar modul bagi guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar pada silabus yang telah disusun. SAP yang dikembangkan memuat : nama pelatihan, standar kompetensi, kompetensi dasar, sesi pelatihan ke-, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, materi pelatihan, skenario pembelajaran, metode pembelajaran, alat dan bahan pembelajaran serta evaluasi. SAP dikembangkan dengan format yang lebih sederhana dan skenario pembelajaran yang berbentuk alur kegiatan sehingga mudah untuk diimplementasikan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan hasil penelitian, berikut ini dikemukakan

rekomendasi untuk berbagai pihak, diantaranya adalah :

1. Kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang

(35)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kementerian Agama Kabupaten Sumedang dalam menciptakan pelatihan yang dibutuhkan oleh para guru. Kepala madrasah juga hendaknya lebih tanggap terhadap kebutuhan keterampilan para guru di unit madrasah tempatnya mengajar sehingga keterbatasan kompetensi guru bisa diminimalisir.

2. Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Kabupaten

Sumedang

Sebagai penanggung jawab terhadap pembinaan tenaga pendidik dan kependidikan di lingkungan kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumedang, hendaknya secara berkala melakukan tinjauan khususnya mengenai kualifikasi dan kompetensi para guru di lingkungan MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang agar terlihat kebutuhan pengembangan kompetensi para guru di lapangan. Dengan demikian hendaknya guru yang masih belum memiliki keterampilan tertentu sesuai dengan kompetensi yang seharusnya dimiliki akan dengan mudah dikembangkan sesuai kebutuhannya.

3. Peneliti Selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian ini khususnya dalam pengembangan desain kurikulum pelatihan bagi guru di MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang, ditemukan beberapa permasalahan yang masih perlu ditindaklanjuti. Disarankan untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut terhadap pengembangan kurikulum pelatihan dengan objek berbeda. Desain kurikulum pelatihan kompetensi profesional yang lainnya masih perlu dikembangkan untuk menciptakan guru yang profesional di lingkungan

(36)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

(37)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Alam, S. (2011). Analisis Kebutuhan Pelatihan Berbasis Kompetensi Dalam

Rangka Meningkatkan Profesionalisme Guru. Tesis pada SPS UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asmani, J.M. (2013). Kiat Melahirkan Madrasah Unggulan. Jogjakarta: Diva Press/

Baksir, N. (2011). Pengembangan Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan

Pemahaman Guru Tentang Penelitian Tindakan Kelas. Tesis pada SPS UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Beauchamp, G.A. (1975). Curriculum Theory. Wilmette, Illinois: The KAGG Press.

Chatib, M. (2011). Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan

Semua Anak Juara. Jakarta: Kaifa Learning.

Daryanto. (2013). Standar Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru Profesional. Yogyakarta: Gava Media.

Fauzi, I.K. (2011). Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung: Alfabeta.

Friedman, P.G. and Elaine, A.Y. (1985). Training Strategies From Start to Finish. New Jersey: Prantice-Hall International, Inc.

Hamalik, O. (2009). Pendidikan Guru : Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.

Hartati, H. (2010). Pengembangan Program Pelatihan Untuk Meningkatkan

Kemampuan Guru dalam Pembelajaran Tematik. Tesis pada SPS UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Kemeterian Riset dan Teknologi. (2011). Human Development Index tahun 2011. Jakarta: Ristek RI.

Kementerin Agama Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Agama RI No.

16 tahun 2010 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru PAI.

(38)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kementerian Pendidikan Nasional. (2008). Peraturan Pemerintah No. 16 tahun

2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Jakarta:

Kemendiknas.

___________. (2008). UU No. 14 tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen. Jakarta: Kemendiknas.

___________. (2008). Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan. Jakarta: Kemendiknas.

___________. (2008). UU No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Jakarta: Kemendiknas.

Lestari, I. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Padang: Akademia.

Marimin. (2004). Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta: Grasindo.

McNeil, J.D. (1990). Curriculum : A Comprehensive Introduction (4th edition).

London: Scott, Foresman/Little, Brown Higer Education.

Mudlofir, A. (2012). Pendidik Profesional : Konsep Strategi, dan Aplikasi dalam

Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.

Mujiman, H. (2011). Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mulyasa, E. (2007). Manajemen Berbasis Sekolah; Konsep, Strategi Dan

Implementasi. Bandung: Rosdakarya.

Musfah, J. (2011). Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber

Belajar dan Praktik. Jakarta: Kencana.

Nasution, S. (2006). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Okoli, C. and Suzanne D.P. (2003). “The Delphi Method as a Research Tool: An Exemple, Design Considerations and Applications”. Journal of Information & Management. (42), 15-29.

(39)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Orstein, A.C dan Francis P.H. (2009). Curriculum Foundations, Principles and

Issues. Boston: Pearson.

Permadi, D. dan Daeng, A. (2010). The Smiling Teacher. Bandung: Nuansa Aulia.

Pinar. W.F. (2004). What Is Curriculum Theory. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.

Purwataningsih, E. (2009). Pengembangan Kurikulum Pelatihan Bintek

Kepemimpinan dan Enterpreneur Bagi Mahasiswa Di Provinsi Banten.

Tesis pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Putra, N. (2012). Research and Development. Penelitian dan Pengembangan :

Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers.

Print, M. (1993). Curriculum Development and Design (second edition). Australia : Allenand Uuwin.

Sanjaya, W. (2011). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

___________________. (2006). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suprihatiningrum, J. (2013). Guru Profesional : Pedoman Kinerja, Kualifikasi &

Kompetensi Guru. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Skulmoski, G.J., Francis, T.H. and Jennifer, K. (2007). “The Delphi Method for

Graduate Research”. Journal of Information Technology Education. (2), 1 -

21.

Taba, H. (1962). Curriculum Development. New York: Harcourt, Brace & World, Inc.

(40)

Aah Ahmad Syahid, 2013

Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Thorne, K. (2004).Peran Pelatih dalam Proses Perubahan Manusia dan

Organisasi (terjemahan). Jakarta : Gramedia.

Tim pengembang MKDP. 2011. Kurikulum & Pembelajaran. Bandung: Rajawali Pers.

Wijaya, S., Djadja, D. dan Tabrani, R. (1992). Upaya Pembaharuan Dalam

Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.

Gambar

Gambar 3.1 Research and Development
Gambar 3.2  Langkah Pengembangan Desain Kurikulum Pelatihan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Seperti halnya pada ranah kekeluargaan, secara keseluruhan, pada ranah kekariban juga dwibahasawan Sunda-Indonesia berbahasa pertama Sunda di kabupaten Bandung lebih

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanaman pisang Kepok, aplikasi FMA indigenus ( Glomus tipe-1 dan Acaulospora tipe-4) yang berasal dari rizosfer tanaman

“Sistem Informasi merupakan serangkaian komponen berupa manusia, prosedur, data, dan teknologi (seperti komputer) yang digunakan untuk melakukan sebuah proses

Based on the problem formulation above, the objective of the research is to find the appropriate way in using picture series to improve the students’ ability in recount

Auditee merupakan industri yang menghasilkan barang jadi berupa meubel kayu dari proses produksi barang setengah jadi yang diperoleh dari suplaier di Jepara dan tidak

Saran untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan melihat faktor-faktor lain yang mempengaruhi motivasi berprestasi pada remaja yang ibunya

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah mengetahui pengaruh model inkuiri terbimbing disertai permainan Domino Fisika (Domfis) terhadap keterampilan