• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara merupakan sistem konsep pendidikan yang bersifat kultural nasional. Sekalipun Ki Hadjar Dewantara banyak belajar pendidikan dari tokoh-tokoh dunia, tetapi filsafat pendidikannya adalah hasil refleksi tentang pendidikan yang digali dari kultur bangsanya sendiri. Filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara relevan sebagai salah satu teori pendidikan dalam konteks pendidikan nasional, dan berimplikasi terhadap praktek pendidikan umum. 1. Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

a. Realitas adalah kreasi Tuhan dan “kreasi” manusia, bersifat

monodualisme dan monopluralisme, bertatatingkat serta diatur berdasarkan kodrat alam. Realitas adalah berubah, tetapi di dalam perubahan tersebut terdapat sesuatu (sifat) yang idealnya menetap. b. Manusia adalah ciptaan Tuhan, berwujud kesatuan badan dan ruh,

berada dalam lingkaran-lingkaran masyarakatnya yang bersifat konvergen. Dimensi keberadaannya meliputi: individualitas, sosialitas, keberbudayaan, moralitas, dan keberagamaan. Manusia dibekali dasar tetapi perkembangannya dipengaruhi pula oleh ajar. Makna hidup manusia adalah berjuang dan membangun untuk mencapai hidup tertib dan damai - selamat dan bahagia (manunggaling kawula lan Gusti; beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME).

c. Sumber pertama pengetahuan adalah Tuhan Yang Mahakuasa. Pengetahuan diperoleh manusia melalui: wahyu (tidak untuk semua orang), berfikir, pengalaman empiris, dan intuisi. Sesuai dengan jenisnya, sifat kebenaran pengetahuan berbeda-beda. Fungsi

pengetahuan adalah sebagai alat atau perkakas dalam menjalani kehidupan, bukan sebagai tujuan.

d. Nilai bersumber dari Tuhan Yang Mahakuasa, dari masyarakat dan individu. Nilai dari masyarakat dan individu tidak boleh bertentangan dengan nilai yang bersumber dari Tuhan. Nilai tertinggi yang menjadi tujuan hidup manusia adalah kesempurnaan hidup, yaitu hidup tertib dan damai - selamat dan bahagia yang di dalamnya terkandung kemerdekaan.

e. Manusia perlu dididik karena lahir dengan bekal yang lengkap tetapi belum seluruhnya sempurna; lahir dengan kodrat yang mengandung tabiat baik dan jahat, sedangkan dharma manusia adalah mewujudkan kemanusiaan; hidup manusia tidak cukup instingtif saja, tetapi juga harus berdasarkan trisakti jiwa, adapun trisakti jiwa perlu dicerdaskan; selain itu, Ki Hadjar Dewantara beryakinan bahwa pendidikan dapat memerdekakan manusia.

f. Pendidikan nasional diperlukan karena: makhluk sosial hakikatnya berada dalam lingkaran-lingkaran masyarakatnya yang konvergen; suatu bangsa idealnya merdeka, baik dalam bidang politik maupun kebudayaannya; eksistensi bangsa Indonesia terancam tidak otentik apabila kulturnya terdesak oleh kultur bangsa lain.

g. Manusia mau dan mampu mendidik karena: diberkati insting untuk memelihara dan memperbaiki keturunan, merasa terperintah oleh Tuhan untuk memelihara dan memperbaiki keturunan, cinta kasih, insting pedagogik, intuisi pedagogik, dan kecakapan untuk mendidik berdasarkan kekuatan trisakti jiwanya yang dapat membuahkan kebudayaan – termasuk di dalamnya ilmu pendidikan – sehingga pendidikan menjadi disadari.

h. Manusia akan dapat dididik karena dibekali potensi yang bersifat baik, ia adalah makhluk sosial, berbudi dan bermoral.

i. Pendidikan memiliki arti secara luas dan arti terbatas. Bentuk kegiatan pendidikan merupakan daya upaya kebudayaan, adapun pengejawantahannya berupa pemeliharaan, tuntunan, perjuangan dan

pembangunan.

j. Pengajaran dibedakan dalam dua pengertian. Pertama, pengajaran adalah salah satu jalan pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan, serta memberi kecakapan agar anak didik cerdas fikirannya. Kedua, pengajaran sebagai salah satu jalan pendidikan yang bersemangat keluhuran budi, mencerdaskan budi pekerti (cipta, rasa karsa) dan kekeluargaan. Pengertian pengajaran yang kedua-lah yang dianut dan di selenggarakan di Perguruan Nasional Taman Siswa.

k. Pendidikan bertujuan untuk mempertinggi derajat kemanusiaan menuju sempurnanya hidup, yaitu hidup tertib dan damai – selamat dan bahagia. Penjabarannya, bahwa pendidikan bertujuan untuk mewujudkan potensi anak didik agar menjadi manusia merdeka, berbudi pekerti, memiliki nasionalisme dan patriotisme, demokratis, sehat serta memiliki keterampilan, sehingga dapat memenuhi segala keperluan hidup lahir batin. Tujuan pendidikan ini tidak hanya untuk manusia perseorangan (individual), tetapi juga untuk masyarakat atau bangsa dan manusia secara keseluruhan.

l. Kurikulum pendidikan hendaknya disusun dengan mempertimbangkan tahap perkembangan anak didik, kontekstual dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan kebudayaan di mana anak didik hidup.

m. Metode pendidikan yang ideal adalah metode among dan metode tri-nga (ngerti, ngrasa, nglakoni). Menolak alat pendidikan berupa paksaan, perintah dan hukuman yang tidak setimpal dengan kesalahan anak didik. Penggunaan alat pendidikan harus didasarkan dan diarahkan kepada terwujudnya orde en vrede.

n. Peranan pendidik dan anak didik tersurat dan tersirat dalam semboyan

tut wuri handayani.

o. Penyelenggaraan pendidikan di alam keluarga, alam perguruan, dan alam pergerakan kepemudaan harus terpadu (trisentra atau tripusat pendidikan).

2. Filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah relevan sebagai teori pendidikan dalam konteks pendidikan nasional. Sebab, teorinya mengacu kepada Pancasila, relevan dengan Pembukaan, pasal 31 dan pasal 32 UUD 1945, sejalan dengan UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan relevan dengan keadaan zaman.

3. Implikasi filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara terhadap praktek pendidikan umum yaitu:

a. Dasar praktek pendidikan umum adalah Pancasila. b. Tujuan pendidikan umum esensinya adalah humanisasi.

c. Isi pendidikan umum (kurikulum) meliputi berbagai mata pelajaran yang bersifat kultural nasional, esensial, kontekstual dan beralaskan azas Tri-Kon (kuntinyuitas, konvergensi, dan konsentrisitas) dalam pengembangannya.

d. Pembelajarannya mengaplikasikan metode among dan metode tri-nga, adapun peranan pendidik dan peserta didiknya adalah seperti

terkandung dalam semboyan “ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani”.

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan-temuan penelitian di atas, rekomendasi diajukan kepada para pendidik dan pengambil kebijakan pendidikan. Selain itu, diajukan pula kepada para calon pendidik, lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), dan kepada peneliti selanjutnya.

Agar penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan amanat pasal 1 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, filsafat

pendidikan Ki Hadjar Dewantara perlu dipahami, diinternalisasi dan diaplikasikan dalam pelaksanaan berbagai peranan pendidik (guru) dan pengambil kebijakan pendidikan, khususnya dalam bidang pendidikan umum.

Sebagaimana halnya para pendidik, para calon pendidik perlu mempelajari filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara agar dapat memahami, menginternalisasi, dan mengaplikasikannya dalam rangka melaksanakan tugas-tugas profesinya secara efektif dan efisien dikemudian hari.

Sehubungan dengan hal di atas, kurikulum lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), baik jenjang S1 dan S2 perlu memuat materi filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Ini dapat diwujudkan dalam mata kuliah Landasan Pendidikan sebagai salah satu mata kuliah dasar profesi (MKDP) atau mata kuliah lainnya yang reelevan.

Kebijakan pendidikan dalam rangka memecahkan permasalahan pendidikan hendaknya mempertimbangkan landasan filosofisnya yang berdasarkan Pancasila, sebagaimana halnya filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Kebijakan pendidikan jangan hanya berkenaan dengan hal-hal yang bersifat teknis operasional saja, sebab kebijakan demikian tidak menyentuh akar permasalahan yang dihadapi.

Penelitian ini berada pada tataran pedagogik teoretis, maka disarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan pada tataran pedagogik praktis, agar filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara menjadi jelas operasionalisasinya.

DAFTAR RUJUKAN

Dokumen terkait