• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahsaan mengenai tari Topeng Gegot karya Mak Kinang dan Kong Jiun ini, ada beberepa poin yang peneliti ambil dan dirasa sangat penting untuk menujang dari permasalahan yang peneliti rumuskan. Tari yang bersumber dari rumpun tari Topeng Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun ini merupakan tarian yang sangat unik, karena tari Topeng Gegot ini memeng benar-benar dalam penyajian tarinya menggunakan topeng yang dimana dalam bahasa Betawi kata topeng itu sendiri adalah sebuah pertunjukan. Kata topeng itu banyak dipakai dalam tarian yang termasuk rumpun tari Topeng khas Betawi, tapi dalam penyajiannya tidak menggunakan topeng, hanya ada tiga saja yang benar-benar menggunakan topeng atau kedok dalam bahasa Betawi, yaitu tari Topeng Tunggal, tari Topeng Gegot dan tari Topeng Jantuk yang sekarang sudah mulai dibentuk kedalam tari.

Tari Topeng Gegot merupakan tari yang mulanya termasuk kedalam satu runtuian pertunjukan Topeng Betawi, yang berjudul Jantuk. Topeng Betawi merupakan pertunjukan teater total dengan menceritakan sebuah keluarga Jantuk. Tari Topeng Gegot tersebut berfungsi hanya untuk menarik perhatian warga, bahwa ditempat tersebut ada sebuah pertunjukan Topeng Betawi yang berjudul Jantuk. Tari Topeng Gegot bersifat anonim, seperti tari topeng pendahulunya yaitu tari Topeng Tunggal. Anonim yang dimaksudkan dalam tari Topeng Gegot ini adalah tidak adanya sebuah kepastian dalam gerak dan durasi, karena sifat tarian tersebut yang hanya mengandalkan improfisasi penarinya dan mengikuti sajak yang telah dibacakan. Sajak tersebut selalu berubah dalam penampilannya, sehingga mempengaruhi penampilan tari Topeng Gegot yang mengakibatkan tidak adanya kepastian gerak dan durasi dalam tari Topeng Gegot tersebut.

Perkembangan dalam tari Topeng Gegot ini sangatlah pesat dan beragam, seiring dengan perkembangan zaman dan pemikiran yang semakin terbuka dalam pelestarian sebuah budaya yang menjadi identitas diri, mulailah tari Topeng Gegot

ini dikembangkan. Mulanya tari Topeng Gegot ini adalah sebuah tari sendiri atau berkelompok dengan menggunakan topeng Panji berwarna Putih. Hingga pada tahun 1973, tari Topeng Gegot ini menjadi tarian berpasangan kelompok adalah dalam festival di Banding, tepatnya di Gedung Merdeka. Pada saat itu tari Topeng Gegot ditampilkann bersama pertunjukan Topeng Betawi yang berjudul Jantuk dengan cara berpasangan, seharusnya penampilan tari dari pertunjukan Topeng Betawi yang berjudul Jantuk ini adalah Topeng Tunggal yang memiliki tiga karakter, tetapi karena penari dari tari Topeng Tunggal sudah mulai uzur, maka digantikan oleh tari Topeng Gegot. Tari Topeng Gegot yang menggunakan properti satu topeng dirasa belum cukup untuk mengimbangi dari tari Topeng Tunggal yang menggunakan tiga properti topeng, maka dari itu ditambahkan topeng dalam pertunjukannya dengan karakter yang berbeda, sehingga menjadikan tari Topeng Gegot ini kedalam tari yang termasuk tarian berpasangan dalam pertunjukannya. Topeng yang ditambahkan dalam tari Topeng Gegot ini adalah topeng Jingga berwarna Merah. Karakter topeng Jingga Berwarna Merah adalah gagah dan keras, hal tersebut sangat berlawanan dengan karakter topeng yang digunakan sebelumnya, yaitu topeng Panji berwarna Putih yang berkarakter Lembut yang menceritakan sosok baik dalam diri manusia. Begitulah awal mulanya mengapa tari Topeng Gegot tergolong kedalam tarian yang berpasangan

Tari Topeng Gegot ditarikan secara berpasangan bertahan sampai tarian yang bersumber dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kiang dan Kong Jiun ini dibakukan dan disamaratakan dalam latar belakang serta dasar-dasar geraknya. Kartini yang dibantu oleh saudaranya yaitu Entong Kisan dan Atit Supriyatin yang membakukan semua tari yang bersumberdari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun, termasuk tari Topeng Gegot pada tahun 2000, yang dirujuk oleh Pemerintah Dinas Jakarta, hingga tari Topeng Gegot digolongkan sebagai tarian Topeng khas Betawi yang berpasangan secara kelompok.

Pada kenyataannya, tari Topeng Gegot ini mengalami beberapa perkembangan, bahkan setelah dibakukan oleh Pemerintah Dinas Jakarta, bahwa

83

Kusumah Dwi Prasetya, 2014

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berpasangan, karena sudah jarang sekali penari laki-laki dan kurangnya ketertarikan laki-laki dalam tarian Topeng Gegot ini yang menyebabkan tari Topeng Gegot ini jarang ditarikan secara berpasangan kelompok, serta perkembangan teknologi yang sangat pesat, apalagi di kota yang metropolitan seperti Jakarta dengan gaya hidup yang modern serta mengangap seni tradisi itu kuno dan ketinggalan zaman, hingga lebih meniru budaya barat. Seperti yang dituliskan oleh sebuah majalah online SIPerubahan yang diunggah pada minggu,18 Mei 2014, yaitu:

Betapa lemahnya peran generasi muda dalam menjaga dan melestarikan budaya daerah masing masing. Di sini bisa terlihat, generasi muda lebih suka mengikuti budaya modern yang kebarat-baratan daripada budaya daerah kita yang lebih beradat dan beradab.

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa lemahnya generasi muda dalam mempertahankan budayanya, terlebih di kota Jakarta. Maka dari itu Entong Kisan yang diteruskan oleh anaknya yaitu Kris Entong dan Cipta Entong mengembangkan tari Topeng Gegot ini, untuk dapat menarik perhatian dari masyarakat, khususnya generasi muda Betawi. Pengembangan tersebut menghasilkan perbedaan dari bentuk asli tari Topeng Gegot yaitu menjadi sering ditarikan oleh penari perempuan saja secara rampak jarang lagi ditarikan secara berpasangan rampak, dan sedikit perbedaan dalam gerak, rias dan busananya. Walaupun demikian, tari yang bersumber dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun ini masih termasuk kedalam salah satu tarian yang berpasangan secara berkelompok.

Perubahan dalam penyajian tari Topeng tersebut tidak serta merta merubah seluruh penyajian tari Topeng Gegot, dalam bentuk gerak, rias dan busana masih tetap sama seperti dahulu. Nama-nama gerak dalam tari Topeng Gegot yang sekarang ini jarang ditarikan dengan cara berpasangan, masih sama dengan awal mula tarian ini dibakukan. Rias dan busana memiliki perkembangan tersendiri dari aslinya, pada saat pertunjukan tari Topeng Gegot saat ini yang ditarikannya tidak dengan cara berpasanagan lebih mengkreasikan rias dan busana sesuai dengan keinginan penari, tetapi tidak sampai merubah karakter dari tari Topeng

Gegot terebut. Mengkreasikan dalam rias dan busana tari Topeng Gegot bukan hal yang tidak diperbolehkan, asal tidak merusak dan mengubah wajah, karakter dan bentuk asli dari tari Topeng Gegot ini. Karena kreasi itu sendiri bukanlah perusak dari subuah tradisi yang sudah ada.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan penelitian penulis merekomendasikan beberapa hal kepada:

a. Para peneliti selanjutnya, masih banyak sekali hal yang bisa digali dan diteliti lagi mengenai unsur-unsur pertunjukan kesenian tari Topeng Gegot yang termasuk rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun dengan menggunakan tekhnik-tekhnik penelitian yang lebih sempurna sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat untuk kelangsungan dan perkembangan kesenian tersebut kelak di kemudian hari.

b. Jurusan Pendidikan Seni Tari, dilihat dari sudut pandang keilmuan tari Topeng Gegot yang termasuk rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun memiliki unsur gerak yang bisa dipelajari. Melalui dunia pendidikan tari Topeng Gegot secara utuh bisa dijadikan bahan ajar bagi mahasiswa. Dan bisa diambil dari perwatakannya juga, sehingga pengetahuan mengenai kesenian topeng bisa bertambah.

c. Guru, dengan adanya penelitian ini diharapkan guru bisa menggunakannya sebagai bahan ajar di sekolah. Sebagai perbendaharaan keunikan dan keanekaragaman kesenian Nusantara. Menambah apresiasi siswa terhadap kesenian tari khususnya tari Topeng, yang sebenarnya Betawi sendiiri memiliki tarian yang bersumber dari tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun yaitu tari Topeng Gegot.

Kusumah Dwi Prasetya, 2014

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Daftar Pustaka

Abs.Rachem.dkk.(1996), Pertunjukan Praktis Latihan Gerak Dasar Tari Topeng Betawi. Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta

Andi Saputra Yahya dan Nurzain, (2009), Profil Seni Budaya Betawi. Jakarta: Dinas Pariwisata dan kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.

Astuti, R.P. (2013). Tari Topeng Tunggal Khas Betawi di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakara Timur. Skripsi,Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia

Dewi, I.K. (2014). Kebudayaan Gaya Hidup pada Generasi Muda. Siperubahan. [Online]. Tersedia di: http://www.siperubahan.com/read/716/Kebudayaan-Gaya-Hidup-pada-Generasi-Muda. Diakses 18 Mei 2014.

Djam'an Satori, dan Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Herymawan. (1993). Dramaturgi. Bandung: Remaja Rosdakarya Harsojo. (1982). Pengantar Antropologi. Bandung: Binacipta.

Kartini, (1989/1999), Tari Kedok. Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Proyek Peningkatan Mutu Pelatih Seni Budaya.

Nugraha, Firman. (2012). Topeng Klana Di Lingkung Seni Cinta Pusaka Serbaguna Subang Pimpinan Carini (Menor). Skripsi, Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia

Nurgraheni, Triyanti. (2010). Karakter Putri Pada Dramatari Klasik di Wilayah Budaya Jawa, Bali dan Sunda. Diaertasi, Sekalah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada.

Poerwadarminta. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. : Balai Pustaka

Rachmat Ruchiat, Singgih Wibisosno, Rachmat Syamsudin, Ikhtisar Kesenian Betawi, Jakarta: Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta, cetakan ke-2,2003.

Rosala, Dedi dkk. (1999). Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung: Humaniora Utama Press Bandung.

Rusliana Iyus. (2002). Wayang Wong Priangan kajian menegenai pertunjukan dramatari tradisional di Jawa Barat. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan (Pendekatan kuatintatif, kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2001). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru.

Soedarsono. (2002). Seni Pertunjukan Indonesia di era Globalisasi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Soedarsono R.M. (1990). Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi.

Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

. (2010). Hubungan Seni, Seniman dan Masyarakati. [Online]. Tersedia di: http://syiham-al-ahmadi.blogspot.com/2010/02/hubungan-seni-seniman-dan-masyarakat.html. Diakses 15 Februari 2010.

. ( ). Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di: http://kbbi.web.id/masyarakat. Diakses April 2014.

Dokumen terkait