• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Hasil penelitian di wilayah Citeko tahun 2001 hingga 2010 menggunakan metode THI menyebutkan bahwa wilayah kajian diklasifikasikan sebagai ”kondisi nyaman dengan syarat tersedia cahaya matahari”. Sementara, hasil dari metode

TCI menyebutkan bahwa wilayah kajian dikategorikan sebagai wilayah yang

“baik” atau nyaman untuk dikunjungi.

Perbedaan antara metode TCI dan THI ialah, metode THI cenderung lebih sederhana dan mudah dipahami karena metode ini mampu menggambarkan sensasi suhu dari setiap nilai THI yang dihasilkan. misal: terlalu panas, terlalu dingin. Selanjutnya, kelebihan dari metode TCI adalah dapat mempertimbangkan

23 parameter curah hujan dan lama penyinaran sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kondisi kenyamanan. Metode ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan (alternative tools) dalam menguji tingkat kenyamanan di Indonesia. Selanjutnya, analisis sensitivitas menggunakan luaran model CCSM tahun 2030 dan 2050 menghasilkan kenaikan suhu udara dan penurunan curah hujan. Perubahan kedua variabel tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan nilai TCI. Ini artinya nilai TCI sensitif terhadap perubahan variabel iklim seperti suhu udara dan curah hujan.

SARAN

Penelitian dilakukan di wilayah yang memiliki faktor lokal (curah hujan) yang cukup tinggi yaitu Citeko, sehingga hasil dari penelitian ini tidak dapat merepresentasikan nilai indeks kenyamanan di seluruh Kabupaten Bogor atau bahkan seluruh Jawa Barat. Selanjutnya, diharapkan agar penelitian dilakukan dengan wilayah kajian yang lebih luas.

Selain itu, perlu adanya evaluasi mengenai penggunaan TCI di Indonesia. Berdasarkan rumus TCI yang ada saat ini, faktor iklim yang memberikan persentase tertinggi pada persamaan TCI adalah sub-indeks suhu dan kelembaban (CID), namun untuk wilayah kajian seperti Indonesia yang memiliki sebaran suhu yang merata setiap tahunnya, serta variasi curah hujan yang cukup tinggi maka tentunya perlu ada penambahan persentase untuk sub-indeks curah hujan dan lama penyinaran pada persamaan TCI. Kemudian, mengacu pada formula TCI yang membutuhkan masukan data iklim yang beragam, diharapkan agar pihak penyedia data iklim (misal : BMKG) dapat menyediakan data yang lebih lengkap demi menunjang keberlanjutan penerapan indeks iklim pariwisata di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin RR. 2011. Analisis dampak perubahan iklim lokal terhadap permintaan pariwisata kawasan Pantai Anyer, Banten (kasus Pantai Bandulu Anyer) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Badan Pusat Statistik (BPS), 2010. Jumlah kedatangan wisatawan mancanegara ke Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS), 2013. Jumlah pendapatan per kapita dan jumlah penduduk nasional, Jakarta, Indonesia.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (2013). Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat Dalam Angka 2012. Jawa Barat. DISBUDPAR.

Fanger, P.O. 1970 Thermal Comfort (Copenhagen : Danis Techincal Press) Nieuwolt, S. (1977). Tropical Climatology. London:Wiley.

Mantao, T (2013). Comparing the ‘Tourism Climate Index’ and ‘Holiday Climate Index’ in Major European Urban Destinations. Waterloo, Ontario, Canada 2013.

Mieczkowski, Z. (1985) The Tourism Climate Index: A Method of Evaluating World Climates for Tourism. Canadian Geographer, 29(3), 220-233.

24

Mulyana et al. 2003. Aplikasi iklim terhadap perkembangan urban, metropolitan Bandung. Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim – LAPAN. Bandung Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2014. Jumlah kunjungan wisata di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan.

Roushan et al. (2009) Recognition of Monthly Human Bioclimatic Comfort with Tourism Climate Index in Ramsar, South-west of Caspian Sea, Iran. AGD Landscape & Environment 6(1) 2012. 1-14.

Scott, D. – McBoyle, Freitas, C. R. (2005). A New Generation Climate Index. School of Geography and Environmental Science, University of Auckland, PB 92019, Auckland, New Zealand.

Scott, D. – McBoyle, G. Schwartzentruber, M. (2004): climate change and the distributions of climate resources for tourism in North America. Climate Research 27:105-117.

Scott, D., Hall, C.M. & Gossling, S. (2012). Tourism and Climate Change: Impacts, Adaptation and Mitigation. Oxon, UK; Routledge.

Talaia, M., Meles, B. & Teixeira, L. (2013). Evaluation of the Thermal Comfort in Workplaces – a study in the Metalworking Industry. Occupational Safety and Hygiene. Editors Arezes et al. Taylor & Francis Group, London, 473-477.

United Nations World Tourism Organization (UNWTO). (2009). From Davos to Copenhagen and Beyond: Advancing Tourism’s Respons to Climate Change – UNWTO Background Paper. Retrived November 23, 2011, from

http://sdt.unwto.org/sites/all/files/docpdf/fromdavostocopenhagenandBeyon dunwtopaperelectronicversion.pdf

United Nations World Tourism Organization (UNWTO). (2012). International Tourism to Reach One Billion in 2012. Retrived October 3, 2012 from

http://media.unwto.org/en/press-release/2012-01-16/international-tourism-reach-one-billion-2012.

Wikantika, K., & Agus, A. (2006). Analisis Perubahan Luas Pertanian Lahan Kering Menggunakan Transformasi TasseledCap (Studi Kasus: Kawasan Puncak, Jawa Barat). Jurnal Infrastruktur dan Lingkungan Binaan Vol. II No.1

Yetti, K. (2008). Variasi Spasial dan Temporal Hujan Konvektif di Pulau Jawa Berdasarkan Citra Satelit GMS-6 (MTSAT-1R) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

25

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata – rata nilai TCI musiman di Citeko tahun 2010, 2030 dan 2050

Musim Bulan TCI

2010 TCI 2030 TCI 2050 Rata-rata musiman Kemarau Juni 69.3 53.9 51.9 67 Juli 76.1 69.7 64.7 Agustus 73.5 73.3 71.3 Penghujan Desember 59.8 41.2 41.2 48.1 Januari 61.5 44.7 40.7 Februari 60.4 43.7 39.7

Lampiran 2 Perbandingan suhu udara rata-rata (bulanan) musim kemarau dan musim penghujan tahun 2010, 2030 dan 2050.

Musim Bulan 2010 2030 2050 Kemarau Juni 26.3 28.49 28.71 Juli 26.21 28.04 28.40 Agustus 26.5 28.21 28.46 Penghujan Desember 25.47 28.67 28.89 Januari 24.93 28.51 28.72 Februari 24.22 28.37 28.61

Lampiran 3 Perbandingan curah hujan rata-rata (bulanan) musim kemarau dan musim penghujan tahun 2010, 2030 dan 2050.

Musim Bulan 2010 2030 2050 Kemarau Juni 120.90 136.96 170.25 Juli 71.61 65.76 73.27 Agustus 118.42 56.19 63.41 Penghujan Desember 339.45 238.55 255.58 Januari 385.95 229.78 243.01 Februari 536.50 283.87 274.90

26

Lampiran 4 Grafik kombinasi antara suhu udara (0C) dengan Kelembaban Udara (%) untuk menghitung nilai indeks kenyamanan (Mieczkowski 1985) (Suhu efektif adalah suhu yang terukur pada saat pengukuran menurut ASHER tahun 1972)

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Probolinggo, Jawa Timur, pada tanggal 1 Juli 1992, anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Budi Santoso dan Ibu Suryani. Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kraksaan tahun 2010 dan melanjutkan pendidikan S1 di Departemen Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor melalui jalur mahasiswa undangan (USMI) dan dinyatakan lulus pada Bulan Mei 2015.

Selama menjalani perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai organisasi dan kepanitiaan. Penulis pernah menjadi anggota Divisi Kominfo Himpunan Mahasiswa Agrometeorologi (HIMAGRETO) IPB, ketua penyambutan mahasiswa baru Forum Mahasiswa Probolinggo (FMP) IPB, ketua Koordinator Wilayah Bogor Himpunan Mahasiswa Meteorologi Indonesia (HMMI) dan ketua Divisi DDD Meteorologi Interaktif IPB. Penulis juga hobi dalam menulis dan menggambar, beberapa karya yang telah penulis hasilkan diantaranya novel, artikel non-ilmiah dan beberapa gambar desain unik dan kreatif. Selama menjalani kuliah di IPB, penulis juga pernah mengikuti beberapa kegiatan kompetisi seperti IAC (IPB Art Contest) sebagai salah satu personil dalam Vokal Grup dengan mendapatkan juara harapan ketiga, Spirit Seni (sebagai Gitaris) dan pementasan musik di beberapa acara kampus.

Dokumen terkait