• Tidak ada hasil yang ditemukan

7.1 Simpulan

1. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kebergantungan masyarakat terhadap Danau Rawa Pening adalah jenis mata pencaharian, tingkat pendapatan masyarakat, dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan danau. Masyarakat pemanfaat sumberdaya memiliki tingkat kebergantungan yang sangat tinggi terhadap sumberdaya Danau Rawa Pening. Masyarakat dengan tingkat pendapatan tinggi memiliki tingkat kebergantungan yang rendah terhadap sumberdaya danau. Terdapat hubungan positif antara tingkat kebergantungan masyarakat dengan tingkat partisipasi masyarakat. Semakin tinggi tingkat kebergantungan masyarakat terhadap sumberdaya danau, akan meningkatkan peranserta dalam pengelolaan danau.

2. Gangguan eksternal yang mempengaruhi kondisi ekosistem Danau Rawa Pening dan masyarakat di sekitarnya adalah pertumbuhan populasi penduduk, degradasi lahan terbangun, dan tingkat keterbukaan ekonomi. Berdasarkan nilai komposit indeks kerentanan dan kriteria penilaian tingkat kerentanan, Kecamatan Tuntang dan Kecamatan Ambarawa dapat dikategorikan pada wilayah yang memiliki tingkat kerentanan tinggi, yaitu suatu kondisi dengan potensi ancaman bahaya yang sudah tergolong tinggi untuk terjadinya kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan.

3. Beberapa gangguan eksternal dalam konteks peningkatan resiliensi masyarakat sekitar danau adalah 1) sensitivitas terhadap bencana dan kerusakan sumberdaya, dan 2) kapasitas adaptif masyarakat. Tindakan pengelolaan dan kebijakan untuk meningkatkan resiliensi masyarakat adalah 1) pengembangan usaha kecil untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, 2) penegakan hukum terhadap pelanggaran kawasan, 3) konservasi tanah dan rehabilitasi lahan, 4) penatagunaan dan pendayagunaan lahan berdasarkan keseimbangan dan kelestarian lingkungan, 5) menjaga dan mempertahankan Rawa Pening sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak, 6) pengaturan alat tangkap atau jaring nelayan, 7) melarang penggunaan bahan peledak dan racun, 8) melarang penangkapan bibit ikan, 9) normalisasi kawasan Danau

Rawa Pening, 10) pengembangan obyek wisata berbasis masyarakat nelayan, 11) pemberdayaan masyarakat di sekitar Danau Rawa Pening, serta 12) memelihara kelestarian daerah tangkapan air.

4. Elemen dalam model pengelolaan kolaboratif di Danau Rawa Pening adalah 1) kelompok masyarakat yang terpengaruh dengan peubah kunci masyarakat nelayan, 2) kendala utama dalam pengelolaan dengan peubah kunci konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumberdaya, 3) tujuan pengelolaan dengan peubah kunci pemberdayaan masyarakat pemanfaat sumberdaya, 4) lembaga yang terlibat dalam pengelolaan dengan peubah kunci pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah, serta 5) aktivitas pengembangan dalam pengelolaan kolaboratif dengan peubah kunci melakukan pendidikan dan latihan untuk meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia, serta meningkatkan koordinasi antar stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan.

7.2 Implikasi Kebijakan

Hasil penelitian ini memberikan implikasi kebijakan sebagai berikut:

1. Masyarakat pemanfaat sumberdaya memiliki tingkat kebergantungan atau

perceived value of dependency yang sangat tinggi terhadap sumberdaya Danau Rawa Pening. Masyarakat pemanfaat sumberdaya sebagai penerima manfaat jasa ekologis danau turut bertanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan Danau Rawa Pening. Interaksi antara masyarakat pemanfaat sumberdaya dengan Danau Rawa Pening merupakan hubungan timbal-balik yang tidak dapat dipisahkan. Peranserta dan tanggung jawab untuk melestarikan sumberdaya danau dapat dibangun melalui pengelolaan kolaboratif.

2. Hasil analisis kerentanan menunjukkan bahwa Kecamatan Tuntang dan Kecamatan Ambarawa memiliki tingkat kerentanan tinggi. Implikasinya adalah bahwa pengambil keputusan dapat mempertimbangkan dari aspek ekologi, ekonomi, dan sosial untuk pengembangan wilayah pada dua kecamatan tersebut.

3. Hasil analisis resiliensi menunjukkan bahwa tindakan skala lokal berdasarkan masukan stakeholders dapat meningkatkan ketahanan masyarakat dalam memperbaiki potensi sumberdaya Danau Rawa Pening. Implikasinya adalah

bahwa pemberdayaan masyarakat melalui penguatan modal sosial dan kelembagaan lokal yang sudah ada merupakan bagian utama dalam perbaikan sistem ketahanan masyarakat di sekitar Danau Rawa Pening. Penguatan modal sosial dilakukan dengan mengakomodasi tindakan dan kebijakan pengelolaan yang bersumber dari nilai budaya dan kearifan lokal masyarakat setempat. 4. Hasil analisis stakeholders memperlihatkan pengaruh pemerintah yang tinggi,

selanjutnya masyarakat pemanfaat sumberdaya memiliki pengaruh yang rendah dalam penentuan kebijakan pengelolaan Danau Rawa Pening. Implikasinya adalah bahwa diperlukan pemberdayaan terhadap masyarakat pemanfaat sumberdaya agar memiliki peran dalam penentuan kebijakan pengelolaan Danau Rawa Pening.

5. Hasil analisis ISM menunjukkan bahwa sub-elemen kelompok masyarakat nelayan, sub-elemen konflik dalam pemanfaatan sumberdaya, sub-elemen pemberdayaan masyarakat sumberdaya, sub-elemen Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah, serta sub-elemen melakukan pendidikan dan latihan untuk meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia, dan meningkatkan koordinasi antar stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan merupakan peubah kunci dalam sistem pengelolaan kolaboratif di Danau Rawa Pening. Oleh sebab itu diperlukan pemberdayaan masyarakat pemanfaat sumberdaya, terutama masyarakat nelayan untuk mewujudkan pengelolaan yang efektif dan mandiri. Aktivitas pengelolaan yang dinilai penting dikembangkan adalah pendidikan dan latihan untuk meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia serta meningkatkan koordinasi antar

stakeholders yang terlibat. Pengelolaan kolaboratif menuntut adanya kesetaraan dalam pengambilan keputusan terkait dengan pengelolaan sumberdaya. Implikasinya adalah perlu dipertimbangkan pendapat atau masukan masyarakat nelayan dalam pengambilan keputusan. Terakomodasinya kepentingan masyarakat pemanfaat sumberdaya akan mengurangi potensi terjadinya konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumberdaya. Selanjutnya lembaga Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah dapat berperan sebagai fasilitator dan koordinator dalam pengelolaan kolaboratif di Danau Rawa Pening.

7.3 Saran Penelitian

Saran untuk penelitian lebih lanjut adalah sebagai berikut:

1. Indeks kerentanan yang telah dihasilkan dapat diuji kembali sampai pada tingkat desa yang termasuk dalam empat kecamatan studi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari analisis kerentanan. Beberapa parameter yang belum tercakup dalam penelitian ini perlu dipertimbangkan, seperti kerentanan fisik Danau Rawa Pening.

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang pengembangan modal sosial dalam pemberdayaan masyarakat di sekitar Danau Rawa Pening, terutama terkait dengan kompetensi sumberdaya manusia, organisasi masyarakat madani, serta kelembagaan lokal untuk memperbaiki sistem kelembagaan masyarakat yang sudah terbentuk.

3. Hasil penelitian ini masih menggambarkan kondisi yang ada pada saat penelitian dilakukan, oleh sebab itu perlu dilakukan analisis trend dan

forcasting untuk memproyeksikan kedinamisan model pengelolaan kolaboratif di Danau Rawa Pening.

4. Diperlukan penelitian lanjutan untuk mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan kolaboratif di Danau Rawa Pening.

5. Penelitian yang sama perlu dilakukan, akan tetapi menggunakan alat analisis yang berbeda untuk lebih memperkaya proses analisis dan keragaman hasil penelitian.

6. Diperlukan penelitian untuk mengevaluasi nilai ekonomi sumberdaya Danau Rawa Pening, seperti nilai guna perikanan, nilai guna irigasi, nilai guna Pembangkit Listrik Tenaga Air, serta nilai guna pariwisata alam.