• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1. Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian dan analisis di laboratorium maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Lahan sawah di Kota Tangerang pada umumnya mempunyai tanah bertekstur liat dan lempung liat berdebu, dengan tanah bereaksi masam sampai agak masam (pH 4,7-6,4), kadar C-organik sangat rendah sampai rendah (0,51-1,98 %) dan KTK rendah sampai tinggi (8,67-26,62 cmol(+)

2. Konsentrasi total logam Cu, Zn, Pb dan Cd dalam tanah di lokasi penelitian masih di bawah batas normal, dengan kisaran Cu 23,9-44,7 mg/kg (terkontaminasi berat sampai sangat berat), Zn 38-117 mg/kg (terkontaminasi ringan sampai sedang), Pb 12,8-90,6 mg/kg (terkontaminasi ringan sampai sangat berat) dan Cd 0,1-0,3 mg/kg (terkontaminasi ringan sampai sedang).

/kg).

3. Konsentrasi logam Cu, Zn, Pb dan Cd dalam beras di beberapa titik lokasi penelitian melebihi ambang batas maksimum cemaran logam dalam makanan yang telah ditetapkan oleh BPOM, yaitu Cu berkisar antara 2,28-10 mg/kg, Zn 18,15-75 mg/kg, Pb 0,11-7,68 mg/kg dan Cd 0,01-0,1 mg/kg.

4. Untuk mengurangi dampak lanjutan kontaminasi logam berat di lokasi penelitian, maka perlu upaya mengurangi ketersediaan logam berat bagi tanaman, misalnya penggunaan bahan organik kotoran ayam yang mampu mengkelat logam berat sehingga logam menjadi tidak tersedia (tidak terserap) bagi tanaman.

6.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperbanyak lokasi sampling sehingga diperoleh sebaran kontaminasi/pencemaran logam berat pada tanah yang lebih baik. Pemerintah Kota Tangerang perlu memberi perhatian lebih pada masalah pencemaran lingkungan khususnya pencemaran logam berat pada lahan pertanian. Perlu dilakukan kegiatan monitoring terhadap kegiatan industri yang berpotensi mencemari lingkungan.

Pemerintah diharapkan memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada petani mengenai teknik budidaya pertanian yang ramah lingkungan yaitu lebih memanfaatkan bahan organik serta mengurangi penggunaan pupuk kimia dan pestisida. Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan tindakan remediasi pada lahan pertanian yang terkontaminasi logam berat.

DAFTAR PUSTAKA

Adji SS. 2006. Rehabilitasi tanah sawah tercemar natrium dan logam berat melalui pencucian, penggunaan vegetasi, bahan organik dan bakteri [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Andayasari F. 2009. Status kecemaran tanah oleh kadmium pada lahan budidaya sawi putih (Brassica chinensis L.) di sentra produksi hortikultura Lembang Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Alloway BJ. 1995. The origins of heavy metals in soils. Di dalam:. Alloway BJ,

editor. Heavy Metals in Soils. 2nd Ed. Glasgow UK: Blackie Academic & Professional. hlm 38-57.

Bakosurtanal. 2000. Peta RBI Kota Tangerang.

BPLHD Jawa Barat. 2009a. Status mutu Sungai Cisadane. http://www.bplhdjabar. go.id/index.php/bidang-pengendalian/subid-pemantauan-pencemaran/183status -mutu-sungai?start=2. [28 Agustus 2009].

BPLHD Jawa Barat. 2009b. Pencemaran Pb (timbal). http://www.bplhdjabar.go.id /index.php/bidang-pengendalian/subid-pemantauan-pencemaran/168-pencemar an-pb-timbal?showall=1. [1 Mei 2011].

BPS. 2009. Kota Tangerang dalam Angka 2009. Tangerang: Badan Pusat Statistik.

Cotton FA, Wilkinson G. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Suharto S, penerjemah. Jakarta: UI-Press. Terjemahan dari: Basic Inorganic Chemistry.

Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UI-Press. Dinas Perindagkopar Kota Tangerang. 2008. Profil Kota Tangerang bidang

industri. http://www.tangerangkota.go.id/?tab=profil&tab2=17&idp=20& idf= 3.[28 Agustus 2009].

Dinas Pertanian Kota Tangerang. 2008. Profil Kota Tangerang bidang pertanian, perikanan dan peternakan. http://www.tangerangkota.go.id/?tab=profil& tab2 =17&idp=24&idf=3. [28 Agustus 2009].

Eckenfelder WW. 1989. Industrial Water Pollution Control. Second edition. New York: McGraw-Hill, Inc.

Effendi H. 2000. Telaahan Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Etikha APW. 2004. Evaluasi kadar ambien kromium (Cr) dan kadmium (Cd) dalam tanah sebagai dasar kriteria pencemaran tanah di Indonesia [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hardjowigeno S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: Akademi Pressindo.

Indrawati D. 1994. Studi kadar logam berat pada kangkung darat (Ipomoea reptans), bayam (Amaranthus tricolor) dan selada (Lactuca sativa) di bantaran Sungai Ciliwung dan Sunter [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Istikasari L. 2004. Studi pencemaran logam berat (Pb, Cd, Cu, Fe, dan Hg) pada beras di daerah pengolahan emas tanpa izin, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kementeriaan Kesehatan. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 1593/MENKES/SK/XI/2005 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Jakarta: Kemenkes; 2005.

Kurnia U, Suganda H, Saraswati R, Nurjaya. 2004. Teknologi pengendalian pencemaran lahan sawah. Di dalam: Agus F, Adimihardja A, Hardjowigeno S, Fagi AM, Hartatik W, editor. Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Bogor: Puslitbangtanak. hlm 251-285.

Kurniasih YA. 2008. Fitoremediasi lahan pertanian tercemar logam berat kadmium dan tembaga dari limbah industri tekstil [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Lacatusu R. 2000. Appraising levels of soil contamination and pollution with heavy metals. Eur Soil Bureau Res Rep No. 4. Official Publ. Eur Comm Luxembourg.

Lahuddin. 2007. Aspek Unsur Mikro dalam Kesuburan Tanah. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Lembaga Penelitian Tanah. 1980. Peta Tanah Semi Detail Daerah Tangerang dan Sekitarnya (Jabotabek II).

Lepp NW. 1981. Effect of Heavy Metals on Plant Function. Vol 1. Applied Science Publishers. London.

Lia A. 2004. Evaluasi kadar ambien logam berat nikel (Ni) dan timbal (Pb) dalam tanah sebagai dasar penyempurnaan kriteria baku mutu tanah di Indonesia [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Lu FC. 1995. Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko. Edi Nugroho, penerjemah. Jakarta: UI-Press. Terjemahan dari: Basic Toxicology: fundamentals, target organs, and risk assesment.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor: IPB Press.

Mitchell RL. 1964. Trace element in soils. Di dalam: Bear FE, editor. Chemistry of the Soils. Second Edition. New Delhi: Oxford & IBH Publishing Co.

Moore JW. 1991. Inorganic Contaminants of Surface Water. New York: Springer-Verlag.

Napitupulu M. 2008. Analisis logam berat seng, kadmium dan tembaga pada berbagai tingkat kemiringan tanah hutan tanaman industri PT. Toba Pulp Lestari dengan metode spektrometri serapan atom (SSA) [tesis]. Medan: Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara.

Notodarmojo S. 2005. Pencemaran Tanah dan Air Tanah. Bandung: ITB.

Pierzynski GM, Sims JT, Vance GF. 2005. Soils and Environmental Quality. 3rd Ed. New York: Taylor and Francis.

Pusat Penelitian Tanah. 1983. Kriteria Penilaian Data Analisis Sifat Kimia Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Puspadewi L. 2003. Perencanaan strategis penanggulangan pencemaran udara (timah hitam) oleh emisi gas buang kendaraan bermotor terhadap kesehatan masyarakat di Kota Tangerang tahun 2004-2008 [tesis]. Depok: Program Pascasarjana, Universitas Indonesia.

Puslitbangtanak. 2005. Kinerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat 2001-2004. Jakarta: Departemen Pertanian.

Rahmawati. 2006. Penetapan kadar dan sebaran tingkat pencemaran logam berat dalam tanah di sekitar kawasan industri Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Saeni MS. 1997. Penentuan Tingkat Pencemaran Logam Berat dengan Analisis Rambut. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Sitorus SRP. 2008. Pengelolaan Sumberdaya Lahan. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Slamet JS. 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: Jurusan Tanah, IPB.

Stevenson FG. 1994. Humus Chemistry: Genesis, Composition, Reaction. 2nd ed. New York: Wiley-Interscience Publ. John Wiley & Sons.

Subowo, Mulyadi, Widodo S, Nugraha A. 1998. Status dan penyebaran Pb, Cd dan pestisida pada lahan sawah intensifikasi di pinggir jalan raya. Di dalam: Bidang Kimia dan Biologi Tanah. Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat; Bogor, 10-12 Februari 1998. Bogor: Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. hlm 267-282.

Sudadi U. 2009. Inaktivasi in situ pencemaran kadmium dan plumbum pada tanah pertanian menggunakan ameliorant dan pupuk pada dosis rasional untuk budidaya tanaman [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Suhendar D. 2005. Dampak perubahan penggunaan lahan terhadap ketersediaan sumber daya air di Kota Tangerang [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sule LH. 1994. Dampak pemanfaatan lahan di sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) sampah terhadap pertumbuhan dan kandungan logam berat berbagai tanaman sayuran [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sutanto R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Kanisius.

Sutrisno N, Mulyadi. 2008. Identifikasi pencemaran lahan sawah akibat limbah pabrik kertas. Di dalam: Las I, editor. Seminar Nasional Sumberdaya Lahan dan Lingkungan Pertanian; Bogor, 7-8 November 2007. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. hlm 173-182. Verloo M. 1993. Chemical aspect of soil pollution. ITC-Gen Publications series

No.4:17-46.

Warneke DD, Barber SA. 1973. Diffusion of zinc in soils: III. Relation to zinc adsorption isotherms. Soil Sci. Soc. Am. Proc. 37: 355–358.

Wasahua NM. 2004. Evaluasi kadar ambien logam berat Cu dan Zn dalam tanah berbahan induk batuan volkanik/plutonik dan batuan sedimen [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Lampiran 1. Kriteria penilaian data analisis kimia tanah

Sifat Tanah Sangat

Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat

Tinggi C-Organik < 1,00 1,00 – 2,00 2,01 – 3,00 3,01 – 5,00 > 5,00 N (%) < 0,10 0,10 – 0,20 0,21 – 0,50 0,51 – 0,75 > 0,75 P2O5 Bray I < 10 10 – 15 16 – 25 26 – 35 > 35 P2O5 Olsen < 10 10 – 25 26 – 45 45 – 60 > 60 KTK < 5 5 – 16 17 – 24 25 – 40 > 40 Susunan Kation K < 0,1 0,1 – 0,2 0,3 – 0,5 0,6 – 1,0 > 1,0 Na < 0,1 0,1 – 0,3 0,4 – 0,7 0,8 – 1,0 > 1,0 Mg < 0,4 0,4 – 1,0 1,1 – 2,0 2,1 – 8,0 > 8,0 Ca < 2 2 – 5 6 – 10 11 – 20 > 20 KB (%) < 20 20 – 35 36 – 50 41 – 70 > 70 Cadangan Mineral (%) < 5 5 – 10 11 – 20 21 – 40 > 40 Sangat Masam Masam Agak Masam Netral Agak Alkalis Alkalis pH (H2O) < 4,5 – 5,5 4,5 5,6 – 6,5 6,6 – 7,5 7,6 – 8,5 > 8,5

Lampiran 2. Prosedur penetapan unsur logam berat total dalam tanah dengan cara pengabuan basah dengan HNO3 dan HClO4

a. Prinsip

Contoh dioksidasi basah dengan HNO3 dan HClO4

b. Alat-alat

. Ekstrak yang diperoleh digunakan untuk mengukur unsur logam berat Pb, Cd, Co, Cr, Ni dengan AAS (Atomic Absorption Spectrometer).

Neraca analitik, tabung kimia volume 20 ml, vortex mixer, dilutor skala 10 ml/ pipet uur volume 10 ml, dispenser skala 10 ml/ pipet volume 1 ml, AAS (Atomic Absorption Spectrometer).

c. Pereaksi • HNO3 • HClO

pekat (65%) p.a. 4

• Standar 0-a (larutan HClO pekat (60%) p.a.

4 Dipipet 10 ml HClO

1 %) 4

• Standar 0-b (larutan HClO

pekat (60%) ke dalam labu ukur 1.000 ml yang telah berisi air bebas ion kira-kira setengahnya, goyangkan dan tambahkan air bebas ion hingga tepat 1.000 ml

4 Dipipet 1 ml HClO

0,6 %) 4

• Standar pokok 1.000 ppm Pb (Tritisol)

pekat (60%) ke dalam labu ukur 100 ml yang telah berisi air bebas ion kira-kira setengahnya, goyangkan dan tambahkan lagi air bebas ion hingga tepat 100 ml (pengenceran 100x)

• Standar pokok 1.000 ppm Cd (Tritisol) • Standar pokok 1.000 ppm Cu (Tritisol) • Standar pokok 1.000 ppm Zn (Tritisol)

(Pindahkan secara kuantitatif larutan standar induk logam berat Tritisol di dalam ampul ke dalam labu ukur 1.000 ml. Impitkan dengan bebas ion sampai dengan tanda garis, kocok).

• Standar Campuran 1 (ppm): (20 ppm Pb, 2 ppm Cd,). Sistem Nyala

Pipet 20 ml standar pokok Pb, 2 ppm standar pokok Cd ke dalam labu ukur 1.000 ml, kemudian diencerkan dengan larutan standar 0-a hingga 1.000 ml lalu dikocok. Deret standar campuran ini akan memiliki konsentrasi: 0-20 ppm Pb dan 0-2 ppm Cd.

• Standar campur Cu (50 ppm) dan Zn (25 ppm)

Dipipet masing-masing 5 ml standar pokok 1.000 ppm Cu dan 2,5 ml standar pokok 1.000 ppm Zn. Dicampurkan dalam labu ukur 100 ml. Tambahkan air bebas ion hingga tepat 100 ml.

• Standar campur Cu (5 ppm) Dn Zn (2,5 ppm)

Dipipet 10 ml standar Cu (50 ppm) dan Zn (25 ppm) ke dalam labu ukur 100 ml. Tambahkan perlahan 1 ml HClO4

• Deret standar campur Cu (0-5 ppm) dan Zn (0-2,5 ppm)

dan impitkan dengan air bebas ion hingga tepat 100 ml.

Dipipet standar campur sebanyak 0; 1; 2; 4; 6; 8 dan 10 ml dan masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan larutan standar 0-b hingga volume setiap ta0-bung menjadi 10 ml, kocok. Deret standar campuran akan memiliki kepekatan:

S0 S1 S2 S3 S4 S5 S6

0 0,5 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 ppm Cu

0 0,25 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 ppm Zn

d. Cara Kerja

Ditimbang teliti 2,5 g contoh tanah halus < 0,5 mm ke dalam tabung digest, ditambahkan 5 ml asam nitrat p.a, dibiarkan satu malam. Esoknya dipanaskan pada suhu 100 °C selama 1 jam 30 menit, dinginkan dan ditambahkan lagi 5 ml asam nitrat p.a dan 1 ml asam perklorat p.a. kemudian dipanaskan hingga 130 °C selama 1 jam, suhu ditingkatkan lagi menjadi 150 °C selama 2 jam 30 menit (sampai uap kuning habis, bila masih ada uap kuning waktu pemanasan ditambah lagi). Setelah uap kuning habissuhu ditingkatkan menjadi 170 °C selama 1 jam, kemudian suhu ditingkatkan menjadi 200 °C selama 1 jam (hingga terbentuk uap putih). Destruksi selesai dengan terbentuknya endapan putih atau sisa larutan jernih sekitar 1 ml. Ekstrak didinginkan kemudian

diencerkan dengan air bebas ion menjadi 25 ml, lalu dikocok hingga homogen, biarkan semalam. Ekstrak jernih digunakan untuk pengukuran logam berat menggunakan AAS metode Nyala untuk tingkat konsentrasi ppm.

e. Perhitungan

Kadar unsur logam berat (ppm)

= ppm kurva X ml ekstrak/ 1.000 ml X 1.000 g (g contoh)-1

= ppm kurva X 25 ml/ 1.000 ml X 1.000 g/ 2,5 g contoh X fp X fk X fp X fk

= ppm kurva X 10 X fp X fk Keterangan:

Ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva regresi hubungan antara kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikurangi blanko

fp = faktor pengenceran (bila ada)

fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 - % kadar air)

Lampiran 3. Baku mutu udara ambien nasional

No Parameter Waktu

Pengukuran Baku Mutu Metode Analisis Peralatan

1 SO2 (Sulfur Dioksida) 1 jam 24 jam 1 tahun 900 μg/Nm 365 μg/Nm 3 60 μg/Nm 3 Pararosanalin 3 Spektrofotometer

2 CO (Karbon Monoksida) 1 jam 24 jam 30.000 μg/Nm 10.000 μg/Nm 3 NDIR 3 NDIR Analyzer

3 NO2 (Nitrogen Dioksida) 1 jam 24 jam 1 tahun 400 μg/Nm 150 μg/Nm 3 100 μg/Nm 3 Saltzman 3 Spektrofotometer 4 O3 (Oksidan) 1 jam 1 tahun 235 μg/Nm 50 μg/Nm 3 Chemiluminescent 3 Spektrofotometer

5 HC (Hidro Karbon) 3 jam 160 μg/Nm3 Flame Ionization Gas Chromatografi 6 PM10 PM (Partikel <10 um) 25 1 jam (*) (Partikel <2,5 mm) 24 jam 1 tahun 150 μg/Nm 65 μg/Nm 3 15 μg/Nm 3 Gravimetric 3 Hi – Vol 7 TSP (Debu) 24 jam 1 jam 230 μg/Nm 90 μg/Nm 3 Gravimetric 3 Hi – Vol

8 Pb (Timah Hitam) 24 jam 1 jam 2 μg/Nm 1 μg/Nm 3 Gravimetric dan 3 Ekstraktif Pengabuan Hi – Vol AAS 9 Dustfall (Debu Jatuh) 30 hari 10 Ton/km2/bulan Gravimetric Cannister 10 Total Fluoride (as F) 24 jam

90 hari

3 μg/Nm 0,5 μg/Nm

3

Spesific ion Electrode

3 Impinger atau Continous Analyzer

11 Fluor Indeks 30 hari 40 μg/100 cm

dari kertas limed filter 3

Colourimeter Limed Filter Paper

12 Khlorine dan Khlorine Dioksida 24 jam 150 μg/Nm3 Spesific ion Electrode Impinger atau Continous Analyzer 13 Sulphat Indeks 30 hari 1 mg SO3/100 cm

dari Lead Peroksida 3

Colourimeter Lead Peroxida Candle

Dokumen terkait