• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1 Simpulan

Desa Adat Penglipuran merupakan permukiman tradisional yang terletak pada dataran tinggi sebelah utara Kota Bangli. Budaya masyarakat yang selalu berorientasi pada gunung serta arah terbit dan tenggelamnya matahari sebagai urat nadi kehidupan, mempengaruhi bentuk permukiman dan elemen lanskap pada desa mereka. Kebudayaan dan kehidupan beragama masyarakat yang selalu berdampingan menjadi sebuah karakter kuat pada desa mereka. Kearifan lokal yang diwarisi masyarakat desa sejak dahulu tersebut membawa prinsip-prinsip hijau pada tatanan lanskap dan arsitektur yang mereka miliki. Hal tersebut terlihat dari pola permukiman dan rumah tinggal, pemilihan material bangunan, dan peraturan adat tentang lingkungan alami desa (awig-awig). Pola permukiman dan rumah tinggal yang berbentuk linier (orientasi arah utara-selatan & barat-timur) dan terbagi atas tiga bagian besar membentuk ruang serta sirkulasi yang harmonis dengan alam. Pola permukiman yang terbentuk menciptakan suatu ruang inti desa yang bebas dari kendaraan bermotor dan banyak memiliki area terbuka (open spaces). Material bangunan yang digunakan ialah material yang berasal dari lanskap alami desa mereka sendiri. Kearifan lokal tersebut masih terpelihara utuh hingga saat ini akibat peraturan adat yang mereka ciptakan sejak awal terbentuknya desa ini. Mereka melakukan konservasi akan tradisi dan budaya yang membawa desa ini kepada keberlanjutan.

Penilaian tingkat hijau berdasarkan LEED Neighborhood Development Rating System pada Desa Adat Penglipuran menghasilkan tingkat Silver dengan total poin 34 poin. Tingkat hijau tersebut didapat melalui penilaian 36 kriteria dalam 3 parameter. Parameter dan kriteria LEED Neighborhood Development Rating System telah menunjukkan adanya keenam prinsip dasar arsitektur hijau didalamnya. Hal ini menguatkan bahwa sebuah desa adat tradisional yang mempertahankan kearifan lokalnya hingga saat ini telah menerapkan konsep arsitektur hijau dalam kehidupannya sejak dahulu. Terdapat kriteria LEED yang kurang sesuai dengan kondisi lanskap, arsitektur, dan kearifan lokal tradisional Desa Adat Penglipuran sehingga diperlukan penyesuaian kriteria. Hal tersebut juga menunjukkan perlunya perbaikan dalam upaya menjaga dan meningkatkan nilai-nilai hijau yang dimiliki desa sehinggadiusulkan rekomendasi model lanskap Desa Adat Penglipuran dan model pola pekarangan rumah tinggal.

6.2 Saran

Kearifan lokal masyarakat tradisional dapat menjadi sumber pengetahuan baru akan konsep arsitektur hijau bagi masyarakat saat ini. Rekomendasi yang telah disusun diharapkan dapat menjadi masukkan bagi Desa Adat Penglipuran atau pemerintah daerah dalam usaha menjaga keberlanjutan desa. Selain itu, diperlukan penelitian lanjut mengenai penyesuaian standar penilaian LEED untuk arsitektur permukiman tradisional.

62

DAFTAR PUSTAKA

Adhika IM. 1994. Peran banjar dalam penataan komunitas: studi kasus kota Denpasar [tesis]. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwa Liar. Bogor (ID): Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan.

Arrafiani. 2012. Rumah Etnik Bali. Bogor (ID): Griya Kreasi.

Astuti W. 2002. Pariwisata Sehat Desa Penglipuran. Jakarta (ID): Pusat Promosi Depkes RI.

[BAPPEDAPM Bangli] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Kabupaten Bangli. 2005. RDTRK Kecamatan Bangli. Bangli (ID): BAPPEDAPM Bangli.

[BPS Pemkab Bangli] Badan Pusat Statistik Pemerintah Kabupaten Bangli. 2010. Bangli dalam Angka Tahun 2010. Bangli (ID): BPS Pemkab Bangli.

[BPS Pemkab Bangli] Badan Pusat Statistik Pemerintah Kabupaten Bangli. 2008. Statistik lingkungan penglipuran 2008. Bangli (ID): BPS Pemkab Bangli. Bagus IGN. 1979. Prasejarah dan Klasik di Bali. Denpasar (ID): Balai Pustaka

Denpasar.

Barliana MS, Nuryanto, Cahyani D. 2012. Pola pembelajaran pewarisan tradisi arsitektur berkelanjutan: dari etnoarsitektur ke etnopedadogi. Di dalam: Temu Ilmiah IPLBI; 2012 November; Bandung, Indonesia. Bandung (ID): IPLBI. Hlm 117-120.

Budihardjo E. 1986. Architectural Conservation in Bali. Yogyakarta (ID): Gajah Mada Univ Pr.

[Disbun Bali] Dinas Perkebunan Bali. 2011. Kopi arabika kopyol [internet]. [diacu 2013 Mei 22]. Tersedia pada: http://www.disbunbali.info /komoditi_unggulan.php?id_komoditi_unggulan=10.html

Dwijendra KA. 2003. Perumahan dan permukiman tradisional Bali. J Permukiman Natah. 1(1):4-11.

Dwijendra KA. 2009. Arsitektur dan Kebudayaan Bali Kuno. Denpasar (ID): Udayana Univ Pr.

Frickz H. 1998. Ilmu Bahan Bangunan.Yogyakarta (ID): Kanisius.

Hudyana IDGR. 2002. Tenget dalam pembangunan berkelanjutan studi kasus: revitalisasi kearifan lokal mengenai lingkungan di Desa Adat Penglipuran Bangli [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Karyono TH. 2010. Green architecture: Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia. Jakarta (ID): Rajawali Pers.

Kasuma IPAW. 2009. Persepsi Masyarakat Adat Sebagai Dasar Perumusan Konsep Tata Ruang Desa Adat Penglipuran Bali [skripsi]. Surabaya (ID): Institut Teknologi Sepuluh November.

Kibert CJ. 2008. Sustainable Construction: Green Building Design and Delivery. Ed ke-2. Canada (US): John Wiley and Sons.

Lugrayasa IN, Sana IW, Mastra IW. 2003. Laporan Eksplorasi dan Penelitian Bambu untuk Menunjang Industri Kerajinan Rumah Tangga di Kabupaten Bangli. Denpasar (ID): UPT Konservasi Tumbuhan KRE Bali LIPI.

Maryland Department of the Environment. 1986. Sediment and Stormwater Administration. Maryland (US): Maryland Dept of the Environment.

63 Morgan HM. 1960. Vitruvius:The Ten Book On Architecture. New York (US):

Dover Publications.

[Pemkab Bangli] Pemerintah Kabupaten Bangli. 2010. Monografi Desa Adat Penglipuran Kelurahan Kubu. Bangli (ID): Pemkab Bangli.

Prajoko A. 2012. Pertamanan tradisional Bali berlandaskan unsur satyam, siwam, sundaram, relegi, dan usada [internet]. [diacu 2013 September 18]. Tersedia pada: http://www.parissweethome.com/bali/cultural_my.php?id=11

Pranoto M. 2008. Multilevel urban green area : solusi terhadap global warming dan high energy building. J Rekayasa Perencanaan. 4(3):1-15.

Priatman J. 2002. ”Energy-efficient architecture” paradigma dan manifestasi arsitektur hijau. Dimensi Teknik Arsitektur. 30(2):167-175.

Prijotomo J, Sulistyowati M. 2009. Nusantara Architecture as Tropical Architecture. Surabaya (ID): ITS Pr.

Singh P. 2011. Biogas: more than a source energy [internet]. [diacu 2013 Juli 23]. Tersedia pada: http://www.heifer.org/blog/2011/10/biogas-more-than-a-source- of-energy.html

Skøtt T. 2006. How much do biogas plant smell. Bioenergy research. 16(1):4-5. Subur IW. 2003. Pengalaman dalam Mengembangkan Bambu oleh Petani Bambu

Kabupaten Bangli. Bangli (ID): Dinas Pertanian Perkebunan dan Perhutanan Pemkab Bangli.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung (ID): Alfabeta.

[USGBC] United States Green Building Council. 2007. Pilot version: LEED for neighborhood development rating system February 2007. Washington DC (US): USGBC.

Vale B, Vale R. 1991. Green Architecture: Design for a Sustainable Future. New York (US): Thames and Hudson Ltd.

Van Der Ryn S, Calthorpe P. 1996. Ecological Design. Washington DC (US): Island Press.

Wiranto. 1999. Arsitektur vernakular Indonesia: perannya dalam pengembangan jati diri. Dimensi Teknik Arsitektur. 27(2):15-20.

Widjaja EA, Astuti IP, Arinasa IBK. 2004. New species of bamboos (poaceae- bambusoideae) from Bali. Reinwardtia. 12(2):199-204.

64

Lampiran 1 Standar Penilaian LEED for Neighborhood Development Rating System 2007.

90

Lampiran 2 Glosarium

Angkul-angkul : Bangunan tradisional Bali yang berfungsi sebagai gerbang masuk menuju suatu pekarangan

Asta Kosala kosali/Dewa : Dasar-dasar pengukuran bangunan tradisional Bali Awig-awig : Peraturan adat

Bali aga / mula : Masyarakat Bali asli atau mula-mula Bale : Sebutan satu unit bangunan tradisional Bali Bale banjar/desa : Tempat pertemuan pada suatu desa

Bedeg : Anyaman

Berundag-undag : Terasering

Karang ayahan desa : Lahan yang pemanfaatannya diatur oleh desa Karang kerti : Pekarangan rumah tinggal

Karang memadu : Satu kavling rumah tinggal sebagai tempat

pengasingan bagi warga yang melakukan poligami

Krama : Masyarkat, warga

Laba Pura : Lahan yang peruntukannya untuk keberlanjutan Pura pada Desa Adat Penglipuran

Loji : Bangunan tempat tinggal

Madya : Nilai tengah, tingkat kedua

Mandala : Ruang

Nawa Sanga : Sembilan petak yang membagi suatu kawasan menjadi tiga golongan yaitu, utama, madya, dan nista

Nista : Tingkat paling tidak suci Padmasana : Bangunan suci umat hindu

Palemahan : Unsur atau fisik lingkungan alam dalam Tri Hita Karana

Parahyangan : Unsur Tuhan dalam Tri Hita Karana

Pawongan : Unsur manusia dan sesama dalam Tri Hita Karana Pura Kahyangan Tiga : Tiga pura dalam satu kesatuan desa adat yang

terdiri dari Pura Puseh, Pura desa, dan Pura Dalem

Sekaa : Satuan atau kelompok masyarakat yang mempunyai kegiatan dan profesi sama

Sekaa baris : Kelompok yang berkaitan dengan tarian tradisional Sekaa gong : Kelompok yang berkaitan dengan alat musik

tradisional

Sekaa pratangan : Kelompok yang berkaitan dengan makanan Sekaa teruna : Kelompok anak remaja atau pemuda dan pemudi Tri Angga dan Tri Loka : Susunan fisik yang terdiri dari bagian kepala,

badan, dan kaki

Tri Hita Karana : Konsep keselarasan hubungan antara Tuhan, manusia, dan alam; konsep holistik tiga penyebab kesempurnaan

91

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Januari 1991 dari ayah Albert Susilo Kristanto dan ibu Henni Djajasastra. Penulis merupakan putra kedua dari tiga bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 3 Denpasar pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB.

Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti kepanitian dan organisasi kemahasiswaan. Organisasi yang aktif diikuti penulis salah satunya adalah Himpunan Keprofesian Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP). Penulis juga pernah menjadi ketua panitia pada kegiatan mahasiswa di Departemen Arsitektur Lanskap, yaitu Indonesia Landscape Architecture Student Workshop 2012. Lomba desain Landmark Summarecon Bekasi pernah diikuti penulis secara berkelompok.

Penulis pernah mengikuti kegiatan praktik kerja selama menjadi mahasiswa. Pada bulan Mei 2011 penulis melakukan praktik kerja dengan membuat gambar rancang taman auditorium di Balai Penelitian Tananaman Rempah dan Obat (Balittro). Bulan Maret-April 2013 penulis melakukan praktik kerja pada konsultan desain lanksap dan arsitektur PT Wijaya Tribwana International di Bali. Penulis juga menerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dari DIKTI pada tahun 2011-2012. Selanjutnya pada tahun 2012-2013 penulis menerima beasiswa dari Tanoto Foundation.

Dokumen terkait