• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis kondisi terkini patch habitat Elang Jawa yang tersisa di Jawa Barat menghasilkan 17 patch dengan luas keseluruhan patch adalah 3 955 km2. Sembilan dari keseluruhan patch berada di kawasan lindung, walaupun jika dilihat dari luasannya, hanya sebesar 1 430 km2 atau 36.16% luas patch berada di kawasan lindung. Keseluruhan patch berada pada tutupan lahan yang bervegetasi yaitu hutan (38.87%), kebun (22.48%), semak (15.12%), ladang (9.15%), dan sawah (2.75%). Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya dalam cakupan wilayah Jawa Barat bagian Selatan, patch habitat Elang Jawa pada kondisi terkini bertambah sebanyak 3 patch. Luas keseluruhan patch habitat Elang Jawa pada kondisi terkini juga mengalami penambahan luas sebesar 741 km2. Luas patch yang bertambah sebesar 741 km2 ini memungkinkan menjadi habitat potensial bagi Elang Jawa dengan median 117 pasang.

Berdasarkan indeks probabilitas konektivitas (PC) diperoleh hasil bahwa terdapat terdapat 4 patch yang menjadi habitat inti (core habitat) dan 6 patch yang terisolasi. Hasil ini diperoleh berdasarkan fungsi dari tiga indeks dalam PC, yaitu PCflux, PCintra, dan PCcon. Patch yang menjadi habitat inti ini memiliki luas keseluruhan patch sebesar 3 140 km2 dan dominan berada pada penutupan lahan hutan dengan luas 1 318.16 km2. Namun, hanya sebesar 55.84% hutan pada kawasan habitat ini berada di kawasan lindung. Hasil dari distribusi spasial patch habitat dan karakteristik konektivitas di Jawa Barat ini memperlihatkan pola metapopulasi mainland-island. Namun, pola mainland-island ini terbagi menjadi dua cluster yaitu cluster pertama berada di Jawa Barat bagian Selatan dan cluster kedua berada di Jawa Barat bagian Barat.

Hasil akhir dari peneltian ini menghasilkan 5 rekomendasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pihak pengelola kawasan lingkungan sebagai upaya tindak lanjut konservasi habitat Elang Jawa. Rekomendasi yang diajukan adalah: (1) kawasan patch yang tidak berada di kawasan lindung menjadi perhatian lebih pihak pengelola, (2) perlu adanya aspek legal terhadap kawasan habitat inti yang tidak berada di kawasan lindung, (3) luas dan patch yang bertambah menjadi informasi dasar dalam pelaksanaan SK DPHKA No.200/IV/KKH/2015, (4) perencanaan pembuatan koridor ekologi untuk menghubungkan patch yang terisolasi, dan (5) perencanaan pembuatan koridor ekologi untuk menghubungkan antar-cluster pada tipe metapopulasi mainland-island di Jawa Barat.

Saran

Penelitian ini mengkaji konektivitas antar-patch habitat Elang Jawa di Jawa Barat. Penelitian ini dibatasi pada karaketeristik konektivitas di antara patch. Oleh sebab itu, perlu dilakukan kajian lebih lanjut tentang perencanaan koridor yang menghubungkan antar patch.

49 DAFTAR PUSTAKA

Alikodra HS. 2010. Teknik Pengelolaan Satwaliar dalam Rangka Mempertahankan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Bogor (ID) : IPB Pr.

Ariyanty M. 2011. Monitoring Perubahan Penutupan Lahan dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) dan Penginderaan Jauh (Studi Kasus : Kawasan Puncak, Kabupataen Bogor, Jawa Barat) Skripsi. Fakultas Pertanian. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Aurambout JP, Endress AG, Deal BM. 2005. A spatial model to estimate

habitat fragmentation and its consequences on long-term persistence of animal populations. Environmental Monitoring and Assessment. 109:199–225.

Baranyi G, Saura S, Podani J, Jordán F. 2011. Contribution of habitat patchesto network connectivity: redundancy and uniqueness of topological indices. Ecological Indicators. 11:1301–1310.

Barnes TG. 2000. Landscape ecology and ecosystems management. Cooperative Extension Service of University of Kentucky. 76(1):1-8. Bildstein KL. 2006. Migrating Raptor of the World: Their Conservation and

Ecology. New York (US): Cornell University.

Birdlife International. 2001. Threatened Birds of Asia: The Birdlife International Red Data Book. Cambridge (UK): Birdlife International Cambridge.

Boone RB, Krohn W. 2000. Predicting broad-scale occurrence of vertebrates in patchy landscape. Landscape Ecology. 15:63-74.

Collinge SK. 2009. Ecology of Fragmented Landscape. Maryland (US): The John Hopkins Univ Pr.

Cooper CD, Alley FC. 1994. Air Pollution Control: A Design Approach. Washington (US): Waveland Press Incorporation.

Diniyati D, Afri SA. 2010. Kebijakan penentuan bentuk insentif pengembangan hutan rakyat di wilayah Gunung Sawal, Ciamis dengan metoda AHP. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan. 7(2):129:143.

[Dephut] Departemen Kehutanan. 2007. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Elang Jawa 2007-2017. Jakarta (ID): Departemen Kehutanan.

Forman RT, Godron M. 1986. Landscape Ecology. Canada (CA): John Willey & Sons Inc.

Haddad NM. 2003. Corridor use by diverse taxa. Ecology. 84:609–615.

Hanski I, Gilpin M. 1991. Metapopulation dynamics: brief history and conceptual domain. Biological Journal of the Linnaean Society. 42:3-16.

50

Hanski I, Simberloff D. 1997. The metapopulation approach, its history, conceptual domain, and application to conservation. Metapopulation biology: ecology, genetics, and evolution. 27:5-26.

Hanski I. 2004. Metapopulation theory, its use and misuse. Basic and Applied Ecology. 5:225-229.

Harrison S. 1991. Local extinction in a metapopulation context: an empirical evalution. Biological Journal of the Linnean Society. 42:73-88.

Hilty JA, Lidicker WZ, Merenlender AM. 2006. Corridor Ecology. Washington (US): Island Press.

[IUCN] International Union for Conservation of Nature . 2007. IUCN Red List of Threatened Animals. Cambridge (UK): IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge.

[Keppres] Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 4/1993. 1993. Flora dan Fauna Nasional yang ditetapkan sebagai Spesies Kebanggaan Nasional. Jakarta (ID): Indonesia.

Lindenmayer DB, Fischer J. 2006. Habitat Fragmentation and Landscape Change: An Ecological and Conservation Synthesis. Washington (US): Island Press.

MacKinnon J. 1995. Panduan Lapangan Pengenalan Burung di Jawa dan Bali. Yogyakarta (ID): Gajah Mada Universiy Press.

Meneses CL. 2011. NDVI as indicator of degradation.Unasy Iva. 62:238.

Morrison ML. 2009. Restoring Wildlife: Ecological Consepts and Partical Applications. Washington (US): Island Press.

Nijman V, Sozer R. 1998. Field identification of the Javan Hawk-Eagle Spizaetus bartelsi. Forktail. 14:13-16.

Panuccio M. 2011. Across and around barrier: migration 501 ecology of raptors in the Mediteranean basin. Scientifica Act. 51:27-36.

[Permenhut] Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia P.58/Menhut-II/2013. 2013. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) Tahun 2013-2022. Jakarta (ID): Indonesia.

Prawiradilaga DM. 1999. Elang Jawa Satwa Langka: Seri Pendidikan Konservasi Keanekaragaman. Jakarta (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi [P3B], Direktorat Jendral Perlindungan dan Konservasi Alam [DJPHKA], Japan International Cooperation Agency [JICA] dalam program Biodiversity Conservation Project.

Rakhman Z. 2012. Garuda Mitos dan Faktanya di Indonesia. Jakarta (ID): Raptor Indonesia.

Rov N, Gjershaug JO, Prawiradilaga DM, Hapsoro, Supriatna AA. 1997. Conservation Biology of the Javan Hawk-Eagle. Bogor (ID): Progress Report preparedfor The Indonesian Institute of Sciences [LIPI] and The Ministry of Statefor Environment [LH].

51 Saura S, Pascual HL. 2007. A new habitat availability index to integrate

connectivity in landscape conservation planning: comparison with existing indices and application to a case study. Landscape and Urban Planning. 83:91-103.

Saura S, Rubio L. 2010. A common currency for the different ways in which patches and links can contribute to habitat availability and connectivity in the landscape. Ecography. 33:523-537.

Saura S, Torne J. 2012. Conefor 2.6 user manual. [diunduh 2013 November 2]. Tersedia dari: www.conefor.org.pdf.

Semlitsch RD, Jensen JB. 2001. Core habitat, not buffer zone. National Wetlands Newsletter. 23(4):5-7.

Setiadi AP, Rakhman Z, Nurwatha PF, Muchtar M, Raharjaningtrah W. 2000. Status, Distribusi, Populasi, Ekologi dan Konservasi Elang Jawa Spizaetus bartelsi, Stressemann 1924 Di Jawa Barat Bagian Selatan. Bandung (ID): BPFFI-BirdLife International-YPAL-HIMBIO UNPAD. Sozer R, Nijman V. 1995. Behavior Ecology, Distribution & Conservation of

Javan Hawk-eagle Spizaetus bartelsi Stresemann, 1924. Netherlands (AL): Institute of Systematics and Population Biology University of Amsterdam.

Sozer R, Nijman V, Setiawan I, Rakhman Z. 2012. Panduan Inventarisasi Elang Jawa Nizaetus bartelsi. Bogor (ID): Raptor Indonesia.

Syartinilia. 2004. Penerapan Multi Criteria Decision Making (MCDM) dan Geographical Information System (GIS) pada Evaluasi Peruntukan Lahan (Studi Kasus: DAS Ciliwung Hulu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

________. 2008. GIS-based modelling of Javan-Hawk-Eagle (Spizaetus bartelsi) habitat distribution using multi-scale approach in Java Island, Indonesia disertasi. Laboratory of Global Forest Environmental Studies Department of Global Agricultural Sciences Graduate School of Agricultural and Life Sciences. Tokyo (JP): The University of Tokyo. Syartinilia, Tsuyuki S. 2008. GIS-based modeling of Javan Hawk-Eagle

distribution using logistic and autologistic regression models. Biological Conservation. 141:756-769.

Syartinila, Tsuyuki S, Lee JS. 2009. A habitat model for the Javan Hawk-Eagle (Spizaetus Bartelsi) using multi-scale approach in Java Island, Indonesia. Wildlife: Destruction, Conservation and Biodiversity 9:301-312.

Syartinila, Tsuyuki S. 2012. Contribution of MODIS NDVI 250 m multi-temporal imagery dataset for detection of natural forest distribution of Java Island, Indonesia. Journal of Geographic Information System. 4:462-469.

Thiollay JM, Meyburg BU. 1988. Forest fragmentation and conservation of raptors: survei on the island of Java. Biological Conservation. 44:229-250.

52

van-Balen S, Nijman V, Sozer R. 1999. Distribution and conservation of Javan Hawk-Eagle Spizaetus bartelsi. Bird Conservation International. 99:333-349.

Wahyunto, Djohar HH, Marsoedi DS. 1995. Analisis data penginderaan jauh untuk mendukung identifikasi dan inventarisasi lahan sawah di daerah Jawa Barat. Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Tanah dan Agrok1imat, Cisarua Bogor, 10-12 Januari 1995.

Wells DR. 1985. The forest avifauna of Western Malesia and its conservation. InternationalCouncil for Bird Preservation. 4:213-232.

53

54

Lampiran 1 Nilai akurasi umum dan kappa penutupan lahan Jawa Barat

Klasifikasi Data acuan Total

baris UA 1 2 3 4 5 6 7 8 Bangunan 41 0 0 0 8 0 0 0 49 83.67 Badan air 0 30 0 0 0 0 0 0 30 100.00 Hutan 0 0 38 3 0 1 1 0 43 88.37 Kebun 0 0 0 47 0 1 2 0 50 94.00 Ladang 0 0 4 1 23 4 11 0 43 53.49 Sawah 1 0 0 0 1 43 5 0 50 86.00 Semak 0 0 1 4 0 5 38 0 48 79.17 Awan 0 0 0 0 0 0 0 17 17 100.00 Total kolom 42 30 43 55 32 54 57 17 330 PA 97.62 100.00 88.37 85.45 71.88 79.63 66.67 100.00 Akurasi umum = 83.94 % Akurasi kappa = 81.00%

Keterangan: 1 = Awan; 2 = Badan air; 3 = Hutan; 4 = Kebun; 5 = Ladang; 6 = Sawah; 7 = Semak; 8 = Awan; UA = User’s accuracy; PA = Producer’s accuracy

55 Lampiran 2 Jarak antar patch

56

57 Lampiran 3 Catatan lokasi tanda-tanda keberadaan dijumpai Elang Jawa di

Jawa Barat bagian Selatan

No. Lokasi yang pernah dijumpai Elang Jawa

Ancaman Catatan jumlah

Elang Jawa

Nomor

patch

Individu Pasang

1 Gunung Burangrang A1, A2, B 7-8 2-3 1

2 Gunung Tangkuban Perahu A1, A2, A3 12-14 5-6 1

3 Gunung Tilu A1, A2, B 2-3 1 8

4 Gunung Malabar A1, A2, B, C 1-2 1 8

5 Situ Patengan A3, B 1-2 1 8

6 Bukit Tunggul A1, A2, B 2-3 1 1

7 Gunung Patuha A1, A2, A3, B, C 1-2 1 8

8 Cimanggu A1 1-2 1 8

9 Gunung Puntang A1, A2, A3, B, C 4 1-2 8

10 Kamojang A1, A2, A3, B 3 1 8

11 Gunung Magisit-Kareumbi A1, A2, B 4 2 3

12 Gunung Sawal A1, A2, B 7-8 3-4 7

13 Gunung Tampomas A1, A2, B 6-7 3 OE

14 Gunung Galunggung A1, A2, A3, B, C 1-2 1 6

15 Gunung Guntur A1, A2, B, C 2 1 8

16 Gunung Simpang A1, A2, B 13-16 6 8

17 Gunung Papandayan A1, A2, A3, B 5 2 8

18 Leuweung Sancang A1, A2, B 2-3 1 OE

19 Telaga Bodas A1, A2, B, C 3 1 6

20 Gunung Jagat A2, B 3 1 OE

21 Gunung Cikurai A1, A2, B 1-2 1 8

TOTAL 82-100 38-42

Keterangan:

- A1 Penebangan liar

- A2 Perubahan lahan (pertanian, perkebunan)

- A3 Pengembangan fasilitas (aliran listik, pipa pembuangan, kepariwisataan) - B Area industri

- C Bencana alam (longsor, kebakaran, gunung meletus) - OE Ommission error

58

Lampiran 4 Peta Modis NDVI 250 m tahun 2002 di Jawa Barat

59

L a m p ir a n 5 L ua s pe n ut upa n l a h a n pe r-patch ha b it at E la n g Ja w a d i Ja wa B ar at

60

Lampiran 6 Hasil probabilitas konektivitas dari Conefor Sensinode 2.6

Nomor

patch

Luas patch

(km2)

PC (%) PCintra (%) PCflux (%) PCcon (%)

1 344 16.6085 0.7625 15.8457 0.0004 2 126 6.2478 0.1029 6.1450 0.0000 z3 145 7.2221 0.1358 7.0814 0.0048 4 16 0.8078 0.0016 0.7997 0.0064 5 58 2.9076 0.0214 2.8705 0.0157 6 213 10.5355 0.2921 10.2022 0.0412 7 83 4.1593 0.0448 4.1145 0.0000 8 2 055 77.0907 27.1894 49.8284 0.0729 9 12 0.6233 0.0010 0.6217 0.0006 10 19 0.9387 0.0022 0.9364 0.0000 11 5 0.2877 0.0001 0.2369 0.0507 12 25 1.2691 0.0042 1.2649 0.0000 13 13 0.6454 0.0011 0.6444 0.0000 14 8 0.7490 0.0004 0.4140 0.3346 15 319 15.8286 0.6551 14.7696 0.4039 16 91 4.9599 0.0535 4.4747 0.4317 17 423 20.0628 1.1511 18.9118 0.0000

61 Lampiran 7 Perkiraan populasi Elang Jawa di Jawa Barat bagian Selatan

Nomor patch Luas area (km2) Penambahan dan pengurangan luas

patch (km2)

Perkiraan populasi (pasang) tahun 2014 tahun 2002 Berdasarkan home range minimum Berdasarkan home range maksimum 1 344 283 61 15 3 2 126 108 18 5 1 3 145 68 77 19 4 4 16 12 4 1 0 5 58 30 28 7 1 6 213 41 172 43 9 7 83 123 -40 0 0 8 2 055 1 670 385 96 19 9 12 0 12 3 1 10 19 0 19 5 1 11 5 0 5 1 0 Jumlah 3 082 2 335 741 195 39 Median 117

62

Dokumen terkait