• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Kondisi biogeofisik areal hutan negara di Desa Tanjung Aur II memenuhi persyaratan dan layak diusulkan sebagai areal kerja Hutan Desa.

2. Kondisi sosekbud masyarakat di wilayah Desa Tanjung Aur II memungkinkan untuk membentuk lembaga pengelola Hutan Desa, melalui kolaborasi masyarakat penggarap lahan hutan negara dan perwakilan masyarakat Desa Tanjung Aur II.

3. Stakeholder siap memberikan dukungan fasilitasi dan pendampingan sesuai kapasitas dan kapabilitasnya masing-masing. Stakeholder kunci dalam implementasi program Hutan Desa di Desa Tanjung Aur II adalah BPDAS Ketahun, Dishut Provinsi Bengkulu, Dishut ESDM Kabupaten Bengkulu Selatan, LSM Ulayat, dan Aparatur Desa Tanjung Aur II. Stakeholder

pendukung adalah DPRD Kabupaten Bengkulu Selatan dan PT Jatropha Solutions. Sedangkan Bappeda Kabupaten Bengkulu Selatan dan Universitas Bengkulu merupakanstakeholderpelengkap.

4. Strategi implementasi program Hutan Desa yang sesuai untuk Desa Tanjung Aur II adalah strategi kompetitif atau diversifikasi (strategi S-T), dengan prioritas utama mencari dan meminta dukungan dari stakeholder terkait ataupun pihak-pihak lainnya yang memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk melakukan fasilitasi dan pendampingan.

Saran

Berdasarkan hasil kajian, peneliti menyarankan agar:

1. BPDAS Ketahun, Dishut Provinsi Bengkulu, dan Dishut ESDM Kabupaten Bengkulu Selatan dapat segera memfasilitasi penyelenggaran pendidikan dan pelatihan fasilitator Hutan Desa dan segera menginisiasi proses fasilitasi dan pendampingan calon lembaga pengelola Hutan Desa di Desa Tanjung Aur II dengan melibatkan peran serta aparatur desa dan LSM Ulayat.

2. Pemerintah desa dan calon lembaga pengelola Hutan Desa di Desa Tanjung Aur II dengan didampingi stakeholder terkait dan fasilitator Hutan Desa segera membuat usulan penetapan areal kerja Hutan Desa.

3. Seluruh stakeholder terkait dapat berperan aktif dalam pelaksanaan implementasi program Hutan Desa di Desa Tanjung Aur II dan melaksanakan implementasi program berdasarkan strategi yang telah disusun.

4. Pemerintah pusat dapat mengakomodir pemanfaatan lahan hutan untuk aktifitas budidaya tanaman tahunan dengan penerapan pola agroforestri yang sesuai dan memasukkannya sebagai salah satu bentuk pemanfaatan kawasan dalam peraturan mengenai Hutan Desa.

55

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita R. 2006.Membangun desa partisipatif. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Anantanyu S. 2011. Kelembagaan petani: peran dan strategi pengembangan

kapasitasnya.J SEPA.7(2):102-109.

[Bappeda Kab BS] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan. 2014. Peta rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan 2011 - 2031 [Peta]. Manna (ID): Bappeda Kab BS.

Borrini-Feyerabend G. 2003. Governance of protected areas - innovation in the air.J Policy Matter Issue. 12(9):92-101.

[BPDAS Ketahun] Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Ketahun. 2014. Data spasial DAS dan jaringan sungai di wilayah kerja BPDAS Ketahun [Data]. Bengkulu (ID): Tidak dipublikasikan.

[BPS Kab. BS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkulu Selatan. 2013.

Bengkulu Selatan dalam angka 2013. Manna (ID): BPS Kab. BS.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Data spasial sketsa wilayah administrasi desa dan kelurahan di Provinsi Bengkulu [Data]. Jakarta (ID): Forum GIS.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Profil kemiskinan di Indonesia, Maret 2013.

Berita Resmi Statistik.No. 47/07/Th.XVI, 2013 Jul 1.

Brunner J, Seymour F, Badenoch N. 2011. Forest problems and law enforcement in southeast asia: the role of local communities [Internet]. Diunduh 5 Februari 2015. Tersedia pada: http://www.mekonginfo.org/assets/midocs/ 0001561-environment-forest-problems-and-law-enforcement-in-southeast-asia-the-role-of-local-communities.pdf.

Cahyat A, Gönner C, Haug M. 2007. Mengkaji kemiskinan dan kesejahteraan rumah tangga: sebuah panduan dengan contoh dari Kutai Barat, Indonesia. Bogor (ID): CIFOR.

Cahyono E. 2012. Konflik kawasan konservasi dan kemiskinan struktural. J Politika. 8(1):7-41.

[CIFOR] Center for International Forestry Research. 2003. Perhutanan sosial.

Warta Kebijakan.No. 9, 2003 Feb.

David F. R. 2009. Manajemen strategis konsep. Edisi ke-12. Sunardi D, penerjemah; Wuriarti P, editor. Jakarta (ID): Salemba Empat. Terjemahan dari: Strategic Management. 12thed.

[Dephut dan BPS] Departemen Kehutanan, Badan Pusat Statistik. 2009.

Identifikasi desa di dalam dan di sekitar kawasan hutan 2009. Jakarta (ID): Dephut dan BPS.

[Dephut] Departemen Kehutanan. 2007. Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta (ID): Dephut.

[Dephutbun] Kementerian Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Undang Undang nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Jakarta (ID): Dephutbun.

[Dishut ESDM Kab BS] Dinas Kehutanan dan Energi Sumberdaya Mineral Kabupaten Bengkulu Selatan. 2014. Data spasial sebaran kegiatan HTR dan HKm di wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan [Data]. Manna (ID): Tidak dipublikasikan.

[Dit BPS Kemenhut] Direktorat Bina Perhutanan Sosial Kementerian Kehutanan. 2015. Basis data hutan desa per 2 januari 2015 [Data]. Jakarta (ID): Tidak dipublikasikan.

[Ditjen Planologi] Direktorat Jenderal Planologi Kementerian Kehutanan. 2013.

Statistik bidang planologi kehutanan tahun 2012. Jakarta (ID): Ditjen Planologi Kemenhut.

Dwiprabowo H, Mulyaningrum, Suwarno E. 2013. Organisasi belajar dan implementasi kebijakan Hutan Kemasyarakatan (HKm). J Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan.10(2):85-98.

Ekawati S. 2013. Evaluasi implementasi kebijakan desentralisasi pengelolaan hutan produksi.J Analisis Kebijakan Kehutanan.10(3):187-202.

Ekawati S, Nurrochmat DR. 2014. Hubungan modal sosial dengan pemanfaatan dan kelestarian hutan lindung. J Analisis Kebijakan Kehutanan. 11(1):40-53.

Febriani D. 2012. Evaluasi Proses Implementasi Kebijakan Hutan Tanaman Rakyat Di Kabupaten Sarolangun Jambi [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Gautama I. 2007. Studi sosial ekonomi masyarakat pada sistem agroforestry di Desa Lasiwala Kabupaten Sidrap.J Hutan dan Masyarakat. 2(3):319-328. Grootaert C, Narayan D, Jones VN, Woolcock M. 2004. Measuring social

capital: An Integrated Questionnaire. Washington D.C. (USA): The World Bank.

Hakim I, Irawanti S, Murniati, Sumarhani, Widiarti A, Effendi R, Muslich M, Rulliaty S. 2010.Social forestry:menuju restorasi pembangunan kehutanan berkelanjutan. Anwar S, Hakim I, editor. Bogor (ID): Puspijak Kemenhut. Hulupi R, Martini E. 2013. Pedoman budidaya dan pemeliharaan tanaman kopi

di kebun campur. Bogor (ID): ICRAF.

Ikbar Y. 2012. Metode penelitian sosial kualitatif: panduan membuat tugas akhir/karya ilmiah. Bandung (ID): PT Refika Aditama.

Johnson G, Scholes K, Whittington R. 2009. Fundamentals of strategy. London (UK): Prentice Hall, Financial Times.

Junaidi E, Maryani R. 2013. Pengaruh dinamika spasial sosial ekonomi pada suatu lanskap daerah aliran sungai (DAS) tehadap keberadaan lanskap hutan (studi kasus DAS Citanduy Hulu dan DAS Ciseel, Jawa Barat). J Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan.10(2):122-139.

Jusuf Y, Abdullah N. 2007. Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan hutan di Desa Borisallo Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan.J Hutan dan Masyarakat. 2(1):127-135.

Jusuf Y, Rauf F. 2011. Studi pengusulan Hutan Desa di Desa Bonto Marannu Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng. J Hutan dan Masyarakat. 6(2):79-91.

Kamarni N. 2012. Analisis modal sosial sebagai salah satu upaya dalam pengentasan kemiskinan (studi kasus: rumah tangga miskin di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang).J Manajemen dan Kewirausahaan. 3(3):36-52.

57

Kartodihardjo H, Safitri MA, Hardjanto, Soedomo S, Awang SA, Khan A, Nugroho B, Adiwibowo S, Shohibuddin M, Ekawati S, et al. 2013.

Kembali ke jalan yang lurus: kritik penggunaan ilmu dan praktek kehutanan Indonesia. Kartodiharjo H, editor. Yogyakarta (ID): FORCI DEV co. Tanah Air Beta.

Kartodihardjo H. 2007. Di balik kerusakan hutan dan bencana alam: masalah transformasi kebijakan kehutanan. Jakarta (ID): YKHI.

[Kemendagri] Kementerian Dalam Negeri. 2014. Peraturan Pemerintah nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. Jakarta (ID): Kemendagri.

[Kemendagri] Kementerian Dalam Negeri. 2014. Undang Undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. Jakarta (ID): Kemendagri.

[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2011. Keputusan Menteri Kehutanan nomor SK.643/Menhut-II/2011 tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan Seluas ± 2.192 hektar, Perubahan Antar Fungsi Kawasan Hutan Seluas ± 31.013 hektar, dan Penunjukan Bukan Kawasan Hutan menjadi Kawasan Hutan Seluas ± 101 hektar di Provinsi Bengkulu. Jakarta (ID): Kemenhut.

[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2014. Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.89/Menhut-II/2014 tentang Hutan Desa. Jakarta (ID): Kemenhut.

[Kemennakertrans] Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2012. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 tahun 2012 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak. Jakarta (ID): Kemennakertrans.

Kemitraan. 2011. Mendorong percepatan program Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Desa.Partnership Policy Paper.No. 4/2011.

Lacuna-Richman C. 2012.Growing from seed: an introduction to social forestry. Finland: Springer. World Forests 11, DOI 10.1007/978-94-007-2317-7_1. Magdalena. 2013. Peran hukum adat dalam pengelolaan dan perlindungan hutan

di Desa Sesaot, Nusa Tenggara Barat dan Desa Setulang, Kalimantan Timur.J Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan.10(2):110-121.

Maring P. 2013. Transformasi konflik menuju kolaborasi: kasus resolusi konflik penguasaan hutan.J Insani.14(1):51-60.

Miles MB, Huberman AM. 1994. An expanded sourcebook qualitative data analysis 2nd ed. California (USA): SAGE Publications Inc.

Muspida. 2007. Keterkaitan modal sosial dalam pengelolaan hutan kemiri rakyat di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. J Hutan dan Masyarakat. 2(3):290-302.

Nurrochmat DR. 2005. Strategi pengelolaan hutan, upaya menyelamatkan rimba yang tersisa. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar.

Prasetyo A. 2011. Modul dasar sistem informasi geografis. Bogor (ID): Lab. Analisis Lingkungan dan Permodelan Spasial Dep. KSHE, Fahutan IPB. Prasetyo AB. 2013. Serba-serbi Hutan Desa [Internet]. Diunduh 17 Agustus 2015.

Tersedia pada: http://bp2sdmk.dephut.go.id/emagazine/index.php/teknis/1-serba-serbi-hutan-desa.html.

Pratomo DS, Saputra PMA. 2011. Kebijakan upah minimum untuk perekonomian yang berkeadilan: tinjauan UUD 1945. J of Indonesian Applied Economics. 2(5):269-285.

Premono BT, Lestari S. 2013. Analisis finansial agroforestri kayu bawang (Dysoxilum mollissimumBlume) dan kebutuhan lahan minimum di Provinsi Bengkulu.J Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan.10(4):211-223. [PT JS] Perseroan Terbatas Jatropha Solutions. 2015. Data spasial hak guna usaha

(HGU) PT Jatropha Solutions di wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan [Data]. Manna (ID): Tidak dipublikasikan.

Putnam RD. 1993.Making democracy work: civic traditions in modern Italy. New Jersey (UK): Princeton University Press.

Putri IF, Hidayat H. 2011. Analisis persepsi modal sosial (social capital) dan hubungannya dengan eksistensi kelompok tani (kasus pada kelompok tani

wanita “Sri Sejati 2”, Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu). J Wacana. 14(1):11-17.

Raharja S. J. 2010. Pendekatan kolaboratif dalam pengelolaan daerah aliran sungai Citarum.J Bumi Lestari.10(2):222-235.

Rangkuti F. 1997. Analisis SWOT: teknik membedah kasus bisnis, cara perhitungan bobot, rating, dan OCAI. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.

Reed MS, Graves A, Dandy N, Posthumus H, Hubacek K, Morris J, Prell C, Quin

CH, Stringer LC. 2009. Whos’s in and why? a tipology of stakeholder

analysis methods for natural resources management. J Environmental

Management90(2009):1933-1949.

Ruhimat IS. 2013. Model peningkatan partisipasi masyarakat dalam implementasi kebijakan kesatuan pengelolaan hutan: studi kasus di KPH Model Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. J Analisis Kebijakan Kehutanan.

10(3):255-267.

Sahide MAK. 2011.Membangun hutan desa: 10 tips bagi fasilitator. Santosa A, editor. Bogor (ID): FKKM dan Ford Foundation.

Sidiyasa K, Zakaria, Iwan R. 2006.Hutan Desa Setulang dan Sengayan Malinau, Kalimantan Timur: potensi dan identifikasi langkah-langkah perlindungan dalam rangka pengelolaannya secara lestari. Bogor (ID): CIFOR.

Silverstein D, Samuel P, De Carlo N. 2009. The innovator’s toolkit:

50+techniques for predictable and sustainable organic growth. New Jersey (USA): John Wiley and Sons Inc.

Singarimbun M, Effendi S, Hagul P, Manning C, Singarimbun I, Ancok D, Mantra IB, Kasto, Handayani T, Tukiran, et al. 2006. Metode penelitian survei. Singarimbun M, Effendi S, editor. Jakarta (ID): LP3ES.

[SMPK Manna] Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus Manna. 2015. Data pemantauan iklim dan cuaca di wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan [Data]. Manna (ID): Tidak dipublikasikan.

Suandi. 2014. Hubungan modal sosial dengan kesejahteraan ekonomi keluarga di daerah perdesaan Jambi. J Komunitas Research and Learning in Sociology and Antropology.6(1):38-46.

Subarna. 2011. Faktor yang mempengaruhi masyarakat menggarap lahan di hutan lindung: studi kasus di Kabupaten Garut Jawa Barat.J Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 8(4): 265–275.

59

Sugiyono. 2009. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung (ID): CV. Alfabeta.

Sugiyono. 2010.Metode penelitian kualitatif. Bandung (ID): CV. Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung (ID): CV. Alfabeta.

Suhardjito D, Saputro G. 2008. Modal sosial dalam pengelolaan sumberdaya hutan pada masyarakat Kasepuhan Banten Kidul. J Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan.5(4):317-335.

Sumanto SE. 2009. Kebijakan pengembangan perhutanan sosial dalam perspektif resolusi konflik.J Analisis Kebijakan Kehutanan. 6(1):13-25.

Sumargo W, Nanggara SG, Nainggolan FA, Apriani I. 2011. Potret keadaan hutan Indonesia periode tahun 2000 - 2009. Jakarta (ID): FWI.

Suporahardjo, Ramirez R, Daniels SE, Walker GB, Grimble R, Chan M, Meyers J, Berkes F, Austin JE, Fisher RJ, et al. 2005. Manajemen kolaborasi: memahami pluralisme membangun konsensus. Suporahardjo, editor. Bogor (ID): Pustaka Latin.

Supratman, Sahide MAK. 2013. Hutan desa dan pembangunan sosial ekonomi masyarakat desa di Kabupaten Bantaeng. Sakti DK, editor. Jakarta (ID): Dit BPS Kemenhut dan Kemitraan.

Tadjudin D. 2000.Manajemen kolaborasi. Bogor (ID): Pustaka Latin.

Wikipedia. 2015. Desa [Internet]. Diunduh 6 Juli 2015. Tersedia pada: https://id.wikipedia.org/wiki/Desa.

Winara A, Mukhtar AS. 2011. Potensi kolaborasi dalam pengelolaan Taman Nasional Teluk Cenderawasih di Papua. J penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 8(3):217-226.

Wiyono EB, Santoso H. 2009. Hutan desa: kebijakan dan mekanisme kelembagaan. Jakarta (ID): WG Pemberdayaan Dephut RI.

Yukl G. 2010. Leadership in organizations. 7th ed. New Jersey (USA): Pearson Prentice Hall.

Lampiran 1 Matrik SWOT Strategi Implementasi Hutan Desa di Desa Tanjung Aur II

Faktor Internal Faktor Eksternal

Kelemahan/weaknesses(W)

1. Batas wilayah administrasi desa belum definitif

2. Komoditi utama yang dibudidayakan di lahan hutan negara bukan tanaman kehutanan (pohon penghasil kayu)

3. Rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap program Hutan Desa

4. Tidak ada norma atau aturan dalam pengelolaan sumberdaya alam (termasuk hutan) yang berlaku secara khusus di desa setempat

Kekuatan/strengths(S)

1. Keberadaan lahan hutan negara (HL dan HPT) dengan luas yang memadai dalam wilayah desa

2. Masyarakat memiliki modal sosial yang kuat dalam bentuk kepercayaan (trust) terhadap sesama, pemerintah, dan pihak lain 3. Dukungan aparatur desa, tokoh masyarakat, dan masyarakat

penggarap lahan hutan negara

Peluang/opportunities(O)

1. Kemudahan aksesibilitas menuju kawasan hutan negara 2. Ketergantungan masyarakat yang tinggi terhadap lahan

hutan negara sebagai lahan usaha pertanian/perkebunan 3. Penerapan pola agroforestri oleh masyarakat penggarap

lahan hutan negara

4. Dukunganstakeholderlainnya sesuai kapasitas dan peranannya masing-masing

Strategi W-O

1. Mengupayakan percepatan pemetaan dan penetapan batas definitif wilayah Desa Tanjung Aur II melalui kegiatan pemetaan partisipatif dengan meminta bantuanstakeholder terkait (W1, O4).

2. Mengupayakan budidaya tanaman tahunan menjadi salah satu bentuk pemanfaatan kawasan dalam regulasi Hutan Desa (W2, O2, O3).

3. Mengakomodir bentuk pemanfaatan lahan yang sudah ada saat ini dan mengembangkan pola agroforestri secara intensif (W2, O2, O3).

4. Memintastakeholderterkait untuk melakukan sosialisasi mengenai program Hutan Desa dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya hutan (W3, W4, O1, O4).

Strategi S-O

1. Mengusulkan implementasi program Hutan Desa menjadi bagian rencana prioritas pembangunan daerah di bidang kehutanan (S1, S2, S3, O1, O2, O4)

2. Memasukkan rencana implementasi dan pengembangan Hutan Desa ke dalam RPJMDes Tanjung Aur II (S1, S2, S3, O1, O2). 3. Membentuk lembaga pengelola hutan desa yang beranggotakan

masyarakat desa dan masyarakat luar desa yang menggarap lahan hutan negara di Desa Tanjung Aur II (S1, S2, S3, O1, O2, O3, O4).

4. Meminta bantuan kepadastakeholderterkait sesuai kapasitas dan perannya masing-masing (fasilitasi, pendampingan, dan anggaran) (S2, S3, O4).

5. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan hutan negara dengan penerapan agroforestri intensif (S1, O4)

Ancaman/threats(T)

1. Peningkatan perambahan kawasan hutan negara oleh masyarakat dari luar desa setempat

2. Terbatasnya dana fasilitasi program yang dianggarkan olehstakeholderterkait

3. Terbatasnya sumberdaya manusia yang dimiliki stakeholderterkait yang dapat memfasilitasi Hutan Desa

4. Koordinasi antarstakeholderterkait kurang berjalan baik

Strategi W-T

1. Membuat kesepakatan dengan desa yang bersebelahan mengenai batas-batas wilayah desa (W1, T1)

2. Meminta pihak terkait untuk melakukan sosialisasi mengenai program Hutan Desa kepada masyarakat desa dan masyarakat penggarap lahan hutan (W3, W4, T1, T2, T3, T4).

3. Memintastakeholderterkait untuk meningkatkan koordinasi dan mengoptimalkan fasilitasi program hingga ke desa (W3, T2, T3, T4).

4. Stakeholderterkait harus meningkatkan kapasitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan mengenai Hutan Desa untuk Fasilitator, Pendamping, dan Lembaga Pengelola Hutan Desa (W3, W4, T3, T4).

5. Membiarkan pola budidaya yang telah ada dan diterapkan oleh penggarap lahan hutan negara saat ini (W2, T1)

Strategi S-T

1. Membentuk lembaga pengelola hutan desa yang beranggotakan masyarakat desa dan masyarakat luar desa yang menggarap lahan hutan negara di Desa Tanjung Aur II (S1, S2, S3, T1). 2. Menetapkan kewajiban lembaga pengelola untuk memberikan

kontribusi/kompensasi ke kas desa/kas lembaga desa yang sebagiannya dipergunakan untuk mendukung pembiayaan fasilitasi program secara mandiri (S2, S3, T2).

3. Menetapkan kewajiban lembaga pengelola untuk mencegah dan melindungi kawasan hutan negara yang termasuk dalam areal kerja hutan desa dan areal di sekitarnya dari berbagai ancaman perambahan dan perusakan hutan (S1, S2, S3, T1, T2). 4. Mencari dan meminta dukungan daristakeholderterkait

ataupun pihak-pihak lainnya yang memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk melakukan fasilitasi dan pendampingan (S2, S3, T3, T4).

5. Memasukkan rencana implementasi dan pengembangan Hutan Desa ke dalam RPJMDes dan Rencana Tahunan Desa Tanjung Aur II (S1, S2, S3, T1, T2).

61

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Manna, Bengkulu Selatan pada tanggal 15 Desember 1983. Penulis merupakan putra pertama dari Ayahanda Dulana Ra'it (alm) dan Ibunda Zuhaibaniah. Penulis menikah dengan Kristina Paskana, S.S.T., M.Kes. dan dikaruniai seorang putri yang diberi nama Asha Ardhiona Bunga Silvana.

Pendidikan dasar diselesaikan penulis di SDN 2 Manna. Pendidikan menengah pertama ditempuh penulis di SMPN 1 Manna dan pendidikan menengah atas di SMUN 5 Manna. Pada tahun 2002, penulis melanjutkan studi di Program Studi Budidaya Hutan, Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu dan meraih gelar sarjana pada tahun 2006 dengan predikat cum laude. Pada tahun 2013, penulis mendapatkan beasiswa tugas belajar dalam negeri dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan, Kementerian Kehutanan sebagai karyasiswa program magister (S2) pada program studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Pendidikan program magister ini ditempuh selama 2 tahun 3 bulan dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,81.

Penulis pernah bekerja sebagai karyawan divisi administrasi dan akunting CV Jaya Makmur Bengkulu (2005 - 2006) dan karyawan divisi

collecting and remedial PT Federal International Finance Tbk Bengkulu (2007). Penulis mengawali karir sebagai pegawai negeri sipil di Departemen Kehutanan pada tahun 2008. Jabatan terakhir penulis sebelum menjadi karyasiswa adalah sebagai Pejabat Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan Muda di Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kahayan (UPT Ditjen BPDASPS Kemenhut), Kalimantan Tengah.

Dokumen terkait