• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simpulan

Berdasarkan dari beberapa hasil kegiatan penelitian, rangkuman kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Ciri umum Sapi Katingan adalah bergelambir dan berpunuk seperti pada umumnya sapi Bos indicus, namun karakteristik morfologinya sebagai penciri ditunjukkan pada sapi betinanya berupa tanduk melengkung ke depan dan ada tonjolan di atas kepala di antara dua tanduknya.

2. Sapi Katingan secara fenotipik (kualitatif dan kuantitatif) dan genetik mempunyai keragaman yang tinggi.

3. Ketersediaan sumberdaya lahan, pakan dan SDM secara kualitas dan kuantitas sangat memungkinkan Sapi Katingan bisa dikembangkan lebih baik lagi di lokasi habitatnya.

4. Peningkatan produksi dan reproduksi Sapi Katingan dilakukan melalui perbaikan mutu genetik mengacu kepada keragamannya yang tinggi dan berbagai aspek yang terkait dengan budidaya dengan tetap memperhatikan sosial budaya dan agama masyarakat setempat.

5. Umur pubertas Sapi Katingan dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama pakan (mineral) dan sukses reproduksi sapi betina pada manajemen ekstensif tradisional sangat ditentuan oleh fertilitas pejantan dominan.

6. Pelestarian dan pengembangan Sapi Katingan dilakukan melalui strategi yang bersifat agresif jangka pendek berdasarkan pertimbangan faktor internal (kekuatan) dan eksternal (peluang). Rencana aksi yang bersifat operasional dibuat diantaranya dengan mempertimbangkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada Sapi Katingan ini serta sosial budaya dan agama masyarakat setempat.

Saran

Berdasarkan hasil dari beberapa kegiatan penelitian, maka ada beberapa hal yang perlu disarankan, yaitu:

1. Sapi Katingan merupakan aset dan modal dasar untuk pembentukan rumpun unggul masa depan untuk itu perlu di lestarikan dan dikembangkan. Penelitian- penelitian yang menyangkut berbagai aspek yang terkait dengan Sapi Katingan perlu dilakukan pada populasi yang lebih besar dan lebih menyebar terutama pada wilayah-wilayah pemeliharaan yang terisolir.

2. Peningkatan kualitas sapi dilakukan dengan cara seleksi dengan tetap mempertahankan keragaman genetiknya.

3. Pelestarian plasma nutfah Sapi Katingan dilakukan melalui kegiatan konservasi dan wilayah konservasi yang disarankan adalah Desa Buntut Bali.

4. Diusulkan untuk penetapan rumpun baru Sapi Katingan sebagai sapi lokal Kalimantan Tengah sehingga diakui secara legal formal.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah MAN. 2008. Karakterisasi genetik sapi Aceh menggunakan analisis keragaman fenotipk, daerah D-Loop DNA mitokondria dan DNA mikrosatelit [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

traits of zebu dairy cattle. Rev Med Vet 19:11-20. Abstract.

Astuti M. 2004. Potensi dan keragaman sumberdaya genetik sapi Peranakan Ongole (PO). Wartazoa 14 (3):98-106.

Astuti M, Agus A, Gede SBS, Aryadi B, Yusiati LM, and Anggriani M. 2007. Peta Potensi Plasma Nutfah Ternak Nasional. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta: Ardana Media dan Rumah Produksi Informatika.

Azmi, Gunawan, Suharnas E. 2006. Karakteristik morfologis dan genetik Itik Talang benih di Bengkulu. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor: Puslitbang Peternakan.

Bailey JD. 2003. An Approach to The Measurement of Sexual Behavior in The Bull (Bos taurus) Using Variable Female Stimulus Condition [dissertation]. The University of Kentucky.

Berthouly C et al. 2008. Using molecular markers and multivariate methods to study the genetic diversity on local European and Asian chicken breeds.

Anim Genet 39:121-129.

Brito LF et al. 2004: Sexual development in early- and late-maturing Bos indicus and Bos indicus x Bos taurus crossbred bulls in Brazil.

Theriogenology 62:1198-1217. Abstract.

Bugiwati SRA. 2007. Pertumbuhan dimensi tubuh pedet jantan Sapi Bali di Kabupaten Bone dan Barru Sulawesi Selatan. J Sains & Teknologi 7(2):103-108.

Burriel et al. 2007. Genetic diversity and relationships of endangered Spanish

Carruthers CR. 2009. Comparison of Canadian and international Angus Cattle population using gene variants and microsatellites [thesis). The University of Saskatchewan.

Chamdi AN. 2005. Karakteristik sumberdaya genetik ternak sapi Bali (Bos- bibos banteng) dan alternatif pola konservasinya (Review).

Biodiversitas 6(1):70-75.

Chenoweth PJ. 1981. Libido and mating behaviour in bulls, boars and rams: a review. Theriogenology 16:155-177.

Chenoweth PJ. 1983. Sexual behavior of the bull: A review. J Dairy Sci

66:173-179.

Darmono. 2009. Menyiasati Peran Suplemen Logam dan Mineral Terhadap Kesehatan Ternak Menuju Swasembada Daging. Orasi Pengukuhan Profesor Riset. Jakarta: Badan Penellitian dan Pengembangan Pertanian. [Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan. 1997. Konsep Pengembangan dan

Pelestarian Plasma Nutfah Ternak Nasional. Konsep Umum, Konsep Teknis. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan.

[Dirjennak] Direktur Jenderal Peternakan. 2009. Peraturan Direktur Jenderal Peternakan Nomor: 21080/Kpts/PD.410/F/10/2009 Tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Perbibitan Sapi Lokal/Eksotik. Jakarta: Direktur Jenderal Peternakan.

Ellegren H. 2004. Microsatellites: simple sequences with complex evolution. Nat Rev Genet 5:435–445.

Fries R, Ruvinsky A. 1999. The Genetics of Cattle. New York: CAB International Publishing.

Getzewich KE. 2005. Hormonal regulation of the onset puberty in purebred and crossbred Holstein and Jersey heifers [thesis]. The Virginia Polytechnic Institute and State University

Gholizadeh M, Mianji GR. 2007. Use of microsatellite markers in poultry research. Int J Poul Sci 6(2):145-153.

Hafez B, Hafez ESE. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7th ed. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins.

Handiwirawan E, Subandriyo. 2004. Potensi dan Keragaman Sumberdaya Genetik Sapi Bali. Wartazoa 14(3):107-115.

Hanotte O, Jianlin H. 2005. Genetic characterization of livestock populations and its use in conservation decision-making. Nairobi: International Livestock Research Institute (ILRI). Online:

Hardjopranjoto S. 1983. Biologi reproduksi kerbau lumpur (Bubalus bubalus) ditinjau dari segi kesuburan, hormon kelamin, morfologi kelenjar hipofisa dan spermatozoa [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Hardjosubroto W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Hartati, Sumadi, Subandriyo, Hartatik T. 2010. Keragaman morfologi dan diferensiasi genetik Sapi Peranakan Ongole di peternakan rakyat. JITV

15(1): 72-80.

Ibeagha EM, Jann OC, Weimann, Erhardt G. 2004. Genetic diversity, introgression and relationship among West/Central African cattle breeds. Genet Sel Evol 36: 673-690.

Jain AK, Muladno M. 2009. Selection criteria and breeding objectives in improvement of productivity of cattle and buffaloes. In: Strategies and Criteria for Improved Breeding. Vienna: IAEA.

Johari S, Kurnianto E, Sutopo, Aminah S. 2007. Keragaman protein darah sebagai parameter biogenetik pada sapi Jawa. J Indon Trop Anim Agric

32 (2):112-118.

Kim KS, Min MS, An JH, Lee H. 2004. Cross-species amplification of Bovidae microsatellites and low diversity of the endangered Korean Goral. J Heredity 95: (6):521–525.

[KNPN] Komisi Nasional Plasma Nutfah. 2002. Pedoman Pengelolaan Plasma Nutfah. Jakarta: Badan Litbang Pertanian. 42 halaman.

Kurnianto E, Sumeidiana I, Astuti PP. 2008. Evaluasi keunggulan genetik sapi perah betina untuk program seleksi. J Indon Trop Anim Agric

33(3):186-190.

Kurniawan, Haranida I, Hadiatmi, Asadi. 2004. Katalog Data Paspor Plasma Nutfah Tanaman Pangan. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.

Liron JP, Garcia PP, Giovambattista G. 2006. Genetic characterization of Argentine and Bolivian Creole Cattle breeds assessed through microsatellite. J Hered 97(4):331-339.

Lunstra DD, Ford JJ, Echterncamp SE. 1978. Puberty in beef bulls: hormone concentrations, growth, testicular development, sperm production and sexual aggressiveness in bulls of different breeds. J Anim Sci 46:1054- 1062.

McCool CJ and Entwistle KW. 1989. The development of puberty and sexual maturity in the Australian Swamp buffalo bull. 32(2):171-184. Abstract. Online:

Tanggal 17 Juni 2011.

Machado MA, Schuster I, Martinez ML, Campos AL. 2003. Genetic Diversity of Four Cattle Breeds Using Microsatellite Markers. R. Bras. Zootec

32(1):93-98.

Mao Y. et al. 2008. The analysis of genetic diversity and differentiation of six Chinese cattle populations using microsatellite markers.

Martojo H. 1992. Peningkatan Mutu Genetik Ternak. Bogor: Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB.

Martojo H. 2003. Indigenous Balli Cattle: The Best Suited Cattle Breed for Sustainable Small Farm in Indonesia. Laboratory of Animal Breeding and Genetics, Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University, Indonesia.

Masle S. 2007. Multistage QTL mapping strategy in an advanced backcross cattle population (dissertation). the Ludwig-Maximilians-University. Mayulu H, Sunarso, Sutrisno CI, Sumarsono. 2010. Kebijakan pengembangan

peternakan sapi potong di Indonesia. J Litbang Pert 29(1):34-41.

Metta M, Kanginakudru S, Gudisewa S, Nagaraju J. 2004. Genetic characterization of the Indian cattle breeds, Ongole and Deoni (Bos indicus), using microsatellite markers – a preliminary study. BMC Genetics 5(16):1-5.

Muladno. 2010. Menata Perbibitan Ternak dalam Menjamin Ketersediaan Bibit/Benih Ternak di Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar IPB, 25 September 2010. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Nguyen TT et al. 2007. Genomic conservation of cattle microsatellite loci in wild gaur (Bos gaurus) and current genetic status of this species in Vietnam. BMC Genetics 8:1-8.

Noor RR. 2008. Genetika Ternak. Ed ke-4. Depok: PT. Penebar Swadaya. Novoa MA, Usaquén W. 2010. Population genetic analysis of the Brahman

cattle (Bos indicus) in Colombia with microsatellite markers. J Anim

Breed and Genet

Otsuka J, Kondo J, Simamora S, Mansjoer SS, Martojo H. 1980. Body- measurements of the Indonesian native cattle. The Origin and Phylogeny of Indoensia Native Livestock (report by Grant-in-Aid for Overseas Scientific Survey, No.404315). The Research Group of Overseas Scientific Survey. page 7-18.

Paat PC, Sudaryanto B, Sariubang M, Setiadi B. 1992. Effek Skala Usaha Pembibitan Kambing PE terhadap Efisiensi dan Adopsi Teknologi. Prosiding Saresehan Usaha Ternak Kambing dan Domba Menjelang Era PJPT II. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.

Pane I. 1993. Pemuliaan Ternak Sapi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Pereira et al. 2003. Genetic characterization of shouthwestern european bovine

breeds: A historical and biogeographical reassessment with a set of 16 microsatellite. J Hered 94(3):243-250.

Priyanto D, Setiadi B, Martawidjaja M, Yulistiani D. 2001. Peranan Usaha Ternak Kambing Lokal Sebagai Penunjang Perekonomian Petani Di Pedesaan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.

Regitano LCA, Martinez ML, Machado MA. 2006. Moleculer aspects of bovine tropical adaptation. 2006. 8th World Congress on Genetics Applied to Livestock Production, August 13-18, 2006, Belo Horizonte, MG, Brasil

Tanggal 28 April 2011.

Rekwot P, Ogwu D, Oyedipe E, Sekoni V. 2000. Effects of bull exposure and body growth on onset of puberty in Bunaji and Friesian Bunaji heifers.

Reprod Nutr Dev 40:359–367.

Riwantoro 2005. Konservasi plasma nutfah Domba Garut dan strategi pengembangannya secara berkelanjutan [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Russo V, Fontanesi L. 2004. Coat colour gene analysis and breed traceability. Speech held on the occasion of the 7th World Conference of The Brown Swiss Cattle Breeders-Bruna. On line

Tanggal 3 Mei 2011.

Sarbaini. 2004. Kajian keragaman karakteristik eksternal dan DNA mikrosatelit sapi pesisir Sumatera Barat [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Senger PL. 1999. Pathways to Pregnancy and Parturition. 1st revised Ed. Current Conceptions, Inc. Pullman, WA.

Sumarno. 2002. Penggunaan bioteknologi dalam pemanfaatan dan pelestarian plasma nutfah tumbuhan untuk perakitan varietas unggul. Seminar Nasional Pemanfaatan danPelestarian Plasma Nutfah. Kerjasama Pusat Penelitian Bioteknologi IPB dan KNPN Deptan.

Soeroso. 2004. Performans sapi Jawa berdasarkan sifat kuantitatif dan kualitatif [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Son CH, Kang HG, Kim SH. 2001. Application of progesterone measurement for age and body weight at puberty, and postpartum anestrus in Korean Native Cattle. J Vet Med Sci 63(12):1287-1291.

Subandriyo dan Setiadi B. 2003. Pengelolaan plasma nutfah hewani sebagai aset dalam pemenuhan kebutuhan manusia. Makalah disampaikan dalam Lokakarya Pemantapan Pengelolaan Database dan Pengenalan Jejaring Kerja Plasma Nutfah Pertanian, Bogor, 21-28 Juli 2003, Komisi Nasional Plasma Nutfah.

Sun W, Chen H, Lei C, Lei X, Zhang Y. 2008. Genetic variation in eight Chinese cattle breeds based on the analysis of microsatellite markers.

Genet Sel Evol 40:681-692.

Supranto J. 1998. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Sutarno. 2009. Penggunaan teknik molekuler untuk memperbaiki sifat-sifat produksi hewan ternak. Orasi Ilmiah Guru Besar UNS. Solo: Universitas Sebelas Maret. Online:

Tanggal 3 Mei 2011.

Toelihere MR. 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung: Penerbit Angkasa.

Tomaszewska MW, Sutama IK, Putu IG, Chaniago TD. 1991. Reproduksi, Tingkah Laku, dan Produksi Ternak di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Turner HN. 1981. Animal genetic resources. Int Goat and Sheep Res 1(4):243- 247.

Utoyo DP. 2002. Management of the Farm Domestic Animal Genetic Resources in Indonesia. In Animal Genetic Resources. Jakarta: Directorate Generale of Livestock Services.

Widjaja E, Firmansyah A. 2002. Kontribusi ternak dalam sistim usahatani di lahan gambut (Studi kasus di Kelurahan Kalampangan, Palangka Raya). Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. hal. 107-112.

Wiyono DB, Aryogi. 2007. Petunjuk Teknis Sistem Perbibitan Sapi Potong. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.

Zhang X, Leung FC, Chan DKO, Chen Y, Wu C. 2002. Comparative analysis of allozyme, random amplified polymorphic DNA, and microsatellite polymorphism on Chinese native chickens. Poul Sci 81:1093–1098.

Zulkharnaima, Jakaria, Noor RR. 2010. Identifikasi Keragaman Genetik Gen Reseptor Hormon Pertumbuhan (GHR|Alu I) pada Sapi Bali. Med Pet

Lampiran 1. Kuisener kegiatan penelitian eksploratif Sapi Katingan

KERAGAMAN FENOTIPIK DAN GENETIK, PROFIL

Dokumen terkait