Bab ini menyajikan kesimpulan hasil penelitian dan saran yang dikemukakan berdasarkan temuan di lapangan selama penelitian dilaksanakan terutama berkenaan dengan model pembelajaran tongkat berbicara berorientasi karakter dalam pembelajaran berdebat di kelas X SMAN 1 Palimanan. Penarikan simpulan dilakukan sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan hipotesis.
A. Simpulan
Model tongkat berbicara berorientasi karakter dalam pembelajaran debat merupakan model yang diujicobakan pada penelitian ini. Dengan model ini, siswa diarahkan pada kemampuan berbicara khususnya kemampuan berdebat. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah siswa mampu mengemukakan persetujuan/penolakan terhadap suatu artikel atau pemberitaan.
Proses penerapan model tongkat berbicara berorientasi karakter mengikuti beberapa tahap, yaitu (1) pelaksanaan tes awal; (2) pemberian perlakuan model tongkat berbicara berorientasi karakter; (3) tes akhir; (4) pemberian angket pada kelas ekperimen.
Temuan hasil penelitian, pertama, pembelajaran berbicara khususnya kemampuan berdebat siswa masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini dikarenakan guru memperlakukan sama antara pembelajaran berbicara dengan pembelajaran membaca nyaring. Siswa sendiri cenderung menghafal teks yang disajikan guru bukan menyampaikan isi teks dengan bahasa sendiri. Selain itu, pembelajaran berdebat kurang memberikan pembagian giliran berbicara secara adil sehingga hanya siswa tertentu saja yang aktif berbicara. Dari segi model pembelajaran, penggunaan model terlangsung belum mampu mengukur, mengkoreksi, dan menumbuhkan karakter pada siswa.
Kedua, perlakuan model tongkat berbicara berorientasi karakter pada pembelajaran debat bertujuan membuat siswa memiliki kemampuan berbicara sekaligus akan beroleh pengembangan karakter sehingga pada akhirnya karakter positif akan membudaya pada diri siswa. Karakter-karakter positif sudah ditunjukkan siswa baik pada saat latihan berdebat maupun praktik berdebat menggunakan model tongkat berbicara berorientasi karakter. Hal ini telihat dari sikap sopan serta kesantunan bahasa yang ditunjukkan mereka.
Ketiga, hasil pembelajaran debat dengan menggunakan model tongkat berbicara berorientasi karakter lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran debat dengan menggunakan model terlangsung. Hal ini dapat dilihat pada hasil tes awal dan akhir di kelas ekperimen dengan kelas kontrol yang menunjukkan perbedaan. Artinya sebelum penerapan model dan sesudah penerapan model baik kelas ekperimen maupun kelas kontrol menunjukkan peningkatan.
Hasil tes awal dan akhir di kelas ekperimen untuk pembelajaran debat dengan model tongkat berbicara berorientasi karakter diperoleh t hitung 16,455
dengan n = 25 untuk taraf signifikasi α = 0,05 maka dilihat pada t tabel = 2,021 Dengan memperlihatkan t hitung > tabel atau 16,454 > 2,021, artinya setelah diberi perlakuan kemampuan siswa dalam pembelajaran debat mengalami peningkatan. Sedangkan hasil tes awal dan akhir di kelas kontrol dengan menggunakan model terlangsung diperoleh t hitung 11,686 dengan n =25 untuk
taraf signifikasi α = 0,05 maka dilihat pada t tabel =2,021. Dengan demikian, t
hitung > t tabel atau 11,686 >2,021, artinya setelah diberi perlakuan pembelajaran berdebat dengan model terlangsung mengalami peningkatan.
Berdasarkan data statistik di atas, siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan, akan tetapi untuk siswa di kelas ekperimen mengalami peningkatan cukup tinggi, sedangkan siswa di kelas kontrol peningkatanya kurang dibandingkan kelas ekperimen. Selain itu, berdasarkan hasil observasi penilaian karakter positif didapatkan data bahwa siswa kelas ekperimen lebih banyak memunculkan karakter positif ketika berdebat dibandingkan siswa kelas kontrol.
Keempat, hasil pengolahan angket untuk menggali pendapat siswa tentang kualitas pembelajaran di kelas ekperimen. Kualitas pembelajaran debat dengan
menggunakan model tongkat berbicara berorientasi karakter lebih disukai siswa dibandingkan dengan model terlangsung pada kelas kontrol, baik dari segi kesesuain tujuan dengan bahan, metode, media, dan evaluasi, pemilihan bahan, kemenarikan bahan, dan kesuaian bahan dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.
Hasil analisisis uji beda berdasarkan tes akhir di kelas ekperimen dan kelas kontrol dengan membandingkan t hitung dengan nilai t tabel untuk taraf
signifikasi α = 0,05, maka dicari pada t tabel = 2,021 dengan kriteria pengujian
jika t hitung > t tabel, artinya signifikasi atau hipotesis tersebut benar dan diterima.
Ternyata t hitung > t tabel, atau 4,476 > 2,021, maka data hasil pembelajaran debat di kelas X SMAN 1 Palimanan Kabupaten Cirebon sebagai bukti hipotesis bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model tongkat berbicara berorientasi karakter dengan hasil belajar siswa yang diberi pembelajaran model terlangsung.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai upaya meningkatkan kemampuan berbicara khususnya kemampuan berdebat sebagai berikut.
Pertama, guru hendaknya melakukan berbagai kegiatan berbicara yang dapat dilakukan siswa. Kegiatan berbicara spontan sangat baik dijadikan sebagai latihan sebelum kegiatan berdebat dilakukan karena berbicara spontan bisa menggali kemampuan (skema) siswa berbicara dalam berbagai kondisi.
Kedua, pembelajaran berbicara dengan menggunakan teks boleh saja dilakukan dengan syarat teks tersebut adalah teks yang disusun oleh siswa sehingga siswa terbiasa mengolah, mengemas, dan menyampaikan gagasannya secara lisan. Selain itu, teks yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa.
Ketiga, walaupun keteterampilan berbicara bukanlah bagian dari Ujian Nasioanal, kemampuan berbicara merupakan atribut siswa yang akan
digunakannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penting sekali pembinaan terhadap keterampilan ini terutama kaitannya dengan pembentukkan karakter positif .
Abidin, Yunus. (2012). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama
Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. (1988). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Astri N, Novta Dewi. (2012). Kemampuan Berbicara dan Penerapan Model Pembelajaran Jurisprudensial terhadap Siswa Kelas XI SMK Citra Bangsa. Tesis. UPI Bandung.
Aqib, Zainal. (2011). Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa. Bandung:Yrama Widya
Bullatau, S.J.J. (2007). Teknik Diskusi Kelompok. Yogyakarta: Kanisius
Chaer, Abdul. (2012). Seputar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:Rineka Cipta
Chalil, Komarudin. (2005). 15 Kiat Sukses Menjadi Pembicara yang Menggugah dan Mengubah. Bandung: MQS Publishing
Cooper, Donald R.&Pamela S.Schindler. (2006). Metode Riset Bisnis (Volume 2 edisi 9). Jakarta: Media Global Edukasi
Dananjaya, Utomo. (2010). Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Nuansa Cendekia.
Depdiknas. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.
Fitri, Agus Zaenul (2012). Pendidikan Karakter Berbasis Nilai&Etika di Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Fraenkel, Jack R.&Norman E. Wallen. (1993). How To Design And Evaluate Research In Education. New York: Mc Graw Hill.Inc
Joyce, B. dkk.(1992). Model Of Teaching (Model-Model Pengajaran Edisi 8). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Koesoema A, Doni. (2012). Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh. Yogyakarta: Kanisius.
Nuryanti, B Lena. (2009). 99 Model Pembelajaran (Menuju Guru dan Widyaiswara Profesional. Bandung: Bina Tugas Mandiri
Nurchabibah. (2011). Keefektifan Metode Debat Aktif dalam Pembelajaran Diskusi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kuntowinangun. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta
Nurgiyantoro, Burhan. (2001). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE
Nurjamal, Daeng dkk. (2011). Terampil Berbahasa. Bandung: Alfabeta
Rahmat, Cece. (2011). Menyemai Pendidikan Karakter Berbasis Budaya dalam Menghadapi Tantang Modernitas. Disampaikan pada Seminar Nasional di Institut Hindu Dharma Negeri, Bali. UPI Bandung
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suprijono, Agus. (2010). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Utama
Syamsudin dan Vismaia S. Damaianti. (2006). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung:Rosdakarya
Tarigan, H.G. (2008). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:Angkasa
Sumber Internet:
http://acaciart.com/stories/archives6.html. Diakses minggu, tanggal 26 Mei 2013, pukul 00.50 WIB.
http://detik.com Diakses minggu, tanggal 26 Mei 2013, Pukul 00.17 WIB.
http://viva.co.id Diakses minggu, tanggal 26 Mei 2013, Pukul 03.17 WIB.
http://kompas.com Diakses minggu, tanggal 26 Mei 2013, Pukul 02.00 WIB.