• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1.

SIMPULAN

Temulawak instan merupakan produk Industri Rumah Tangga (IRT) di Desa Benteng, Ciampea, Bogor. Pengolahan temulawak instan menggunakan metode kristalisasi yang sederhana sehingga dapat diaplikasikan pada industri rumah tangga. Berdasarkan hasil uji organoleptik, formula I, II, dan III menunjukkan perbedaan antar formula. Formula III berbeda nyata dengan formula I dan II serta memiliki nilai rata-rata kesukaan panelis yang tertinggi terhadap atribut rasa dan keseluruhan. Formula III ditetapkan sebagai formula terbaik, yaitu formulasi dengan perbandingan jumlah temulawak dan gula pasir adalah 1:2. Karakteristik formula III memiliki keunggulan dibanding dengan formula I dan II (perbandingan 1:1.5 dan 1:1), antara lain penerimaan konsumen yang baik, menghasilkan rendemen produk lebih banyak, serta

meningkatkan volume penjualan sehingga meningkatkan pendapatan (income) yang lebih besar

seiring peningkatan biaya produksi yang tidak signifikan.

Serbuk temulawak instan formula terpilih memiliki waktu rehidrasi 28 detik dan bagian tak larut air sebesar 0,428%. Minuman temulawak instan memiliki kadar air 1,06% (bb); kadar abu 2,84% (bb); kadar lemak 3,51%; kadar protein 2,07% (bb); kadar karbohidrat 90,53%;dan total gula 33,09%. Selain itu, serbuk minuman temulawak instanmemiliki warna kuning dengan nilai L= 52,53; a*= +3,29; dan b*= +29,16. Analisis kelayakan usaha berdasarkan kriteria investasi menunjukkkan bahwa usaha pembuatan minuman temulawak instanpada skala rumah tangga memiliki nilai NPV (Rp11.577.168)>0, Gross B/C (3,7)>1, Net B/C (1,1)>0, dan IRR (33%)> DR (16%) dimana semua nilai tersebut masuk dalam kategori indikator bahwa usaha layak untuk

dilakukan.Nilai ini tercapai dengan HPP tiap bungkus (pcs) minuman instan sebesar

Rp3.642,25dan harga jual tiap bungkus Rp5.000,00. Sertifikasi P-IRT ke Dinas Kesehatan telah berhasil dilakukan siring dengan dikeluarkannya sertifikat P-IRT untuk IRT minuman temulawak instan dengan nomor P-IRT 6123201021009. Sertifikat P-IRT menjadi indikator keberhasilan bahwa IRT minuman temulawak instan telah menerapkan CPPB dan menghasilkan produk yang bermutu dan aman bagi kesehatan konsumen.

6.2.

SARAN

Penelitian ini merupakan langkah tepat bagi keberlangsungan salah satu Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) yang semakin menjamur seiring berjalannya waktu. IRTP berpotensi sebagai lapangan pekerjaan yang baik bagi masyarakat Indonesia. Usaha yang dijalankan sebaiknya berjalan seiring dengan pentingnya status kesehatan masyarakat terkait keamanan produk pangan yang dewasa ini semakin terancam dengan hadirnya pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Penulis menyarankan perlunya penelitian serupa mengenai penerapan Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) dan peningkatan mutu produk industri rumah tangga yang hasilnya berujung pada perolehan sertifikat P-IRT (Produk Industri Rumah Tangga) dari Dinas Kesehatan. Edukasi dan pendampingan mengenai penerapan CPPBdirasa sangat diperlukan oleh para pengusaha IRTP agar pengetahuan mengenai penerapan CPPB dapat diaplikasikan sehingga tercipta produk pangan yang bermutu dan selaras dengan produk pangan yang aman bagi kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah E. 2003. Khasiat dan Manfaat Temulawak: rimpang penyembuh aneka penyakit. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Andarwulan N, Kusnandar F, Herawati D. 2011. Analisis Pangan. Jakarta: Dian Rakyat. Anonim. 2005. Temulawak. http://www.IPTEKnet.id/. [20 Mei 2011]

Anonim. 2008. Minuman Tradisional Indonesia. http://www.google.com/. [6 Juni 2011] Anonim. 2008. Temulawak Instan Komersial. http://www.google.com/. [6 Juni 2011] Anonim. 2011. Pandan. http://www.google.com/. [6 Juni 2011]

Antara NT. 2007. Aplikasi teknik kokristalisasi dalam pengembangan produk minuman sehat. Prosiding Seminar Teknologi Pangan: 325-333.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 1995. Official Methods of Analysis 16th edition. Association of Analytical Chemists. Washington D.C.

Ariawati RR. 2004. Usaha Kecil dan Kesempatan Kerja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Arifin Z, Kardijono. 2005. Temulawak dalam pengobatan tradisional. ProsidingSymposium

Nasional Temulawak. Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia. SNI 01-3140-1992. Gula Pasir. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2001. Standar Nasional Indonesia. SNI -01-3140-2001. Gula Kristal Putih. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

[Balitbangtan] Badan Penelitian dan Pembangunan Pertanian. 2002. Prospek Hasil Pertanian Gula Tebu di Indonesia. http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/20/. [26 Mei 2011]

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2003. Pedoman Sertifikasi Produk Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta: BPOM RI.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2004. Sektor Ekonomi Usaha Kecil Menengah Mikro. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2005. Golongan Industri Rumah Tangga Pangan. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Bennion M dan Scheule B. 2004. Introductory Foods. Prentice Hall.

Chen JCP dan Chou C. 2003. Cane Sugar Handbook : A Manual for Cane Sugar Manufacturers

and Their Chemistry. Canada: John Wiley & Sons Inc.

Chen C, Kuo M, Wu C, dan Ho C. 2006. Pungent compounds of curcuma (Curcuma xanthoiriza

Roxb.) extracted by liquid carbon dioxide. Journal of Agricultural and Food Chemistry 34: 477–480.

Chen C, Veiga MF, dan Rizzuto AB. 2008. Cocrystallization: an encapsulation process. Di dalam:

Deladino L, Navaro AS, dan Martino MN. 2010. Microstructure of minerals and yerba

mate extractco-crystallized with sucrose. Journal of Food Engineering 96: 410–415.

Dachlan SN. 2006. Proses Pembuatan Gula Pasir. Balai Besar Penelitian dan Perkembangan

Industri Hasil Pertanian, Bogor.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. 2012. Pedoman Sertifikasi P-IRT Untuk Industri Rumah Tangga Pangan, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor.

Dipta IW. 2004. Membangun Jaringan Usaha Bagi Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta:

Dulimarta HS. 2000. Kajian stabilitas beberapa formulasi bir pletok (minuman khas betawi) dan pengaruhnya selama penyimpanan. [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Fardiaz D. 1997. Makanan fungsional dan pengembangannya melalui makanan tradisional. Makalah pada Seminar Nasional Teknologi Pangan, 16-17 Juli 1997, Bali.

Geary PM. 2008. The cocrystalization sugar by supersaturation proses [Thesis]. University of Hull.

Goutara dan Wijandi S. 2005. Dasar Pengolahan gula. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Grosch W dan HD Belitz. 2000. Food Chemistry. Springer-Verlag. Heidelberg.

Hamiudin. 2007. Budidaya Temulawak. www.skma.org/budidaya-temulawak-zingiber- officinale.pdf. [13 Februari 2010]

Herlina R, Murhananto J, Endah T, Listyarini, dan ST Pribadi. 2002. Khasiat dan Manfaat Temulawak: Si Rimpang Ajaib. Jakarta: Media Pustaka.

Herman AS. 2005. Berbagai macam penggunaan temulawak dalam makanan dan minuman. Prosiding SymposiumNasional Temulawak. Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran.

Hirasa, Kenji, dan Takemasa M. 2008. Spice Science and Technology. Marcel Dekker, Inc. New York.

Irawati I. 2008. Perbandingan metode penentuan aktivitas antioksidan rimpang temulawak. [skripsi]. Bogor: Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Peranian Bogor. 29

Iskandar A dan Tajudin. 2000. Kristalisasi dan Karakterisasi Senyawa Kurkumin Berbagai

Macam Rempah-Rempah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Iwantono S. 2004. Pemikiran Tentang Arah Kebijakan Pemerintah Dalam Pengembangan Usaha

Kecil dan Menengah. Jakarta.

Jackson EB dan Howling D. 1999. Glucose syrup and starch hydrolysates. Di dalam: Jackson EB (ed). Sugar Confectionery Manufacture. Maryland: Aspen Publisher, pp: 45-47.

James D. 1999. Sugar. Di dalam: Jackson EB (ed). 1999. Sugar Confectionery Manufacture.

Maryland: Aspen Publishers Inc, pp: 99-101.

Khopkar SM. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Saptoharjo, penerjemah.Jakarta: UI Press. Lawless HT dan Heymann H. 2008. Sensory Evaluation of Food Principle and Practices. Kluwer

Academic-Plenum Publisher. New York.

Lees R. 1999. General Technical aspects of industrial sugar confectionery manufacture. Di dalam: Jackson EB (ed). Sugar Confectionery Manufacture. Maryland: Aspen Publishers Inc, pp: 217-220.

Malingre TM. 2001. Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius)Tanaman Berpigmen. Weekbled.

Meilgaard M, GV Civille, dan BT Carr. 1999. Sensory Evaluation Techniques 3rd Edition. CRC Press. Boca Raton.

Moskowitz HR. 2003. Product Testing and Sensory Evaluation of Foods. Food and Nutrition Press, Inc. Wesport.

Mursito B. 2002. Tampil Percaya Diri dengan Ramuan Tradisional. Penebar Swadaya, Jakarta. Nurmalita N, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor : Departemen

Agribisnis.

Paimin FB dan Murhananto. 2001. Analisis Kelayakan Usaha Bisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rainey BA. 1997. Importance of Reference Standards in Training Panelists. Di dalam: Gacula Jr., M. C. 2006. Desciptive Sensory Analysis in Practice. Food and Nutrition Press, Inc. Trumbull, Connecticut.

Redgrove HS. 2003. Spices and Condiments. Sir Issac Pitman and Sons, Ltd. London. Rismunandar. 2008. Rempah-Rempah Komoditi Ekspor Indonesia. CV Sinar Baru. Bandung. Santoso HB. 1998. Kajian Sifat-Sifat Gula Pasir. [skripsi]. Bogor: Jurusan Teknologi Pangan dan

Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Septia E. 2009. Temulawak si perangsang nafsu makan. http://www.detikfood.com/read/ 2009/08/07/134458/1179252/295/temulawak-si-perangsang-nafsu-makan [15 Mei 2012]. Setyaningsih M. 2010. Analisis Sensori. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Setyoningrum P. 2011. Pembuatan Coro Instan Minuman Khas Pati Jawa Tengah [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Shachman M. 2005. The Soft Drinks Companion: A Technical Handbook for The Beverage

Industry. Florida: CRC Press.

Sidik, Mulyono MW, Mutadi A. 2005. Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb). Jakarta: Phyto

Medika.

Sinambela JM. 2005. Fitoterapia, fitostandar, dan temulawak. Di dalam: Prosiding Symposium Nasional Temulawak. Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran, pp: 150-155. Srinivasan K. 2005. Role of spices beyond food flavoring : nutraceutical with multiple health

effect. Food Reviews International 21:167–188.

Sutedjo MM. 2000. Pengembangan Kultur Tanaman Berkhasiat Obat. Rineka Cipta, Jakarta. Syukur C. 2002. Agar Temulawak Berproduksi Tinggi, Cegah Layu Bakteri dan Pelihara secara

Intensif. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tatsawan T. 2009. Material science properties of coconut milk, cheese and emulsion. [disertasi]. Berlin: Berlin Technischen University.

Taufiq M. 2004. Strategi Pengembangan UKM Pada Era Otonomi Daerah dan Perdagangan

Bebas. Jakarta.

Tjiptahadi GB. 1994. Peranan Peralatan Proses dalam Pengembangan Industri Gula Kelapa.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian, Bogor.

UNIDO dan FAO. 2005. Herbs, spices and essential oils post-harvest operations. http://capacitydev.europa./files/document/2010-05-21/Herbs spice_and_essential_oils.pdf. [6 Desember 2011].

Wakidi. 2003. Prospek tumbuhan obat tradisional untuk menghancurkan batu ginjal (urolitikum) [makalah khusus]. Medan: Bagian Farmasi-Kedokteran Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

Widowati S. 2004. Potensi dan status minuman tradisional sebagai pangan fungsional. [makalah]. Bogor: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat.

Wijayakusuma HMH, Dalimarta S, dan Wirian AS. 1996. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Pustaka Kartini, Jakarta.

Yusnita E, Lukman AB. 2000. Macam-Macam Minuman Tradisional Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Dokumen terkait