• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

1. Pepaccur mempunyai variasi tersendiri dibandingkan dengan syair. Variasi tersebut adalah 1) rima pepaccur abcabc dan abab namun ada beberapa bait yang memiliki rima aaab dan abcb, 2) irama yang terbentuk dalam pepaccur berfungsi agar puisi terdengar merdu, mudah dibaca, menyebabkan aliran perasaan atau pikiran tak terputus dan terkonsentrasi sehingga menimbulkan bayangan angan (imaji-imaji) yang jelas dan hidup, dan menimbulkan pesona atau daya magis, 3) nada dalam pepaccur menggambarkan sikap menasihati orang yang berpepaccur dalam bentuk nada relegius dan suasana yang bahagia, 4) kerangka peppaccur terdiri dari pembukaan, isi, dan penutup, berfungsi untuk memudahkan pendengar memahami peppaccur, 5) diksi pepaccur berfungsi untuk menonjolkan bagian tertentu (foregrounding) suatu karya, memperjelas maksud dan menghidupkan kalimat, menimbulkan keindahan menyangkut aspek bentuk sebagaimana dikreasikan penuturnya, menimbulkan kesan religius, dan menampilkan gambaran suasana, 6) tidak selamanya bait pepaccur terdiri dari sampiran dan isi, melainkan semua baris pepaccur tersebut merupakan isi, urutan bait dalam pepaccur terdiri dari bait pembuka yang berisi pemberian salam untuk mengawali dan ucapan maaf di

81

bagian bait, 7) gaya bahasa yang digunakan dalam pepaccur adalah gaya bahasa alegori dan personifikasi.

2. Fungsi pepaccur juga mempunyai kemiripan dengan fungsi syair pada umumnya. Syair berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan maksud, dan sarana untuk mendidik. Hal ini juga merupakan fungsi dari pepaccur pada umumnya. Pepaccur juga berfungsi sebagai saran untuk menyampaikan maksud atau isi hati. Penyampaian maksud atau isi hati ini dapat berupa pengungkapan nasihat, doa, dan harapan-harapan yang diberikan oleh orang yang berpepaccur kepada pasangan pengantin yang menikah dan diberi gelar. Selain itu, pepaccur juga berfungsi seabagai saran untuk memperkenalkan unsur-unsur budaya Lampung. Unsur-unusr budaya Lampung tersebut adalah sistem pengetahuan (nilai kesopanan dan adat istiadat), sistem religi, dan kesenian.

3. Jenis pepaccur dibagi menjadi dua, yakni pepaccur yang isinya berupa ungkapan keagamaan (bersifat religi) dan ungkapan nasihat. Ungkpan nasihat merupakan hal yang paling banyak dijabarkan karena pada umumnya, pepaccur merupakan suatu sarana yang digunakan untuk menyampaikan maksud atau isi hati. Pepaccur merupakan salah satu bentuk sastra lisan Lampung yang sering dipergunakan untuk menyampaikan nasihat kepada calon mempelai pengantin yang akan menikah dan diberi gelar adat.

4. Nilai-nilai kebudayaan yang terkandung dalam pepaccur adalah nilai kesederhanaan, nilai sosial, dan nilai estetika. Kesederhanaan terwujud dalam bait-bait pepaccur yang mangjarkan agar dapat hidup sederhana ketika berumah tangga. Nilai sosial terwujud dalam bait pepaccur yang mengajakan

agar selalu bermasyarakat dengan baik, yakni dengan saling bekerja sama, saling menghormati, dan tolong-menolong. Nilai estetika berupa nilai seni berupa puisi yang mampu memberikan hiburan, nasihat, dan kebahagiaan batin ketika pembaca/penonton mampu meresapi karya tersebut.

5. Pepaccur layak digunakan sebagai materi pembelajaran sastra di SMP kelas IX semester ganjil. Kompetensi dasar yang dipakai adalah menganalisis unsur-unsur syair yang diperdengarkan. Kompetensi dasar tersebut terdapat dalam standar kompetensi memahami wacana sastra jenis syair melalui kegiatan mendengarkan syair.

5..2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan di atas, penulis sarankan hal-hal berikut.

1. Bagi tenaga pendidik, hasil penelitian tentang pepaccur dalam pemberian gelar adat masyarakat Lampung Pepadun dapat dijadikan sebagai materi pembelajaran sastra yang terkait dengan sastra lisan yaitu syair.

2. Bagi peserta didik, hasil penelitian tentang pepaccur dalam pemberian gelar adat masyarakat Lampung Pepadun dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di bidang sastra, meningkatkan peran serta siswa dalam mengapresiasi syair, dan dapat lebih mengenal budaya sastra lisan yang merupakan budaya lokal yang ada di daerahnya.

83

DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana, Sultan Takdir. 2009. Puisi Lama. Jakarta: Dian Rakyat.

Ardianto. 2007. Pembelajaran Sastra Sebagai Sarana Pengembangan Daya Nalar Siswa. 20 November 2013. Dalam Jurnal Iqra Vol 3 (1) 57-67. www: http://jurnaliqro. Files. Wordpress. Com.

Armina. 2013. Pantun Wayak dalam Masyarakat Lampung Barat (Kajian Etnografi). (Disertasi). Universitas Negeri Jakarta: Jakarta.

Balai Pustaka. 2008. Pantun Melayu. Jakarta: Balai Pustaka.

Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Caps. Hamzah, Amir. 1996. Sastra Melayu Lama. Jakarta: Dian Rakyat.

http://aldifima55.blogspot.com/2013/10/pengertian-syair-dan-contohnya/ Diakses 14 Juli 2014.

Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara yang Terlupakan Pengantar Studi Sastra Lisan. Surabaya: HISKI Komisariat Jawa Timur.

Ismayanti. Tanpa Tahun. Manfaat Pembelajaran Lintas Budaya dalam Kepariwisataan. 21 November 2013. www:

http://puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_peserta/40_Ismayanti%20A .par_paper%20Manfaat%20Pembelajaran%20Lintas%20Budaya%20dala m%20Kepariwisataan.pdf.

Istrasari, Santi. 2009. Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Permainan Bulan Desember Karya Mira W: Tinjauan Psikologi Sastra. Surakarta: Uni- versitas Muhammadiyah Surakarta. 21 November 2013. www:

http://google.co.id/search?hl=id&client=firefoxa&hs=3wL&rls=org.mozill a:enUS:official&sa=X&ei=Yg65TfS8CorIvQPskKGiAw&ved=0CBQQB SgA&q=metode+deskriptif+kualitatif+menurut+semi&spell=1.

Jabrohim (Ed). 1994. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antopologi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Koentjaraningrat. 2000. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta:

Mahayana, S. Maman. 2005. Sembilan Jawaban Sastra Indonesia. Jakarta: Bening.

Malik, S. Harto. 2012. Lohidu sebagai Ragam Pantun pada Masyarakat Gorontalo. (Disertasi). Universitas Negeri Jakarta: Jakarta.

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Angkasa. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1998. Struktur Sastra Lisan

Lampung.

Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Estetika Sastra Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sanusi, A Efendi. 1990. Sastra Lisan Lampung. Lampung: Unila. Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra: Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Soetarno. 2008. Peristiwa Sastra Melayu Lama. Surakarta: PT Widya Duta Grafika.

Sukatman. 2009. Butir-butir Tradisi Lisan Indonesia. Yogyakarta: Laksbang Pressindo.

Sumardjo, Jakop. 2007. Arkeologi Budaya Indonesia. Yogyakarta: Qalam. Tarigan, Henri Guntur. 1986. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Teeuw A., 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlngga.

Warren, Austin dan Rene Wellek. 1976. Theory of Literature. London: Penguins Books.

Dokumen terkait