• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simpulan

1. Perlakuan strangulasi ganda dengan jarak 15 cm memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit pamelo pada karakter jumlah cabang, diameter batang, panjang cabang primer, luas daun, lebar tajuk, bobot kering tajuk, bobot kering total, kerapatan stomata dan kandungan K di daun. Peubah tinggi tanaman terbaik diperoleh pada perlakuan strangulasi ganda jarak 10 dan 15 cm. Perlakuan strangulasi tunggal diperoleh hasil terbaik pada peubah bobot kering akar, ratio akar/tajuk, dan kandungan karbohidrat daun. Kandungan klorofil daun (a, b, dan total) tidak dipengaruhi oleh perlakuan strangulasi. Oleh karena hasil strangulasi ganda jarak 15 cm dan strangulasi tunggal 5 cm memberikan hasil terbaik, perlakuan tersebut digunakan pada penelitian selanjutnya yang dikombinasikan dengan teknik pinching dan aplikasi zat pemecah dormansi.

2. Kombinasi strangulasi ganda dengan pinching mampu mempercepat pemunculan tunas. Selain itu kombinasi diantara keduanya juga berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap karakter panjang cabang, panjang akar, luas per daun, luas daun total, bobot kering akar, bobot kering total, jumlah cabang, klorofil a, klorofil b dan bobot kering tajuk sangat berbeda nyata pada perlakuan strangulasi tunggal tanpa pinching. Peubah panjang cabang primer, luas daun, panjang akar, bobot kering akar dan bobot kering total, hasil terbaik diperoleh pada kombinasi strangulasi ganda dan perlakuan pinching. Peubah lebar tajuk, total klorofil dan ratio C/N tidak dipengaruhi oleh kombinasi perlakuan strangulasi dan

pinching.

3. Perlakuan strangulasi dikombinasikan dengan aplikasi BAP dan KNO3 meningkatkan jumlah cabang, panjang cabang, jumlah daun, luas daun dan nisbah C/N pada bibit pamelo. Perlakuan strangulasi dikombinasikan dengan aplikasi KNO3 meningkatkan tinggi tanaman, sedangkan strangulasi dikombinasikan dengan aplikasi BAP akan meningkatkan diameter batang, jumlah total klorofil, klorofil a dan b pada daun bibit jeruk pamelo. 4. Perlakuan pinching dikombinasikan dengan zat pemecah dormansi berupa KNO3 dan BAP

tidak memberikan pengaruh yang nyata pada peubah jumlah cabang, panjang cabang primer, diamater batang, bobot kering akar, dan kerapatan stomata daun. Perlakuan

pinching dikombinasikan dengan KNO3 dan BAP memberikan pengaruh yang nyata terhadap karakter lebar tajuk, luas daun per daun, luas daun total, panjang akar, bobot kering tajuk, dan ratio C/N. Perlakuan pinching dikombinasikan dengan KNO3 berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang, klorofil total, kalium, dan karbohidrat daun.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat efektivitas strangulasi dan pinching

serta aplikasi zat pemecah dormansi (ZPD) setelah tanaman dipindahkan ke lapangan. Hasil yang diperoleh selanjutnya diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan bibit jeruk pamelo khususnya dan secara umum pada jeruk lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina L. 2004. Dasar-Dasar Nutrisi Tanaman. Jakarta (ID): Rineka Cipta Jakarta.

Ashari S. 1995. Hortikultura: Aspek Budidaya. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. hlm 485. Aziz SA. 1998. Perbanyakan Tanaman Jurusan Budidaya Pertanian. Bogor (ID): hlm 41. Badan Litbang Pertanian. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jeruk. Jakarta

(ID): Departemen Pertanian.

Bekta M, Ersoy N. 2010. Branch induction on apple (Malus domestica L.) nursery trees: Effects of Perlan (GA 4+7 +6BA) and pinching. Journal of Food. 8(3-4): 651-654. Bondad ND. 1990. Off season mango production in the Philiphines Proceedings of the

International Seminar off Season Production of Horticultural Crops; Taipei 27 Nov- 3 Dec 1989. Taiwan (TPE): Food and Fertilizer Technology Center 1990. p 72-77. [BPPS] Biro Pusat Statistik 2013. Produksi Buah-buahan di Indonesia. [Internet] [Diunduh

29 November 2013]. Tersedia pada:http//bps.go.id.

[BPTP] Badan Pengkajian Teknologi Pertanian. 2003. Kompilasi Rekomendasi Rakitan Teknologi Pertanian 1998-2003.

Campbell, Neil A, Reece, Jane B, Mitchell LG. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 1.

Chrisman S. 2008. Citrus maxima [Internet].[diunduh 2012 Okt 28]. Tersedia pada: http://www.floridata.com/rf/C/cir_maxcfm.

Dahlia. 2001. Fisiologi Tumbuhan Dasar. Malang (ID): UM Pr.

Darmawan J, Baharsjah SJ. 2010. Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman. Jakarta (ID): SITC. Darmawan M, Poerwanto, Susanto S. 2014. Aplikasi Prohexadion-Ca, Paclobutrazol, dan

Strangulasi untuk Induksi Pembungaan di Luar Musim Pada Tanaman Jeruk Keprok (Citrus reticulata). J. Hort.24 (2) :133-140.

Davenport TL. 2007. Reproductive physiology of mango. Brazilian Journal of Plant Physiology, 19(4), 363-376.

Dirjen Bina Produksi Hortikultura. 2004. Buku Tahunan Hortikultura 2003. Year Book

Hortikultura Seri Tanaman Buah. Departemen Pertanian.

Ditjen Hortikultura. 2006. Standar Prosedur Operasional Pamelo Betasuka. Jakarta (ID): Ditjen Hortikultura. hlm 33.

Djukri, Purwoko BS. 2003. Pengaruh Naungan Paranet Terhadap Sifat Toleransi Tanaman Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott). Ilmu Pertanian 2 (10): 17-25.

Dwidjoseputro D. 1994. Pigmen Klorofil. Jakarta (ID): Erlangga.

El-Yazal MAS, Rady MM. 2012. Changes in Nitrogen and polyamines during breaking bud

dormancy in “Anna” apple trees with foliar application of some compounds. Scientia Horticulturae, 136, 75-80.

Embleton TW, Jones WW, Labanauskas CK, Reuther WJ. 1973. Leaf analysis is a diagnostic tool and guide to fertilization, p. 183–211. In: W.J. Reuther (ed.). The citrus industry. vol. 3. Univ. of California, Div. of Agr. Sci., Berkeley.

Eshghi S, Rahemi M, Karami A. 2010, „Overcoming Winter Rest of Grapevine Grown in Subtropical Regions Using Dormancy-Breaking Agents‟, Iran Agricultural Research, 37(28): 99-106

Erezz A, Lavee S, Samish SM. 1971. Improve methode for breaking rest in the peach and other decidous fruit species. J Amer Soc Hort Sci. 96:519-522.

Gardner FP, Pearce RB, Michell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. hlm 154, 428.

Garnerd MJ, Jones AJ, Armitage AM. 1997. Pinch treatment and photoperiod influence flowering of delphinium cultivars. Hort Science. 32(1):61-63.

Gilman EF, Black RJ. 2011. Pruning landscape trees and shrubs. Florida (US): University of Florida. 863:1-13.

Ginting Y, Rukayah C, Hanolo W. 2008. Pertumbuhan tunas tanaman mangga (Mangifera indica L.) manalagi dan gedong setelah pemangkasan awal dan aplikasi KNO3.

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi II. 7:337-343.

Goldsworthy PR, Fisher NM. 1992. Fisiologi Tanaman. Budidaya Tropik. Terjemahan

Gunrandi R dan Suprapto SJ. Universitas Gadjah Mada Press (ID) :Yogyakarta

Halliday KJ, Martínez-García JF, Josse EM. 2009. Integration of light and auxin signaling.

Cold Spring Harbor perspectives in biology, 1(6), a001586.

Handayani S. 2004. Respon pertumbuhan bibit duku (Lansium domesticum Corr.) dengan penyemprotan giberelin, sitokinin, dan triankontanol [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. hlm 93.

Hardjadi SS. 1996. Pengantar Agronomi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Hartman, Anja, Senning, Peter H, Uwe S, Sophia S. 2011. Reactivation of meristem activity and sprout growth in potato tubers require both cytokinin and gibberellins. American Society of Plant Biologists [Internet]. [diunduh 2011 Mei 10].

Hidayat EB.1995.Anatomi Tumbuhan Berbiji . Bandung (ID): Penerbit ITB.

Hopkins WG. 1995. Introduction to Plant Physiology. Singapore (SG): J Willey and Sons Inc.

Huda S. 2011. Fisiologi tumbuhan. Surabaya (ID): Universitas Airlangga Surabaya.

Islam AKM. 2010. A plant growth and yield of jatropha (Jatropha curcas L.) through apical bud pinching. International Journal of Fruit Science Taylor & Francis Group. 10:281– 293.

Iwagaki I. 1991. Citrus production in Japan: new trends in technology. Food and Fertilizer Technology Center [Internet].[diunduh 2013 Jul 24]. Tersedia pada: http://www.agnet.org.

Krishnamoorthy HN. 1981. Plant Growth Substances Including Applications In Agriculture. New Delhi (IN): McGraw-Hill Publishing Company Limited.

[KEMENTAN] Kementrian Pertanian. 2013. Produksi Nasional Hortikultura Tahun 2000- 2011 [Internet].[diunduh 2013 Jul 23]. Tersedia pada: http://aplikasi.deptan.go.id. Kviklys D. 2006. Induction of feathering of apple planting material sasteigto dzinumu

veidošanās sekmēšana ābeěu stādiem. Journal of agronomy.

Lakitan B. 1995. Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman. Jakarta (ID): PT Raja Grafido Persada. Lakitan B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman. Jakarta (ID) PT

Raja Grafindo Persada.. Hal : 187-192.

Levit J. 1951. Frost, drought and heat resistance. Annual Review of Plant Physiology. 2: 245- 268

Litbang Pertanian. 2009. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jeruk. Jakarta (ID): Departemen Pertanian.

Liu X, Robinson PN, Madore MA, Witney GW, Arpaia ML. 1999. “Hass” avocado

carbohydrate fluctuations. I. Growth phenology. J. Amer.Soc. Hort. Sci. 124 (6): 671- 675.

Manner HI, Buker RS, Smith VE, Ward D, Elevitch CR. 2006. Collection and characterization of Citrus indica tanaka and C. Macroptera Montr. Wild Endangered Species of Northeastern India. Genet Resources Crop. India (IN): 7:1485-1493.

Marschner H. 1995. Mineral Nutrition in Higher Plants. Ed ke-2. London (GB): Academic Pr.

Mataa M, Tominaga S, Kozaki I. 1998. The effect of time of girdling on carbohydrate contents and fruiting in ponkan mandarin. Scientia Horticulturae. 73:203-211.

Mc Cormick AJ, Cramer MD, Watt DA. 2008. Regulation of photosynthesis by sugars in sugarcane leaves. Journal of plant physiology, 165(17), 1817-1829.

Menzel CM, Rasmussen TS, Simpson DR. 1999. Carbohydrate reserves in lychee tree. J Hort Sci. 70(2):245-255.

Meier AR, Saunders MR, Michler CH. 2012. Epicormic buds in trees: a review of bud establishment, development and dormancy release. Tree Physiology, 32(5), 565-584 Mengel K. 1996. Potassium movement within plant and its importance in assimilate

transport. Hal : 408 – 409. In R. D. Munson (ed). Potassium In Agriculture. American Soils Society. 1207 p.

Mukhtar FB, Mohammed M, Ajeigbe AH. 2009. Effect of benzyl amino purine (BAP), coconut milk (CM), and manure applications on leaf senescence and yield in photoperiod sensitive cowpea variety (Kanannado). African Journal of Plant Science.

3(7):142-146.

Munandar A. 2001. Studi arsitektur pohon dalam hubungannya dengan pertumbuhan dan perkembangan durian [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. hlm 90.

Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor (ID): IPB Pr.

Nuraini M. 2008. Pengaruh pemangkasan terhadap pertumbuhan tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 59 hlm.

Niyomdham C. 1997. Citrus maxima (Burm) Merr. Di dalam: Verheij EWM and Coronel RE, editor. PROSEA Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2 Buah-Buahan yang Dapat Dimakan. Jakarta (ID): PT Gedia Pustaka Utama. Hlm 153-157.

Ogren T. 2010. Summer Pruning Pinch an Inch [Internet]. [diunduh 2012 Okt 10]. Tersedia pada: www.allergyfree-gardening.com

Paul MJ, Foyer CH. 2001. Sink regulation of photosynthesis. Journal of experimental botany,

52(360), 1383-1400.

Pangestu R, Supriyanto A, Sugiyatno A, Sakur D, Susanto A. 2004. Penyiapan protokol standar nasional mutu buah pamelo nambangan dari Kabupaten Magetan. Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional Batu. Vol (1):424-431.

Poerwanto R, Efendi D, Setyati S. 1997. Pengaturan pembungaan mangga gadung 21 (Mangifera indica L) di luar musim dengan paclobutrazol dan zat pemecah dormansi.

Hayati. 4(2):41-46.

Poerwanto R, Susanto S. 1996. Pengaturan pembungaan dan pembuahan jeruk siem (Citrus reticulata Blanco) dengan paclobutrazol dan zat pemecah dormansi. J Ilmu Pert Indonesia. 6(2): 39-44.

Prawiranata S, Haran, Tjondronegoro P. 1992. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan 2. Bogor (ID): IPB Pr.

Pudjiono S. 2008. Penerapan perbanyakan tanaman secara vegetatif pada pemuliaan pohon.Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Tersedia pada: http://biotifor.or.id

Putra GA. 2002. Pengaruh strangulasi terhadap pembungaan jeruk besar „Nambangan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Putri LAP, Susanto S, Purwoko BS. 2006. Tanggal fisiologi fase vegetatif jeruk besar cikoneng dan nambangan pada beberapa jenis batang bawah. Jurnal Ilmiah Pertanian Kultura. 41(1).

Rahardi F. 2008. Agar Tanaman Cepat Berbuah. Jakarta (ID): Agromedia. hlm 67.

Rahayu A. 2012. Karakteristik dan evaluasi aksesi pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr) berbiji dan tidak berbiji asli Indonesia [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ramirez F, Davenport TL, Fischer G, Pinzon JCA. 2010. The stem age required for floral induction of synchronized mango trees in the tropics. Hortscience. 45 (10): 1453- 1458.

Ramírez F, Davenport TL. 2010. Mango (Mangifera indica L.) flowering physiology.

Scientia Horticulturae, 126(2), 65-72.

Ryagi VY, Mantur SM, Reddy BS. 2007. Effect of pinching on growth, yield and quality of flowers of Carnation varieties grown under polyhouse. Karnataka J. Agric. Sci.

20(4):816-818.

Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid II. DR Lukman, Sumaryono, penerjemah. Bandung (ID): ITB. hlm 173.

Shabala S, Pottosin I. 2014. Regulation of potassium transport in plants under hostile conditions: implications for abiotic and biotic stress tolerance. Physiol. Plant.151: 257–279.

Shimizu-Sato S, Tanaka M, Mori H. 2009. Auxin-cytokinin interactions in the control of shoot branching. Plant Mol Biol. 69 (4): 429-435.

Sims DA, Gamon JA. 2002, „Relationship between leaf pigment content and spectral reflectance across a wide range of species, leaf structure and development stage‟,

Remote Sensing of Environ., vol. 81, pp. 337-54.

Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Malang (ID): Gadjah Mada University Pr.

Stamm PV, Verma R, Ramamoorthy. 2012. This paper is part of a special issue entitled

„improving crop tolerance to stress‟ manipulation of plant architecture to enhance

lignocellulosic biomass. Singapore (SI): National University of Singapore. Tersedia pada: http://aobpla.oxfordjournals.org.

Suharsi TK. 2000. Pendeteksian vigor kekuatan tumbuh benih jeruk besar (Citrus maxima

(Burm) Merr) untuk batang bawah pada kondisi cekaman oksigen rendah [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. hlm 113.

Susanto DA, Supriyanto A. 2005. Teknik pemangkasan pemeliharaan tanaman jeruk Vol 1 [Internet].[diunduh 2011 Okt 15]. Tersedia pada: http://balitjestro.litbang.deptan.go.id. Susanto S, Minten S, Mursyada A. 2002. Pengaruh strangulasi terhadap pembungaan jeruk

besar (Citrus grandis (l.) Osbeck) kultivar Nambangan. J Agrotropika. 7(1):57-63. Susanto S, Rahayu A, Tyas KN. 2013. Ragam Pamelo Indonesia. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Susanto S, Sugeru H, Minten S. 2010. Pertumbuhan vegetatif dan generatif batang atas jeruk pamelo Nambangan. J Hort Indonesia. 1(2):53-58.

Susanto S. 2013. Jeruk pamelo indonesia potensial dikembangkan. [diunduh 2013 Sep 18]. Tersedia pada: http://www.shnews.co

Supriyanto A. 2008. Model pengembangan agribisnis kebun jeruk rakyat. Balai penelitian tanaman jeruk dan buah subtropika. Prosiding Seminar Nasional Jeruk; 13-14 Juni 2007; Yogyakarta, Indonesia. Yogyakarta (ID). hlm 31-40.

Swamy JS. 2012. Flowering manipulation in mango: A science comes of age. Journal Today’s Biological Sciences: Research and Review, 1, 122-137.

Taiz LE, Zieger. 1998. Plant Physiology. Massachusetts (US): Sinauer Associates Inc.

Taiz LE, Zieger. 2002. Plant Physiology. California. The Benjamin/Cummings Publ. Co., Inc., Redwood City, CA.

Teper B, Paula, Yossi B, Yael L, Shifra Ben-Dor, Inbal S, Vered H, Belausov E, Hanita Z, Naomi O, Amnon L, Dani E. 2012. Release of apical dominance in potato tuber isaccompanied by progmed cell death in the apical bud meristem [Internet]. [diunduh pada 12 April 2013]. Tersedia pada: http://journal.ashspublications.org. Plant Physiology. 158: 2053–2067

Thamrin M, Susanto S, Santosa E. 2009. Efektivitas strangulasi terhadap pembungaan

tanaman jeruk pamelo „Cikoneng‟ (Citrus grandis (L.) Osbeck) pada tingkat beban buah sebelumnya yang berbeda. Jurnal Agronomi Indonesia. 37(1):40-45.

Thohirah LA, Flora CIS, Kamalakshi N. 2010. Breaking bud dormancy and different shade levels for production of pot and cut Curcuma alismatifolia Am. J Agri dan Bio Sci.

5(3):385-388.

Tjitrosomo SS. 1984. Botani Umum 1. Bandung (ID): Angkasa Bandung.

Verheij EWM, Coronel RE. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. hlm 153-171.

Verheij. 2006. Fruit growing in the tropics. Ed-3. Acta Hort. 230:419-426.

Wahyuni RD. 2005. Pengaruh aplikasi paklobutrazol dan KNO3 terhadap pertumbuhan dan pembungaan durian (Durio zibethinus Murr.) cv. Monthong [disertasi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. hlm 113.

Wallerstein I, Goren R, Monselise SP. 1973. Seasonal changes in gibberalin-like substances of Shamouti orange (Citrus sinensis L) Osbeck) trees in relation to ringing. J.Hort. Sci

48:75-82.

Wattimena GA. 1987. Diktat zat pengatur tumbuh tanaman. PAU Bioteknologi IPB. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Bogor (ID): Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Wattimena GA. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman Pusat. Bogor (ID): IPB Press. hlm.145.

Wattimena GA. 1990. Biosintesis dan Metabolisme dari Sitokinin. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wilkins MB. 1989. Fisiologi Tanaman. Jakarta.(ID): Bina Aksara.

Wilson B.2000. Apical control of branch growth and angle in woody plants. Am J Bot 87:601-607. doi:10.230712656846

Wuryaningsih S, Budiarti K, Suhardi. 2008. Pengaruh cara tanam dan metode pinching

terhadap pertumbuhan dan produksi bunga potong anyelir. J Hort. 18(2):135-140. Wu, Sj, Cha, C Ng, Theng, WS, Ho, KC, Shu, YT. 2011. Functional antioxidant and tyronase

inhibitory Properties of extracts of Taiwanese pummelo (Citrus grandis Osbeck).

Aprican Journal of Biotecnology Vol. 10 (39), pp. 7674, 24 july , 2011.

Yamanishi OK, Hasegawa K. 1993. Effect of branch strangulation in late season on reproductive phase of young pummelo tress grown in a plastic house. J Jpn Trop Ag.

37(4):290-297.

Yamanishi OK, Nakajima Y, Hasegawa K. 1994. Effect of strangulation date on reproductive phase of young pummelo trees grown in a plastic house. J Jpn Trop Ag. 38:269-280. Yamanishi OK, Nakajima Y, Hasegawa K. 1995. Effect of trunk strangulation degrees in

late season on return bloom, fruit quality and yield of pummelo trees grown in a plastic house. J Japan Soc Hort Sci. 64(1):31-40.

Yang E, Jiang D, Li J, Yue J. 2009. Effect of stubble height of pincing off growing tip on formatting branches and fruits of eureka lemon young trees. J Agri Sci. Tersedia pada: http://en.cnki.com

Yoshida S, Forno DA, Cock JH, Gomes KA. 1972. Laboratory Manual Physiological Studies of Rice. Ed ke-2. Los Banos (PH): IRRI.

Zhu XR, Matsumoto K. 1988. Effect of 6-benzyl amino purine application and fruit load on the bud sprouting and flowering af satsuma (citrus unshic) trees in a heated green house. Ishs acta horticulturae 230: symposium on high technology in protected cultivation.[diunduh pada 2011 Mar 10]. Tersedia pada: http://www.ishs.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Layout Percobaan I di Lapangan

Keterangan :

0A : Perlakuan tanpa strangulasi tanaman A 0B : Perlakuan tanpa strangulasi tanaman B 1A : Perlakuan strangulasi tunggal tanaman A 1B : Perlakuan strangulasi tunggal tanaman B

2A : Perlakuan strangulasi ganda dengan jarak 5 cm tanaman A 2B : Perlakuan strangulasi ganda dengan jarak 5 cm tanaman B 3A : Perlakuan strangulasi ganda dengan jarak 10 cm tanaman A 3B : Perlakuan strangulasi ganda dengan jarak 10 cm tanaman B 4A : Perlakuan strangulasi ganda dengan jarak 15 cm tanaman A 4B : Perlakuan strangulasi ganda dengan jarak 15 cm tanaman B

I II III IV V S0P0 S2P0 S0P1 S1P0 S1P0 S1P1 S0P1 S1P0 S1P1 S2P0 S0P1 S1P1 S2P0 S2P1 S0P0 S1P0 S2P1 S2P1 S0P0 S1P1 S2P1 S0P0 S1P1 S2P0 S2P1 S2P0 S1P0 S0P0 S0P1 S0P1 Keterangan :

S0 P0: bibit tanpa strangulasi tanpa perlakuan pinching

S0 P1: bibit tanpa strangulasi dengan perlakuan pinching

S1 P0: bibit di-strangulasi tunggal tanpa pelakuan pinching

S1 P1: bibit di-strangulasi tunggaldengan pinching

S2 P0: bibit di-strangulasi ganda tanpa pinching

S2 P1: bibit di-strangulasi ganda dengan pinching

Lampiran 3 Layout Percobaan III di Lapangan

I II III IV V SOD1 SOD2 S1D2 S1D2 S0D2 S1D2 SOD1 S0D1 SOD2 S1D1 S1D1 S1D2 S1D1 S1D1 SOD1 SOD2 S1D1 S0D2 SOD1 S1D2 Keterangan :

S0D1 = perlakuan bibit tanpa strangulasi dengan pemberian KNO3 S0D2 = bibit tanpa strangulasi dengan pemberian BAP 100 ppm S1D1 = bibit di-strangulasi dengan pemberian KNO3

S1D2 = bibit di-strangulasi denganpemberian BAP

II III IV V POD1 POD2 P1D2 P1D2 P0D2 P1D2 POD1 P0D1 POD2 P1D1 P1D1 P1D2 P1D1 P1D1 POD1 POD2 P1D1 P0D2 POD1 P1D2 Keterangan :

P0D1 = bibit tanpa pinching dengan pemberian KNO3 P0D2 = bibit tanpa pinching dengan pemberian BAP P1D1 = bibit di-pinching denganpemberian KNO3 P1D2 = Bibit di-pinching denganpemberian BAP

Lampiran 5 Metode Analisis Kandungan Klorofil (Sims dan Gamon 2002)

Analisis kandungan klorofil dilakukan menurut prosedur (Sims dan Gamon 2002). Cara kerja :

1. Sampel daun diambil yang telah terbentuk sempurna.

2. Sampel daun segar diberi pelubang untuk diambil sampel luasan daun berbentuk lingkaran dan diukur diameternya.

3. Sampel tersebut digerus dengan menggunakan mortal poreslen dan ditambahkan 2 ml aseteris, kemudian masukkan ke mikrotube 2 ml.

4. Sampel dalam mikrotube dicentrifuge 14000 rpm selama 10 menit.

5. Pipet 1 ml suratan, tambahan 3 ml aseteris, lalu masukkan dalam tabung reaksi. 6. Pengukuran absorban menggunakan spektofotometer UV/VIS pada pajang

gelombang 663,647 dan 537. Perhitungan :

Antosianin total (%) = (0.08173) - (0.00697 x A 647) - 0.002228 x A 663. Klorofil a = (0.01373 x A 663) – (0.000897 x A 537) – (0.003046 x A 467) Klorofil b = (0.02405 x A 647) – (0.004305 x A 537) – (0.005507 x A 663) A = nilai absorban pada panjang gelombang

Lampiran 6 Penetapan Kandungan Nitrogen (N) dan Kalium (K) daun dengan Metode Kjeldahl

1. Contoh tanaman kering giling lolos ditimbang sebesar 200 mg kemudian disaring pada saringan 40 mesh dan dimasukkan ke dalam labu kjeldahl.

2. Contoh tanaman pada labu kjeldahl ditambahkan satu canting kecil campuran SeCuSO4 dan Na2SO4.

3. Larutan H2SO4 pekat sebesar 5 mL ditambahkan ke dalam labu kemudian digoyang perlahan-lahan agar semua sampel terbasahi oleh H2SO4.

4. Parafin cair ditambahkan sebesar 5 mL ke dalam labu.

5. Labu dipanaskan di dalam kamar asap dengan api kecil, kemudian perlahan-lahan api diperbesar hingga diperoleh suatu cairan yang berwarna terang (hijau-biru), pemanasan masih dilakukan 15 menit lagi.

6. Aquades sebesar ± 50 mL ditambahkan pada labu kjeldahl, digoyang sebentar dan isi labu kjeldahl dipindahkan ke dalam labu destilasi.

7. Ke dalam labu destilasi ditambahkan 5 mL NaOH 50 %.

8. Destilasi dimulai, destilasi ditampung dengan erlenmeyer 125 mL yang telah diisi campuran 10 ml H3BO3 4 % dan 5 tetes indikator Conway (isi destilat kira-kira 100 mL).

9. Destilat dititrasi dengan HCl yang telah dibakukan, titik titrasi dicapai apabila terjasi perubahan warna dari hijau ke merah muda.

10.Penetapan blanko juga dilakukan seperti cara kerja di atas, tetapi tanpa menggunakan sampel tanaman.

Perhitungan :

% N = (ml titrasi contoh – ml titrasi blanko) x N HCl x 14 x 100 % 200 mg contoh

Keterangan : N = Normalitas 14 = Molekul 3

Lampiran 7 Analisis kandungan karbohidrat dalam bentuk gula total

Sampel halus 0.3 g (bobot kering) dimasukkan ke dalam labu karbohidrat

Sampel halus 0.3 g (bobot kering) dimasukkan ke dalam labu karbohidrat

Ditambahkan HCl 0.7 N 20 mL dan dihidrolisis di atas waterbath selama 2.5 jam

Larutan disaring ke dalam labu ukur 100 mL dan dibilas 3 kali sehingga diperoleh volume 50-60 mL

Ditambahkan indikator Phenol Red 2 tetes (warna larutan merah muda kecoklatan)

Sampel halus 0.3 g (bobot kering) dimasukkan ke dalam labu karbohidrat

Ditambahkan HCl 0.7 N 20 mL dan dihidrolisis di atas waterbath selama 2.5 jam

Ditambahkan indikator Phenol Red 2 tetes (warna larutan merah muda kecoklatan)

Larutan disaring ke dalam labu ukur 100 mL dan dibilas 3 kali sehingga diperoleh volume 50-60 mL

Dinetralkan dengan penambahan NaOH 1 N 14 mL hingga warna berubah menjadi kuning dan kembali berubah merah ungu (lembayung)

Ditambahkan ZnSO4 5 % sebanyak 5 mL sehingga warna kembali

menjadi merah muda

Ditambah Ba(OH)2 5 % sebanyak 5 mL warna merah ungu dan diimpitkan sampai 100 mL

Larutan disaring ke dalam botol plastik 100 mL Lalu dipipet ke dalam tabung reaksi 20 mL, dibuat juga deret standar (0, 5, 10, 15, 20, 25 ppm) dari standar karbohidrat 250

ppm

Ditambahkan pereaksi Cu 2 mL dan dipanaskan 10 menit dalam air panas (warna merah bata)

Lampiran 8 Tahapan Transplanting

Didinginkan lalu ditambahkan pereaksi Nelson 2 mL menjadi berwarna biru tua

Diimpitkan ke 20 mL dan dikocok secukupnya serta ditunggu 20-30 menit

Pereaksi Nelson :

a. Ditambahkan 24 g (NH4)6MO7O24H2O dalam 450 mL aquades.

b. Ditambahkan 21 mL H2SO4 pekat sambil diaduk.

c. Dilarutkan 3 g Na2HAsO47H2O dalam 25 mL aquades.

d. Dicampurkan antara a dan b sampai dihangatkan (37oC) selama 1-2 hari kemudian disimpan dalam botol Dinetralkan dengan penambahan NaOH 1 N 14 mL hingga warna berubah menjadi kuning dan kembali berubah merah ungu (lembayung) Ditambahkan ZnSO4 5 % sebanyak 5 mL sehingga warna kembali menjadi merah muda. Ditambah

Ba(OH)2 5 % sebanyak 5 mL warna merah ungu dan diimpitkan sampai100 mL. Larutan

disaring ke dalam botol plastik 100 mL Lalu dipipet ke dalam tabung reaksi 20 mL, dibuat juga deret standar (0,5,10,15,20,25 ppm) dari standar karbohidrat 250 ppm.

Keterangan:

A = Penimbangan media kedalam polybag ukuran 35 cm x 45 cm B = Pelepasan bibit dari polybag

C = Pengukuran panjang akar

D = Penanaman bibit ke media yang baru

E = Pengaturan bibit sesuai dengan lay out percobaan.

Lampiran 9 Detail Layout Penelitian II, III dan IV Secara Paralel

Lampiran 10 Perlakuan strangulasi tunggal dan ganda

Lampiran 11 Proses pemulihan batang setelah strangulasi

Keterangan: T1 strangulasi tunggal jarak 5 cm, T2 strangulasi ganda jarak 5 cm, T3 strangulasi ganda jarak 10 cm, T4 strangulasi ganda jarak 15 cm.

Strangulasi Tunggal tunas

Lampiran 12 Bentuk tajuk jeruk pamelo pada berbagai perlakuan strangulasi tunggal dan ganda pada umur 19 MSP

Dokumen terkait