• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Simpulan

Simpulan yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. repeat breeder (RB) pada Sapi Bali di Kabupaten Pringsewu adalah sebesar 19,85%;

2. faktor-faktor yang memengaruhi repeat breeder pada Sapi Bali di Kabupaten Pringsewu berasal dari inseminator dan peternak. Faktor yang memengaruhi dari inseminator antara lain pendidikan inseminator yang berasosiasi negatif dengan besar faktor 1,466 dan jumlah akseptor yang berasosiasi negatif dengan besar faktor 0,390 terhadap nilai RB. Faktor yang memengaruhi dari peternak dan berasosiasi positif adalah lama beternak dengan besar faktor 0,067, sedangkan yang berasosiasi negatif adalah jumlah pemberian air dengan besar faktor 0,106, luas kandang dengan besar faktor 0,144 dan sanitasi kandang dengan besar faktor 0,805.

B. Saran

Saran yang ingin disampaikan penulis dari penelitian ini adalah:

1. memberikan pelatihan terhadap inseminator khususnya yang berpendidikan SMA mengenai manajemen reproduksi Sapi Bali;

2. memberikan pelatihan untuk peternak di Kabupaten Pringsewu mengenai manajemen reproduksi dan manajemen pemeliharaan Sapi Bali.

39

DAFTAR PUSTAKA

Agustina dan Purwanti. 2012. Ilmu Nutrisi Unggas. Rumah Pengetahuan. Solo

Anjar, A. 2012. Pemeliharaan Sapi Bali.http://andianjarww2. blogspot.Com /2012/03/ pemeliharaan-sapi-bali.html Diakses 26 Oktober 2014

Astuti, H.Y. 2008. Faktor-faktor yang Memengaruhi Repeat Breeder Pada Sapi Potong di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu. 2014. http://bbppbatu.bppsdmp. deptan.go.id/index.php?option=com_content &view=article&id=277:

peningkatan-produktivitas-ternak-sapi-dengan-sistem-perkawinan-inseminasi-buatan-ib&catid=72: artikel-peternakan Diakses 01 November 2014

Banbury, L.J. 1965. Comments from practical experiencewith swine artificial insemination. Canadian Veterinary Journal. September. 6(9) : 237–240. Bandini, Y. 1999. Sapi Bali. Penebar Swadaya. Jakarta

Bowo, A. 2012. Jenis daging dan kandungan nilai gizi serta manfaatnya. http://gayahidupsehat.wordpress.com Diakses 20 Oktober 2014 Brunner, M. A. 1984. Repeat Breeding. Dairy Integrated Reproductive

Management. Cornell University. www. Repeat breeding.com Diakses 01 November 2014

Cahyono, A. 2013. Penampilan Reproduksi Sapi. http://agis-protekno.blogspot. com/2013/ 10/penampilan-reproduksi-sapi.html Diakses 01 November 2014

Copelin, J.P., M.F. Smith, H.A.Garveric, R.S. Youngguist, M. Vey, and E. K. Inskeep. 1988. Rensponsivenes of bobine corpus luteum to PGF 2á:

Composition of corpora lutea anticipated to have short or normal lifesspans. Journal Animal Science26(5): 1236–1246

40

Darmadja, D. 1980. Setengah Abad Peternakan Sapi Tradisional dalam Ekosistem Pertanian di Bali. Desertasi. Program Pascasarjana. Universitas Pajajaran. Bandung

Darmadja, D. dan P. Suteja. 1976. Masa kebuntingan dan interval beranak pada Sapi Bali. Prosiding Seminar Reproduksi Sapi Bali. Dinas Peternakan I Bali. Denpasar

Davendra, C. T., K. C. Lee, and Pathmasingam. 1973. The productivity of Bali cattle in Malaysia. Malaysian Agri. Journal 49(2):183–197

Dinas Komunikasi & Informatika Kabupaten Pringsewu. 2014. http://pringsewu kab.go. id/bidang-pertanian/ diakses pada 28 Oktober 2014

Gustafsson, H. and U. Emanuelsson. 2002. Characterisation of the repeat breeding syndrome in Swedish dairy cattle.Journal Acta Vet Scand43(2):115–125 Hafez, E.S.E. 1993. Reproduction Failure in Females, 6 th Edition. Lea And

Febiger. Philadelphia

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Gramedia Widia-Sarana Indonesia. Jakarta

Hardjosubroto, W. dan M. Astuti. 1993. Buku Pintar Peternakan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta

Hardjopranjoto, H.S. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Airlangga University Press. Surabaya

Harian Tempo. 2011. Akibat kekeringan dan kurang gizi ratusan sapi gagal bunting. News. http://www.tempo.co/read/news/2011/10/08/180360520/ Akibat-Kekeringan-dan-Kurang-Gizi-Ratusan-Sapi-Gagal-Bunting Diakses 24 Januari 2015

Hastuti, D., S. Nurtini., dan R. Widiati. 2008. Kajian sosial ekonomi pelaksanaan inseminasi buatan sapi potong di Kabupaten Kebumen.Jurnal Ilmu Pertanian.Universitas Gajah Mada. Yogyakarta 4 (2) : 1-12

Irwan. 2011. Peran Air Bagi Hewan. http://irwansipetualang.blo gspot. com/ 2011/ 10/makalah-peran-air-bagi-hewan.html Diakses 24 Januari 2015 Jogjavet. 2008.

https://jogjavet.wordpress.com/2008/03/18/sapi-tidak-bunting-meski-sudah-di-inseminasi-buatan-ib/ Diakses 24 Januari 2015 Johnson, W. H. 1986. Embryo Transfer in Repeat Breeder Cows. Morrow

41

Junaedi. 2011. Feedlot I. Makalah. http://peternakanjunaedi. blogspot.com/2011 _02 _01_archive.html Diakses 8 Februari 2015

Kirby, G.M.W. 1979. Bali cattle in Australia from World Animal Review. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Via Delle Terme. Italy

Moran, J.B. 1978. Perbandingan performance jenis sapi daging di Indonesia. Prosiding Seminar Ruminansia. Ciawi 24-25 Juli 1978. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Bogor

National Research Council. 1983. Little-Konwn Asian Animals with a Promising Economic Future. Washington, D.C. National Academic Press

Nitis, I.M. 1976. Tabiat makan Sapi Bali yang digembalakan vs yang dipatokan di tegalan. Lemb. LPP. Bogor

Nitis, I.M. dan Mandrem. 1978. Korelasi antara tambahan berat badan dengan makanan yang dimakan dan dengan tabiat makan sapi Bali yang

dikandangkan. Pros. Seminar Ruminansia. Direktorat Jenderal Peternakan dan Institut Pertanian Bogor. Bogor

Nurlina, L. 2007. Upaya Transformasi Peternak Sapi Perah Melalui

Keseimbangan Dimensi Sosio Kultural dan Teknis-Ekonomis. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran. http : //www. pustaka.unpad.ac.id/.../ upaya transformasi peternak sapi perah. Diakses 21 Januari 2015

Nuryadi dan S. Wahyuningsih. 2011. Penampilan produksi Sapi Peranakan Ongole dan Peranakan Limousin di Kabupaten Malang. Jurnal Ternak Tropika 12(1): 76–81

Pane, I . 1979 . Performance reproduksi sapi Bali di P3Bali. Proc. Seminar

Kcalulian di bidang Peternakan. FKHP Universitas Udayana. Denpasar Bali Pane, I. 1991. Produktivitas dan breeding sapi Bali. Prosiding Seminar Nasional

Sapi Bali. 2–3 September 1991. Fakultas Peternakan Universitas Hassanudin. Ujung Pandang

Pastika, M. dan D. Darmadja. 1976 . Performance reproduksi sapi Bali. Proc Seminar Reproduksi Sapi Bali, Dispet. Bali

Payne, W.J.A. and D.H.L. Rollinson. 1973. Bali cattle from World Animal Review. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Via Delle Terme. Italy

Payne, W.J.A. and J. Hodges. 1997. Tropical Cattle; Origin, Breeds, and Breeding Policies. Blackwell Sciences

42

PSPK. 2011. Rilis Akhir PSPK 2011. Kementrian Pertanian-Bandan Pusat Statistik. http:// ditjennak.pertanian.go.id Diakses 02 November 2014

Raffly. 2008. Kebutuhan Air Pada Ternak Non Ruminansia. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Robert, S.J. 1986. Infertility in The Cows. In Veterinary Obstetric and Genital Disease(Theriogenology). 3rd edition Published by the author, Woodstock, VT 05091 Ithaca. NewYork

Saka, I.K. 1990. Pemberian pakan dan pemeliharaan ternak kerja. Makalah dalam Pertemuan Aplikasi Paket Teknologi Sapi Potong. BIP Bali, Denpasar 10-13 Desember 1990

Santosa, U. 2004. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta

Sarwono, J. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Penerbit Andi. Yogyakarta

Siregar, S.B. 2003. Penggemukan Sapi. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta Stevenson, T. and U. Anderson. 1980. The influence of heat symptoms and the

time of insemination of cattle on the early and late returns. Nord. Veteriner. 25 (2) : 9-16

Sudono, A. 2003. Beternak Sapi Perah. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta Sugeng, Y.B. 2002. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta

Sumbung, F.P ., D. Patijnur, E.J. Tandi, dan J.R. Batosama. 1978. Peningkatan Produktivitas Sapi Bali melalui Perbaikan Makanannya. Laporan Penelitian Universitas Hasanuddin. Makassar

Talib, C., K. Entwistle, A. Siregar, S. Budiarti-Turner, and D. Lindsay. 2003. Survey of population and production dynamics of Bali cattle and existing breeding programs in Indonesia. Proceeding of an ACIAR Workshop on “Strategies to Improve Bali Cattle in Eastern Indonesia”. Denpasar, Bali Toelihere, M.R. 1981. Ilmu Kemajiran Pada Ternak Sapi, Edisi Pertama. Institut

Pertanian Bogor. Bogor

Toelihere, M.R. 1981. Inseminasi Buatan pada Ternak Perah. Angkasa. Bandung Toelihere, M. R. 2002. Increasing the success rate and adoption of artificial

insemination for genetic improvement of Bali cattle.Workshop on

Strategies to Improve Bali Cattle in Eastern Indonesia. Udayana Eco Lodge Denpasar Bali 4–7 February 2002

43

Williamson, G. dan W.J.A. Payne. 1987. An Introduction to Animal Husbandry in the Tropic, Second Edition, ELBS and Longman Group Limetid. London Windig, J.J., M.P.Calus, and R.F. Veerkamp. 2005. Influence of herd environment

on health and fertility and their relationship with milk production. Journal of Dairy Science 88(1) : 335–47

Yuliana. 2000. Faktor-faktor yang Memengaruhi Repeat Breeder Sapi Perah di Koperasi Peternakan Bandung Selatan Pengalengan Bandung Jawa Barat. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Zemjanis, R. 1980. Repeat Breeding or Conception Failure in cattle; Current Theraphy in Theorigenology. Morrow, D.A., W.B. Saunders Company Philadelphia

Dokumen terkait