• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Terdapat faktor-faktor yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada sepuluh negara kawasan ASEAN+3 selama 2000-2010 seperti investasi modal fisik, pembelanjaan pemerintah, pengeluaran pendidikan. Investasi memiliki koefisien yang paling tinggi dalam memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kenaikan investasi sebesar satu persen akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.51 persen. Pembelanjaan pemerintah berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pada pendidikan terhadap pertumbuhuan ekonomi juga memiliki dampak signifikan dan positif dengan pertumbuhan ekonomi. Tingkat pertumbuhan ekonomi Negara Singapura memiliki rata-rata perubahan tertinggi, yaitu sebesar 1.901527.

2. Pengujian variabel korupsi pada estimasi dampak korupsi terhadap pertumbuhan ekonomi, menunjukkan hasil yang berhubungan negatif. Dapat dikemukakan bahwa korupsi mempunyai pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi pada negara kawasan ASEAN+3 tahun 2000-2010. Jika ditinjau dari hasil estimasi pengaruh korupsi akan menurunkan pertumbuhan ekonomi dengan kenaikan tingkat korupsi sebesar satu persen akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.32 persen. Tingginya tingkat korupsi sektor publik pada negara-negara kawasan ASEAN+3 akan menurunkan GDP perkapita baik pada negara berkembang maupun negara maju. Kualitas institusi yang rendah diindikasikan oleh adanya kegagalan pemerintah (korupsi), memiliki pengaruh yang buruk terhadap kinerja pertumbuhan ekonomi.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka perumusan beberapa rekomendasi kebijakan sebagai berikut:

1. Pemerintah negara berkembang seperti Indonesia, Vietnam, dan Kamboja melakukan perbaikan alokasi investasi modal fisik, baik dari sisi publik maupun swasta. Pemerintah perlu menjamin administrasi yang efisien bagi investor untuk penanaman modal investasi. Transparansi dan kemudahan administrasi merupakan pendorong investasi asing maupun domestik, seperti

yang dilakukan Negara Cina. Dalam pengendalian investasi modal fisik pada pengadaan peralatan yang berteknologi maka dapat memengaruhi produktivitas dan efektifitas dalam mencapai pertumbuhan ekonomi.

2. Pemerintah negara berkembang (Indonesia, Kamboja, dan Vietnam) dapat mengendalikan pembelanjaannnya dengan peningkatan efisiensi anggaran dan memberikan bobot yang besar kepada pembelanjaan yang dapat meningkatkan standar hidup dan pertumbuhan ekonomi. Karena peran pemerintah masih dikatakan cukup besar dalam proses pertumbuhan ekonomi negara ASEAN+3. Pada Negara Indonesia pengalokasian pembelajaan pemeritah kepada pemerataan distribusi pendendapatan dan peningkatan standar hidup seperti pengadaan infrastruktur. Penyalahgunaan pembelanjaan pemerintah pada akan berdampak buruk kepada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

3. Pemerintah negara berkembang (Indonesia, Filipina, dan Thailand) sebaiknya mampu melakukan peningkatan pada pembelanjaan untuk pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan kualitas sumberdaya masyarakat. Masyarakat yang berpendidikan akan memberikan kontribusinya pada pengembangan ilmu pengetahuan dan efektifitas tenaga kerja. Pengadaan biaya sekolah yang murah bagi masyarakat yang berpendapatan rendah dan pengadaan sekolah gratis seperti yang dilakukan Negara Jepang, Korea Selatan, dan Malaysia, akan mendorong semakin banyaknya masyarakat yang berpendidikan.

4. Korupsi akan menimbulkan ketidakefektifan di berbagai aspek ekonomi dan sosial khususnya pada negara berkembang yang memiliki tingkat korupsi yang tinggi (Indonesia, Vietnam, Kamboja, Filipina, dan Cina). Korupsi yang terjadi pada sektor pemerintahan akan menggangu pengalokasian anggaran yang cukup besar untuk kepentingan pembangunan barang publik dan program sosial, maka perlu adanya pengawasan agar tidak ada celah bagi para aparat mengorupsi anggaran tersebut. Selain itu, korupsi dapat menyebabkan kurangnya daya tarik investasi yang disebabkan tingginya pajak investasi. Untuk itu adanya lembaga pengawasan korupsi untuk seluruh lapisan pemerintah yang dapat mengontrol dan mengawasi tindak korupsi. Lembaga pengawas korupsi pada negara bekembang dapat meniru sistem kerja lembaga pengawas korupsi Negara Singapura (Corruption Practices Investigation Bureau) yang bekerja secara efektif mengawas tindak korupsi, hasilnya Negara Singapura memiliki tingkat korupsi yang rendah. Pemerintahan yang demokratis harus sejalan dengan adanya kebebasan politik, berpendapat, dan kebebasan pers yang dapat menunjukkannya kebijakan pemerintah yang transparan sehingga berkurangnya tindak korupsi. Diimbanginya dengan kualitas pengadilan dan konsistensi peraturan, agar tidak adanya celah bagi pemerintah untuk mecari keuntungan. Pemberantasan korupsi tidak mungkin berhasil hanya karena komitmen pemerintah pusat tapi juga harus merupakan seluruh pemerintah daerah, agamawan, dan seluruh elemen masyarakat.

5. Saran untuk penelitian selanjutnya dapat menganalisis Negara Indonesia secara spesifik dengan menggunakan metode distributed lag analysis dengan menganalisis dampak jangka panjang dan jangka pendek korupsi terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu dapat dilakukan penelitian hubungan langsung korupsi terhadap modal manusia dan tingkat investasi.

DAFTAR PUSTAKA

 

Akçay, Selçuk . 2006. Corruption and Human Development. Cato Journal vol 26 Andvig JC, Fjeldtad OH, Amundsen I, Sissener T, Søreide T. 2000. Reasearh on

Corruption: A Policy Riented Survey. [NORAD] Norwegian Agency for Development Co-operation.

Annabi N, Harvey S, Lan Yu. 2007. Public Expenditure on Education, Human Capital and Growth in Canada : an OLG Model Analysis.

Baltagi, B. H. 2005. Econometric Analysis of Panel Data. Third Edition. New York : McGraw Hill Companies Inc.

Brunow S, Brenzel H. 2011. The Effect of A Culturally Diverse Population on Regional Income in EU Regions. Norface Migration Discussion Paper No 2011-21.

Chetwynd Eric, Frances Chetwynd and Bertram Spector. 2003. Corruption and Poverty :A Review of Recent Literature (Final Report). Washington DC : Management System Intrenational.

Corray, Arusha V. 2009. Government expenditure, governance and economic growth. University of Wollongong. 51(3) 401-418.

Damanhuri, Didin S. Ekonomi Politik dan Pembangunan : Teori, Kritik, dan Solusi bagi Indonesia dan Negara Berkembang. Bogor : IPB Press.

Damanhuri, DS. 2006. Korupsi, Reformasi Birokrasi dan Masa Depan Ekonomi Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik. Jakarta : Erlangga Press.

Eatwell J, Milgate M, Newman P. 1990. Capital Theory. The Macmillan Press Limited. Hongkong.

Ehrlich I, and Lui FT. 1999. Bureaucratic Corruption and Endogenous Economic Growth. Journal of Political Economy. 6(107) pt 2j.

ERK N, Cabuk H Altan, ATES S. 1999. Long run Growth and Physical Capital- Human Capital Concentration. Finance and Development. 35(1), 3.

Friedrich, Carl J. 1999. The Pathology of Politics: Violence, Betrayal, Corruption, Secrecy and Propaganda. Di dalam: Hidenheimer AJ, Johnston M, LeVine VT, editor. Political Corruption: A Handbook. Transaction Publisher. New Jersey. Hlm 15-24.

Gujarati, DN. 2004. Basic Econometrics, 4th edition. The McGraw-Hill Companies, New York.

Gupta S, Davoodi H, Tiongson E. 2000. Corruption and The Provision of Health Care and Education Services. International Working Paper. 116.

Gupta S, Davoodi, Alonso-Terme R. 1998. Does Corruption Affect Income Inequality and Poverty?. IMF Working Paper Series WP/98/76. Washington: International Monetary Fund).

Gyimah and Brempong. 2002. Corruption, Economic Growth, and Income Inequality in Africa. Economic of Government Spring-Verlag No 3 (183- 209).

IMF. 2009. Staff Country Report. Cambodia : 2008 Article IV Consultation. Jain A K. 2001. Corruption : A Review. Journal of Economic Surveys. Vol 15

Dokumen terkait