• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simpulan

Hasil pengujian kulit samak tuna menunjukkan bahwa jenis bahan penyamak nabati memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan suhu kerut, kuat sobek, dan elongasi putus kulit samak. Konsentrasi bahan penyamak tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan ketebalan, suhu kerut, kuat sobek, kuat tarik, dan elongasi putus kulit samak. Interaksi dari kedua faktor tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan ketebalan, suhu kerut, kuat sobek, kuat tarik, dan elongasi putus kulit samak.

Kombinasi penyamakan dengan glutaraldehida (3%) dan mimosa (20%) memberikan hasil terbaik pada penelitian ini. Kombinsasi perlakuan ini digunakan untuk menghasilkan kulit samak sebagai bahan baku untuk produk industri tekstil seperti dompet, sabuk atau ikat pinggang, dan aksesoris lainnya. Sifat-sifat fisik kulit samak yang dihasilkan adalah memiliki penambahan ketebalan 20.83%, Suhu kerut 88.8°C, kuat tarik 17.8 N/mm2, perpanjangan putus 41.4%, dan kuat sobek 54.59 N/mm². Nilai sifat-sifat organoleptiknya adalah kelenturan (fell/handle) 6-7 dan warna 7-8.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan proses shaving dan buffing untuk menghilangkan lapisan grain dan daging pada kulit. Selain itu, diperlukan penggunaan jenis bahan fatliquoring dan waktu proses fatliquoring terbaik pada proses penyamakan lanjutan.

21

DAFTAR PUSTAKA

Alfindo T. 2009. Penyamakan Kulit Ikan Tuna (Thunnus sp.) Menggunakan Kulit Kayu Akasia (Acacia mangium Willd) Terhadap Mutu Sifat Fisik Kulit [Skripsi]. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Amwaliya S. 2011. Pengaruh Waktu Oksidasi Terhadap Mutu Kulit Samoa pada Proses Penyamakan Minyak yang Dipercepat dengan Hidrogen Peroksida. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Anonim. 2013. Quebrcho. [Terhubung Berkala]. http://www.encyclopedia.

com/doc/1E1-quebracho. html. (25 Desember 2013)

Anonim. 2013. Tanaman Black Wattle. [Terhubung Berkala]. http://www. encyclopedia. com/doc/1E1-blackwattle. html. (25 Desember 2013)

Arsyad. 2001. Kamus Kimia. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka.

Bossche VVD., G Gavend dan MJ Brun. 1997. Chromium Tanned Leather and Its Environmental Impact. The Chromium File, 4, 1.

Collette BB. 1995. Thunnus orientalis pacific blufin tuna. www.fishbase.com. [20 Desember 2013].

Covington AD. 2009. Tanning Chemistry, The Science of Leather. The Royal Society of Chemistry, Cambridge.

Covington AD. 2011. Prediction in Leather Processing : A Dark Art or a Clear Possibility? Procter Memorial Lecture. 95 (6):231 – 242.

Damink LHHO, Dijkstra PJ, Van Luyn MJA, Van Wachem PB, Nieuwenhuis P, Feijen J. 1995. Glutaraldehyde as a crosslinking agent for collagen-based biomaterials. J. Mat. Sci.; Mats. In Medicine 6:460-472.

[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2008. Potensi dan pemberdayaan ikan tuna. www.dkp.go.id. [20 Desember 2013].

Fahidin dan Muslich. 1999. Ilmu dan Teknologi Kulit. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Faxing L, Yang L, and Youjie H. (2005). Preparation and the Properties of Vegetable Extract Used in Low Temperature Tanning Leather Science and Engineering 15(1): 22-25.

Febianti I. 2011. Penentuan Waktu Oksidasi Terbaik untuk Proses Penyamakan Kulit Samoa Menggunakan Minyak Biji Karet dengan Oksidator Natrium Hipoklorit. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Gumbira-Sa'id E, K. Syamsu, E Mardliyati, A Herryandie, NA Evalia. 2009a. Agroindustri dan Bisnis Gambir Indonesia. IPB Press, Bogor.

Hastuti TU. 2012. Pemanfaatan Limbah Kulit Tuna sebagai Bahan Baku Gelatin dan Kerupuk Kulit guna Meningkatkan Nilai Tambah Di PT Kelola Mina Laut [laporan praktik lapang]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hayami Y. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java, a

Perspective from Sunda Village. CGPRT Center. Bogor.

Heidemann E. 1993. Fundamentals of Leather Manufacturing. Eduard Roether KG, Darmstadt.

Jansen PCM. 2005. Plant Resources of Tropical Africa 3: Dye and Tannins. Wageningen: Backhuys Publishers.

22

Jianzhong MA, Yun L, Bin L, Dangge, G and Likun W. 2009. Synthesis and properties of tannin/ vinyl polymer tanning agents. Accessed 24 March 2011 from http://www.aaqtic.org.ar/congresos/china2009/download/2-4/2-128.pdf Judiamidjojo RM. 1982. Dasar Teknologi dan Kimia Kulit. Fakultas Teknologi

Hasil Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kanth SV, Venba R, Madhan B. et al. 2009. Journal of Cleaner Production. 17, 507.

Mann BR, and McMillan MM. 2000. The Chemistry of The Leather Industry. Christchurch (NZ): G.L Bowron & Co. Ltd.

Duo N, L Yahua, H Jianbing, LV Bin, Z Thing. 2011. A Methode for Measuring Shrinkage Temperature of Leather. Journal of The Society of Leather Technologists and Chemists. Vol. 95 (5): 221-224.

Purnomo E. 1991. Penyamakan Kulit Reptil. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. . 1992. Penyamakan Kulit Kaki Ayam. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Radiman. 1990. General Theory of Tanning Process. Yogyakarta: Leather

Research Institute.

Said MI. 2000. Isolasi dan Identfikasi Kapang serta Pengaruhnya Terhadap Sifat Fisik dan Struktur Jalinan Kulit Kambing Picling serta et Blue dengan Perlakuan Fungisida Selama Penyimpanan. Tesis. Ilmu Pr Jalinan Kulit Kambing Picling serta et Blue dengan Perlakuan Fungisida Selama Penyimpanan. Tesis. Ilmu Peterternakan. Yogyakarta: UGM.

Shi B. 2006. Tannin-Aldehyde Compound (I): Combination Tanning by Vegetable Tanninmodified Glutaraldehyde. China Leather 35(17):1-12.

[SLTC] Society of Leather Technologists and Chemists. 1996. Official methods of Analysis. Northampton (UK): SLTC.

Suparno O. 2005. Phenolic Reactions for Leather Tanning and Dyeing. PHD. Tessis. University of Leicester, Leicester.

Suparno O. 2009. Penyamakan kulit samoa (chamois leather). Bogor: Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Suparno O, IA Kartika, Muslich. 2009a. Chamois leather tanning using rubber seed oil. Journal of The Society of Leather Technologists and Chemists Vol 93. P. 158.

Suparno O, AD Covington and CS Evans. 2005. Kraft lignin degradation products for tanning and dyeing of leather. Journal of Chemical Technology and Biotechnology 80 (1): 44 – 49.

Suparno O, AD Covington, CS Evans. 2008. Teknologi Baru Penyamakan Kulit Ramah Lingkungan: Penyamakan Kombinasi Menggunakan Penyamak Nabati, Naftol dan Oksazolidin. J. Tek. Ind. Pert. Vol. 18(2): 79-84.

Suparno O, Gumbira-Sa’id E, Kartika IA, Muslich, Mubarak S. 2011. An Innovative New Application of Oxidizing Agents to Accelerate Chamois Leather Tanning. Journal of the American Leather Chemists Association. 106(12): 360-366.

Suparno O, Wahyudi E. 2012. Pengaruh konsentrasi natrium perkarbonat dan jumlah air pada penyamakan kulit samoa terhadap mutu kulit samoa. Jurnal Teknologi Industri Pertanian 22 (1): 1-9.

23 LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto-foto bahan dan peralatan yang digunakan

Kulit tuna setelah di washing Kulit tuna dipotong (7cm x 7cm)

Kulit samak tuna untuk uji tarik Kulit samak tuna untuk uji sobek

24

Timbangan Shaker

Drum putar (molen) Thickness gauge

25 Lampiran 2 Prosedur Penelitian

Penyamakan aldehida

Tabel Proses Penyamakan Awal (Suparno et al. 2009a)

Proses Bahan Kimia Jumlah

(% kulit pikel) (b/b)

Waktu Keterangan

Penimbangan

Pencucian 1 NaCl 8-10 20 menit Derajat baume diukur min. 8, jika kurang dari 8 ditambahkan NaCl

Air 200

Pencucian 2 NaCl 8-10 10 menit - Ukur min. 8 boume, jika kurang dari 8 tambahkan NaCl

- Cek pH min. 3, jika kurang tambahkan asam formiat

Air 100 Pre-Tanning Relugan GT 50 3 3 x 15 + 30 menit Relugan GT50 diencerkan dengan air, perbandingan 1:3

Air 9

Natrium Formiat

1 4 x 10 + 20 menit

Natrium Formiat diencerkan dengan air, perbandingan 1:10 Air 10 Natrium Karbonat 2 3 x 15 menit Air 10

Air 10 1 jam pH min 8, jika kurang

ditambahkan Natrium Karbonat

26

Penyamakan nabati

Tabel Proses Penyamakan Nabati (Modifikasi dari Suparno et al. 2008)

Proses Bahan Kimia Jumlah

(% kulit pikel) (b/b)

Waktu Keterangan

Pencucian1 Air 200 20 menit

Penyamakan Sertan ND 2 30 menit Cek pH 4.5

Bahan

penyamak nabati

10, 15, 20 2 x 60 menit

Fiksasi Asam formiat 0.25 3 x 10 + 60 menit

Encerkan dengan air 3 kali (cek pH 3.5) Natrium bikarbonat 1% 2 x 10 + 20 menit Cek pH (4.5-5.5)

Drain Keluarkan cairan dari

molen/jar Pencucian 2 Air (40°C) 150 10 menit

Fatliquoring Fatliquoring agent

8-10 90 menit

Fiksasi Asam formiat 2% 2 x 20 menit Cek pH (3.6-3.8). Jika pH belum sesuai tambahkan asam formiat

Pencucian 3 Air 300 10 menit Cek pH (3.5)

Drain Keluarkan air dari

molen/jar

Horse-up Semalam Sampirkan pada

kuda-kuda

Pengeringan 1-2 hari Bentangkan kulit pada

27 Lampiran 3 Prosedur Analisis dan Uji Sifat Fisik Kulit

Sifat Fisik Kulit

Ketebalan (SLTC, 1996)

Ketebalan kulit diukur dengan cara mengukur ketebalan pada lima titik permukaan kulit dan dihitung rata-rata dari hasil pengukuran. Pengukuran ketebalan menggunakan alat thickness gauge. Alat diletakkan di atas bidang horizontal dengan permukaan yang rata kemudian sampel diletakkan di antara tatakan dan penekan dengan sisi grain berada di atas (jika dapat diidentifikasi). Jika sisis grain-nya tidak dapat diidentifikasi, maka sampel diletakkan dengan salah satu sisi ke atas. Penekan dilepas, ditunggu sekitar 5 detik ±1 detik, kemudian angka yang terbaca pada meteran dicatat.sebagai ketebalan. Hasil ketebalan yang terbaca kemudian dirata-ratakan.

Kuat tarik (SLTC, 1996)

Pengujian kekutan tarik dilakukan dengan menggunakan alat tensile strength tester. Sampel dipasang pada alat penguji dengan cara menjepitkan kedua ujung sampel pada alat penjepit. Jarak antar jepitan adalah 5 cm. Setelah sampel terpasang, mesin dinyalakan dan dimatikan ketika sampel terputus. Nilai kekuatan tarik dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

F = nilai yang terbaca pada alat (kgf) l = lebar kulit yang diuji (mm) t = ketebalan kulit (mm)

Berikut ini adalah bentuk sampel untuk uji kekuatan tarik

Dimensi (mm) :

L l1 l2 B b1 A

55 25 15 5 12,5 5

Perpanjangan putus atau elongasi (SLTC 1996)

Pengujian perpanjangan (elongasi) adalah pengukuran perpanjangan kulit yang ditarik mulai dari kondisi awal sampai dengan akhir yaitu terputusnya kulit pada saat pengujian kekuatan tarik. Perpanjangan dihitung dengan membandingkan perpanjangan kulit ketika terputus pada saat pengujian kekuatan tarik dengan panjang kulit diawal pengukuran. Penghitungan perpanjangan putus dilakukan dengan menggunakan rumus sebagi berikut:

28

L1 = Panjang pada waktu putus (mm) L0 = Panjang mula – mula (mm)

Kuat sobek (SLTC 1996)

Pengujian kekuatan sobek menggunakan alat yang sama dengan uji kekuatan tarik, yang berbeda hanya pada bentuk sampel dan penggunaan alat tambahan pada alat tensile strength tester. Alat tambahan yang digunakan yaitu pengait yang berfungsi untuk menarik sampel uji kekuatan sobek. Sampel dipasang dengan cara mengaitkan bagian tengah sampel pada alat pengait. Alat pengait akan menarik sampel dengan arah yang berlawanan sehingga sampel akan tersobek. Nilai kekuatan sobek yang terbaca pada alat dilihat ketika sampel mulai tersobek dan jarum penunjuk nilai kekuatan sobek pada alat pengujian berhenti. Nilai kekuatan sobek dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

( )

F = Nilai yang terbaca pada alat ( kgf) t = Ketebalan kulit (mm)

Keterangan :

A. Penampang alat uji kekeuatan sobek. B. Bentuk dan ukuran sampel

29 Suhu kerut (SLTC 1996)

Prosedur pengujian :

1. Sampel dikaitkan pada pengait D dan J

2. Sampel dimasukkan ke dalam gelas A yang telah berisi 350±50 ml air destilasi. Kecuali sampel diduga mempunyai suhu pengerutan di bawah 60oC, sampel dimasukkan ke dalam air dengan suhu 50±5oC. Air dipanaskan dengan menjaga kenaikan suhu sebisa mungkin sebesar 2oC per menit. 3. Setiap interval setengah menit, suhu yang terbaca pada termometer M dan

derajat yang terbaca pada pointer G dicatat. Kegiatan ini diteruskan sampai sampel mengalami pegerutan. Kegiatan ini dapat diakhiri setelah sampel tidak lagi mengalami pengerutan seiring dengan kenaikan suhunya. Dengan membaca hubungan antara suhu dan besarnya derajat pergerakan pointer atau dengan menggunakan grafik hubungan antara pembacaan pointer dengan suhu maka dapat ditentukan derajat pengerutan dari sampel tersebut. Suhu pengerutan adalah suhu dimana terjadi pengerutan sampel dengan derajat paling besar.

Keterangan :

A. Penampang alat uji suhu pengerutan.

B. Posisi sampel untuk pengujian suhu pengerutan.

Lampiran 4 Uji Organoleptik

Uji organoleptik dilakukan dengan cara mengindentifikasi beberapa parameter mutu kulit samak tuna diantaranya yaitu: kelenturan (fell/handle) dan warna. Indentifikasi dilakukan oleh panelis ahli yang mengetahui standar mutu kulit samak. Selang nilai yang diberikan adalah 1 – 10 dengan skala nilai 1 adalah sangat kurang dan 10 adalah sangat baik

30

Lampiran 5 Tabel hasil pengukuran kadar tanin bahan penyamak nabati (%) Jenis bahan nabati Kadar tanin

Mimosa 25.26

Gambir 17.24

Quebracho 22.98

Lampiran 6 Tabel hasil pengukuran peningkatan ketebalan kulit (%)

Sampel Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata Standar

Deviasi A1B1 15.13 19.85 17.49 3.34 A1B2 18.84 16.68 17.76 1.53 A1B3 18.02 23.64 20.83 3.97 A2B1 13.40 9.20 11.30 2.97 A2B2 13.27 9.80 11.54 2.45 A2B3 12.42 11.15 11.79 0.90 A3B1 16.00 15.64 15.82 0.25 A3B2 15.53 17.17 16.35 1.16 A3B3 18.54 20.54 19.54 1.41 Keterangan : A1 : mimosa B1 : 10% A2 : gambir B2 : 15% A3 : quebracho B3 : 20%

Lampiran 7 Tabel uji Anova (α = 5%) terhadap peningkatan ketebalan kulit (%) The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

F1 3 A1 A2 A3

F2 3 B1 B2 B3

Ulangan 2 1 2

Number of Observations Read 18 Number of Observations Used 18

31 Source df SS MS F Value Pr > F Jenis Bahan (F1) 2 171.488133 85.744066 15.97 0.0011 Konsentrasi (F2) 2 22.306300 11.153150 2.08 0.1812 Interaksi (F1*F2 ) 4 7.894866 1.973716 0.37 0.8260 Model 8 201.689300 25.211162 4.70 0.0164 Error 9 48.320700 5.368966 Corrected Total 17 250.010000

Lampiran 8 Tabel uji Duncan terhadap peningkatan kebebalan kulit (%)

Duncan Grouping Mean N F1

A 18.693 6 A1

A 17.237 6 A3

B 11.540 6 A2

Alpha = 0.05

Lampiran 9 Tabel hasil pengukuran suhu kerut kulit samak (°C)

Sampel Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata Standar

Deviasi A1B1 90.3 82.3 86.3 4.63 A1B2 91.3 83.0 87.2 4.76 A1B3 90.3 87.3 88.8 1.69 A2B1 79.0 81.0 80.0 1.25 A2B2 80.0 80.7 80.4 0.44 A2B3 79.0 82.3 80.7 2.05 A3B1 82.3 81.3 81.8 0.61 A3B2 81.7 84.0 82.9 1.39 A3B3 83.3 82.3 82.8 0.60

32

Lampiran 10 Tabel uji Anova (α = 5%) terhadap peningkatan suhu kerut kulit (°C) The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

F1 3 A1 A2 A3

F2 3 B1 B2 B3

Ulangan 2 1 2

Number of Observations Read 18 Number of Observations Used 18

Source df SS MS F Value Pr > F Jenis Bahan (F1) 2 148.703333 74.351666 7.89 0.0105 Konsentrasi (F2) 2 3.763333 1.881666 0.20 0.8225 Interaksi (F1*F2 ) 4 4.313333 1.078333 0.11 0.9741 Model 8 156.780000 19.597500 2.08 0.1480 Error 9 84.780000 9.420000 Corrected Total 17 241.560000

Lampiran 11 Tabel uji Duncan terhadap peningkatan suhu kerut kulit (°C)

Duncan Grouping Mean N F1

A 87.417 6 A1

B 82.483 6 A3

B 80.333 6 A2

Alpha = 0.05

Lampiran 12 Tabel hasil pengukuran kuat sobek kulit samak (N/mm)

Sampel Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata Standar

Deviasi A1B1 51.40 54.30 52.85 2.05 A1B2 51.12 56.08 53.60 3.51 A1B3 56.25 52.92 54.59 2.35 A2B1 63.05 67.70 65.38 3.29 A2B2 69.53 65.19 67.36 3.07 A2B3 70.16 67.76 68.96 1.70 A3B1 62.33 63.64 62.99 0.93 A3B2 65.21 63.92 64.57 0.91 A3B3 67.89 70.64 69.27 1.94

33 Lampiran 13 Tabel uji Anova (α = 5%) terhadap kuat sobek kulit samak (N/mm)

The GLM Procedure Class Level Information

Class Levels Values

F1 3 A1 A2 A3

F2 3 B1 B2 B3

Ulangan 2 1 2

Number of Observations Read 18 Number of Observations Used 18

Source df SS MS F Value Pr > F Jenis Bahan (F1) 2 657.1685333 328.5842667 58.41 <.0001 Konsentrasi (F2) 2 45.8334333 22.9167167 4.07 0.0550 Interaksi (F1*F2 ) 4 12.7800333 3.1950083 0.57 0.6926 Model 8 715.7820000 89.4727500 15.90 0.0002 Error 9 50.6306500 5.6256278 Corrected Total 17 766.4126500

Lampiran 14 Tabel uji lanjut Duncan terhadap kuat sobek kulit samak (N/mm)

Duncan Grouping Mean N F1

A 67.232 6 A2

A 65.605 6 A3

B 53.678 6 A1

Alpha = 0.05

Lampiran 15 Tabel hasil pengukuran kuat tarik kulit samak (N/mm²)

Sampel Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata Standar

Deviasi A1B1 19.03 15.69 17.36 2.36 A1B2 19.13 15.68 17.41 2.44 A1B3 19.63 15.88 17.75 2.65 A2B1 16.54 15.14 15.84 0.99 A2B2 16.02 16.68 16.35 0.46 A2B3 15.83 17.24 16.54 1.00 A3B1 16.22 16.53 16.37 0.22 A3B2 16.01 16.85 16.43 0.59 A3B3 16.31 16.75 16.53 0.31

34

Lampiran 16 Tabel uji Anova (α = 5%) terhadap kuat tarik kulit samak (N/mm²) The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

F1 3 A1 A2 A3

F2 3 B1 B2 B3

Ulangan 2 1 2

Number of Observations Read 18 Number of Observations Used 18

Source df SS MS F Value Pr > F Jenis Bahan (F1) 2 5.51621111 2.75810556 0.24 0.7907 Konsentrasi (F2) 2 0.51271111 0.25635556 0.02 0.9779 Interaksi (F1*F2 ) 4 0.21562222 0.05390556 0.00 0.9999 Model 8 6.2445444 0.7805681 0.07 0.9995 Error 9 102.9531500 11.4392389 Corrected Total 17 109.1976944

Lampiran 17 Tabel hasil pengukuran elongasi putus kulit samak tuna (%)

Sampel Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata Standar

Deviasi A1B1 44.04 41.79 42.91 1.59 A1B2 41.34 43.68 42.51 1.65 A1B3 42.40 40.37 41.39 1.44 A2B1 53.46 55.35 54.40 1.34 A2B2 54.51 52.18 53.34 1.65 A2B3 50.82 53.70 52.26 2.04 A3B1 47.97 51.40 49.69 2.42 A3B2 48.02 50.15 49.09 1.50 A3B3 47.54 49.69 48.61 1.52

35 Lampiran 18 Tabel uji Anova (α = 5%) terhadap elongasi putus kulit samak (%)

The GLM Procedure Class Level Information

Class Levels Values

F1 3 A1 A2 A3

F2 3 B1 B2 B3

Ulangan 2 1 2

Number of Observations Read 18 Number of Observations Used 18

Source df SS MS F Value Pr > F Jenis Bahan (F1) 2 374.295211 187.147605 16.21 0.0010 Konsentrasi (F2) 2 7.679744 3.839872 0.33 0.7255 Interaksi (F1*F2 ) 4 0.669988 0.167497 0.01 0.9995 Model 8 382.644944 47.830618 4.14 0.0243 Error 9 103.904150 11.544905 Corrected Total 17 486.549094

Lampiran 19 Tabel uji lanjut Duncan terhadap kuat sobek kulit samak (N/mm)

Duncan Grouping Mean N F1

A 53.334 6 A2

A 49.127 6 A3

B 42.270 6 A1

36

Lampiran 20 Tabel prosedur perhitungan nilai tambah (Hayami 1987) Keluaran (output), Masukan (input), dan Harga

1 Output/produk total (kg/ proses produksi) A 2 Input bahan baku (kg/proses produksi) B 3 Input tenaga kerja (HOK/proses produksi) C 4 Faktor konversi (kg output//kg bahan baku) D = A/B 5 Koefisien tenaga kerja (HOK/kg bahan baku) E = C/B

6 Harga output (Rp/kg) F

7 Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/proses produksi) G Pendapatan dan Keuntungan

8 Harga input bahan baku (Rp/kg) H

9 Sumbangan input lain (Rp/kg) I

10 Nilai output (Rp/kg) J = D*F

11 Nilai tambah (Rp/kg) K = J-H-I

Rasio nilai tambah (%) L % = K/J*100%

12 Pendapatan tenaga kerja (Rp/kg) M = E*G

Bagian tenaga kerja (%) N % = M/K*100%

13 Keuntungan (Rp/kg) O = K-M

Bagian keuntungan (%) P % = O/J*100%

Balas Jasa untuk Faktor Produksi

14 Marjin (Rp/kg) Q = J-H

a. Pendapatan tenaga kerja (%) R % = M/Q*100%

b.Sumbangan input lain (%) S % = I/L*100%

c. Keuntungan (%) T % = O/Q*100%

37

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Torgamba, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 26 Nopember 1991 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Rustam Effendi Hasibuan dan Santi Pasaribu.

Penulis telah berhasil menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01 Torgamba pada tahun 2003. Selanjutnya, penulis menempuh jenjang pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Swasta Torgamba dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2009 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Rantau Utara dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur undangan resmi (USMI). Penulis memilih Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif pada berbagai organisasi kemahasiswaan, antara lain Himpunan Profesi di Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian (HIMALOGIN) sebagai anggota Divisi Industri pada tahun 2010-2011, PASKIBRA IPB sebagai anggota dan pelatih pada tahun 2009-2011, UKM Bola Volly IPB sebagai anggota pada tahun 2010-2014, dan Himpunan Mahasiswa Labuhan Batu (HIMLAB) pada tahun 2009-2014. Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Peralatan Industri Pertanian pada tahun 2013 dan asisten mata kuliah Teknologi Serat, Karet, Gum, dan Resin pada tahun 2013. Penulis juga pernah mengikuti kejuaraan bola volly antar perguruan tinggi se-Indonesia pada tahun 2013.

Penulis telah melaksanakan Praktik Lapang (PL) pada bulan Juli - Agustus 2012 mengenai Aspek Teknologi Proses dan Pengawasan Mutu Crude Palm Oil (CPO) di PT Perkebunan Nusantara IV (PERSERO), Unit Usaha Adolina, Perbaungan-Sumatera Utara.

Dokumen terkait