• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI WILAYAH KECAMATAN SUKARAMI KOTA PALEMBANG

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Simpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. 16 sampel (59,2%) positif Aspergillus dan 3 sampel (11,2%) positif Penicillium.

2. 15 sampel roti yang menggunakan plastik seal yang positif jamur kontaminan sebanyak 11 sampel (73,3%).Sedangkan dari 12 sampel roti yang menggunakan plastik polipropalen yang positif jamur kontaminan sebanyak 8 sampel (66,7%). 3. 8 sampel roti yang di simpan 1-2 hari 6

sampel roti (66,7%) positif jamur kontaminan dan 19 sampel roti yang di simpan 3-4 hari 13 sampel roti (68,4%) positif jamur kontaminan.

4. 7 sampel roti yang diletakkan di dalam ruangan 7 sampel roti (100%) positif jamur kontaminan dan 20 sampel roti yang diletakkan di luar ruangan 12 sampel roti (63,1%) positif jamur kontaminan.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis dapat menyarankan :

1. Kepada para pemilik warung, agar dapat meletakkan roti pada tempat yang tertutup dan tidak lembab agar dapat mengurangi pertumbuhan jamur dengan cepat.

2. Bagi masyarakat (konsumen), agar memperhatikan kemasan dan lama penyimpanan roti di warung sejak roti datang dari produsen sampai dibeli.

3. Bagi peneliti lain agar melanjutkan penelitian ini dengan memeriksa angka lempeng total pada kapang yang ada pada roti home industri.

DAFTAR PUSTAKA

1. Suriawiria, U. 1990. Pengantar Mikrobilogi Umum. Penerbit Angkasa; Bandung

2. Anonim. 2005. Racun tak Mendekat Akibat Penyehatan Makanan. Penerbit Pikiran R a k y a t ; J a k a r t a (http:/www.pikiranrakyat.com) diakses 28 januari 2013

3. S y a r b i n i , H u s i n . M . 2 0 1 3 . R e f e r e n s i Komplet A-Z Bakery. Penerbit Tiga Serangkai ; Solo

4. Dwidjoseputro. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan ; Jakarta.

5. Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1993. Mikrobiologi Kedokteran. Penerbit Binaputra Aksara ; jakarta.

6. Anoname. 2009. Dibalik Empuknya Roti(http:/www.halalguide.info) di akses 28 januari 2013

7. Makfoeld. D, 1993. Mikotoksin Pangan. Kanisius. Yogyakarta

8. Badan POM RI,2011. Mewaspadai Cemaran Aflatoksin pada Pangan. Info POM. Vol 12 No 6 November-Desember

9. Aprianti, Ria. 2007.Gambaran Jamur Aspergillus sp Pada Makanan Jajanan Yang Dijual Di Pasar Cinde Palembang Tahun 2007. Poltekkes Kemenkes Palembang J u r u s a n A n a l i s k e s e h a t a n ( Ti d a k dipublikasikan)

10. F, Lund.1996.Associated Mycoflora Roti Gandum.Technical University of Denmark, L y n g b y , D e n m a r k . (http:/www.ncbi.nlm.nih.gov) di akses 25 Februari 2013

11. BPOM, 2006. Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia Dalam Makanan. Jakarta

12. Setyo, Eddy. M. 2004. Membuat Aneka Roti. Penerbit Penebar Swadaya; Jakarta 13. Setyo, Eddy. M. 2005. Keamanan Makanan

Jajanan Tradisional. Penerbit Kompas; J a k a r t a . ( h t t p : / / w w w. k o m p a s . c o . i d / ) diakses 28 januari 2013

14. Dwidjoseputro. 1978. Pengantar Mikologi. Penerbit Alumni; Bandung.

TAHUN 2014/2015

Refai, Fandianta, dan Isnawaty

Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Palembang

ABSTRAK

Ruang operasi adalah suatu ruang yang memiliki potensi tinggi sebagai penyebab infeksi nosokomial di Rumah Sakit terutama infeksi pada luka operasi. Untuk meningkatkan kualitas udara di ruang operasi, tindakan yang dilakukan adalah pembersihan ruang udara secara menyeluruh dan sterilisasi ruang dengan menggunakan sinar ultraviolet yang benar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perhitungan angka kuman udara pada ruang bedah operasi RS TK. II Dr. A.K. Gani Palembang Tahun 2012, apakah memenuhi syarat sesuai Permenkes No. 986/Menkes/Per/XI/2002.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran keadaan sterilitas udara ruang Bedah Operasi RS. TK. II Dr. A.K. Gani Palembang Tahun 2012 dengan teknik purposive sampling. Yaitu dengan cara pengambilan sampel pada 5 titik di ruang Bedah Operasi, dengan membuka cawan petri berisi media PCA selama 15 menit, lalu diinkubasi di inkubator selama 2 x 24 jam, dan melakukan penghitungan koloni yang tumbuh pada media PCA.

Hasil penelitian, persentasi angka kuman udara ruang operasi yang tercemar oleh mikroorganisme sebesar 100 %. Berdasarkan perhitungan angka kuman udara rata-rata diperoleh hasil 960 koloni/m3, menurut Permenkes No. 986/Menkes/Per/XI/2002 yang menyebutkan persyaratan angka kuman ruang operasi adalah < 350 koloni/m3.

Persentasi angka kuman pada ruang Bedah Operasi RS. TK. II Dr. A.K. Gani Palembang Tahun 2012 dapat disimpulkan belum memenuhi syarat standar Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Cemaran udara ruang bedah operasi yang masih tinggi dikarenakan pengendalian kamar operasi belum diterapkan dengan benar. Disarankan pada pihak RS. TK. II Dr. A.K. Gani Palembang supaya menerapkan standar Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yang bebas dari infeksi kuman penyebab nosokomial, terutama untuk ruang operasi.

Kata Kunci : Infeksi Nosokomial, Sterilisasi, Ruang Operasi.

PENDAHULUAN

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan medis yang memberikan pelayanan medis untuk semua jenis penyakit termasuk infeksi. Di Indonesia kasus penyakit mendominasi karena frekuensinya yang masih tinggi. Dengan demikian, rumah sakit yang memiliki tenaga profesional dan fasilitas medis yang lengkap diharapkan mampu mendiagnosis, mengobati, serta merawat penderita-penderita penyakit infeksi, dengan faktor penyebab mikroba patogen yang beraneka ragam, baik dalam

1

bentuk bakteri, virus, jamur, maupun protozoa . Dari gambaran kondisi tersebut di atas, jelas sulit dan sukar untuk mencegah penularan penyakit infeksi, khususnya mencegah terjadinya “cross infection” atau infeksi silang dari orang/personel tersebut ke penderita- penderita yang sedang dirawat. Kondisi ini

dapat diperparah lagi bila sanitasi rumah sakit

1

tidak terjaga dengan baik .

Penderita yang sedang dalam proses asuhan perawatan di rumah sakit, baik dengan penyakit dasar tunggal maupun penderita dengan penyakit dasar lebih dari satu, secara umum keadaan umumnya tidak/kurang baik, sehingga daya tahan tubuhnya menurun. Penurunan daya tahan tubuh akan mempermudah terjadi infeksi silang karena kuman-kuman, virus, dan sebagainya akan masuk kedalam tubuh penderita-penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan dengan mudah. Infeksi yang terjadi pada penderita-penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan ini

1

disebut Infeksi Nosokomial .

Ruang operasi adalah suatu ruang yang memiliki potensi tinggi sebagai penyebab infeksi nosokomial di Rumah Sakit terutama

infeksi pada luka operasi. Dalam meningkatkan kualitas udara di ruang operasi, tindakan yang dilakukan adalah pembersihan ruang udara secara menyeluruh dan sterilisasi ruang dengan

2

menggunakan sinar ultraviolet yang benar . Kejadian infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien dalam perawatan di rumah sakit. Untuk negara yang telah maju kejadian infeksi ini diperkirakan 5 - 10% dan angka kuman ini makin tinggi di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia yang angka infeksi luka bedahnya dilaporkan sebesar 2,3 –

3

18,3 % .

Berdasarkan hasil pengolahan data infeksi nosokomial Rumah Sakit yang sudah melapor, dapat dilihat bahwa jumlah infeksi nosokomial pada tahun 2004 terdapat di Rumah Sakit Umum lebih tinggi dibanding dengan Rumah Sakit Khusus, hal ini disebabkan karena jumlah pasien jauh lebih tinggi, yaitu 2.590 pasien dari 282.388 pasien beresiko (93,4%), sedangkan di Rumah Sakit Khusus jumlah infeksi nosokomial 182 pasien dari 18.470 pasien

3

beresiko (6,6%) .

Tingginya insiden pada luka operasi dapat membesarkan terjadinya infeksi nosokomial. Salah satu penyebabnya ialah rendahnya kualitas udara ruang operasi di rumah sakit. Oleh karena itu, surveilans lingkungan rumah

4

sakit khususnya operasi sangat diperlukan . Kontaminan mikroba yang paling berbahaya ialah pada ruang operasi bedah karena ruang operasi termasuk ruang operasi bersih yang area operasinya harus bebas dari

5

flora normal .

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang “Sterilitas Udara Ruang Bedah Operasi RS. TK. II Dr. A.K. Gani Palembang Tahun 2012”.

Dokumen terkait