• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nikson Sitorus, SKM., M.Epid Rosalina Purnama Sari, SST Fadly, S.Kom., M.Kom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Nikson Sitorus, SKM., M.Epid Rosalina Purnama Sari, SST Fadly, S.Kom., M.Kom"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

Kesehatan

Jurnal

Jurnal

Kesehatan

(The Journal of Health)

(2)

Kesehatan

Jurnal

Jurnal

Kesehatan

(The Journal of Health)

Penanggung Jawab

drg. Nur Adiba Hanum, M.Kes

Direktur

Ketua Penyunting

Dr. Sonlimar Mangunsong, Apt., M.Kes

Penyunting Ahli

Eddy Susanto, SKM., M.Kes

M. Taswin, S.Si., Apt., MM

Yulianto, SKM., M.Kes

Budi Santoso, SKep., Ns, M.Kep., Sp. Kom

Hana Yuniarti, SKM., M.Kes

Murdiningsih, S.Pd., M.Kes

Dra. Ratnaningsih Dewi Astuti, Apt., M.Kes

Diah Navianti, SPd., M.kes

Ismalayani, SKM., M.Kes

Penyunting Pelaksana

Nikson Sitorus, SKM., M.Epid

Rosalina Purnama Sari, SST

Fadly, S.Kom., M.Kom

Administrasi/Sirkulasi

Annie Kholila Oktora Pulungan, SST

Dwi Ratnawati Hakim, SST

Alamat Redaksi

Politeknik Kesehatan Palembang

Jl. Jend. Sudirman Km. 3 No. 1365 Komplek RSMH Palembang 30126

Telp/Fax : 0711 - 373104

(3)

Pada Air Kolam Renang Lumban Tirta Palembang .

Uji Aktivitas Antibakteri Dari Beberapa Fraksi Ekstrak Akar Bayam Duri (Amaranthus Spinosus L.) Terhadap Bakteri Shigella Sonnei

Mindawarnis, Desri Heryanti. ... 145

Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kejadian Hiperemesis Gravidarum Di RS. Muhammadiyah Palembang

Eka Sri Meliyani, Nikson Sitorus. ... 152

Analisis Gangguan Affek Akibat Gangguan Tidur Pada Individu

Usia 50 Tahun Ke Atas Didesa Sukajadi Baturaja Kabupaten Oku Tahun 2015

Eni Folendra Rosa. ... 162

Cemaran Jamur Kontaminan Pada Roti

Yang Dijual Di Warung Di Wilayah Kecamatan Sukarami Kota Palembang

Erwin Edyansyah, Citra Dwi Lestari. ... 172

Sterilitas Udara Ruang Bedah Operasi

Rs. Tk. Ii Dr. A.k. Gani Palembang Tahun 2014/2015

Refai, Fandianta, dan Isnawaty. ... 178

Gambaran Bakteri Salmonella Pada Sate Kambing Yang Dijual Di Kecamatan Sukarami Kota Palembang

Karneli, Herry Hermansyah, Ayu Novita Sari... 185

Enhancing Writing Achievement And Motivation

1)

On Recount Text Through Journal Writing

Lilis Maryanti. ... 195

Hubungan Usia Dan Partus Terhadap Penggunaan

Kontrasepsi Intra Uteri Device (iud ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Kota Lubuklinggau Tahun 2011

Nadi Aprilyadi, Yeni Elviani dan Zuraida . ... 207

Hubungan Faktor-faktor Karakteristik Wanita Vegetarian Dengan Anemia Defisiensi Besi Di Indonesia Vegetarian Society (ivs) Kota Palembang Tahun 2014

Nurhayati, Guifa Balqissa Zurrila Feti. ... ... 213

Gambaran Obat Kadaluarsa Di Puskesmas Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2014

Puspa IR, Tedi, Fadly. ... 222

Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Swamedikasi Jerawat Pada Siswa SMA Negeri 3 Palembang

Sidri, Putri Sukma Rani. ... 231

Efek Ekstrak Tanaman Tapak Liman (elephantopus Scaber L)

Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Dan Kreatinin Darah Tikus Putih Yang Diinduksi Cisplatin

Ridha Sharlya Triana dan Sonlimar Mangunsong. ... 235

Penetapan Kadar Vitamin C Pada Anggur (vitis Vinifera L.) Dengan Metode 2,6-diklorofenol Indofenol

Ika Yuliana, Subiyandono. ... 241

Gambaran Sekresi Saliva, Kebersihan Gigi Dan Kejadian Karies Pada Anak Sekolah Dasar Negeri 126 Palembang Tahun 2014

Tri Syahniati dan Ismalayani. ... 249

Gambaran Derajat Keasaman Saliva Dan Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Negeri 154 Palembang Tahun 2015

Tri Syahniati. ... 257

Gambaran Hematologis (nilai Hematokrit Dan Jumlah Trombosit)

Pada Penderita Demam Berdarah Dengue Di Rsup Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2015

Ardiya Garini, Witi Karwiti, Delvi Permatasari. ... 264

Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Status Pekerjaan Ibu Dengan Kelengkapan Imunisasi Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber Warasa Kota Lubuklinggau Tahun 2013

Yeni Elviani dan Nadi Aprilyadi. ... 270

Formulasi Sediaan Pasta Gigi Dengan Bahan Abrasif

Serbuk Cangkang Telur Ayam Negeri (gallus Domesticus) Dan Uji Kestabilan Fisiknya

Ratnaningsih Dewi Astuti , Muhamad Taswin, Gemi Oktami, ... 276

Gambaran Jamur Penyebab Dermatofitosis pada kuku nelayan di Desa Sungsang III Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin

Hamril Dani. ... 288

Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi N-heksan, Fraksi Etil Asetat Dan Fraksi Air Dari Ekstrak Rambut Jagung (Zea Mays L.) Terhadap Bakteri Shigella Sonnei

Muhammad Nizar, Isra Tri Hardianti. ... 296 Ms.sitorus,abdul Mutholib,nurhayati Ramli ... 140

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

(4)

EDITORIAL

Sesuai dengan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, Dosen merupakan salah satu pelaksana dalam menunjang keberhasilan pembelajaraan jenjang pendidikan tinggi secara formal yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Dosen perguruan tinggi juga dituntut untuk meningkatkan kualitas dan kompetensinya, sehingga dalam transfer-knowledge, mahasiswa sebagai peserta didik, dapat memperoleh dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih baik.

Selain itu, Kementerian Pendidikan Nasional secara strategis telah mencanangkan bahwa dosen yang memenuhi kualifikasi S2/S3 harus ditingkatkan dari tahun ke tahun; jumlah publikasi artikel ilmiah pada jurnal yang terakreditasi termasuk penulisan buku ajar diharapkan meningkat; dan ada peningkatan jumlah perolehan paten. Hal tersebut dapat dicapai selain dengan modal kerja keras dari semua dosen perguruan tinggi, juga konsistensi dan adanya komitmen yang tinggi yang dimiliki.

Permasalahan yang muncul adalah kurangnya dana penelitian dan peralatan perlengkapan penelitian dalam institusi pada tahun sebelumnya. Kemampuan dosen dalam menyelesaikan Penelitian belum optimal, serta kurangnya publikasi dosen dari hasil-hasil penelitian.

(5)

MS.Sitorus,Abdul Mutholib,Nurhayati Ramli

* Dosen Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Depkes.Palembang

ABSTRAK

Dermatofita adalah jamur yang dapat menyebabkandermatofitosis, jamur ini biasanya menginfeksi jaringan keratin diantaranya rambut, kuku dan kulit. Jamur dermatofita terdiri dari 3 genus yaitu: Trichophyton, Microsporum, Epidermophyton. Speciesnya terdiri dari Trichophyton rubrum, T r i c h o p h y t o n m e n t a g r o p h y t e s , M i c r o s p o r u m g y p s e u m , M i c r o s p o r u m c a n i s , Epidermophytonfluccosum.dermatofita dapat dipengaruhi oleh hygine sanitasi, iklim yang panas dan lembab serta kurangnya pengetahuan tentang keberadaan jamur pada air

Tujuan penelitian ini adalah unyuk memberikan imformasi kepada pengelola air kolam renang lumban tirta Palembang, sedangkan sample diambil sebanyak 10 sampel, pengambilan sample dilakukan secara acak. Hasil penelitian didapatkan jamur Trichophyton mentagrophytes, dengan prevalensi jamur adalah 100 %

Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada para pengurus kolam renang lumban tirta Palembang, agar menguras atau mengganti air kolam minimal 1 kali seminggu dan juga menyikat dinding-dinding kolam dan disarankan kepada para pengurus kolam renang lumbatn tirta agar memasang papan pengumuman yang berisi tentang tata tertib untuk semua pengunjung yang akan berenang agar membilas badan ditempat pembilasan sebelum dan sesudah berenang

Kata Kunci : Isoalsi, Identifikasi, dermatofita, air kolam renang

PENDAHULUAN

Air yang bersih, jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan bebas dari kontaminasi mikroorganisme dan kimia, merupakan syarat mutlak sebagai air sehat unyuk penunjang kehidupan ( Rohimi,1990),

A i r m e r u p a k a n k e b u t u h a n d a s a r manusia,terutama untuk air minum, selain itu manusia juga menggunakan air untuk berbagai keperluan seperti, mandi, cuci, kakus, juga pengolahan pangan. Didalam lingkungan, air juga merupakan suatu media yang sangat penting, karena air banyak mengandung unsur-unsur fisika, kimia, biologi (mikroorganisme) yang sewaktu waktu dapat membahayakan kehidupan manusia (Slamet,2002)

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, yang tidak bersih akan mengakibatkan mudah dijangkiti oleh mikroorganisme yang dapat merugikan kesehatan. Sedangkan untuk keperluan mandi, ada yang menggunakan air sungai, air sumur, air ledeng , termasuk air kolam renang. Kolam renang lumban tirta merupakan salah satu fasilitas umum untuk masyarakat kota Palembang, karena dari berbagai lapisan masyarakat, banyak yang

b e r e n a n g d i k o l a m r e n a n g t e r s e b u t , sebagaimana kita ketahui salah satu sifat mikroorgamnisme adalah cosmopolitan, yang berarti terdapat dimana saja sehingga air kolam renang tersebut tidak luput dari kontaminasi mikroorganisme termasuk jamur.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis ingin mengetahui jenis jamur dermatofita yang terdapat didalam air kolam renang lumban tirta yang terletak di jalan POM IX Palembang

TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui species jamur dermatofitaapa saja yang terdapat pada air kolam renang lumban tirta Palembang

METHODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

(6)

pada 10 titik dengan menggunakan botol timba steril, masing masing botol di isi ¾ bagian dengan volume 150 -200 ml. Waktu pengambilan sampel dilakukan pada sore hari setelah banyak orang mandi

es jalan sukabangun KM. 6,5 Palembang, sedangkan pengambilan sampel dilakukan di kolam renang lumban tirta Palembang.untuk mewakili sampel penelitian adalah air kolam renang lumban tirta, diambil pada 10 titik dengan menggunakan botol timba steril, masing masing botol di isi ¾ bagian dengan volume 150 -200 ml. Waktu pengambilan sampel dilakukan pada sore hari setelah banyak orang mandi

Penelitian telah dilakukan pada bulan maret sampai dengan april 2004

Jenis, cara dan alat pengumpulan data

Data primer diperoleh dari hasil penelitian laboratorium secara mikroskopis setelah terlebih dahulu dilakukan cara – cara sebagai berikut :

1. Sampel air di sentrifuger, diambil endapannyalalu diperiksa dengan mikroskop

2. Endapan dari sampel air di inokulasi kedalam media SDA (+) denga streak methode, kemudian di inkubasi 2-5 hari pada suhu ruangan hingga koloni jamur timbul

Data sekunder diperoleh dari buku-buku pustaka yang berkaitan dengan penelitian a. Alat dan bahan yang diperlukan

Mikroskop,erlemeyer,cawan petri, botol tinta steril, ose,gelas objek, lampu spiritus, autoclave, dek gela,kapas,tisue, dan media sabaraud dektrosa agar (+)

b. Cara kerja

1. pemeriksaan biakan dengan laktat penol cotton blue ( LPCB)

Siapkan objek gelas yang bersih dan kering, lalu teteskan 1-2 tetes alkohol 70 %, kemudian ambil koloni jamur dengan menggunakan ose yang telah dipanaskan terlebih dahulu diatas nyala lampu spiritus, koloni jamur tadi disebar

diatas tetesan alkohol tadi, kemudian tetesi dengan 1-2 tetes LPCB, tutup dengan deks gelas yang bersih dan kering, amati dibawah mikroskop pembesaran objektif 10x dan 40x.

3. pembiakan dengan cara mikrokulture a. membuat ruangan steril

- dalam cawan petri dimasukan / diletakan dua buah kaca objek steril dengan posisi sejajar/ bertumpuk

- siapkan kaca objek yang bersih dan steril dengan cara dipanaskan diatas api, kemudian letakan diatas tumpukan kaca objek dengan posisi berlawanan arah

- ambil satu buah potongan agar sabaroud dan diletakan kaca objek

- siapkan kaca tutup steril

- ruang biakan telah siap untuk digunakan.

b. inokulasi koloni jamur

- koloni jamur diambil dengan menggunakan ose jarum

- letakan koloni jamur pada kemempat sisi lempengan agar yang terdapat dalam ruangan biakan

- bagian atas potongan agar tersebut, kemudian ditutup dengan kaca tutup steril. - bagian dasar cawan petri diberi aguadest

steril secukupnya

- cawan petri ditutup kembali

- b i a k a n d i i n k u b a s i p a d a r u a n g a n laboratorium dengan suhu kamar selama 3 – 14 hari tergantung jenis jamurnya.

c. Membuat sediaan semi permanen Setiap biakan akan mendapatkan dua buah sediaan semi permanen, caranya yaitu :

- kaca tutup yang telah ditumbuhi jamur diangkatdengan pinset poada posisi menghadap keatas

- potongan agar yang telah ditumbuhi jamur pada kaca objek, dibuang

- pada kaca tutup dan kaca objek diberi 1-2 tetes alkohol 70 % dan dibiarkan sampai alkohol sedikit mengering

- siapkan kaca objek dan kaca tutup yang baru dibersihkan

(7)

dengan 1-2 tetes larutan LPCB dan ditutup dengan kaca tutup secara perlahan lahan - periksa dibawah mikroskop pembesaran

objektif 10 x dan 40 x

Interpretasi hasil a. tricophyton rubrum

makroskopis

- permukaan velvety - warna putih kekuningan Mikroculture

- permukaan velvety LPCB

- Mikrokonidia lonjong seperti air - Susunan satu-satu atau berkelompok - Makrokonidia lonjong seperti pensil/

tidak khas - Hifa berkelompok b. Tricophyton mentagrophytes

makroskopis

- Permukaan powdery dan velvety - Warna putih kekuningan

Mikro culture

- Permukaan powdery dan velvety LPCB

- Mikrokonidia bulat

- Susunan satu –satu atau berkelompok - Makrokonidia lonjong seperti pensil atau

tidak khas

- Mikrokonidia bentuk bulat/tidak khas - Susunan satu-satu

- Makrokonidia bentuk kumparan berujung runcing terdiri dari 4-6 sel - Hifa kasar

d. Mikrosporum gypsum makrospis

- Permukaan powdery

- Warna kuning kecoklatan sampai coklat muda

Mikro culture

- Permukaan powdery LPCB

- Mikrokonidia bentuk lonjong/tidak khas - Susunan satu-satu

- Makrokonidia berbentuk kumparan seperti daun, terdiri dari 4-6 sel

- Hifa kasar

- Makrokonidia berbentuk gada, terdiri dari 2-4 sel

- Hifa lebar

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap sampel air kolam renang lumban tirta yang terletak di jalan PON IX Palembang, diudapatkan hasil 100 % positif terinfeksi jamur dermatofita, dimana hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dapat dilihat dibawah ini

(8)

Tabel 2. Hasil pemeriksaan secara makrospis dengan menggunakan media SDA(-) pada air kolam renang lumban tirta di jalan PON IX Palembang

Pada tabel tersebut diatas dari 10 sampel air kolam renang lumban tirta Palembang yang diperiksa secara makroskopis dengan biakan agar sabaroud semuanya dinyatakan positif ditumbuhi oleh jamur Dermatofita dan non Dermatofita

Tabel 3. Persentase jamur golongan dermatofita pada air kolam renang lumban tirta jalan POM IX. Palembang

Tabel 4. Persentase jamur golongan non dermatofita pada air kolam renang lumban tirta jalan POM IX. Palembang

Dari tabel tersebut diatas, didapatkan persentase dari golongan Dermatofita spesies Trichophyton mentagrophytes 100%, selain itu

jugaditemukan jamur non Dermatofita yaitu Aspergilus 30 % dan Penicillium 30 %

PEMBAHASAN

Dari tabel penelitian terhadap 10 sampel air kolam renang lumban tirta jalan POM IX Palembang didapatkan hasil golongan Dermatofita dari spesies Trichophyton mentagrophytes 100%, dan juga golongan non dermatofita yaitu aspergilus 30 % dan Penicilium 30 %. Keberadaan jamur ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya : 1. Suhu dan kelembaban yang tinggi, sehingga

menyebabkan bertambah suburnya jamur ini

2. Kurangnya kebersihan orang yang mandi dikolam

3. Kurangnya pengetahuan akan kesehatan 4. Higiene sanitasi pada air kolam renang yang

kurang

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil peneliotian yang dilakukan terhadap 10 sampel air kolam renang lumban tirta jalan POM IX Palembang, maka ditemukan jamur golongan Dermatofita spesies Trichophyton mentagrophytes dengan p e r s e n t a s e 1 0 0 % d a n g o l o n g a n n o n Dermatofita aspergilus 30% dan Penicilium 30%

Saran

1. Diharapkan kepada para pengurus kolam renang lumban tirta Palembang agar menguras/mengganti air kolam minimal 1 x seminggu dan juga menyikat dinding dinding kolam

2. Disaerankan kepada para pengurus kolam renang lumban tirta Palembang agar memasang papan, untuk semua pengunjung yang akan berenang agar membilas badan ditempat pembilasan sebelum dan sesudah berenang

Jamur golongan Dermatofita F %

1.Trichopython rubrum 0 0

2. T.mentagrophytes 10 100

3. Microsporum canis 0 0

4. Microsporum gypsum 0 0

5. Epidermophyton floccosum 0 0

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulus, CJ; Mims, C.W. 1979.

Introductory Mycology. Third Edition, Texax

Depkes RI.1989 Mikologi Klinik. Pusat pendidikan tenaga kesehatan.Jakarta

Hydri N.S 1995. Gambaran Klinis, Diagnosis dan penatalaksanaan Dermatofitosis Masa Kini

Illahude, H.D Syarifuddin, PK.Djakarta, S.1997. Penuntun Pratikum Kedokteran, FKUI.J akarta

I k a w a t i M . 1 9 9 8 . D e r m a f i t o s i s : Permasalahan dan Penanggulangannya. Informasi Jamur.Jakarta,

Mulyati, RH. 2001. Penutupan Pratikum Mikologi. Akademi Analis Kesehatan Depkes Jakarta.Jakarta

Rohimi,S.1990. Air...Air...dan Air.Medika nomor.9 TH.16

Siregar,S.1995.Penyakit jamur kulit

S y a r i f u d i n , P K . S u s i l a , J . 1 9 9 8 .

Dermatolofitosis Parasitologi Kedokteran . Edisi III. FKUL. Jakarta.

Slamet, JS. 2002. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.

(10)

EKSTRAK AKAR BAYAM DURI

(Amaranthus spinosus L.)

TERHADAP BAKTERI

Shigella sonnei

(1) (2)

Mindawarnis , Desri Heryanti

(1)Dosen Jurusan Farmasi, (2) Alumni Jurusan Farmasi

ABSTRAK

Latar Belakang: Disentri merupakan infeksi pada usus yang ditandai adanya darah, lendir atau nanah dalam feses. Disentri disebabkan oleh bakteri Shigella. Salah satu tumbuhan yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi obat disentri adalah tanaman akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) yang berkhasiat antara lain untuk disentri, sakit tenggorokan, sakit gigi, demam, keputihan, radang rahim dan terlambat datang haid. Kandungan kimia akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) yaitu alkaloid, flavonoid, glikosida, asam fenolik, steroid, asam amino, terpenoid, lipid, saponin, tanin dan karotenoid, beberapa diantaranya berkhasiat sebagai antbakteri. Namun belum ada penelitian secara ilmiah tentang aktivitas antibakteri dari beberapa fraksi ekstrak akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) terhadap bakteri Shigella sonnei. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air terhadap bakteri Shigella sonnei.

Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang dilakukan dengan cara mengukur diameter daya hambat dari beberapa fraksi ekstrak akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) terhadap bakteri Shigella sonnei.

Hasil: Dalam ektrak akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) setelah dilakukan identifikasi senyawa aktif terdapat senyawa Flavonoid, Saponin dan Tanin. Setelah diuji aktifitas antibakterinya, hanya fraksi etil asetat yang mempunyai daya hambat terhadap bakteri Shigella sonnei.

Kesimpulan: Ekstrak akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Shigella sonnei. Ekstrak akar bayam duri fraksi etil asetat konsentrasi 1,56%b/v; 3,12%b/v; 6,25%b/v; 12,5%b/v, 25%b/v dan 50%b/v memiliki rata-rata diameter zona hambat berturut-turut 6,06 mm; 7,27 mm; 7,4 mm; 7,55 mm; 8,7 mm dan 9,83 mm.

Kata Kunci : Ekstrak akar bayam duri, Shigella sonnei, Uji aktifitas antibakteri. PENDAHULUAN

Shigella adalah salah satu bakteri yang menyebabkan infeksi saluran pencernaan, yaitu dapat menyebabkan disentri basiler (Kroser, 2007). Ada 4 spesies Shigella, yaitu S.dysentriae, S.flexneri, S.bondii dan S.sonnei. Disentri merupakan beberapa gangguan yang menyebabkan adanya infeksi pada usus. Disentri menyebabkan hilangnya cairan, adanya darah, lendir atau nanah dalam feses. Bahkan disertai keram pada usus, mual, muntah dan rasa ingin menahan BAB pada saat buang air besar (Medina, 2013).

Di Amerika Serikat, insidensi penyakit disentri ini rendah, setiap tahunnya kurang dari 500.000 kasus yang dilaporkan ke Center for Disease Control (CDC) akibat disentri (Simanjuntak, 1991). Prevalensi tertinggi di daerah tropis (50-80%). Di Indonesia, dilaporkan 60 juta pasien pertahun, 70-80%

mengenai anak berusia dibawah 5 tahun (Nafiyanti dan Sinuhaji, 2005). Di Bagian Penyakit Dalam RSUP Palembang selama 3 tahun (1990-1992) tercatat di catatan medis ada 16 kasus yang disebabkan oleh disentri basiler (Simanjuntak, 1991).

Pengobatan untuk mengobati disentri yang disebabkan bakteri adalah dengan memberikan suatu antibiotik. Namun, beberapa bakteri akan mengalami resistensi pada suatu antibiotik tertentu sebagai akibat dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional. Telah dilaporkan resistensi mengenai sejumlah antibiotik pada bakteri Shigella sp (Nafianti dan Sinuhaji, 2005). Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkanlah suatu obat alternatif, terutama yang berasal dari bahan alam.

(11)

gulma berdaun lebar yang bisa tumbuh dilahan kering maupun tegalan (Khaira, 2011).

Menurut Dalimartha (1999), khasiat akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) ini antara lain, untuk disentri, diare, sakit tenggorokan, sakit gigi, demam, bronkitis, TBC kelenjar, keputihan, radang rahim, terlambat datang haid, kencing sedikit, kencing nanah, dan batu empedu. Sedangkan Menurut Ezekwe et al (2013), akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) ini ternyata bisa juga digunakan untuk mengobati gonnorrhoea dan juga diterapkan sebagai emmenagogue dan antipiretik serta efektif sebagai diuretik.

Akar bayam duri (Amaranthus spinosus.L.)

memiliki beberapa konstituen aktif seperti alkaloid, flavonoid, glikosida, asam fenolik, steroid, asam amino, terpenoid, lipid, saponin, betalains, B-sitosterol, stigmasterol, asam linoleat, rutin, tanin dan karotenoid (Vardhana, 2011). Menurut Khumar (2014), bayam duri

(Amaranthus spinosus L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap lima jenis bakteri seperti

Staphylococcus sp, Escherichia coli, Pseudomonas sp, Klebsiella sp, Paracoccus sp.

Sehubungan dengan latar belakang di atas dan belum adanya penelitian secara ilmiah tentang aktivitas antibakteri ekstrak akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) dari beberapa fraksi terhadap bakteri Shigella sonnei, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian “Uji Aktivitas Antibakteri dari Beberapa Fraksi Ekstrak Akar Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.) terhadap Bakteri Shigella sonnei”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang dilakukan di laboratorium dengan cara mengukur diameter daya hambat ekstrak akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, anak timbangan, timbangan, alat sokletasi, alat destilasi, gelas ukur, labu ukur, pipet tetes, jarum ose, lampu spiritus, cawan petri, lemari pendingin, Dry Heat Oven, Incubator, pinset, beker gelas, jangka sorong, tabung reaksi, vial, dan plat tetes.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akar bayam duri, etanol P.A, aquadest, suspensi bakteri Shigella sonnei,

media Muller Hinton Agar (MHA), disk Ciprofloxacin, n-heksan P.A, etil asetat P.A, pereaksi FeCl3, pereaksi Lieberman Burchard, pereaksi Mayer, NaCl jenuh, HCL pekat, kertas cakram, kertas saring, dan kapas.

Ekstraksi Akar Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.) dilakukan dengan cara sokletasi, selanjutkan dipekatkan dengan destilasi vakum hingga diperoleh ekstrak kental. Kemudian dilakukan fraksinasi ekstrak akar bayam duri

(Amaranthus spinosus L.) dengan metoda distribusi cair-cair menggunakan pelarut dengan kepolaran yang meningkat, sehingga didapatkan fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air. Terhadap ketiga fraksi tersebut selanjutnya dilakukan identifikasi senyawa aktif untuk mengetahui adanya kandungan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid, dan terpenoid

Kemudian fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air dilakukan pengenceran untuk mendapatkan konsentrasi 50% b/v, 25% b/v, 12,5% b/v; 6,25% b/v; 3,12% b/v; 1,56% b/v; 0,78% b/v; 0,39% b/v; 0,19% b/v; dan 0,09% b/v.

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Akar Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.)

a. Penyediaan cakram

(12)

b. Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)

Dilakukan menurut metode Snyder dan Atlas (2006).

c. Pembuatan Suspensi Shigella sonnei

1) Sediakan 10 ml NaCl 0,9% steril di dalam tabung reaksi.

2) Suspensikan bakteri Shigella sonnei

dengan menggunakan jarum ose dari biakan bakteri ke dalam NaCl 0,9% steril sampai kekeruhannya sama dengan suspensi standar yaitu 0,5

Mc.Farland.

d. Pengukuran Daya Hambat Ekstrak Akar Bayam Duri (Amaranthus Spinosus L.).

1) Media Muller Hinton Agar (MHA) dituangkan kedalam cawan petri masing-masing 10 ml dan biarkan hingga memadat sebagai lapisan dasar. 2) Kemudian ambil suspensi bakteri

Shigella sonnei, torehkan pada permukaan media Muller Hinton Agar

(MHA) secara merata dan biarkan mengering.

3) M a s i n g - m a s i n g k e r t a s c a k r a m d i c e l u p k a n k e d a l a m b e r b a g a i konsentrasi ekstrak akar bayam duri, kemudian dikering anginkan.

4) Sebagai control positif digunakan cakram ciprofloxacin.

5) Masing-masing cakram dimasukkan ke

media yang ada bakterinya.

6) Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37º C.

7) S e t e l a h d i i n k u b a s i l a k u k a n pengamatan dan pengukuran terhadap zona hambat dengan menggunakan jangka sorong.

Cara Pengolahan dan Analisis Data

Yaitu dengan cara melakukan pengukuran diameter zona hambat yang terbentuk lalu diidentifikasi kategori kekuatannya sesuai dengan literatur, dilihat juga perbandingannya dengan control positif yaitu baku pembanding berupa disk Ciprofloxasin dan control negatif, lalu disajikan dalam bentuk table.

HASIL

Akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) sebanyak 700 gram yang diekstraksi dengan pelarut etanol sejumlah 5 liter menggunakan metode sokletasi didapatkan ekstrak kental sejumlah 30 gram. Setelah itu dilakukan fraksinasi, didapatkan fraksi n-heksan sebanyak 1 gram, fraksi etil asetat sebanyak 3 gram dan fraksi air sebanyak 7 gram, kemudian dilakukan identifikasi senyawa kimia. Selanjutnya dilakukan pembuatan konsentrasi 50%b/v sampai dengan konsentrasi 0,09%b/v, dilanjutkan dengan uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Shigella sonnei, maka didapatkan hasil dibawah ini :

Tabel 1. Hasil identifikasi senyawa aktif Fraksi Ekstrak Akar Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.)

1 Flavonoid HCl pekat +

logam Mg - + + (+) warna merah

2 Saponin Air - + + (+) buih yang stabil

3 Tanin FeCl3 - + + (+) warna hijau biru kehitaman

Senyawa

Aktif Pereaksi

Fraksi

n-Heksan

Fraksi Etil Asetat

Fraksi

Air Keterangan

No.

Keterangan :

lPositif (+): Terdeteksi

(13)

Tabel 2. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat dari Beberapa Fraksi Ekstrak Akar Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.) terhadap Bakteri Shigella sonnei Selama 1 x 24 jam.

No Bahan Uji Konsentrasi

(% b/v)

Diameter Zona Hambat (mm) 1 x

24 jam

Rata -rata Diameter Hambatan 1 x 24 jam

P1 P2

1 Akar Bayam

Duri

(Amaranthus spinosus L.)

Fraksi n-Heksan

50% 0 0 0

25% 0 0 0

12,5% 0 0 0

6,25% 0 0 0

3,12% 0 0 0

1,56% 0 0 0

0,78% 0 0 0

0,39% 0 0 0

0,19% 0 0 0

0,09% 0 0 0

Fraksi Etil Asetat

50% 9,86 9,8 9,83

25% 8,8 8,6 8,7

12,5% 7,6 7,5 7,55

6,25% 7,4 7,4 7,4

3,12% 7,34 7,2 7,27

1,56% 7,12 5 6,06

0,78% 0 0 0

0,39% 0 0 0

0,19% 0 0 0

0,09% 0 0 0

Fraksi Air

50% 0 0 0

25% 0 0 0

12,5% 0 0 0

6,25% 0 0 0

3,12% 0 0 0

1,56% 0 0 0

0,78% 0 0 0

0,39% 0 0 0

0,19% 0 0 0

0,09% 0 0 0

2 Kontrol Positif

Ciprofloxas in

39,6 39,6

3 Kontrol Negatif 1

n-Heksan 0 0

4 Kontrol Negatif 2

Etil Asetat 0 0

5 Kontrol Negatif 3

Air 0 0

Keterangan :

P1 : Perlakuan 1

P2 : Perlakuan 2

Kontrol positif : Ciprofloxacin

(14)

PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) yang masih segar dan dirajang halus seluruh bagian akar untuk mempermudah cairan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, sehingga didapatkan 700 gram simplisia kering. Sebagai cairan penyari digunakan etanol karena dapat melarutkan banyak senyawa aktif yang terkandung dalam tumbuhan.

Metode penyarian yang digunakan sokletasi, karena sokletasi adalah metode atau proses pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyarian berulang-ulang sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi. Sokletasi juga tidak merusak senyawa flavonoid, saponin dan tannin. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Putri (2012), bahwa masih adanya kandungan kimia flavonoid, saponin dan tanin setelah dilakukan ekstraksi simplisia dengan metode sokletasi.

Hasil sokletasi selanjutnya diuapkan dengan destilasi vakum untuk mendapatkan ekstrak kental. Ekstrak kental yang didapat dari 700 gram simplisia adalah 30 gram dengan rendemen sebesar 4,3 %.

Ekstrak kental tersebut selanjutnya dilakukan fraksinasi menjadi beberapa fraksi, yaitu fraksi n-heksan sebanyak 1 gr, fraksi etil asetat sebanyak 3 gr dan fraksi air sebanyak 7 gr. Kemudian dilakukan identifikasi kandungan senyawa aktif, didapatkan bahwa fraksi n-heksan tidak mengandung senyawa aktif sedangkan fraksi etil asetat dan fraksi air menunjukkan adanya kandungan senyawa aktif flavonoid, saponin dan tanin yang berfungsi sebagai antibakteri. Setelah didapatkan ekstrak kental dari fraksinasi, kemudian dilakukan pengenceran menjadi berbagai konsentrasi untuk uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Shigella sonnei..

Adapun konsentrasi akar bayam duri

(Amaranthus spinosus L.) yang digunakan adalah 50%b/v, 25%b/v, 12,5%b/v; 6,25%b/v; 3,12%b/v; 1,56%b/v; 0,78%b/v; 0,39%b/v; 0,19%b/v; dan 0,09%b/v dengan dua kali pengulangan. Pembandingnya digunakan Ciprofloxacin sebagai kontrol positif (+), sebagai kontrol negatif (-) dinggunakan N-heksan, Etil asetat dan Air.

Media biakan bakteri pada penelitian ini menggunakan Mueller Hinton Agar (MHA), k a r e n a m e d i a i n i l e b i h b a i k u n t u k perkembangan bakteri dan apabila bakteri ditorehkan dapat menyebar dengan luas ke seluruh media.

Menurut Greenwood (2005), kriteria kekuatan antibakteri yaitu jika diameter zona hambat < 5 mm dikategorikan lemah, zona hambat 5-10 mm dikategorikan sedang, zona hambat 10-20 mm dikategorikan kuat dan zona hambat > 20 mm dikategorikan sangat kuat.

(15)

tannin pada fraksi n-heksan, diperkirakan karena ketiga senyawa tersebut bersifat polar. Sedangkan pada fraksi air juga tidak memilki aktivitas antibakteri, kemungkinan rendahnya kadar senyawa aktif flavonoid, saponin dan tanin yang bersifat menghambat bakteri.

Ciprofloxacin sebagai control positif menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dengan rata-rata diameter hambatan sebesar 39,6 mm.

Berdasarkan penelitian Muneer dan Sirajudeen (2014), ekstrak etanol bayam duri (Amaranthus spinosus L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap beberapa bakteri yakni bakteri Bacillus subsilis, S.epidermis, E.coli dan Proteus sp dengan rata-rata diameter zona hambat 13 mm, 20 mm, 13 mm, dan 17 mm yang tergolong dalam kategori kekuatan kuat, sedangkan control positifnya memiliki rata-rata diameter zona hambat 22 mm untuk masing-masing bakteri yang tergolong dalam kategori kekuatan sangat kuat.

Berdasarkan hasil penelitian uji aktivitas antibakteri dari beberapa fraksi ekstrak akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) terhadap bakteri Shigella sonnei dapat disimpulkan bahwa fraksi etil asetat ekstrak akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Shigella sonnei, semakin besar konsentrasi semakin besar zona hambat yang dibentuk oleh ekstrak akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.). Efek antibakteri yang menghambat pertumbuhan bakteri

Shigella sonnei diperkirakan oleh senyawa antibakteri yang terkandung dalam akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.), yaitu senyawa flavonoid, saponin, dan tanin.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian Uji Aktivitas Antibakteri dari Beberapa Fraksi Ekstrak Akar Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.) terhadap Bakteri Shigella sonnei dapat disimpulkan bahwa :

1. Fraksi etil asetat ekstrak akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) memiliki aktivitas antibakteri, sedangkan fraksi n-heksan dan fraksi air tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Shigella sonnei.

2. Fraksi etil asetat pada konsentrasi 1,56%b/v; 3,12%b/v; 6,25%b/v; 12,5%b/v; 25%b/v; dan 50%b/v memiliki rata-rata diameter zona hambat 6,06 mm; 7,27 mm; 7,4 mm; 7,55 mm; 8,7 mm; dan 9,83 mm.

3. Aktivitas antibakteri fraksi etil asetat tergolong dalam kategori kekuatan sedang. Sedangkan Ciprofloxacin sebagai control positif memiliki rata-rata diameter zona hambat 39,6 mm yang tergolong dalam kategori kekuatan sangat kuat.

Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai isolasi bahan aktif yang terdapat dalam ekstrak akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) untuk pengujian terhadap bakteri.

DAFTAR PUSTAKA

Akiyama, H., K. Fuji, O.Yamasaki, T. Oono and K. Iwatsuki, 2001. Antibacterial Action of Several Tannins Against Staphylococcus a u re u s. J o u r n a l o f A n t i m i c r o b i a l Chemotherapy. Vol 48, hal 487-491 (jac.oxfordjournals.org, diakses 8 Februari 2015).

Ansel, H.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Tejemahan Oleh : F. Ibrahim. Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia. Hal. 605-607.

Ardiansyah. 2005. Daun Beluntas Sebagai Bahan Antibakteri Dan Antioksidan. Berita IPTEK.com. Diakses tanggal 18 Februari 2015.

(16)

Basset, J., R.C Denney, G.H Jeffery, dan J. Mendham, 1994. Buku Ajar Vogel : “Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik”. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal. 175.

Cowan, M.M, 1999. Plant Product as A n t i m i c r o b i c a l A g e n t. C l i n i c a l Microbiology Reviews, Vol 12 No 4. Hal. 569-571 (cmr.asm.org, diakses 11 Februari 2015).

Darmawi, Z.H. Manaf, dan F. Putranda, 2013.

Daya Hambat Getah Jarak Cina (Jatropha multifida L.) Terhadap Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Jurnal Medika Veterinaria. Vol 7 No 2, hal 113-115 (Jurnalkedoktreranhewan.net). diakses 12 Februari 2015.

Departemen Kesehatan. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta., Hal. 7.

Dalimartha, S., 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1. Puspa Swara, Jakarta. Hal. 13-15.

Ezekwe C.I, C.E Nnochiri, C.P.O Ugwu dan S.C Ezea, 2013. Effect of Methanol Ekstract of Amaranthus Spinosus Leaf On Some Selected Kidney and Haemotological Parameter In Rats. Universitas Nigeria, Nigeria. Hal. 4373.

Gibson, M.S., 1996. Mikrobiologi dan Patologi. Terjemahan Oleh : I.K.G. Somapersada, S.P. EGC Buku Kedokteran , Jakarta.

Greenwood, 1995. Antibiotics Susceptibility (Sensitivity) Test, Antimicrobial ans Chemoterapy, Addison Westley Longman I n c , S a n F r a n s i s c o , U S A . ( e -journal.uajy.ac.id, diakses 20 Februari 2015).

Harborne, J. B. 1996. Metode Fitokimia :

“Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terjemahan oleh : Padmawinata, K. dan F. Soediro. Penerbit ITB, Bandung. Hal. 123-125, 129-130, 143, 149-150, 160, 234-235.

Harsha, V.S., 2011. In Vitro Antibacterial Activity of Amaranthus Spinosus Root Extracts. Pharmacophore Vol 2 No 5

(http://www.pharmacophorjournal.com, diakses 28 Januari 2015).

Indonesia Biotechnology Information Center (IndoBIC), 2005. Senyawa Antimikroba d a r i T a n a m a n . , (http://indobi.or.id/berita.detail.php?id.berit a=124, Diakses 11 Februari 2015).

Irawan, T.A., 2010. Pengaruh Mutu Minyak Nilam Dengan Ekstraksi dan Destilasi pada Berbagai Komposisi Pelarut. Tesis, Magister Teknik Kimia, Universitas Diponegoro Semarang. Hal. 16-17 (eprints.undip.ac.id, diakses 12 Februari 2015).

Irianto, K., 2006. Mikrobiologi : “Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2”. CV. Yrama Widya, Bandung. Hal. 56-58.

K r o s e r , A . J . , 2 0 0 7 . S h i g e l l o s i s. (http://www.emedecine.com, diakses 14 Februari 2015).

(17)

DI RS. MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Oleh

Eka Sri Meliyani* Nikson Sitorus**

*Alumni Akbid Persada Palembang

**Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang

ABSTRAK

Perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum 4 : 1000 kehamilan. Berdasarkan data Medical Record di Instalasi Kebidanan Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, angka kejadian ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum pada tahun 2011 terdapat 158 orang (6,24%) dari 2.531 ibu hamil, pada tahun 2012 terdapat 157 orang (4,83%) dari 3.248 ibu hamil, pada tahun 2013 terdapat 65 orang (2,47%) dari 2.629 ibu hamil dan pada tahun 2014 terdapat 61 orang (2,27%) dari 2.680 ibu hamil.

Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional dengan populasi adalah semua ibu hamil yang dirawat di Instalasi Kebidanan Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dari September sampai November 2014 sebanyak 352 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampel teknik undian (lottrey technique) sehingga didapatkan sampel 187 ibu hamil. Variabel penelitian ini meliputi variabel independen yaitu umur, usia kehamilan, paritas, pendidikan dan pekerjaan serta variabel dependen yaitu kejadian Hiperemesis Gravidarum. Masing-masing variabel dianalisis dengan analisis univariat dan bivariat

menggunakan uji statistik Chi-Square dengan batas kemaknaan á = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian hiperemesis gravidarum (p value 0,006 ; OR 2,38), ada hubungan yang bermakna antara usia kehamilan dengan kejadian hiperemesis gravidarum (p value 0,032 ; OR 1,97), ada hubungan yang bermakna antara paritas ibu dengan kejadian hiperemesis gravidarum (p value 0,020 ; OR 2,08), ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan kejadian hiperemesis gravidarum (p value 0,040; OR 0,52), ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan kejadian hiperemesis gravidarum (p value 0,000 ; OR 4,36).

Disarankan kepada pihak rumah sakit Muhammadiyah Palembang, ruang perawatan kebidanan diharapkan dapat meningkatkan penyuluhan pada ibu hamil dengan menggunakan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) mengenai penanganan secara dini hiperemesis gravidarum sehingga mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat hiperemesis gravidarum.

Kata Kunci : Hiperemesis Gravidarum, Faktor yang berhubungan

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai dengan umur kehamilan 20 minggu. Kejadian ini dapat mempengaruhi keadaan umum dan m e n g a n g g u p e k e r j a a n s e h a r i – h a r i (Prawirohardjo, 2009).

Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian yang beragam mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan di Indonesia, 0,3% dari Seluruh kehamilan di Swedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di Pakistan dan 1,9% di Turki. Di Amerika Serikat, prevalensi hiperemesis gravidarum adalah 0,5-2% Literatur juga menyebutkan bahwa

p e r b a n d i n g a n i n s i d e n s i h i p e r e m e s i s gravidarum secara umum adalah 4:1000 kehamilan (Yasaar, 2012).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Haryanti (2010), hasil penelitian yang mempengaruhi hiperemesis gravidarum menunjukkan bahwa ibu yang tidak bekerja (68,3%) persentasenya lebih besar dari pada ibu yang bekerja (31,7%). Berdasarkan penelitian Yuliandari (2009) Penyebab hiperemesis gravidarum yaitu umur (62,06%), paritas ( 52,3%), dan pekerjaan ibu petani (51,73%) (Yuliandari, 2009 dan Haryanti, 2010).

(18)

pada tahun 2011 terdapat 158 orang (6,24%) dari 2.531 ibu hamil, pada tahun 2012 terdapat 157 orang (4,83%) dari 3.248 ibu hamil, pada tahun 2013 terdapat 65 orang (2,47%) dari 2.629 ibu hamil dan pada tahun 2014 terdapat 61 orang (2,27%) dari 2.680 ibu hamil.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pernyataan diatas maka perumusan masalah penelitian ini adalah “faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2014”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Diketahuinya faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

2. Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Muhammadiyah tahun 2014.

3. Diketahuinya distribusi frekuensi umur, usia kehamilan, paritas, pendidikan, dan pekerjaan ibu hamil di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2014. 4. Diketahuinya hubungan antara umur dengan

kejadian hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2014.

5. Diketahuinya hubungan antara usia kehamilan dengan kejadian hiperemesis g r a v i d a r u m d i R u m a h S a k i t Muhammadiyah Palembang tahun 2014. 6. Diketahuinya hubungan antara paritas

dengan kejadian hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2014.

7. Dieketahuinya hubungan antara pendidikan dengan kejadian hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2014.

8. Diketahuinya hubungan antara pekerjaan dengan kejadian hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2014.

2 METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Survey Analitik dengan pendekatan cross sectional yakni variabel dependen (kejadian hiperemesis gravidarum) dan variabel independen (umur, usia kehamilan, paritas, pendidikan dan pekerjaan) dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang yang terdapat di jalan Ahmad Yani 13 Ulu Palembang.

Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Februari 2015.

C. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang berkunjung ke Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang pada periode September sampai dengan November 2014 sebanyak 352 ibu hamil.

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2012). Besar sampel yang ditentukan dengan menggunakan rumus untuk populasi kurang atau lebih dari 10.000 (Notoatmodjo, 2010), yaitu :

Keterangan : n = Besar sampel N = Besar populasi

d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,05)

(19)

Berdasarkan rumus diatas jumlah sampel yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

D. Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling dengan lottery technique, dimana sampel diambil dengan mengundi nomor urut rekam medik dan status ibu-ibu hamil di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang periode September sampai dengan November 2014.

1. Kriteria Inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Nursalam, 2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. I b u h a m i l d e n g a n h i p e r e m e s i s gravidarum yang pernah dirawat inap di R u m a h S a k i t M u h a m m a d i y a h Palembang periode September sampai d e n g a n N o v e m b e r 2 0 1 4 d a n terdokumentasi di rekam medik.

b. Hiperemesis gravidarum pada trimester I, trimester II dan trimester III.

2. Kriteria Ekslusi ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :

a. I b u h a m i l d e n g a n h i p e r e m e s i s gravidarum yang pernah dirawat inap di R u m a h S a k i t M u h a m m a d i y a h Palembang selain tahun 2014.

E. Pengumpulan Data

Data sekunder adalah data yang didapat dari )

suatu lembaga atau instansi. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu diperoleh dari catatan rekam medik Rumah Sakit M u h a m m a d i y a h P a l e m b a n g n p e r i o d e September sampai dengan November 2014.

F. Pengolahan Data

Editing (Pengeditan Data)

Coding (Pengkodean)

Proccesing

Cleaning Data (Pembersihan Data)

G. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa ini dilakukan pada tiap variabel dari hasi penelitian yaitu variabel independen (umur, usia kehamilan, paritas, pendidikan dan pekerjaan) dan v a r i a b e l d e p e n d e n ( k e j a d i a n hyperemesis gravidarum) dianalisis untuk mengetahui distribusi frekuensi.

2. Analisa Bivariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (umur, usia kehamilan, paritas, pendidikan dan pekerjaan) dengan variabel dependen (kejadian hiperemesis gravidarum) dengan menggunakan uji statistic Chi-square dengan derajat kemaknaan á = 0,05 dan diolah melalui k o m p u t e r i s a s i y a i t u d e n g a n menggunakan Statistik Product Service Solution.

3. HASIL PENELITIAN 1. Analisa Univariat

Variabel Dependen

Hiperemesis Gravidarum

(20)

Distribusi Frekuensi Kejadian Hiperemesis Gravidarum di RS. Muhammadiyah Palembang Tahun 2014

No Variabel

Frekuensi

Persentase (%)

Hiperemesis Gravidarum

Ya 84 44,9

Tidak 103 55,1

Umur Ibu Hamil

Risiko 94 50,3

Tidak Risiko 93 49,7

Paritas

Risiko Tinggi 86 46

Risiko Rendah 101 54

Pendidikan

Tinggi 99 52,9

Rendah 88 47,1

Pekerjaan

Bekerja 82 43,9

Tidak Bekerja 105 56,1

Jumlah 187 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 187 responden, dimana terdapat ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum sebanyak 84 orang (44,9%) lebih kecil dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami hiperemesis gravidarum yaitu sebanyak 103 orang (55,1%).

Umur

Hasil analisis univariat terhadap variabel umur yang dibagi menjadi 2 kategori yaitu “Risiko Tinggi” bila umur ibu < dari 20 tahun atau > 35 tahun dan “Risiko Rendah” bila umur ibu 20 sampai 35 tahun”. Untuk lebih jelas dapat lihat tabel dibawah ini :

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 187 responden, dimana didapat umur ibu yang risiko tinggi sebanyak 103 orang (55,1%) lebih besar dibandingkan dengan umur ibu yang risiko rendah yaitu sebanyak 84 orang (44,9%).

Usia Kehamilan

Hasil analisis univariat terhadap variabel usia kehamilan yang dibagi menjadi 2 kategori yaitu “Risiko” bila mulai dari konsepsi sampai

trimester II (0 – 28 minggu) dan “Tidak Risiko” dari trimester II sampai trimester III (> 28 sampai 40 minggu). Untuk lebih jelas dapat lihat tabel dibawah ini :

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 187 responden, dimana didapat usia kehamilan ibu yang berisiko sebanyak 94 orang (50,3%) hamipr sama dibandingkan dengan usia kehamilan ibu yang tidak berisiko yaitu sebanyak 93 orang (49,7%).

Paritas

Hasil analisis univariat terhadap variabel paritas yang dibagi menjadi 2 kategori yaitu “Risiko Tinggi” bila ibu melahirkan > 3 kali dan

“Risiko Rendah” bila ibu melahirkan 3 kali.

Untuk lebih jelas dapat dilihat tabel dibawah ini :

(21)

No Umur Ibu

Hiperemesis

Gravidarum Jumlah p value Odss Ratio

Ya Tidak

n % n % N %

1 Risiko Tinggi 56 54,4 47 45,6 103 100

0,006 2,383

2 Risiko Rendah 28 33,3 56 66,7 84 100

Jumlah 84 44,9 103 55,1 187 100

Pendidikan

Hasil analisis univariat terhadap variabel pendidikan yang dibagi menjadi 2 kategori

yaitu “ Pendidikan Tinggi” bila ibu tamat

SMA dan “Pendidikan Rendah” bila ibu tamat < SMA. Untuk lebih jelas dapat dilihat tabel dibawah ini :

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 187 responden, dimana didapat ibu yang berpendidikan tinggi sebanyak 99 orang (52,9%) lebih besar dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah yaitu sebanyak 88

orang (47,1%).

Pekerjaan

Hasil analisis univariat terhadap variabel pekeriaan yang dibagi menjadi 2 kategori yaitu “Bekerja” dan “Tidak Bekerja”. Untuk lebih jelas dapat lihat tabel dibawah ini :

Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa dari 187 responden, dimana didapat ibu yang bekerja sebanyak 82 orang (43,9%) lebih kecil dibandingkan ibu yang tidak bekerja yaitu sebanyak 105 orang (56,1%).

No Usia Kehamilan

Hiperemesis

Gravidarum Jumlah p value Odss Ratio

Ya Tidak

n % n % N %

1 Risiko 50 53,2 44 46,8 94 100

0,032 1,972

2 Tidak Risiko 34 36,6 59 63,4 93 100

Jumlah 84 44,9 103 55,1 187 100

2. Analisa Bivariat

1. Hubungan Umur Ibu Hamil dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2014

Hasil analisis hubungan umur ibu dengan kejadian hiperemesis gravidarum diperoleh bahwa ada sebanyak 56 (54,4%) ibu umur risiko tinggi mengalami hiperemesis gravidarum. Sedangkan diantara ibu yang umur risiko rendah, ada 28 (33,3%) yang mengalami hiperemesis gravidarum. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,006, maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian

hiperemesis gravidarum antara umur ibu risiko tinggi dengan umur ibu risiko rendah (ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian hiperemesis gravidarum). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai Odds Ratio= 2,383 artinya ibu yang umur risiko tinggi mempunyai peluang 2,38 kali untuk mengalami hiperemesis gravidarum dibandingkan ibu yang umur risiko rendah.

(22)

Hasil analisis hubungan usia kehamilan dengan kejadian hiperemesis gravidarum diperoleh bahwa ada sebanyak 50 (53,2%) ibu dengan usia kehamilannya risiko mengalami hiperemesis gravidarum. Sedangkan diantara ibu dengan usia kehamilan tidak risiko, ada 34 (33,3%) yang mengalami hiperemesis gravidarum. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,032, maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian hiperemesis

gravidarum antara usia kehamilan risiko dengan usia kehamilan tidak risiko (ada hubungan yang bermakna antara usia kehamilan dengan kejadian hiperemesis gravidarum). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai Odds Ratio= 1,972 artinya ibu yang usia kehamilan berisiko mempunyai peluang 1,97 kali untuk mengalami hiperemesis gravidarum dibandingkan ibu yang usia kehamilan tidak berisiko.

3. Hubungan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2014

Hasil analisis hubungan paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum diperoleh bahwa ada sebanyak 47 (54,7%) ibu dengan paritas risiko tinggi mengalami hiperemesis gravidarum. Sedangkan diantara ibu dengan paritas risiko rendah, ada 37 (36,6%) yang mengalami hiperemesis gravidarum. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,020, maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi

No Paritas

Hiperemesis Gravidarum

Jumlah p value Odss Ratio

Ya Tidak

n % n % N %

1 Risiko Tinggi 47 54,7 39 45,3 86 100

0,020 2,085 2 Risiko Rendah 37 36,6 64 63,4 101 100

Jumlah 84 44,9 103 55,1 187 100

kejadian hiperemesis gravidarum antara paritas risiko tinggi dengan paritas risiko rendah (ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai Odss Ratio= 2,085, artinya ibu dengan paritas risiko tinggi mempunyai peluang 2,08 kali untuk mengalami hiperemesis gravidarum dibandingkan ibu dengan paritas risiko rendah.

4. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2014

Hasil analisis hubungan pendidikan dengan kejadian hiperemesis gravidarum diperoleh bahwa ada sebanyak 37 (37,4%) ibu dengan pendidikan tinggi mengalami hiperemesis

No Pendidikan

Hiperemesis Gravidarum

Jumlah

p value OR

Ya Tidak

n % n % N %

1 Tinggi 37 37,0 63 63,0 99 100

0,040 0,521

2 Rendah 47 54,0 40 46,0 88 100

Jumlah 84 44,9 103 55,1 187 100

(23)

dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian hiperemesis gravidarum antara pendidikan tinggi dengan pendidikan rendah (ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kejadian hiperemesis gravidarum). Dari hasil analisis diperoleh pula

nilai Odss Ratio=0,521 artinya ibu dengan pendidikan tinggi hampir tidak mempunyai peluang untuk mengalami hiperemesis gravidarum dibandingkan ibu dengan pendidikan rendah.

5. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2014

Hasil analisis hubungan pekerjaan dengan kejadian hiperemesis gravidarum diperoleh bahwa ada sebanyak 53 (64,6%) ibu yang bekerja mengalami hiperemesis gravidarum. Sedangkan diantara ibu yang tidak bekerja, ada 31 (29,5%) yang mengalami hiperemesis gravidarum. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,000, maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian hiperemesis

gravidarum antara ibu yang bekerja dengan ibu tidak bekerja (ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian hiperemesis gravidarum). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai Odss Ratio= 4,363, artinya ibu yang bekerja mempunyai peluang 4,36 kali untuk m e n g a l a m i h i p e r e m e s i s g r a v i d a r u m dibandingkan ibu yang tidak bekerja.

No Pekerjaan

Hiperemesis Gravidarum

Jumlah p value OR

Ya Tidak

n % n % N %

1 Bekerja 53 64,6 29 35,4 82 100

0,000 4,363 2 Tidak Bekerja 31 29,5 74 70,5 105 100

Jumlah 84 44,9 103 55,1 100

PEMBAHASAN

1. Hubungan Umur Ibu Hamil dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum

Dari hasil uji statistik diperoleh p value =

0,006 (p value á 0,05), berarti ada hubungan

yang signifikan antara umur dengan kejadian hiperemesis gravidarum, sehingga hipotesis yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian hiperemesis gravidarum terbukti secara statistik.

Hasil ini sesuai dengan teori Prawirohardjo (2005) umur ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian hiperemesis

gravidarum. Hal ini sejalan dengan analisa penelitian yang dilakukan oleh Fitriah (2010) dan Mursyida (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara umur ibu hamil dengan kejadian hiperemesis gravidarum.

2. Hubungan Usia Kehamilan dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum

Dari hasil uji satistik diperoleh p value =

0,032 (p value á 0,05), berarti ada hubungan

(24)

secara statistik.

Hal ini sesuai dengan teori Runiari (2010) usia kehamilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian hiperemesis gravidarum. Hal ini sejalan dengan analisa penelitian yang dilakukan oleh Silviana, dkk (2013) bahwa ada hubungan bermakna antara usia kehamilan dengan kejadian hiperemesis gravidarum.

3. Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum

Dari hasil uji statistik diperoleh p value =

0,020 (p value á 0,05), berarti ada hubungan

yang signifikan antara paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum, sehingga hipotesis yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara paritas ibu dengan kejadian hiperemesis gravidarum terbukti secara statistik.

Hal ini sesuai dengan teori Sastrawinata (2004) paritas merupakan salah satu faktor yang m e m p e n g a r u h i k e j a d i a n h i p e r e m e s i s gravidarum. Hal ini sejalan dengan analisa penelitian Maizar Handayani (2009) dan penelitian Mursyida (2012) bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas ibu dengan kejadian hiperemesis gravidarum.

4. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum

Dari hasil penelitian bivariat didapatkan ibu dengan pendidikan tinggi ada 37 orang (37,4%) yang mengalami hiperemesis gravidarum lebih kecil dibandingkan dengan ibu dengan p e n d i d i k a n r e n d a h y a n g m e n g a l a m i hiperemesis gravidarum yaitu 47 orang (53,4%).

Dari hasil uji statistik diperoleh p value =

0,040 (p value á 0,05), berarti ada hubungan

yang signifikan antara pendidikan dengan kejadian hiperemesis gravidarum, sehingga hipotesis yang menyatakan ada hubungan yang

bermakna antara pendidikan ibu dengan kejadian hiperemesis gravidarum terbukti secara statistik.

Hal ini sesuai dengan teori Prawirohardjo (2005) pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian hiperemesis gravidarum. Secara teoritis, ibu hamil yang memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan dirinya. Hal ini sejalan dengan analisa penelitian Hanif, dkk (2012) bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kejadian hiperemesis gravidarum.

5. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum

Dari hasil uji statistik diperoleh p value =

0,000 (p value á 0,05), berarti ada hubungan

yang signifikan antara pekerjaan dengan kejadian hiperemesis gravidarum, sehingga hipotesis yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan kejadian hiperemesis gravidarum terbukti secara statistik.

Hal ini sesuai dengan teori Notoadmojo (2007) pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian hiperemesis gravidarum. Hal ini sejalan dengan analisa penelitian Haryanti (2010) dan penelitian Mursyida (2012) bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan kejadian hiperemesis gravidarum.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang pada bulan Februari 2014 dari 187 responden dapat disimpulkan bahwa :

(25)

2. Distribusi frekuensi umur ibu yang risiko tinggi sebanyak 103 orang (55,1%), usia kehamilan yang berisiko sebanyak 94 orang (50,3%), paritas ibu yang risiko tinggi sebanyak 86 orang (46%), ibu yang berpendidikan tinggi sebanyak 99 orang (52,9%), ibu yang tidak bekerja sebanyak 105 orang (56,1%).

3. Ada hubungan yang bermakna antara umur i b u d e n g a n k e j a d i a n h i p e r e m e s i s

gravidarum (p value 0,006 á 0,05).

4. Ada hubungan yang bermakna antara usia kehamilan dengan kejadian hiperemesis

gravidarum (p value 0,032 á 0,05).

5. Ada hubungan yang bermakna antara paritas ibu dengan kejadian hiperemesis

gravidarum (p value 0,020 á 0,05).

6. Ada hubungan yang bermakna antara p e n d i d i k a n i b u d e n g a n k e j a d i a n

hiperemesis gravidarum (p value 0,040 á

0,05).

7. Ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan kejadian hiperemesis

gravidarum (p value 0,000 á 0,05).

B. SARAN

1. Bagi Ibu Hamil

Diharapkan pada ibu hamil sebaiknya hamil pada usia 20 sampai 35 tahun,

memiliki minimal 3 orang anak, pada usia kehamilan 0 sampai 20 minggu diharapkan menghindari makan – makanan yang merangsang mual dan muntah, dan sebaiknya ibu memiliki tingkat pendidikan SMA agar ibu lebih mengerti dan banyak

tahu informasi mengenai komplikasi pada saat kehamilan yaitu salah satunya adalah hiperemesis gravidarum.

2. Bagi Petugas Kesehatan Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang

Diharapkan pada pihak rumah sakit Muhammadiyah Palembang, ruang perawatan kebidanan diharapkan dapat meningkatkan penyuluhan pada ibu hamil d e n g a n m e n g e m b a n g k a n K I E (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) m e n g e n a i p e n a g a n a n s e c a r a d i n i h i p e r e m e s i s g r a v i d a r u m s e h i n g g a mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat hiperemesis gravidarum.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Diharapkan dapat meneliti variabel lain yang lebih bervariasi dan mencakup penelitian yang lebih lama dengan metode penelitian yang berbeda terutama yang berhubungan dengan kejadian hiperemesis gravidarum, sehingga penelitian tentang hiperemesis gravidarum terus berkembang.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Aril Cikal Yasaar. 2011. Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum di RSUD Ujung

Berung (Online) diakses pada 20 November

2014

Fadlun, Achmad. 2012. Asuhan Kebidanan

Patologi. Jakarta : Salemba Medika

H a r y a n t i . 2 0 1 0 . F a k t o r – F a k t o r Ya n g

Mempengarruhi Hiperemesis Gravidarum.

Dalam Mursyida Wadud 2012

Hidayat, A. Aziz Azimul. 2008. Riset Keperawatan

dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba

Medika

Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada

Kehamilan Fisiologis dan Patologis. Jakarta :

Salemba Medika

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan

Bidan. Jakarta : EGC

(26)

Nelis, Herma. 2012. Hubungan Primigravida, Molahidatidosa, dan Gemeli dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil di Ruang Mawar RSUD dr. M. Yunus Bengkulu

(online) diakses pada 20 November 2014

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi

penelitian Kesehatan. Jakarta : salemba Medika

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. J a k a r t a : P T B i n a P u s t a k a S a r w o n o Prawirohardjo

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. J a k a r t a : P T B i n a P u s t a k a S a r w o n o Prawirohardjo

Profil Dinas Kesehatan Sumatera Selatan, 2010

Riska. 2011. Hubungan Antara Umur dan Paritas Ibu Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr.

Mohammad Hosein Palembang.

Rukiyah, Ai Yeyeh. 2010. Asuhan Kebidanan

patologi 4. Jakarta : TIM

Sari, Silviana. 2013. Hubungan Beberapa Faktor Risiko Ibu Hamil dengan Hiperemesis

Gravidarum di RSUD Raden Mattaher Jambi.

(online) diakses pada 20 November 2014

Sastrawinata, Sulaiman. 2004. Ilmu Kesehatan

Reproduksi Obstetri Patologi. Jakarta: EGC

Siddik, Djafar. 2009. Hiperemesis Gravidarum. Dalam Sarwono Prawirohardjo (Ed7), Ilmu Kebidanan (halaman 814-820). Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

(27)

BATURAJA KABUPATEN OKU

TAHUN 2015

ENI FOLENDRA ROSA

Dosen Prodi Keperawatan Baturaja Poltekkes Kemenkes Palembang

ABSTRAK

Latar Belakang: Dengan proses menua menimbulkan perubahan hormonal, perubahan fisik serta perubahan mental. Beberapa permasalahan akan muncul sejalan dengan proses menua tersebut. Salah satunya adalah terjadi gangguan tidur sebagai dampak menurunnya hormon dan proses menua yang lain, bila dibiarkan dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan gangguan affek seperti depresi/tertekan,cemas, khawatir dan marah.

Tujuan Penelitian: Penelitian bertujuan mengetahui hubungan gangguan tidur dengan gangguan affek pada individu usia 50 tahun ke atas.

Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan case control studi. Populasi penelitian ini adalah semua individu yang berumur 50 tahun ke atas di Desa Sukajadi Baturaja Kabupaten OKU tahun 2015.

Analisis data : univariabel dengan distribusi frekuensi, analisis bivariabel dengan chi-square dan analisis multivariabel dengan regresi logistik.

Hasil penelitian : Pada kelompok individu yang mengalami gangguan tidur mengalami 2.48 kali lebih banyak gangguan affeks dibandingkan kelompok individu yang tidak mengalami gangguan tidur dan bermakna secara statistik (95% CI; 1,1-8,5). Analisis hubungan jenis kelamin laki –laki menunjukkan, pada kelompok kasus mengalami 2,5 kali lebih banyak gangguan affeks dibandingkan kelompok kontrol dan bermakna secara statistik (95% CI; 1,1-5,7).

Kesimpulan : Pada kelompok individu yang mengalami gangguan tidur lebih banyak mengalami gangguan affeks dibandingkan kelompok individu yang tidak mengalami gangguan tidur pada individu usia 50 tahun ke atas di Desa Sukajadi Baturaja Kabupaten OKU tahun 2015.

Saran : Dinas kesehatan Kabupaten OKU hendaknya memfasilitasi pelayanan promotif dan preventif terhadap gangguan tidur pada lansia agar tidak berlanjut menjadi gangguan affeks pada lansia. Dengan makin meningkatnya usia harapan hidup maka penduduk usia tua semakin meningkat karena itu perlu dibentuk adanya pembinaan dan pengawasan secara berkala pada keluarga yang memiliki lansia yang mengalami gangguan tidur terintegral pada kegiatan posyandu lansia agar dapat dicegah terjadinya gangguan affeks pada lansia.

PENDAHULUAN

Sejalan dengan berhasilnya pembangunan kesehatan, jumlah kelahiran menurun dan status kesehatan meningkat. Secara umum perubahan ini memberi dampak pada meningkatnya usia harapan hidup, yang berarti meningkat pula jumlah lanjut usia (lansia). Jumlah penduduk dunia yang berusia diatas 50 tahun diprediksi sebesar 450 juta pada tahun

1

2050 .

Pada tahun 2006 jumlah penduduk Indonesia yang berusia di atas 50 tahun sekitar 17 juta, dan diperkirakan menjadi 33 juta pada tahun 2025. Dari total jumlah penduduk lansia Indonesia, 58% diantaranya tidak pernah mengeyam pendidikan secara formal, sehingga

bila mereka bekerja pekerjaannya di bidang yang tidak terlatih2.

Gambar

Tabel 2. Hasil pemeriksaan secara makrospis
Tabel 1. Hasil identifikasi senyawa aktif Fraksi Ekstrak Akar Bayam Duri
Tabel  2. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat dari Beberapa Fraksi Ekstrak Akar Bayam                Duri (Amaranthus spinosus L.) terhadap Bakteri  Shigella sonnei   Selama 1 x 24 jam
tabel dibawah ini
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada bulan November 2016, kelompok komoditas yang memberikan andil/sumbangan terhadap inflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,44 persen diikuti

Berdasarkan uji t bahwa variabel kelompok referensi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan penggunaan jasa warnet, pekerjaan dan keadaan ekonomi

Variabel Dependen: kemampuan organisasi, strategi bersaing, dan kinerja perusahaan Kemampuan manajerial dan lingkungan industri berpengaruh positif dan tidak signifikan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan TQM dan komitmen organisasi terhadap kinerja perusahaan dan untuk mengetahui

Disinilah sebenarnya proses interaksi yang saling mempengaruhi tersebut terjadi dimana setiap pemimpin unit organisasi adalah rantai manajemen pada setiap

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa saat ini Tata Kelola Teknologi Informasi Di Dinas PPKAD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berada pada posisi yang telah

Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan sekam padi sebagai adsorben zat warna reaktif Cibacron Red, yaitu dengan menentukan kondisi optimum dan jenis isoterm

Setelah melakukan penelitian, diperoleh hasil bahwa masalah tersebut di atas dapat diatasi dengan mengembangkan suatu aplikasi pembangkitan gambar abstrak menggunakan desain fraktal