• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap kumpulan cerpen Bidadari yang Mengambara karya A. S. Laksana, peneliti menyimpulkan sebagai berikut.

1. Dalam kumpulan cerpen Bidadari yang Mengembara karya A. S. Laksana ditemukan tokoh utama, tokoh tambahan, tokoh protagonis, tokoh antagonis, tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh utama dalam cerpen Menggambar Ayah adalah tokoh aku. Tokoh aku merupakan seorang anak yang merasa ibunya selalu membenci dirinya. Ibunya tidak pernah mengharapkan kelahirannya. Tokoh aku memiliki sifat dan watak yang tidak berubah dari awal hingga akhir cerita. Tokoh utama dalam cerpen Bidadari yang Mengembara adalah tokoh Alit. Tokoh Alit merupakan seorang yang putus asa setelah kekasihnya meninggalkannya. Tokoh utama dalam cerpen Seorang Ibu yang Menunggu atau Sangkuriang adalah tokoh ibu. Tokoh ibu merupakan seorang ibu yang sedang hamil dan ditinggalkan suami dan anaknya. Ia merasa khawatir kepada anaknya yang telah beberapa hari meninggalkan rumah. Tokoh utama dalam cerpen Burung di Langit dan Sekaleng Lem adalah tokoh aku. Tokoh aku merupakan seorang anak tuna wisma, ia harus hidup dijalanan. Tokoh utama dalam cerpen Seekor Ular di Dalam Kepala adalah tokoh Lin. Lin adalah seorang istri yang merasa bosan dengan kehidupan rumah tangganya dan

208 memiliki pikiran untuk berselingkuh. Tokoh utama dalam cerpen Telepon dari Ibu adalah tokoh Yun. Yun adalah seorang anak yang merasa rindu dengan ibunya dan seorang istri yang merasa khawatir kepada anak yang akan dilahirkannya. Tokoh utama dalam cerpen Buldoser adalah tokoh Alit. Alit adalah seorang anak dari keluarga yang rumahnya selalu digusur walau telah beberapa kali pindah rumah, ia tetap melanjutkan sekolahnya untuk

mewujudkan cita-citanya. Tokoh utama dalam cerpen Seto Menjadi Kupu-Kupu adalah tokoh Seto. Tokoh dalam cerpen Bangkai Anjing adalah tokoh aku. Tokoh aku adalah seorang anak yang merasa malu dengan keadaan ayahnya dan seorang adik yang merasa kecewa kepada kakaknya yang bekerja menjadi seorang banci. Tokoh utama dalam cerpen Rumah Unggas adalah tokoh Seto. Seto adalah seorang anak yang merasa kecewa kepada ayahnya yang selalu bersikap berlebihan dan bersikap pilih kasih kepadanya dan adiknya. Tokoh utama dalam cerpen Peristiwa Pagi Hari adalah tokoh Alit. Alit adalah seorang anak remaja yang merasa ayahnya kurang perhatian

kepadanya. Tokoh utama dalam cerpen Cerita tentang Ibu yang Dikerat adalah tokoh Alit. Alit adalah seorang anak yang trauma atas kematian ibunya.

2. Dalam kumpulan cerpen Bidadari yang Mengembara karya A. S. Laksana ditemukan mekanisme mimpi yang mengiringi tokoh-tokoh utama dalam kumpulan cerpen tersebut, yaitu figurasi, kondensasi, pengalihan dan

simbolisasi. Mekanisme mimpi tersebut ditemukan melalui tokoh-tokoh utama dalam kumpulan cerpen Bidadari yang Mengembara. Pada tiap cerpen terdapat hasrat yang disamarkan melalui mekanisme mimpi. Hasrat-hasrat yang

209 tokoh utama kepada seseorang yang disayangi seperti Ayah, anak, Ibu dan kekasihnya. Dalam cerpen Menggambar Ayah hasrat yang disamarkan adalah perasaan rindu oleh tokoh aku yang sangat ingin mengenal sosok ayahnya. Dalam cerpen Bidadari yang Mengembara hasrat yang disamarkan adalah perasaan rindu tokoh Alit kepada Nita kekasihnya. Dalam cerpen Seorang Ibu yang Menunggu atau Sangkuriang hasrat yang disamarkan adalah perasaan rindu seorang ibu yang menunggu anaknya pulang setelah beberapa hari meninggalkan rumah. Dalam cerpen Buldoser hasrat yang disamarkan adalah perasaan rindu tokoh Alit kepada ayahnya yang sudah meinggal. Dalam cerpen Peristiwa Pagi Hari hasrat yang disamarkan adalah perasaan rindu seorang anak yang mengharapkan perhatian dari seorang ayah. Dalam cerpen Cerita tentang Ibu yang Dikerat hasrat yang disamarkan adalah perasaan rindu seorang anak kepada ibunya yang sudah meninggal. Selain itu, hasrat perasaan kecewa, tertekan, cemas, bosan, dan hasrat ingin merebut hak-hak yang

dimiliki juga terdapat dalam cerpen Burung di Langit dan sekaleng lem, Seekor Ular di Dalam Kepala, Telepon dari Ibu, Seto Menjadi Kupu-Kupu, Bangkai Anjing, dan Rumah Unggas.

3. Dalam kumpulan cerpen Bidadari yang Mengembara terdapat 10 cerpen yang layak dijadikan sebagai bahan ajar karena sudah memenuhi kriteria dalam pemilihan bahan ajar ditinjau dari aspek kebahasaan. Cerpen-cerpen tersebut layak dijadikan sebagai bahan ajar kerena penggunaan bahasa cerpen tersebut sesuai tingkat penguasaan bahasa siswa, terdapat kosakata baru yang

menambah kosakata siswa, dan penggunaan istilah kata yang digunakan mudah dipahami oleh siswa. Selani itu, dalam kumpulan cerpen Bidadari yang

210 Mengembara terdapat 2 cerpen yang tidak layak dijadikan sebagai bahan ajar karena tidak memenuhi kriteria dalam pemilihan bahan ajar ditinjau dari aspek kebahasaan . Cerpen-cerpen tersebut tidak layak dijadikan sebagai bahan ajar kerena penggunaan istilah kata yang digunakan tidak mudah dipahami oleh siswa dan terdapat istilah yang tidak sesuai untuk diberikan kepada siswa SMA.

5.2Saran

Berdasarkan hasil analisis terhadap kumpulan cerpen Bidadari yang Mengembara karya A. S. Laksana, peneliti menyarankan sebagai berikut.

1. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai tokoh , siswa dapat menggunakan kumpulan cerpen Bidadari yang Mengembara karya A. S. Laksana karena dalam kumpulan cerpen tersebut terdapat enam jenis tokoh, yaitu tokoh utama, tokoh tambahan, tokoh protagonis, tokoh antagonis, tokoh statis, dan tokoh dinamis

2. Guru bidang studi mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat menggunakan kutipan penggalan kumpulan cerpen Bidadari yang Mengembara contoh dalam pembelajaran sastra mengenai tokoh-tokoh dalam cerpen. Hal ini disebabkan kumpulan cerpen Bidadari yang Mengembara layak dijadikan salah satu alternatif bahan ajar berdasarkan kriteria pemilihan bahan ajar sastra.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu.1998. Psikologi Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bertens, K. 1979. Memperkenalkan Psikoanalisa. Jakarta: PT Gramedia.

Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra (Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi). Yogyakarta: CAPS

Laksana, A. S. 2014. Bidadari yang Mengembara.. Jakarta: Gagas Media Milner, Max. 1992.Freud dan Interpretasi Sastra.. Jakarta: Intermasa. Minderop, Albertine.2011. Psikologi Sastra. Jakarta:Yayasan Pustaka Obor

Indonesia.

Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan.1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:Gajah Mada Universty Press.

Purba, Antilan. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu. Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.Press. Semi, M. Atar.1993.Metode Penelitian Sastra.Bandung:Angkasa.

Suliani, Ni Nyoman Wetty. 2004. Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi dan Media Pembelajaran bahasa Indonesia (Bahan Ajar). Lampung: Universitas Lampung

Suroto. 1989. Teori dan Bimbingan: Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga Suyanto, Edi. 2012. Perilaku Tokoh dalam Cerpen Indonesia (kajian

Sosio-Psikosastra terhadap Cerpen Agus Noor dan Joni Ariadinata). Bandarlampung: Universitas Lampung

Teeuw, A. 2003. Sastra dan Ilmu Sastera. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Universitas Lampung. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandarlampung: unila.

Wellek, R. Dan Warren, A. 1977. Teori Kesusastraan. Terjemahan oleh Melani Budianta. 2014. Jakarta: Gramedia

http://rumpunnektar.com/2013/11/psikoanalisis-dalam-sastra.html diakses tanggal 29 Sept, Pukul 13.00.

Dokumen terkait