• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1 SIMPULAN

Kerusakan dan alih fungsi lahan hutan mangrove menjadi tambak dan wilayah pemukiman mengakibatkan berkurangnya luasan hutan mangrove seluas 76 398.68 ha dari tahun 1992-2009. Pada tahun 2003 masih terdapat 10 jenis hutan mangrove yaitu bakau (Rhizophora), pedada (Sonneratia spp), api-api (Avicennia sp.), tancang (Bruguiera sp.), nyirih (Xylocarpus granatum), nipa (Nypa fruticans), nibung (Oncosoerma sp), dungun (Heritiera littolaris), mata buaya (Gruguiera sexangula), dan buta-buta (Excoecaria agallocha). Tahun 2012 hanya tersisa empat jenis mangrove yang dominan yang terdiri dari bakau (Rhizopora spp), api-api (Avicennia spp), pedada (Sonneratia spp) dan nipah (Nypa fructicans).

Berkurangnya luasan hutan mangrove mengakibatkan penurunan fungsinya sehingga mengancam kelangsungan kehidupan masyarakat sekitar yang hidup dikawasan hutan tersebut baik dari ancaman bahaya abrasi, berkurangnya jumlah pendapatan karena penurunan jumlah hasil tangkapan dan jumlah produksi ikan tambak, serta ancaman kepunahan terhadap hewan endemik Bekantan.

Nilai ekonomi total yang dihasilkan hutan mangrove di Kawasan Delta Mahakam tahun 2012 yaitu sebesar Rp. . 503 071 398 869.2, terdiri dari nilai guna langsung (direct use value) sebesar Rp. 407 7746 300 000, nilai guna tidak langsung (indirect use value) sebesar Rp. 37 133 936 369.2, nilai pilihan (option value) sebesar Rp. 35 571 600 000, nilai keberadaan (existence value) sebesar Rp. 13305 625 000 dan nilai warisan (bequest value) sebesar Rp. 9 313 937 500. Nilai guna langsung (direct use value) memberikan kontribusi lebih besar daripada nilai guna tidak langsung (indirect use value).

Faktor-faktor yang mempengaruhi manfaat ekonomi hutan mangrove agar tetap lestari pada nilai rekreasi yaitu biaya perjalanan, umur, pekerjaan mahasiswa, dan jumlah tanggungan sedangkan faktor yang mempengaruhi keberadaan hutan mangrove yaitu pekerjaan (swasta dan mahasiswa) dan pendapatan, sementara faktor yang berpengaruh terhadap kelestarian bekantan yaitu pendapatan, asal dalam daerah dan luar daerah

6.2 SARAN

Data hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebuah pertimbangan bagi para pemegang kebijakan dalam pengambilan keputusan untuk menjaga dan melestarikan hutan mangrove yang ada di Kawasan Delta Mahakam tanpa merusak lingkungan.

Pengaturan yang ketat menjaga kelestarian hutan mangrove harus dilakukan dan pengaturan ini dilaksanakan oleh Pemerintah serta masyarakat secara bersama-sama

Perlunya penelitian berlanjutan untuk menyusun kebijakan pengaturan dan pengawasan hutan mangrove agar tetap lestari.

Abdullah M. 1994. Sambutan Pengarahan Direktur Jenderal Perikanan. Prosiding Seminar Pembahasan Strategi Nasional dan Program Aksi mangrove. LIPI. Jakarta.

Allen GP and Chambers JLC. 1998. Sedimentation in the Modern Delta and Miocene Mahakam Delta. Indonesian Petroleum Association. Jakarta.

Azis N. 2006. Analisis Ekonomi Alternative Pengelolaan Sistem Mangrove Kecamatan Barru Kabupaten Barru [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor [Bappeda Kutai Kartanegara]. 2010. Rencana Rehabilitasi dan Konservasi

Mangrove di Delta Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Tenggarong.

Bengen DG. 2002. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. PKSPL- IPB.

Bengen DG. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan lautan. Pusat Kajian Sumberdaya pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. [BPS Kutai Kartanegara]. 2011. Kabupaten Kutai Kartanegara Dalam Angka.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Kartanegara. Tenggarong.

[BPS Kutai Kartanegara]. 2011. Kabupaten Kutai Kartanegara Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Kartanegara. Tenggarong.

Budiana A. 2005. Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove Berbagai Pola Tambak Tumpangsari Pada Status Lahan Negara dan Lahan Milik (Studi Kasus: di Karawang-Jawa Barat) [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Claridge, D. dan Burnett, J. 1993. Mangrove in Focus. Wet paper Marine Education, Ashmore.

Cotto Z, Susilo T, Raharjo B, Purwanto S, Adiwilaga S, Nainggolan PJS. 1986. Interaksi Ekosistem Hutan Mangrove dan Perairan di daerah estuaria. Diskusi Panel Daya Guna dan Batas Lebar Jalur Hijau Hutan Mangrove MAB-LIPI. 277 Feb-1 Maret 1986. Ciloto.

Cunha LM, Coelho CJ, Almeida R, Menghini, Schaeffer YN, Cintrón G,F. Dahdouh GF. 2008. Characterisation of Mangrove Forest Types in View of Conservation and Management: a Review of Mangals at the Cananéia Region, São PauloState, Brazil. Journal of coastal research 64: 349-353 Dahuri R. 1996. Pengembangan Rencana Pengelolaan Pemanfaatan Berganda

Ekosistem Mangrove di Sumatera. Pelatihan Pelestarian dan Pengembangan Ekosistem Mangrove secara Terpadu, Universitas Brawijaya, 21 Mei-1 Juni 1996. Malang.

Dinas Perikanan dan Kelautan Tingkat 1 Kalimantan Timur. 2005. Laporan Tahunan Statistik Perikanan dan Kelautan. Dinas Perikanan dan Kelautan Kalimantan Timur, Samarinda.

62

[DKP]. 2007. Laporan Akhir Hasil Kegiatan: Pemetan Detail Areal tambak Di kawasan Delta Mahakam Menggunakan Citra Satelit dan Sistem Informasi Geografi Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Kerjasama Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kutai kartanegara dengan CV. Mitra kaltim Persada, Tenggarong.

Fahrudin A. 1996. Analisis Ekonomi Pengelolaan Lahan Pesisir kabupaten subang Jawa barat [Tesis]. Program Pascasarjana IPB. Bogor

Fahrudin A, Adrianto L. 2007. Pendekatan Langsung dengan Contingent Valuation Method. Modul disampaikan Pada Kegiatan Pelatihan Teknik dan Metode Pengumpulan Data Valuasi Ekonomi, Diselenggarakan oleh PKSPL- IPB Bekerjasama dengan Pusat Survei Sumberdaya Alam Laut BAKOSURTANAL.

Fauzi A. 2002. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Makalah Pada Pelatihan Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan, Universitas Diponegoro. Semarang.

Fauzi A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. PT Gramedia. Jakarta

[FAO] Food and Agriculture Organisation. 2000. Application of Contingent Valuation Method in Developing Countries. FAO Economic and Social Development Papers No. 146/200. Rome

Handayani YD. 2004. Analisis Ekonomi Pemanfaatan Hutan Mangrove Menjadi Tambak Tumpangsari (Studi Kasus: Desa Muara Keacamatan Blanakan kabupaten Subang [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut pertanian Bogor. Bogor.

Hartini S, Saputro GB, Yulianto M, Suprajaka. 2010. Assessing the Used of Remotely Sensed Data for Mapping Mangroves Indonesia. SELECTED TOPICS in POWER SYSTEMS and REMOTE SENSING. In 6th WSEAS

International Conference on REMOTE SENSING (REMOTE ‟10), Iwate

Prefectural University, Japan. October 4-6, 2010; pp. 210-215.

Hery P. 2012. Tinajaun Ekosistem Mangrove [Internet]. [Diunduh 2013 july 26].

Tersedia pada: http://www.fst web unair.ac.id//artikel_detail-

416191_Herypurba.

Hilmi E. 1998. Penentuan Lebar Optimal jalur hijau Mangrove Melalui Pendekatan Sistem: Studi kasus di Hutan Muara Angke Jakarta [Tesis]. Program Pascasarjana IPB. Bogor.

Irwan D. 1992. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. [Disertasi. Program Pascasarjana IPB. Bogor.

Istomo. 1992. Tinjauan Ekologi Hutan Mangrove dan Pemanfaatan Di Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan Mangrove, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. IUCN. 1993. Oil and Gas Exploration and Production in Mangrove Areas.

Giudelines for Environmental Production. IUCN. Switerland.

[KLH]. 2008. Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove. Kementrian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta

Kusmana C. 1995. Sistem Silvikultur Hutan Mangrove. Duta Rimba/Maret- April/177-178/XXI/1995. P 18-24. Jakarta

MacKinnon K. 1987. Conservation status of primates in Malaysia with special reference to Indonesia. Primate Conservation 8:175-183.

Maryadi. 1998. Analisis Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Mangrove untuk Berbagai Macam Kegiatan Pertanian di Pesisir Pantai Timur Kecamatan Tulung Selapan Propinsi Sumatera Selatan. [Tesis]. Program Pascasarjana IPB. Bogor.

Matsuda I, Tuuga A ,Higashi S. 2008. Clouded leopard (Neofelis diardi) predation on proboscis monkeys (Nasalis larvatus) in Sabah, Malaysia. Primates

49:227–231.

Muif M. 1991. Penentuan Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam. Kerjasama Antara Dewan Riset Nasional Kelompok II Bidang Sumberdya alam, Energi, dan Lingkungan Hidup Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Departemen Dalam Negeri dan Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional. Bogor. Naamin N. 1991. Penggunaan Hutan Mangrove Untuk Budidaya Tambak

Keuntungan dan Kerugian. Makalah Dalam Prosiding Seminar IV Ekosistem Hutan Mangrove MAB Indonesia LIPI. Bandar Lampung

Nugroho I, Dahuri R. 2004. Pembangunan Wilayah, Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. LP3ES Indonesia. Jakarta

Nontjit A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.

Noor R, Khazali YM, dan Suryadiputra INN. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor

Nybakken JW. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Alih Bahasa Oleh M. Eidmsn, Koesoebiono, Bengen DG, Hutomo M, Sukardjo S. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Pearce DW, Moran D. 1994. The Economic Value of Biodiversity. Journal The World Conservation Union EARTHSCAN Publication Ltd, London.

Pearce DW, Turner RK. 1990. Economic of Natural Resources and The Environment. Harvesters Wheatsheaf. New York. London.

Prihatini TR. 2003. Pemodelan Dinamika Spasial Bagi Pemanfaatan Sumberdaya Alam Pesisir Yang Berkelanjutan, Studi Kasus: Konversi Lahan Mangrove Manjadi Pertambakan Udang Di Delta Mahakam, Kalimantan Timur [Disertasi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ritohardoyo. 2011. Arahan Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove Kasus Pesisir Kecamatan Teluk Pakedai, Kabupaten Kubu Raya Privinsi Kalimantan Barat. Jurnal Geografi 8(2): 3-12

Ruitenbeek HJ. 1992. Mangrove Mangement An Economic Analysis of

64

Sarwono. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Publisher, Graha Ilmu. Yogyakarta.

Selden TM and Song D. 1994. Environmental Quality and Development: Is there a Kuznet for Air Polution Emission. Journal of Environmental Economics and Management, Elsevier, vol. 277 (2), pages 147-162, September

Schaeffer NY, Cintrón MG, Lignon, MC, and Coelho JC., 2005. A conceptual hierarchical framework for marine coastal management and conservation: a Janus-like approach. Journal of Coastal Research, Special Issue, 42, 191- 197.

Soemodihardjo. 1984. Prosiding Seminar II Ekosistem Hutan Mangrove mengenai Jalur Hijau Hutan Mangrove. Baturaden 3-5 Agustus 1982. LIPI. Jakarta. Surachmat A. 1999. Salinity of the Modern Mahakam Delta, East Kalimantan.

Berita Sedimentasi No.12 Tahun 1999 hal.14-16.

Suryono T. 2006. Penilaian Ekonomi Lingkungan terhadap Konversi hutan Mangrove menjadi Tambak dan Pemukiman [Tesis]. Institute Pertanian Bogor. Bogor

Turner K, Pearce D, and Bateman I. 1994. Environmental Economic: An Elementary Introduction. Center For Social and Economic Research On The Global Environment. University of Fost Anglia and University College London. London.

Turner, R.E. 1975. The Segara Anakan Reclamation Project, The Impact on Commercial Fisheries. A report to Engineering Consultant Inc., Colorado. Tuwo A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut: Pendekatan Ekologi,

Sosial-Ekonomi, dan Sarana Wilayah. Brilian Internasional. Sidoarjo

Winarti ET. 1999. Manfaat Hutan Mangrove Untuk Pelestariian Lingkungan Pantai dan Meningkatkan Perekonomian Masyarakat (Studi Kasus: Desa Ambat, Kecamatan Balanakan, Kabupaten Pamekasan). Jurnal Lingkungan dan Pembangunan 19 (2). Hal 120-126

Yakin A. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan; Teori dan Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan. Akademi Pressindo. Jakarta

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Mengenai Contingent Valuation Method untuk WTP Keberadaan dan WTP Warisan.

Dokumen terkait