• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan terhadap hasil penelitian tentang Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Pengrajin Mainan (Studi Kasus Tentang Relasi Sosial dan Strategi Bertahan Masyarakat Pengrajin Mainan di Desa Ngaglik, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri), peneliti dapat mengambil simpulan sebagai berikut:

1. Relasi Sosial Masyarakat Pengrajin Mainan di Desa Ngaglik, Kecamatan

Bulukerto, Kabupaten Wonogiri, meliputi :

a. Relasi Sosial Masyarakat Pengrajin dengan masyarakat sekitar atau tempat

tinggal.

Relasi di antara masyarakat tercermin dalam kehidupan sehari-hari

yang nampak pada masyarakat Desa Ngaglik yaitu ”gotong royong“.

Kegiatan gotong royong masyarakat dibedakan menjadi dua. Pertama, gotong royong berhubungan dengan kepentingan keluarga yang diwujudkan dengan berbagai kegiatan di antaranya membantu tetangga yang melaksanakan hajatan baik berupa materi maupun dengan tenaga, mengikuti perkumpulan arisan, menjenguk tetangga yang sakit, melayat, pengajian rutin. Kedua, gotong royong yang berhubungan dengan kepentingan desa atau masyarakat luas yaitu kerja bakti menjaga

kebersihan lingkungan, gotong royong mendirikan rumah (sambatan),

membangun masjid desa, membangun dan mengairi sawah-sawah, membangun jalan desa dan jembatan. Wujud nyata dari adanya relasi adalah adanya komunikasi dan saling bertegur sapa jika bertemu di mana saja. Relasi masyarakat sekitar dengan pengrajin juga diwujudkan dalam kegiatan perekonomian di mana masyarakat yang bukan bermata pencaharian pengrajin juga bisa merasakan manfaat dari berbagai kerajinan yang ada di Desa Ngaglik. Misalnya menjual bahan baku untuk membuat mainan anak seperti bambu wuluh, menjual kertas bekas, menjual botol aqua bekas. Jadi secara tidak langsung kerajinan mainan ini

commit to user

juga membawa dampak positif bagi masyarakat yang bermata pencaharian diluar kerajinan.

b. Relasi Sosial Masyarakat Pengrajin dengan Sesama Pengrajin.

Relasi antara pengrajin tersebut dapat dilihat dari wujud yang paling ringan yaitu adanya komunikasi di antara mereka saat ada pertemuan informal seperti berbincang-bincang di dalam mobil ketika menghadiri acara hajatan, menjenguk orang sakit dan saat menjual hasil kerajinannya ke kota, saling bertegur sapa jika bertemu maupun berkunjung kerumah jika mengalami kesulitan bahan baku, memesan bahan baku kepada pengrajin lain yang ingin membeli bahan baku di kota dan saling pengertian maupun saling menghormati jika sedang berjualan terompet tahun baru. Ada juga pengrajin sekaligus pedagang yang menjual berbagai macam bahan-bahan kerajinan yang memberikan pelayanan terhadap sesama pengrajin. Bentuk pelayanannya yaitu dengan cara memberi pinjaman uang. Jadi pengrajin bisa mengambil bahan-bahan

kerajinan kemudian tidak langsung membayarnya (ngalap-nyaur).

Terdapat juga pertukaran informasi antar pengrajin jika ada event-event tertentu di kota. Saat berada di Pasar Pahing, ada pengrajin yang menitipkan barang dagangannya jika ada keperluan mendadak sehingga ia tetap bisa menjual hasil kerajinan melalui bantuan temannya.

c. Relasi Sosial Masyarakat Pengrajin dengan Pembeli.

Relasi yang terjalin antara penjual dan pembeli meliputi lima hal yaitu; pertama, kegiatan jual beli kerajinan mainan; kedua, pengrajin meminta pada pembeli langgananya untuk membelikan bahan baku terlebih dahulu yaitu kertas karton dan brom (cat warna emas); ketiga, pembeli memberikan modal terlebih dahulu pada pengrajin; keempat, kepercayaan pengrajin untuk membuatkan barang kerajinan dan kadang pemesanannya melalui telepon dan bersedia mengirimkan lewat paket

commit to user

pengiriman; kelima, memberi kelonggaran pada pembeli untuk mencicil pembayaran pada barang kerajinan mainan yang sudah dipesan.

d. Relasi Sosial Masyarakat Pengrajin dengan Aparat Pemerintah.

Pemerintah turut ikut andil dalam memajukan usaha pengrajin melalui bantuan yang disediakan oleh pemerintah pusat berupa kredit lunak bagi kelompok tani sekaligus pengrajin, sedangkan pemerintah daerah Wonogiri mengadakan event-event tahunan seperti karnaval budaya dan pameran potensi daerah sehingga masyarakat mengetahui potensi-potensi yang dimiliki masing-masing desa di Wonogiri. Selain itu ada pihak yang memberi bantuan terhadap pengrajin berupa alat transportasi yang digunakan untuk mengantar para pengrajin terompet ketempat tujuan menjelang tahun baru tiba sebab menjelang tahun baru hampir seluruh penduduk Kecamatan Bulukerto pada umumya dan Desa Ngaglik pada khususnya membuat terompet mainan untuk menyambut tahun baru dan menjualnya ke berbagai kota di wilayah nusantara.

2. Strategi Bertahan Masyarakat Pengrajin Mainan di Desa Ngaglik, Kecamatan

Bulukerto, Kabupaten Wonogiri

a. Adaptasi Ekonomi Masyarakat Pengrajin Mainan

Masyarakat pengrajin di Desa Ngaglik berusaha memenuhi kebutuhan hidup dengan menjadi pengrajin baik sebagai pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan. Pengrajin sebagai pekerjaan maupun sebagai pekerjaan sampingan selain bertani membantu perekonomian keluarga. Untuk masalah modal sendiri diperoleh melalui dua cara. Yang pertama yaitu meminjam dari sanak saudara, koperasi dan bank. Yang kedua, dari tabungan pribadi.

commit to user

Di Desa Ngaglik terdapat paguyupan dan pasar khusus untuk pengrajin. Meskipun sangat sederhana dan terorganisasi secara sederhana namun paling tidak para pengrajin dapat merasakan manfaatnya. Tujuan pendirian paguyupan pengrajin adalah untuk dijadikan tempat musyawarah jika terjadi suatu masalah, musyawarah tidak hanya dibatasi untuk anggota paguyupan namun juga bisa diikuti oleh masyarakat pengrajin lainya yang tidak tergabung dalam paguyuban, sedangkan Pasar Pahing di bentuk untuk memudahkan kerja para pengrajin sebab membantu pengrajin dalam pemasaran hasil produksi karena mempermudah pengrajin untuk bertemu dengan pembelinya.

c. Strategi Penjualan Masyarakat Pengrajin Mainan Desa Ngaglik

Masyarakat pengrajin di Desa Ngaglik memiliki lima strategi penjualan. Pertama, saling membantu pengrajin jika kesulitan bahan baku. Kedua, saling meminjamkan barang kerajinan jika stok kerajinan mainan yang diinginkan pembeli kurang atau tidak ada. Ketiga, menciptakan standar harga sendiri agar lebih terjangkau oleh pembeli. Keempat, memperbolehkan pembeli untuk tidak membayar secara langsung barang kerajinan yang sudah di belinya. Kelima, memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pembeli misalnya pengerjaan yang tepat waktu, memperhatikan kualitas, harga disesuaikan dengan bahan baku, sifat ramah dan sopan terhadap pembeli.

d. Strategi Keberlangsungan Pengrajin Mainan

Masyarakat pengrajin di Desa Ngaglik berusaha memenuhi kebutuhan hidup dengan cara menjadi pengrajin dan pekerjaan lainya yang dapat mendukung perekonomian keluarga. Untuk kerajinan mainan sendiri ada dua hal yang dilakukan para pengrajin dalam menjaga kelangsungan kerajinan mainan tersebut. Pengrajin mengajarkan ketrampilan membuat mainan kepada anaknya mulai dari kecil. Sehingga ketrampilan membuat kerajinan tersebut dapat digunakan untuk bekal mencari nafkah saat

commit to user

berkeluarga nanti. Ada juga pengrajin mainan wayang yang mengunakan kerajinan mainan wayang sebagai media pembelajaran. Dengan demikian kerajinan ini tidak akan hilang atau musnah selama masyarakat pendukungnya masih mau melestarikan dan mau membuat kerajinan mainan seperti terompet, wayang, empet dan topeng.

Dokumen terkait