• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.2 Pelaksanaan Penelitian

3.2.3 Pengumpulan Sumber (Heuristik)

3.2.3.3 Kritik Eksternal

Kritik ekternal merupakan suatu cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah (Sjamsuddin, 2007: 132). Peneliti melakukan kritik sumber baik terhadap sumber tertulis maupun sumber lisan. Kritik eksternal terhadap sumber tertulis dilakukan dengan cara memilih dokumen atau buku-buku yang ada kaitannnya dengan permasalahan yang dikaji serta menganalisis secara seksama terhadap sumber-sumber yang diperoleh sehingga diketahui unsur latar belakang peneliti, penerbit, tahun terbit dan keasliannya, karena kekinian tahun terbitnya maka semakin bagus kualitas yang didapat dalam buku tersebut, serta keyakinan dari peneliti bahwa dokumen -dokumen

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut memang dikeluarkan oleh instansi terkait. Kritik eksternal ini dilakukan untuk memperoleh apakah sumber tersebut otentik (asli) atau tidak.

Adapun kritik eksternal terhadap sumber lisan dilakukan dengan cara mengidentifikasi narasumber apakah mengetahui, mengalami atau melihat peristiwa yang menjadi objek kajian dalam penelitian. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dari narasumber adalah mengenai usia, kedudukan, pekerjaan, pendidikan, agama, tempat tinggal, kesehatan baik mental maupun fisik, kejujuran narasumber dan yang terpenting adalah daya ingat narasumber dan keberadaannya pada kurun waktu 1990-2006. Kritik eksternal yang dilakukan peneliti ialah terhadap narasumber yang bernama bapak Rasidi yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Beliau berumur 46 tahun dan sudah menjadi nelayan selama lebih dari 30 tahun. Bapak Rasidi merupakan warga asli Kecamatan Gebang. Apabila dilihat dari umur serta kesehatannya, bapak Rasidi masih memiliki daya ingat yang kuat dalam mengingat perubahan serta kehidupan nelayan Kecamatan Gebang pada kurun waktu 1990-2006.

Proses ini dilakukan karena semua data yang diperoleh baik dari sumber lisan maupun tertulis tingkat kebenarannya tidak sama. Sehingga dengan mengetahui kedudukan, pekerjaan, pendidikan dan agama seorang narasumber, peneliti dapat mengerti jika ada subjektivitas yang kemudian terdapat dalam perkataannya. Selain itu juga kritik yang dilakukan terhadap sumber lisan peneliti mengamatinya dari aspek usia para narasumber untuk melihat ketepatan antara kurun waktu kajian, dengan usia mereka pada waktu itu, sehingga dapat diputuskan bahwa mereka benar-benar mengetahui tentang Kehidupan nelayan di Kecamatan Gebang. Daya ingat narasumber sangat penting karena daya ingat sangat berpengaruh terhadap hasil kajian untuk dapat memberikan informasi yang benar-benar sesuai dengan apa yang dialaminya dan apa yang benar-benar terjadi. Dilihat pula kesehatan fisik dan mental serta kejujuran narasumber sangat penting untuk diperhatikan, karena akan sangat menentukan informasi yang akan diberikannya.

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.2.3.4. Kritik Internal

Kritik internal merupakan kebalikan dari kritik eksternal. Kritik internal bertujuan untuk menguji reliabilitas dan kredibilitas sumber. Kritik ini mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian di dalam sumber dengan kesaksian-kesaksian dari sumber lain. Untuk menguji kredibilitas sumber (sejauh mana dapat dipercaya) diadakan penilaian intrinsik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Sjamsuddin (2007 : 143) bahwa “Kritik internal merupakan penilaian terhadap aspek “dalam”, yaitu isi dari sumber sejarah setelah sebelumnya disaring melalui kritik eksternal.

Dalam tahapan ini peneliti melakukan kritik internal baik terhadap sumber tertulis maupun terhadap sumber lisan. Kritik terhadap sumber tertulis yang telah diperoleh berupa buku-buku referensi dilakukan dengan cara melakukan cross check (cek silang) dengan membandingkan data dan fakta serta pendapat yang terdapat dalam buku-buku atau dokumen-dokumen yang dikategorikan sebagai sumber tertulis. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data yang lebih akurat karena tidak semua orang memiliki pandangan yang sama terhadap suatu permasalahan.

Adapun kritik internal terhadap sumber lisan dilakukan dengan cara membandingkan hasil wawancara antara narasumber yang satu dan narasumber lainnya sehingga peneliti mendapatkan fakta yang dibutuhkan mengenai kondisi nelayan di Gebang. Setelah peneliti melakukan kaji banding pendapat narasumber yang satu dan lainnya kemudian membandingkan pendapat narasumber dengan sumber tertulis. Kegiatan yang dilakukan setelah sumber-sumber tersebut telah mengalami pengujian, maka peneliti menetapkan apakah fakta yang diperoleh dari sumber tertulis maupun lisan dapat diandalkan atau tidak. Kaji banding ini bertujuan untuk memperoleh kebenaran dari fakta yang didapat dari sumber tertulis maupun sumber lisan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.2.3.5 Penafsiran Sumber (Interpretasi)

Interpretasi merupakan langkah selanjutnya yang dilakukan setelah dilakukan kritik sumber. Interpretasi adalah kegiatan menafsirkan fakta-fakta yang sudah diperoleh melalui cara mengolah fakta yang telah dikritisi dengan merujuk beberapa referensi yang mendukung penelitian.Interpretasi perlu dilakukan agar data atau fakta yang telah dikumpulkan sebelumnya dapat digunakan sebagai bahan penelitian skripsi. Sjamsuddin (2007: 158-159) menjelaskan disadari atau tidak para sejarawan berpegang pada pada salah satu atau kombinasi beberapa filsafat sejarah tertentu yang menjadi dasar penafsirannya.

Dalam melakukan penafsiran terhadap sumber-sumber yang diperoleh, digunakan juga pendekatan interdisipliner agar mempermudah peneliti dalam merangkaikan fakta-fakta yang didapat. Pendekatan ini dilakukan terhadap permasalahan yang dikaji dengan menggunakan sudut pandang disiplin ilmu satu rumpun yaitu ilmu sosiologi dan ekonomi. Pendekatan sosiologi dapat dilihat aspek perubahan sosial dan stratifikasi dalam tatanan masyarakat nelayan di Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon. Pendekatan ekonomi adalah apakah dalam kurun waktu 1990-2006 terjadi peningkatan produksi ikan dan peningkatan pendapatan bagi nelayan dan berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon tahun 1990-2006.

3.2.3.6 Historiografi

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari penelitian yang memaparkan dan melaporkan seluruh hasil penelitian dalam bentuk tertulis setelah melalui tahap interpretasi fakta. Pada tahap ini seluruh daya pikiran dikerahkan bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan. Namun yang paling utama adalah penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analitis sehingga menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitian dan penemuan dalam suatu penelitian utuh yang disebut dengan historiografi.

Historiografi berarti pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada waktu yang telah lalu (Ismaun, 2005: 28). Dengan kata lain,pendekatan historiografi merupakan penelitian yang dilakukan setelah selesai

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melakukan analisis dan penafsiran terhadap data dan fakta sejarah. Dalam historiografi peneliti menceritakan hal-hal yang didapat disertai dengan penafsiran-penafsirannya sehingga hasil dari historiografi berupa rekonstruksi dari peristiwa sejarah. Peneliti dalam hal ini bebas menentukan sendiri cara menulis sehingga menghasilkan karya mandiri yang menjadi tanggung jawabnya. Namun dalam kebebasanya tersebut peneliti tetap harus memperhatikan ketentuan-ketentuan umum baik dalam penelitiannya maupun dalam penafsiranya. Ketentuan-ketentuan tersebut adalah penafsiran (Interpretasi), penjelasan (Eksplanasi), dan penyajian (Ekspose, Darstellung) (Ismaun, 2005 : 157).

Pada tahapan historiografi merupakan hasil dari upaya peneliti dalam mengerahkan kemampuan menganalisis dan mengkritisi sumber yang diperoleh dan kemudian dihasilkan sintesis dari penelitiannya yang terwujud dalam penelitian skripsi berjudul “Kehidupan Masyarakat Nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon (Kajian Historis: 1990-2006)”. Laporan hasil penelitian ini disusun dalam bentuk tulisan yang disesuaikan dengan teknik penelitian karya ilmiah dan menggunakan tata bahasa penelitian yang baik dan benar. Adapun sistematika yang digunakan dalam penelitian laporan ini disesuaikan dengan buku pedoman penelitian karya ilmiah yang dikeluarkan oleh UPI Bandung. Dalam penyusunan laporan penelitian ini, setiap bab memiliki fungsi dan kaitan dengan bab lainnya.

BAB I Pendahuluan. Dalam bab ini dijelaskan latar belakang penelitian yang didalamnya memuat penjelasan alasan pemilihan masalah tersebut sebagai judul penelitian. Bab ini terdiri dari sub-bab yaitu mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode dan teknik penelitian, serta sistematika penelitian.

BAB II Kajian Pustaka. Dalam bab ini berisi tentang pemaparan terhadap sejumlah beberapa karya tulis atau literatur ditambah dengan hasil wawancara terhadap berbagai narasumber yang digunakan sebagai acuan dan dipergunakan peneliti dalam menelaah dan mengkaji tentang kehidupan masyarakat nelayan yang ada di Indonesia, salah satunya kehidupan masyarakat nelayan Gebang. Adapun sejumlah literatur yang dikaji merupakan tulisan dari para ahli sosial

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ekonomi dan laporan-laporan yang disusun dalam bentuk buku berkaitan dengan kajian yang dibahas. Sedangkan wawancara dilakukan terhadap dinas-dinas terkait, misalnya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon, Pengelola Tempat Pelelangan Ikan, pegawai Kecamatan Gebang, dan sejumlah nelayan di wilayah Kecamatan Gebang. Semua literatur dan narasumber tersebut berkaitan dengan kajian permasalahan penelitian yaitu mengenai kehidupan masyarakat nelayan Kecamatan Gebang, khususnya ketika terjadi modernisasi dan maraknya bakul di masyarakat nelayan tahun 1990-2006.

BAB III Metodologi Penelitian. Dalam bab ini diuraikan tentang metode dan teknik penelitian yang digunakan peneliti dalam mencari sumber-sumber dan cara pengolahan sumber-sumber yang dianggap relevan dengan permasalahan yang dikaji. Dalam bab ini juga, peneliti mendeskripsikan langkah-langkah penelitian yang dilakukan peneliti antara lain: tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan langkah terakhir adalah tahap proses penyusunan dan penelitian akhir dari kegiatan penelitian.

BAB IV Pembahasan. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seluruh hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Uraian tersebut berdasarkan permasalahan atau pertanyaan-pertanyaan penelitian yang dirumuskan pada bab pertama. Adapun sistematika dalam bab ini, peneliti membaginya ke dalam beberapa sub-bab judul. Yang pertama,Bagaimana gambaran umum kehidupan masyarakat nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon tahun 1990. Kedua,Bagaimana upaya nelayan di Kecamatan Gebang dalam meningkatkan kehidupan sosial-ekonomi dari tahun 1990-2006. Ketiga, Bagaimana peranan pemerintah Kabupaten Cirebon dalam upaya meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan di Kecamatan Gebang tahun 1990-2006 Dan keempat,Bagaimana perubahan sosial ekonomi masyarakat nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon dari tahun 1990-2006.

BAB V Simpulan dan Saran Dalam bab ini akan dikemukakan hasil temuan dan pandangan peneliti, serta jawaban secara umum dari permasalahan yang dikaji. Bab kesimpulan merupakan bagian akhir dari penelitian.

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis terhadap permasalahan yang dibahas. Kesimpulan tersebut merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikemukakan oleh peneliti di dalam bab sebelumnya.

5.1 SIMPULAN

Sektor perikanan yang ada di Kecamatan Gebang merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi wilayah tersebut, khususnya dalam penyediaan bahan pangan protein dan penyediaan lapangan kerja. Akan tetapi ironisnya sektor perikanan selama ini belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah padahal bila sektor perikanan dikelola secara serius akan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pembangunan ekonomi di Kecamatan Gebang atau Kabupaten Cirebon dan bahkan bisa memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dapat mengentaskan kemiskinan masyarakat nelayan.

Kemunculan bakul pada awal tahun 1990-an mulanya dipandang sebagai penyelamat ditengah kesulitan ekonomi yang dialami masyarakat nelayan Gebang pada saat itu, karena selain memberikan pinjaman modal usaha kepada para nelayan tugas utama bakul adalah menyelenggarakan kegiatan pasar secara terus-menerus agar ikan tetap tersedia untuk konsumen dan menyelamatkan harga ikan ketika hasil tangkapan nelyan sedikit atau berlimpah. Istilah lain untuk bakul yang

ada di masyarakat nelayan Gebang ialah “langgan".

Kemunculan dan semakin banyaknya jumlah bakul yang ada di Gebang sebenarnya tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi disebabkan oleh beberapa hal antara lain masalah-masalah yang dihadapi nelayan yang menuntut mereka untuk meminta bantuan terhadap bakul. Seperti masalah produksi dimana nelayan membutuhkan perahu serta alat tangkap ikan untuk kegiatan menangkap ikan dan bakul lah yang memiliki modal untuk menyediakan perahu dan alat tangkap ikan

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut. Selain masalah produksi, maka masalah pemasaran juga dihadapi oleh nelayan Gebang, untuk mengatasi permasalahan itu nelayan berusaha terobosan untuk meningkatkan pendapatan dengan cara megandalkan bakul untuk memasarkan hasil tangkapannya dan meminjam uang kepada pemilik modal untuk perbaikan maupun pengadaan alat tangkap ikan. Akan tetapi, ternyata berbagai upaya yang dilakukan oleh nelayan Gebang untuk meningkatkan kesejahteraannya telah menjebak mereka dalam ketergantungan dengan pihak lain, sekaligus menempatkan mereka pada posisi yang lemah.

Ketidakpuasan nelayan terhadap sistem bagi hasil yang demikian akan bertambah karena jika operasi perahu tidak memperoleh penghasilan, nelayan tidak mendapatkan suatu kompensasi dalam bentuk apapun dari bakul. Jaminan sosial tenaga kerja nelayan juga tidak ada sehingga jika ia sakit harus ditanggung sendiri biaya pengobatannya. Dalam menghadapi ketimpangan tersebut, nelayan tidak dapat berbuat banyak karena tingkat ketergantungan terhadap bakul cukup tinggi. Nelayan menerima kenyataan-kenyataan seperti itu karena dipaksa oleh keadaan dan biasanya terikat pinjaman kontrak kerja dengan bakul.

Banyak permasalahan yang harus dihadapi oleh nelayan Gebang, akan tetapi hal tersebut tidak menyurutkan usaha nelayan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Walaupun dalam meningkatkan kesejahteraan hidup nelayan, nelayan masih mengalami kesulitan yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti, hubungan kerja dengan bakul yang sering kali merugikan nelayan. hal tersebut senada dengan apa yang dikatakan oleh bapak Ali selaku nelayan Gebang beliau mengatakan bahwa “bakul memperoleh fee atau jatah 15% dari hasil tangkapan nelayan”. jatah 15% dari hasil tangkapan yang dilakukan nelayan didapatkan

bakul karena bakul yang memberikan modal serta pengadaan alat tangkap ikan kepada para nelayan. modal pinjaman tersebut biasanya tidak berbunga bahkan tidak dikembalikan oleh nelayan melainkan sebagai bentuk hubungan kerja antara nelayan tersebut dengan bakul. Selain beberapa faktor tersebut, hal lain yang menambah kesulitan dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan adalah tidak adanya pihak-pihak yang membantu secara total dan sungguh-sungguh dalam membangun masyarakat nelayan Gebang.

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Beberapa permasalahan tersebut telah mendorong nelayan Gebang untuk melakukan terobosan dalam meningkatkan kesejahteraannya seperti membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang bertujuan untuk mengembangkan strategi kemandirian berdasarkan kemampuan sumber daya yang dimiliki untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang mereka hadapi. Kemandirian ini membangkitkan sikap-sikap otonom di kalangan nelayan merupakan modal sosial yang sangat berharga sebagai basis kelangsungan kehidupan mereka. Bentuk perwujudan dari sikap-sikap otonom nelayan terlihat dalam sususnan tingkah laku sosial, seperti perkumpulan simpan pinjam, arisan, dan jaringan sosial yang berfungsi untuk menggalang kemampuan sumber daya ekonomi kolektif dalam hubungan timbal balik sehingga eksistensi masyarakat nelayan tetap terjamin.

Sikap saling membantu dan jaringan pinjam-meminjam sumber daya ekonomi dan jasa merupakan salah satu unsur karakteristik sosial yang sangat penting. Sikap tersebut telah menjadi mentalitas secara sosial kehidupan nelayan dan yang harus dilihat dalam kasus yang ada pada Kelompok Usaha Bersama di Gebang yaitu adanya rasa saling percaya diantara anggota kelompok nelayan tersebut. Seandainya saja tidak ada rasa saling percaya, masyarakat nelayan Gebang akan menghadapi situasi diintegrasi sosial dan menyulitkan mereka menjaga kelangsungan hidup.

Di dalam masyarakat nelayan Gebang terdapat kelompok perempuan terlibat penuh dalam kegiatan sosial ekonomi. Kegiatan sosial ekonomi tersebut yaitu dalam hal pengolahan ikan. Kelompok pengolahan ikan terdiri dari: (1) kelompok pengolah ikan menjadi baso, (2) kelompok pengolah ikan menjadi ikan asin, (3) kelompok pengolah ikan menjadi pakan ikan dari limbah ikan. Namun, untuk pengolahan pakan ikan dapat beroperasi secara maksimal apabila jumlah sumber limbah ikan melimpah. Sebaliknya, akan terkendala ketika apabila limbah ikan sulit didapat dan biasanya kelompok pengolah ikan menjadi pakan ikan tidak beroperasi.

Memasuki awal tahun 2000-an dimana segala macam harga kebutuhan pokok melonjak naik dikarenakan krisis yang melanda Indonesia pada akhir tahun 1990-an dan sumber daya perikanan yang semakin menurun hasilnya yang

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disebabkan oleh masa paceklik yang terjadi sepanjang tahun, persaingan dengan nelayan lain yang menggunakan perahu yg lebih besar seperti perahu porsen yang juga beroperasi di perairan Gebang. Selain itu, kerusakan ekosistem dan eksploitasi sumber daya perikanan yang terus menerus secara berlebihan mengakibatkan nelayan Gebang untuk merubah gaya hidup yang selama ini dinilai boros dan tidak berorientasi ke masa depan. Perubahan sosial dibidang ekonomi terlihat dari kesadaran masyarakat nelayan Gebang untuk menabung yang semakin meningkat untuk menghadapi masa dimana nelayan kurang mendapatkan hasil yang mencukupi kebutuhannya dari melaut atau yang dimasa dikenal dengan masa paceklik.

Perubahan selanjutnya yang dialami oleh masyarakat nelayan Gebang adalah mulai tumbuhnya tingkat kesadaran akan kelestarian lingkungan alam dengan adanya gerakan sukarela menghijaukan kembali terumbu karang dan bakau, dengan adanya larangan untuk tidak melakukan penangkapan ikan menggunakan bom atau racun yang sangat membahayakan keberlangsungan ekosistem alam. Hal ini dilakukan karena daerah pesisir Kecamatan Gebang merupakan daerah pertemuan antara muara sungai dengan laut lepas menyebabkan kondisi air yang payau, sehingga menjadi daerah habitat ikan dan aneka satwa laut lainnya.

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Peneliti memiliki beberapa masukan dan saran diantaranya:

a. Diperlukan kebijakan pemerintah seperti kebijakan sosial yang diterbitkan harus benar-benar menyentuh masyarakat miskin termasuk dalam fokus bahasan ini adalah kehidupan masyarakat nelayan Kecamatan Gebang. b. Diperlukan kebijakan pemberdayaan ekonomi yang bersifat berkelanjutan,

artinya seperti dalam kebijakan modernisasi alat tangkap ikan seharusnya ada penyuluhan kepada nelayan agar dapat menggunakan alat tangkap ikan tersebut secara maksimal dan cara menggunakan alat tangkap tersebut agar tidak cepat rusak.

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Diperlukan adanya pengawasan dari pemerintah ataupun dinas peikanan dan kelautan dalam mengawasinya jalannya program jaminan sosial bagi nelayan Gebang agar adanya transparansi dalam pengelolaan dana retribusi dan konsisten dalam pendistribusian kembali sebagai dana retribusi tersebut untuk menyantuni kebutuhan sosial nelayan.

d. Harus adanya pembinaan bagi Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang terdapat pada nelayan Gebang karena KUB memiliki beberapa manfaat seperti, nelayan dapat meningkatkan produksi melalui kemudahan dalam memperoleh informasi teknologi, permodalan dan pemasaran serta kemudahan dalam penyelesaian permasalahan terkait dengan usaha dibidang perikanan tangkap.

e. Bagi nelayan Gebang perlu dijalankannya gaya hidup yang berorientasi ke masa depan seperti, tidak boros, kesadaran menabung dan meningkatkan mutu pendidikan dalam keluarganya.

f. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan yang lebih mendalam khususnya mengenai sejarah lokal yang berkaitan dengan kehidupan sosial ekonomi maupun budaya dan diharapkan bisa dijadikan pembelajaran sejarah lokal baik ditingkat pendidikan dasar maupun ditingkap pendidikan menengah khususnya di lembaga pendidikan formal di Kabupaten Cirebon.

g. Diaharapkan pemerintah daerah juga bisa menjadikan kehidupan masyarakat nelayan sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal (Mulok) yang ada di sekolah penelitian ini diharapkan bisa masuk kedalam mata pelajaran yang ada di SMK-SMK yang berbasis kelautan atau mata pelajaran di SMA yang berkaitan tentang kebijakan masa orde baru sampai reformasi dan pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat nelayan.

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan pertumbuhan wilayah. Yogyakarta: Graha ilmu.

Budiman, A (1995). Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Gottschalk, L. (2008). Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana

Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press.

Kusnadi, (2007). Jaminan Sosial Nelayan. Yogyakarta: LKiS Kusnadi, (2003). Akar Kemiskinan Nelayan. Yogyakarta: LKiS

Kusnadi, (2002). Konflik Sosial Nelayan: Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Perikanan. Yogyakarta: LKis

Lauer R .H (1993) Perspektif Tentang Perubahan Sosial . Jakarta : PT. Rineka Cipta Mutakin, A & Gurniwan K.P. (2000). Masyarakat Indonesia Dalam Dinamika.

Bandung: Buana Nusa

Mulyadi, S. (2007). Ekonomi Kelautan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rahardjo, S. (2000). Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Ranjabar, J. (2008). Perubahan Sosial Dalam Teori Makro. Bandung: Alfabeta Simandjutak, B. (2007). Sosiologi Pembangunan. Jakarta: Bina Ilmu.

Sumaatmadja, (1986). Perspektif studi Sosial. Bandung: Alumni.

Dokumen terkait