KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN
GEBANG KABUPATEN CIREBON
(
Kajian Historis: 1990-2006)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Departemen Pendidikan Sejarah
oleh :
Niza Egal Septhiady 1006809
DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
KABUPATEN CIREBON (Kajian Historis: 1990-2006)
Oleh :
NIZA EGAL SEPTHIADY
1006809
Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Departemen Pendidikan Sejarah
© Niza Egal Septhiady 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2015
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN
CIREBON (Kajian Historis: 1990-2006)
Oleh :
NIZA EGAL SEPTHIADY
1006809
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I,
Dra. Murdiyah Winarti, M.Hum.
NIP. 19600529 198703 2 002
Pembimbing II,
Wawan Darmawan S.Pd., M.Hum
NIP. 19710101 199903 1 003
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Sejarah,
Dr. Agus Mulyana , M.Hum.
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perubahan sosial-ekonomi masyarakat nelayan Gebang. Dalam mengkaji skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian historis yang merupakan proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman peninggalan masa lampau. Daerah penghasil hasil laut potensial di Kabupaten Cirebon salah satunya ialah Kecamatan Gebang akan tetapi masyarakatnya masih banyak yang hidup dalam garis kemiskinan. Kemiskinan masyarakat nelayan Gebang sudah lama dirasakan bahkan ketika sebelum tahun 1990-an. Awal tahun 1990-an terjadi modernisasi alat tangkap ikan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil tangkapan para nelayan. Banyak permasalahan yang harus dihadapi oleh nelayan Gebang salah satunya hubungan kerja dengan bakul yang seringkali merugikan. Permasalahan tersebut telah mendorong nelayan Gebang untuk melakukan terobosan dalam meningkatkan kesejahteraannya seperti membentuk Kelompok Usaha Bersama tujuannya untuk mengembangkan strategi kemandirian berdasarkan kemampuan sumber daya yang dimiliki untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi. Selain itu, upaya nelayan dalam meningkatkan kehidupan sosial-ekonominya melakukan sistem pembagian kerja dimana keterlibatan istri/kaum perempuan terlibat dalam kegiatan ekonomi seperti berdagang. Kaum perempuan/istri di masyarakat nelayan tidak sekedar membantu suami mencari nafkah tetapi mereka juga menentukan kelangsungan hidup keluarga. Dari rentan waktu tahun 1990-2006 terjadi perubahan sosial-ekonomi yang dialami oleh masyarakat nelayan Gebang diantaranya: perubahan pola melaut nelayan dari satu hari melaut menjadi satu minggu melaut dan gaya hidup nelayan yang selama ini dikenal tidak efektif menjadi lebih berorientasi ke masa depan.
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ii
used Historical study method which is a process of testing and critical analysis of the past records. Gebang sub-district is one of the fishery producers in Cirebon area. However, most of its people live under the poverty line. The poverty among the fisherman at Gebang could be felt in the early 1990s. In the early 1990s, there was a change to modernize the fishing tools in order to enhance the number of products. There were problems faced by the fishermen at Gebang. One of them was working with bakul (basket) which was often disadvantaging. Those problems forced them to create an innovation to improve the prosperity such as formed a Joint Business Group (Kelompok Usaha Bersama) to develop an independent strategy based on the available resources to solve the encountered problems. Moreover, in order to improve their socio-economic life, they employed sharing work system which involves their wives/the women in the economic activity such as trading. The wives/women helped their husbands to make a living as well as to determine the survival of family. Within years 1990-2006 there were socio-economic changes among the fishermen at Gebang, one of them is the change of their sailing pattern from one day sailing to one week sailing and their lifestyle from ineffective old lifestyle to more future oriented lifestyle.
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
1.5. Metode Penelitian ... 7
1.6. Stuktur Organisasi Skripsi ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS ... 11
2.1. Teori Perubahan Sosial ... 11
2.2 Kelautan ... 13
2.3. Perikanan ... 14
2.4. Masyarakat Nelayan ... 15
2.5. Koperasi ... 20
2.6. Penelitian Terdahulu ... 23
2.6.1. Penelitian Dalam Bentuk Skripsi ... 23
vi
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.1.1. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian ... 29
3.1.2. Penyusunan Rancangan Penelitian ... 30
3.1.3. Proses Bimbingan ... 30
3.2. Pelaksanaan Penelitian ... 31
3.2.1. Mengurus Perijinan Penelitian ... 31
3.2.2. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian ... 31
3.2.3. Pengumpulan Sumber (Heuristik) ... 32
3.2.3.1 Pengumpulan Sumber Lisan ... 34
3.2.3.2. Analisis Sumber (Kritik) ... 35
3.2.3.3. Kritik Eksternal ... 36
3.2.3.4. Kritik Internal ... 38
3.2.3.5. Penafsiran Sumber (Interpretasi) ... 39
3.2.3.6. Historiografi ... 39
BAB IV KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON (Kajian Historis: 1990-2006) ... 42
4.1. Gambaran Umum Kehidupan Masyarakat Nelayan Kecamatan Gebang ... 42
4.1.1. Kondisi Geografis, Administratif dan Demografi ... 42
4.1.2. Kondisi Umum Masyarakat Nelayan Gebang ... 49
4.2. Upaya Nelayan di Kecamatan Gebang Dalam Meningkatkan Kehidupan Sosial Ekonomi ... 56
4.2.1. Kelompok Usaha Bersama (KUB) ... 56
4.2.2. Industri Pengolahan Ikan ... 63
vii
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.4.1. Pola Melaut Nelayan Gebang ... 80
4.4.2. Gaya Hidup Nelayan Gebang ... 85
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 89
5.1. Simpulan ... 89
5.2. Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 94
LAMPIRAN
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi alam di sektor
perikanan yang melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Salah
satu sumber daya yang dapat dimanfaatkan adalah sumber daya perikanan yang
dibagi menjadi dua sektor yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya.
Sektor perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki
peranan dalam pembangunan nasional, khususnya dalam penyediaan bahan
pangan protein, perolehan devisa dan penyediaan lapangan kerja. Pada saat krisis
ekonomi, peranan sektor perikanan semakin signifikan, terutama dalam hal
mendatangkan devisa. Akan tetapi ironisnya, sektor perikanan selama ini belum
mendapat perhatian yang serius dari pemerintah dan kalangan pengusaha,
padahal bila sektor perikanan dikelola secara serius akan memberikan kontribusi
yang lebih besar terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dapat
mengentaskan kemiskinan masyarakat Indonesia terutama masyarakat nelayan
dan petani ikan.
Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya
tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan
ataupun budi daya. Mereka pada umumnya tinggal di wilayah pesisir, sebuah
lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya (Mulyadi, 2007:7).
Wilayah pesisir merupakan sumberdaya potensial di Indonesia umumnya
dan Kabupaten Cirebon khususnya, dimana merupakan suatu wilayah peralihan
antara daratan dan lautan. Kabupaten Cirebon adalah sebuah Kabupaten di Jawa
Barat yang terletak dibagian timur yang berbatasan langsung dengan Jawa
Tengah, Kabupaten Cirebon juga merupakan salah satu wilayah pesisir di utara
pulau Jawa yang terkenal dengan hasil lautnya seperti: udang rebon, rajungan,
ikan asin dan sebagainya.
Daerah penghasil hasil laut di Kabupaten Cirebon salah satunya ialah
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
garis kemiskinan.Kemiskinan dan masalah sosial ekonomi yang dihadapi oleh
masyarakat nelayan Gebang berakar pada faktor-faktor kompleks yang saling
berkaitan satu sama lainnya. Tingkat sosial-ekonomi yang rendah merupakan ciri
umum kehidupan nelayan dimana pun berada. Tingkat kehidupan mereka berada
sedikit diatas pekerja migran atau setaraf dengan petani kecil, bahkan jika
dibandingkan secara seksama dengan kelompok masyarakat lain di sektor
pertanian, nelayan (khususnya nelayan buruh dan nelayan kecil atau nelayan
tradisional) dapat digolongkan sebagai lapisan sosial yang paling miskin.
Sebagian besar kategori sosial nelayan Gebang adalah nelayan tradisional
dan nelayan buruh. Meraka adalah penyumbang utama kuantitas produksi
perikanan tangkap di wilayah tersebut. Walaupun demikian, kondisi kesejahteraan
mereka dapat dikatakan buruk karena diakibatkan dari proses transaksi ekonomi
yang timpang dan eksploitatif. Nelayan tidak memperoleh bagian pendapatan
yang besar. Pihak yang paling beruntung ialah para pedagang ikan berskala besar
atau pedagang perantara (bakul). Para bakul inilah yang sesungguhnya menjadi
“penguasa ekonomi” di desa-desa nelayan.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi kemiskinan
yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat nelayan.
Pada tahun 1974 pemerintah mengluarkan program bantuan kredit kepada
nelayan, seperti Kredit Investasi Kecil (KIK) dan Kredit Modal Kerja Permanen
(KMKP). Akan tetapi program tersebut belum mampu mengatasi kesulitan
sosial-ekonomi masyarakat nelayan. Program-program tersebut tidak berjalan lancar
melainkan mengalami kemacetan sehingga pemerintah harus mengkaji ulang
kebijakan program bantuan kredit tersebut. Hambatan pengembalian bantuan
kredit tersebut dikarenakan oleh beberapa hal seperti, tingkat penghasilan nelayan
sangat kecil sebagai akibat dari kesulitan memperoleh hasil tangkapan, besarnya
biaya operasi, kerusakan peralatan. (Kusnadi, 2003:38-39)
Pada tahun 1990-an dimana pada saat itu terjadi modernisasi alat
penangkapan ikan di masyarakat nelayan Kecamatan Gebang yang bertujuan
untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan demi kebutuhan ekspor ke luar negeri.
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pemerintah dengan cara memberikan bantuan berupa perahu yang terbuat fiber,
mesin perahu, jaring ikan dan sebagainya akan tetapi tidak semua nelayan
Gebang mendapatkan bantuan tersebut.
Masyarakat nelayan Kecamatan Gebang terbagi menjadi beberapa
golongan nelayan yang dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Pertama,
nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik biasanya memiliki alat-alat
produksi seperti perahu, jaring dan perlengkapan lainnya. Sedangkan nelayan
buruh tidak memiliki alat-alat produksi melainkan hanya menyumbangkan jasa
tenaganya dengan memperoleh hak-hak yang sangat terbatas dalam masyarakat
pertanian nelayan buruh identik dengan buruh tani. Kedua, dapat dilihat dari
modal usahanya struktur masyarakat nelayan terbagi ke dalam kategori nelayan
besar dan nelayan kecil. Disebut nelayan besar karena jumlah modal untuk usaha
perikanan relatif banyak sedangkan nelayan kecil justru sebaliknya.
Banyak masalah yang dihadapi oleh para nelayan seperti masalah
struktural dan kultural. Beberapa faktor yang menjadi permasalahan struktural
bagi masyarakat nelayan Gebang diantaranya, keterbatasan modal usaha dan
teknologi penangkapan. Misalnya, upaya untuk memperoleh hasil tangkapan
yang memadai sering terhambat oleh teknologi peralatan tangkap. Sedangkan
yang menjadi masalah kultural seperti, metode penangkapan yang masih bersifat
tradisional. Sekalipun alat tangkap yang digunakan tergolong canggih akan tetapi
metode pendeteksian pergerakan ikan di dalam laut masih tetap menggunakan
cara yang didasari dari pengalaman dan pengetahuan kelautan tradisional. Oleh
sebab itu nelayan Gebang masih belum bisa memanfaatkan alat tangkap ikan
untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal karena metode yang
digunakan masih bersifat tradisional.
Disamping itu, penegakan hukum oleh pemerintah terhadap perusakan
lingkungan seperti perusakan terumbu karang dan pencemaran laut masih dirasa
lemah. Sedangkan hal tersebut menjadi salah satu faktor yang menjadi
permasalahan bagi nelayan karena perusakan lingkungan dapat berakibat pada
rusaknya ekosistem laut dan berkurangnya jumlah populasi ikan di laut. Faktor
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam organisasi penangkapan yang seringkali kurang menguntungkan nelayan
dan sistem bagi hasil pemasaran perikanan yang lebih menguntungkan pedagang
perantara (bakul).
Kemunculan bakul pada awal 1990-an mulanya dipandang sebagai
penyelamat ditengah kesulitan ekonomi yang dialami oleh masyarakat nelayan
Gebang akan tetapi kenyataannya berbeda karena terjadinya kesenjangan yang
sangat besar antara bakul dan nelayan. Ketidakpuasan nelayan terhadap sistem
bagi hasil yang demikian akan bertambah karena jika operasi perahu tidak
memperoleh penghasilan, nelayan tidak mendapatkan suatu kompensasi dalam
bentuk apapun dari bakul. Jaminan sosial tenaga kerja nelayan juga tidak ada
sehingga jika ia sakit harus ditanggung sendiri biaya pengobatannya. Dalam
menghadapi ketimpangan tersebut, nelayan tidak dapat berbuat banyak karena
tingkat ketergantungan terhadap bakul cukup tinggi. Nelayan menerima
kenyataan-kenyataan seperti ini karena dipaksa oleh keadaan dan biasanya terikat
pinjaman kontrak kerja dengan bakul.
Kalaupun nelayan Gebang dapat memperoleh hasil tangkapan yang relatif
banyak, seperti pada saat musim ikan, keadaan demikian belum tentu menjamin
bahwa nelayan akan memperoleh nilai tukar (uang) yang memadai. Jaringan
pemasaran ikan dikuasai sepenuhnya oleh para bakul. Hubungan antara nelayan
dan bakul sangat kuat dan berorientasi pada kepentingan jangka panjang. Nelayan
menjalin hubungan kerja sama dangan bakul untuk mengatasi kesulitan modal
usaha dan memasarkan hasil tangkapan yang mudah menurun kualitasnya. Akan
tetapi, dalam hubungan kerja sama tersebut nelayan selalu kurang diuntungkan.
Selain menyediakan pinjaman modal usaha kepada para nelayan, tugas
utama bakul adalah menyelenggarakan kegiatan pasar secara terus-menerus agar
ikan tetap tersedia untuk konsumen dan menyelamatkan harga ikan ketika hasil
tangkapan nelayan sedikit atau berlimpah. Keterlibatan bakul dalam proses
produksi dan pemasaran hasil tangkapan nelayan telah menggantikan kedudukan
dan peranan organisasi formal, seperti Koperasi Unit Desa (KUD) Mina.
Sebelum koperasi-koperasi tersebut berdiri atau didirikan, bakul telah memainkan
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
formal tidak banyak berpengaruh terhadap pengurangan peranan strategis bakul.
Akibatnya, banyak koperasi nelayan yang ada di Gebang harus gulung tikar
karena kalah bersaing dengan bakul.
Di Kecamatan Gebang kehadiran KUD Mina justru dianggap oleh nelayan
sebagai ancaman terhadap dasar-dasar kerja sama nelayan dengan bakul. Karena
berbagai kelemahan manajeman, KUD setempat tersingkir dengan sendirinya dan
akhirnya tidak berfungsi sama sekali dalam kehidupan sosial-ekonomi
masyarakat nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon.
Pemaparan di atas menjadikan ketertarikan peneliti untuk meneliti dan
mengkaji lebih dalam mengenai kehidupan masyarakat nelayan Kecamatan
Gebang. Peneliti menganggap penting penelitian ini karena ingin mengangkat
kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten
Cirebon. Maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Kehidupan
Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon (Kajian Historis:
Tahun 1990-2006)”.
Adapun untuk pemilihan kurun waktu tahun 1990-2006, karena pada tahun
1990-an terjadi modernisasi dalam hal alat penangkap ikan di masyarakat nelayan
Kecamatan Gebang yang bertujuan untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan
untuk kebutuhan ekspor ke luar negeri. Selain itu modernisasi tersebut berdampak
pada munculnya para bakul yang dinilai lebih mempersulit keadaan masyarakat
nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, masalah utama
yang dikaji adalah “Kehidupan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon (Kajian Historis: Tahun 1990-2006)” untuk memfokuskan
permasalahan yang dikaji lebih jelas dan terarah, maka peneliti mengkajinya
dalam beberapa pokok permasalahan yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran umum kehidupan masyarakat nelayan Kecamatan
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Bagaimana upaya nelayan di Kecamatan Gebang dalam meningkatkan
kehidupan sosial-ekonomi dari tahun 1990-2006?
3. Bagaimana peranan pemerintah Kabupaten Cirebon dalam upaya
meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan di Kecamatan
Gebang tahun 1990-2006?
4. Bagaimana perubahan sosial ekonomi masyarakat nelayan Kecamatan
Gebang Kabupaten Cirebon dari tahun 1990-2006?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang Kehidupan
Masyarakat Nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon (Kajian Historis:
tahun 1990-2006). Selain itu penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis gambaran umum kehidupan masyarakat nelayan Kecamatan
Gebang di Kabupaten Cirebon tahun 1990.
2. Mendeskripsikan upaya nelayan di Kecamatan Gebang dalam meningkatkan
kehidupan sosial-ekonomi dari tahun 1990-2006.
3. Mendeskripsikan peranan pemerintah Kabupaten Cirebon dalam upaya
meningkatkan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat nelayan di Kecamatan
Gebang tahun 1990-2006.
4. Menganalisis perubahan sosial-ekonomi masyarakat nelayan Kecamatan
Gebang Kabupaten Cirebon dari tahun 1990-2006.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk memberikan penjelasan
mengenai dua konsep yaitu sosial dan ekonomi. Dimana dua konsep tersebut
dalam kehidupan bernegara seringkali saling mempengaruhi satu sama lain.
2. Secara praktik
a. Manfaat bagi penulis adalah sebagai salah satu karya ilmiah yang dapat
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Bagi lembaga terkait adalah memperkaya pengetahuan akan sejarah lokal
yang ada di daerahnya sendiri.
c. Karya ilmiah ini dapat dijadikan bahan pertimbangan, pemikiran dan
perbandingan dalam penulisan sejarah lainnya.
1.5. Metode Penelitian
Sebagaimana halnya prosedur kerja dalam penyusunan sejarah pada
umumnya, maka kajian sejarah lokal juga perlu memperhatikan empat langkah
utama dalam kegiatannya. Keempat langkah itu yaitu:
a. Heuristik
Heuristik berasal dari kata Yunani “heuriskein” yang berarti menemukan.
Jadi kegiatan ini terutama ditujukan untuk menemukan serta mengumpulkan
jejak-jejak dari peristiwa sejarah yang sebenarnya mencerminkan berbagai
aspek aktivitas manusia di waktu yang lampau. (Widja, I Gde 1989:18), secara
umum sumber sejarah dibagi menjadi dua jenis yaitu sumber primer atau
kesaksian dari seseorang saksi yang secara langsung melihat peristiwa sejarah
tersebut melalui panca indera yang dimiliki atau secara langsung ada pada saat
peristiwa itu terjadi. Kedua adalah sumber sekunder kesaksian dari orang yang
tidak melihat secara langsung peristiwa dan tidak ada di tempat berlangsungnya
peristiwa sejarah.
Dalam proses pengumpulan data dan informasi dilakukan beberapa teknik
penelitian diantaranya yaitu melalui studi literatur dan teknik wawancara.
Dalam studi literatur peneliti melakukan studi kepustakaan dengan cara
mengumpulkan sumber dari buku-buku, arsip, koran, jurnal dan buku-buku
yang terdapat dalam internet yang sudah dipercaya kebenarannya. Studi literatur
ini dilakukan untuk mencari sumber primer dan sekunder dari penelitian yang
akan ditulis.
Dalam proses mencari sumber-sumber ini, peneliti mendatangi beberapa
perpustakaan resmi, diantaranya: Perpustakaan Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI), Perpustakaan Universitas Padjajaran (UNPAD), Perpustakaan
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Perpustakaan Daerah Kabupaten Cirebon. Kemudian peneliti juga mencari
buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, seperti di
Gramedia, Toga Mas, Palasari dan toko-toko buku lainnya, pameran buku dan
mencari juga dari literatur internet. Selain menggunakan studi kepustakaan pada
penelitian ini juga dilengkapi dengan menggunakan oral history melalui teknik
wawancara dengan para nelayan di wilayah Kecamatan Gebang guna
memperoleh informasi mengenai keadaan sosial ekonomi nelayan.
Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu melalui studi
kepustakaan, teknik wawancara dan studi dokumentasi. Adapun tenik penelitian
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan cara mempelajari sumber-sumber yang
terkumpul dalam bentuk tulisan atau sumber tertulis lainnya yang berhubungan
dan mendukung permasalahan dari kajian ini. Setelah kepustakaan terkumpul,
serta fakta yang telah ditemukan dianggap memadai untuk penelitian ini, maka
akan lebih mempermudah dalam proses penelitiannya. Studi kepustakaan juga
merupakan teknik yang digunakan oleh peneliti dengan membaca berbagai
sumber yang berhubungan, serta mengkaji sumber lain baik dari buku maupun
arsip yang membantu peneliti dalam menentukan landasan teori dan keterangan
tentang permasalahan yang akan dikaji.
2) Teknik Wawancara
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan mewawancarai
narasumber. Untuk teknik wawancara ini, peneliti mendatangi tempat responden
dan informan yang mengetahui tentang kondisi pada waktu itu dan dapat
memberikan informasi secara lisan (oral history).
3) Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah mencari dokumen-dokeumen dan sumber arsip
baik berupa lembar catatan singkat maupun foto-foto yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kritik sumber umumnya dilakukan terhadap sumber-sumber. Kritik ini
menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian mengenai kebenaran atau
ketepatan (akurasi) dari sumber itu. Kritik sumber dalam metode sejarah terbagi
menjadi dua yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal adalah
cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber
sejarah yang dilakukan dengan pemeriksaan yang ketat. Sedangkan kritik
internal lebih menekankan pada aspek dalam yaitu isi dari sumber tersebut,
apakah isi dari sumber tersebut dapat dipercaya atau tidak.
c. Interpretasi
Interpretasi adalah sebuah kegiatan menuliskan dari apa yang telah
diperoleh seperti sumber-sumber. Dalam hal ini bukan hanya keterampilan
teknik pengutipan dan catatan-catatan akan tetapi menggunakan seluruh daya
pikirannya terutama pikiran-pikiran yang bersifat kritis. Fakta-fakta yang
diperoleh dikaitkan-kaitkan satu sama lain sehingga terlihat antara fakta yang
satu dengan yang lainnya memiliki keterhubungan yang jelas.
Dalam hal ini peneliti memberikan penafsiran terhadap sumber-sumber
yang telah dikumpulkan selama penelitian berlangsung. Dalam tahap ini,
peneliti mengerahkan seluruh kemampuan intelektual dalam membuat
deskripsi, analisis kritis serta seleksi dari fakta-fakta tentang Kehidupan
Nelayan di Kecamatan Gebang, sehingga akan menghasilkan bentuk penulisan
sejarah yang utuh. Kegiatan penafsiran ini dilakukan dengan jalan menafsirkan
fakta dan data dengan konsep-konsep yang telah diteliti sebelumnya oleh
peneliti. Peneliti juga melakukan pemberian makna terhadap fakta dan data
yang kemudian disusun, ditafsirkan, dan dihubungkan satu sama lain. Fakta dan
data yang telah diseleksi dan ditafsirkan selanjutnya dijadikan pokok pikiran
sebagai kerangka dasar penyusunan penelitian ini.
d. Historiografi
Historigrafi memilki pengertian penulisan sejarah. Dalam tahap
historiografi perlu memperhatikan prinsip serialisasi (urutan peristiwa), prinsip
kronologis (urutan-urutan waktu) dan prinsip kausalitas (hubungan sebab
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.6. Struktur Organisasi Skripsi
Hasil yang diperoleh melalui telaah pustaka kemudian disusun kedalam
sebuah struktur organisasi penulisan skripsi yang terdiri dari:
Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang
masalah yang di dalamnya memuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti
timbul dan penting untuk dikaji, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II, Kajian Pustaka dan Landasan Teoretis. Bab ini berisi tentang
berbagai landasan teoritis dan informasi sejarah bersumber pada literatur yang
berkaitan dengan permasalah yang akan dikaji.
Bab III, Metode Penelitian. Dalam bab ini diuraikan tentang metode dan
teknik penelitian yang digunakan penulis dalam mencari sumber-sumber dan
cara pengolahan sumber yang dianggap relevan dengan permasalahan yang
dikaji.
Bab IV, Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan di Kecamatan
Gebang. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan seluruh hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis. Uraian tersebut
berdasarkan pertanyaan penelitian yang dirumuskan pada bab pertama.
Bab V, Simpulan dan Saran. Pada bab ini berisi kesimpulan dari
keseluruhan deskripsi dan beberapa saran yang bermanfaat bagi beberapa pihak
yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan masalah yang
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam mengkaji permasalahan dalamskripsi yang berjudul “Kehidupan Nelayan
Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon (Kajian Historis Tahun 1990-2006)”.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode historis, yaitu proses
menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau
(Gottschalk, 2006:39). Di dalamnya termasuk proses menggali sumber,
memberikan penilaian, mengartikan, serta menafsirkan fakta dari masa lampau
untuk kemudian dapat dianalisis dan ditarik sebuah kesimpulan mengenai
peristiwa tersebut. Sementara menurut Gilbert J. Carraghan dijelaskan bahwa
metode historis atau metode sejarah merupakan seperangkat aturan-aturan dan
prinsip-prinsip yang sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah
secara efektif, menilainya secara kritis, dan menyajikan sintesa dari hasil-hasil
yang dipakai dalam bentuk tertulis.
Adapun menurut Ismaun (2005: 34), metode historis terdiri atasempat
langkah penting sebagai berikut :
1. Heuristik, yaitu pencarian dan pengumpulan sumber sejarah yang relevan
(Ismaun, 2005: 49). Secara sederhana, sumber-sumber sejarah itu dapat
berupa: sumber benda, sumber tertulis dan sumber lisan. Secara lebih luas
lagi, sumber sejarah juga dapat dibeda-bedakan ke dalam sumber resmi
formal dan informal. Selain itu, dapat diklasifikasikan dalam sumber primer
dan sekunder.
2. Kritik, yaitu suatu usaha menilai sumber-sumber sejarah (Ismaun, 2005: 50).
Semua sumber dipilih melalui kritik eksternal dan internal sehingga diperoleh
fakta-fakta yang susuai dengan permasalahan penelitian. Dalam tahapkritik
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Interpretasi, yaitu sebagai usaha memahami dan mencari hubungan antar
fakta sejarah sehingga menjadi kesatuan yang utuh dan rasional. Satu
peristiwa dihubungkan dengan peristiwa lain.
4. Historiografi, yaitu proses penyusunan hasil penelitian yang telah diperoleh
sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dalam bentuk skripsi, sehingga
dihasilkan suatu tulisan yang logis dan sistematis, dengan demikian akan
diperoleh suatu karya ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
Selanjutnya, peneliti membagi langkah-langkah penelitian tersebut
kedalam tiga pembahasan yaitu pembahasan mengenai persiapan penelitian,
pelaksanaan penelitian dan laporan penelitian.
3.1 Persiapan Penelitian
3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian
Penentuan dan pengajuan topik penelitian merupakan kegiatan yang
penting dan harus pertama kali dalam penelitian karya ilmiah. Awal ketertarikan
peneliti untuk mengkaji masalah kehidupan masyarakat nelayan ketika peneliti
membaca buku karya Kusnadi yang berjudul akar kemiskinan nelayan. Dari buku
tersebut peneliti merasa tertarik mengenai penyebab kemiskinan yang diderita
oleh nelayan.
Pada tahap awal penelitian, peneliti terlebih dahulu memilih dan
menentukan topik yang akan dibahas. Kemudian, peneliti upaya pencarian
berbagai sumber literatur yang berkaitan dengan tema yang peneliti kaji dan
melakukan pra penelitian di Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon. Berdasarkan
hasil dari pencarian data tersebut, peneliti selanjutnya mengajukan usul penelitian
kepada Tim Pertimbangan dan Penelitian Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan
Sejarah FPIPS UPI, peneliti mengajukan tema mengenai sejarah lokal dengan
judul awal “Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan di Kecamatan
Gebang Kabupaten Cirebon Tahun 1998-2004”. Namun selanjutnya judul berganti
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
judul tersebut disetujui, maka selanjutnya peneliti melakukan tahap selanjutnya
yaitu dengan melakukan rancangan penelitian dalam bentuk proposal skripsi.
3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian
Setelah peneliti melakukan pengajuan Judul ke TPPS, kemudian peneliti
menyusun proposal penelitian. Yang terdiri dari :
1. Judul
2. Latar Belakang Penelitian
3. Rumusan Masalah
4. Tujuan Penelitian
5. Manfaat Penelitian
6. Metode Penelitian
7. Kajian Pustaka
8. Struktur Organisasi Skripsi
9. Daftar Pustaka
Setelah proposal disetujui oleh TPPS, peneliti akhirnya diizinkan untuk
melakukan seminar proposal skripsi yang dilakukan pada tanggal19 November
2014di Laboratorium Jurusan Pendidikan Sejarah, lantai 4 Gedung FPIPS,
Universitas Pendidikan Indonesia.
Hasil dari seminar proposal skripsi tersebut di antaranya adalah perubahan
judul yang semula “Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan di Kecamtan
Gebang Kabupaten Cirebon Tahun 1998-2004” menjadi “Kehidupan
Masyarakat Nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon (Kajian Historis:
1990-2006).. Penggantian judul ini dilakukan semata-mata agar permasalahan
dalam penelitian skripsi ini sedikit lebih luas. Perubahan yang dilakukan terhadap
judul, serta merta latar belakang masalah, rumusan masalah, serta tujuan
penelitianpun ikut berubah menjadi lebih spesifik dan sesuai dengan judul yang
peneliti. Perubahan tersebut harus dilakukan agar sesuai dan memudahkan peneliti
dalam penelitian skripsi ke depannya.
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bimbingan merupakan proses konsultasi dalam penelitian skripsi yang
dilaksanakan dengan dua orang dosen pembimbing yang memiliki kompetensi
sesuai dengan tema permasalahan yang dikaji. Dalam hal ini, kompetensi yang
dimiliki oleh kedua dosen pembimbing itu adalah kajian dalam sejarah lokal.
Berdasarkan surat penunjukkan pembimbing skripsi yang telah dikeluarkan oleh
Tim Pertimbangan Penelitian Skripsi (TPPS), dalam penyusunan skripsi ini
peneliti dibimbing oleh Dra. Murdiyah Winarti, M.Hum sebagai pembimbing I
dan Wawan Darmawan, S.Pd.,M.Hum. sebagai pembimbing II. Konsultasi
merupakan proses yang harus dilakukan oleh peneliti guna mendapatkan
masukan-masukan yang sangat membantu dalam rangka penyelesaian skripsi ini.
Konsultasi dilakukan oleh peneliti dengan dosen pembimbing setelah sebelumnya
menghubungi masing-masing dosen pembimbing dan kemudian membuat jadwal
pertemuan.
3.2 Pelaksanaan Penelitian
3.2.1 Mengurus Perijinan Penelitian
Dalam tahap ini peneliti berhubungan dengan lembaga-lembaga dan
intansi terkait untuk mempermudah dan memperlancar dalam melakukan
penelitian. Surat perijinan dilakukan dari Jurusan Pendidikan Sejarah kemudian
diserahkan kepada bagian Akademik FPIPS agar memperoleh ijin dari Dekan
FPIPS. Keberadaan dari surat perijinan tersebut sebagai bukti bahwa peneliti
memiliki ijin yang legal untuk melakukan penelitian yang berasal dari pihak
akademis yaitu Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.
Adapun surat-surat tersebut ditunjukan kepadalembaga Kesatuan Bangsa,
Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Cirebon. Kemudian mendapat
tembusan ke instansi-instansi lain seperti:
1. Kepala Kantor Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon
2. Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Cirebon
3. Kantor Pengelola Tempat Pelelangan Ikan
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik, terlebih dahulu peneliti
menyiapkan perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian. Adapun
perlengkapan penelitian yang perlu disiapkan sebelum melakukan penelitian
antara lain:
1. Surat izin penelitian dari Dekan FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia.
Surat ini diperlukan agar sumber yang dituju oleh peneliti merasa yakin
dengan keberadaan peneliti dan narasumber akan memberikan informasi
sebaik-baiknya karena mengetahui bahwa ini untuk kepentingan ilmiah.
2. Instrumen wawancara
Instrumen wawancara diperlukan agar pembicaraan dengan narasumber
tidak melebar sehingga peneliti akan mendapatkan data yang lebih fokus
dan akurat.
3. Alat perekam
Berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan terhadap
narasumber.
4. Kamera foto
Alat ini digunakan untuk mengambil gambar narasumber atau pun
kegiatan para nelayan di Kecamatan Gebang.
5. Field notes (catatan lapangan)
Berfungsi untuk mencatat hal-hal penting dalam wawancara.
3.2.3 Pengumpulan Sumber (Heuristik)
Heuristik yaitu mencari, menemukan, dan mengumpulkan data dan fakta
dari berbagai sumber baik itu berupa buku-buku maupun artikel yang berkaitan
dengan masalah penelitian.Sumber sejarah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sumber literatur berupa buku-buku dan artikel yang dapat membantu
peneliti dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dikaji.Heuristik
(Heuristics) atau dalam bahasa Jerman Quellenkunde, sedangkan dalam bahasa
Yunani disebut Heurishein yang berarti memperoleh. Heuristik merupakan suatu
kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data atau materi
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dikaji oleh peneliti (Sjamsuddin, 2007:86). Sedangkan menurut Renier yang
dikutipAbdurahman (2007:64) dijelaskan heuristik adalah suatu teknik, suatu seni,
dan bukan suatu ilmu. Oleh karena itu, heuristik tidak mempunyai
peraturan-peraturan umum. Namun, heuristik sering kali merupakan suatu keterampilan
dalam menemukan, menangani dan merinci bibliografi atau mengklasifikasi dan
merawat catatan-catatan.
Dalam pencarian sumber yang peneliti lakukan di perpustakaan UPI,
peneliti memperoleh sumber-sumber mengenai teori pertumbuhan wilayah
berbasis sumber daya alam,. Di Perpustakaan Daerah Kabupaten Cirebon peneliti
memperoleh buku mengenai anatomi konflik dan solidaritas masyarakat nelayan.
Sedangkan di Badan Kepustakaan dan Arsip Daerah Jawa Barat yang ada di
Bandung peneliti mendapatkan buku ekonomi kelautan. Peneliti pun memperoleh
sumber literatur berupa artikel atau jurnal yang diperoleh dari pencarian di
Internet, artikel-artikel tersebut berisikan informasi mengenai kehidupan
masyarakat nelayan. Selain itu peneliti mendapat sumber-sumber yang
menjelaskan tentang nelayan dari toko-toko buku seperti Palasari dan Dewi
Sartika.
Buku-buku yang berkenaan dengan nelayan antara lain buku karya
Mulyadi (2007) Ekonomi Kelautan;Sabian Utsman (2006) Anatomi Konflik &
Solidaritas Masyarakat Nelayan; Kusnadi (2002) Konflik Sosial Nelayan:
Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Perikanan; Kusnadi (2003) Akar
Kemiskinan Nelayan; Kusnadi (2007) Jaminan Sosial Nelayan; Adisasmita
(2013) Teori-teori Pembangunan Ekonomi: Pertumbuhan Ekonomi dan
Pertumbuhan Wilayah; Mutakin dan Gurniwan (2000) Masyarakat Indonesia
Dalam Dinamika. Buku-buku tersebut dijadikan referensi oleh peneliti untuk
dapat memberikan gambaran tentang nelayan dan juga sebagai gambaran oleh
peneliti untuk dapat memperjelas tujuan penelitian.
Pengumpulan sumber yang lainnya dilakukan di Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Cirebon, Unit Pelayanan Teknik (UPT) Kecamatan Gebang
dan Kantor Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon. Sumber tertulis yang
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
geografis, demografi dan kehidupan masyarakat nelayan yang didalamnya
mencakup kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan.
3.2.3.1 Pengumpulan Sumber Lisan
Sumber lisan sangat diperlukan apabila sumber tertulis yang diperoleh
dianggap kurang dan sedikit yang membahas tentangmasalah yang dikaji,
yaitumengenai“Kehidupan Masyarakat Nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten
Cirebon (Kajian Historis: 1990-2006)”. Pengumpulan sumber lisan dilakukan
oleh peneliti dengan mencari narasumber yang dianggap sebagai pelaku dan saksi
sejarah yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Pengumpulan data melalui
sumber lisan ini dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara. Metode
wawancara merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi secara lisan dari
narasumber yang sifatnya sebagai pelengkap dari sumber tertulis.
Secara umum pelaksanaan wawancara dibedakan atas dua jenis yaitu:
a. Wawancara terstruktur yaitu wawancara yang berdasarkan pada
pedoman wawancara yang terdapat dalam instrumen penelitian, terdiri
dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun
sebelumnya. Semua responden yang diseleksi untuk diwawancarai
diajukan pertanyaan yang sama dengan kata-kata dan tata urutan yang
seragam.
b. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang tidak mempunyai
suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan
susunan kata-kata dan tata urut yang tetap yang harus dipatuhi peneliti.
Penggabungan kedua jenis wawancara tersebut dilakukan agar wawancara
lebih fokus serta narasumber lebih bebas untuk mengungkapkan segala sesuatu
yang diketahuinya. Teknis pelaksanaan wawancara tersebut dengan mencoba
menyusun daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya kemudian
diikuti wawancara yang tidak terstruktur yaitu peneliti memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan sebelumnya dengan tujuan untuk
mencari jawaban dari setiap pertanyaan yang berkembang kepada tokoh atau
pelaku sejarah yang terkait dengan kehidupan masyarakat nelayan Kecamatan
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Narasumber yang diwawancarai oleh peneliti adalah mereka yang bekerja
atau pernah bekerja sebagai nelayan lebih dari 30 tahun. Pencarian narasumber
yang diwawancara oleh peneliti dilakukan dengan cara mengunjungi desa nelayan
di Kecamatan Gebang serta meminta bantuan dari aparat desa untuk mencari
beberapa narasumber yang diperlukan oleh peneliti. Setelah mendapatkan
beberapa orang yang dapat dijadikan sebagai sumber lisan, peneliti meminta izin
kepada setiap narasumber untuk bersedia memberikan informasi yang diperlukan
oleh peneliti melalui wawancara. Dalam penelitian ini peneliti melakukan
wawancara kepada berbagai narasumber yang mengetahui secara jelas tentang
kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan dari tahun 1990-2006.
Peneliti kemudian menyusun instrumen wawancara berupa pertanyaan
yang disesuaikan dengan kedudukan narasumber tersebut dalam penelitian.
Wawancara dilakukan terhadap beberapa narasumber, yaitu sebagai nelayan
pemilik, nelayan buruh dan nelayan tradisional di Kecamatan Gebang. Alasan
peneliti memilih narasumber tersebut dikarenakan narasumber tersebut sebagian
besar merupakan orang-orang yang sudah cukup lama terlibat di sektor perikanan
baik sebagai pemilik perahu, nelayan tardisional maupun nelayan buruh.
Selain itu juga narasumber bias berasal dari instansi yang terkait seperti
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon. Dengan teknik wawancara ini
peneliti diharapkan memperoleh data-data yang sesuai dengan permasalahan
penelitian skripsi yang berjudul“Kehidupan Masyarakat Nelayan Kecamtan
Gebang Kabupaten Cirebon (Kajian Historis: 1990-2006)”. Beberapa
narasumber yang diwawancara terlampir di daftar narasumber.
3.2.3.2 Analisis Sumber (Kritik)
Setelah melakukan kegiatan pengumpulan sumber (heuristik), langkah
selanjutnya adalah melaksanakan kritik sumber. Pada tahap ini, peneliti
melakukan kritik terhadap sumber-sumber sejarah yang telah diperoleh, baik
sumber utama maupun sumber penunjang lainnya. Kritik sumber dilakukan
karena sumber-sumber yang diperoleh tidak dapat diterima begitu saja oleh
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kritik sumber bagi sejarawan erat kaitannya dengan tujuan sejarawan itu untuk
mencari kebenaran. Terdapat lima pertanyaan yang harus digunakan untuk
mendapatkan kejelasan keamanan sumber-sumber tersebut, yaitu:
a. Siapa yang mengatakan itu?
b. Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu telah diubah?
c. Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan
kesaksiannya?
d. Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata
yang kompeten, apakah ia mengetahui fakta itu?
e. Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan memberikan
kepada kita fakta yang diketahui itu? (Sjamsuddin, 2007: 133).
Kritik sumber memiliki fungsi dalam mencari kebenaran. Kritik sumber sangat
penting dilakukan karena menyangkut verifikasi sumber. Pengujian tersebut
mengenai kebenaran dan ketepatan sumber-sumber yang akan digunakan.
Dengan demikian dapat membedakan apa yang benar, apa yang tidak benar,
apa yang mungkin dan apa yang meragukan. Kritik sumber bagi sejarawan
erat kaitannya dengan tujuan sejarawan itu dalam rangka mencari kebenaran
(Sjamsuddin, 2007: 131). Adapun kritik sumber yang dilakukan oleh peneliti
dalam penyusunan skripsi ini terbagi kedalam dua bagian yaitu kritik eksternal
dan kritik internal.
3.2.3.3 Kritik Eksternal
Kritik ekternal merupakan suatu cara melakukan verifikasi atau pengujian
terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah (Sjamsuddin, 2007: 132). Peneliti
melakukan kritik sumber baik terhadap sumber tertulis maupun sumber lisan.
Kritik eksternal terhadap sumber tertulis dilakukan dengan cara memilih dokumen
atau buku-buku yang ada kaitannnya dengan permasalahan yang dikaji serta
menganalisis secara seksama terhadap sumber-sumber yang diperoleh sehingga
diketahui unsur latar belakang peneliti, penerbit, tahun terbit dan keasliannya,
karena kekinian tahun terbitnya maka semakin bagus kualitas yang didapat
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tersebut memang dikeluarkan oleh instansi terkait. Kritik eksternal ini
dilakukan untuk memperoleh apakah sumber tersebut otentik (asli) atau tidak.
Adapun kritik eksternal terhadap sumber lisan dilakukan dengan cara
mengidentifikasi narasumber apakah mengetahui, mengalami atau melihat
peristiwa yang menjadi objek kajian dalam penelitian. Faktor-faktor yang harus
diperhatikan dari narasumber adalah mengenai usia, kedudukan, pekerjaan,
pendidikan, agama, tempat tinggal, kesehatan baik mental maupun fisik, kejujuran
narasumber dan yang terpenting adalah daya ingat narasumber dan
keberadaannya pada kurun waktu 1990-2006. Kritik eksternal yang dilakukan
peneliti ialah terhadap narasumber yang bernama bapak Rasidi yang bermata
pencaharian sebagai nelayan. Beliau berumur 46 tahun dan sudah menjadi
nelayan selama lebih dari 30 tahun. Bapak Rasidi merupakan warga asli
Kecamatan Gebang. Apabila dilihat dari umur serta kesehatannya, bapak
Rasidi masih memiliki daya ingat yang kuat dalam mengingat perubahan
serta kehidupan nelayan Kecamatan Gebang pada kurun waktu 1990-2006.
Proses ini dilakukan karena semua data yang diperoleh baik dari sumber
lisan maupun tertulis tingkat kebenarannya tidak sama. Sehingga dengan
mengetahui kedudukan, pekerjaan, pendidikan dan agama seorang narasumber,
peneliti dapat mengerti jika ada subjektivitas yang kemudian terdapat dalam
perkataannya. Selain itu juga kritik yang dilakukan terhadap sumber lisan peneliti
mengamatinya dari aspek usia para narasumber untuk melihat ketepatan antara
kurun waktu kajian, dengan usia mereka pada waktu itu, sehingga dapat
diputuskan bahwa mereka benar-benar mengetahui tentang Kehidupan nelayan di
Kecamatan Gebang. Daya ingat narasumber sangat penting karena daya ingat
sangat berpengaruh terhadap hasil kajian untuk dapat memberikan informasi yang
benar-benar sesuai dengan apa yang dialaminya dan apa yang benar-benar terjadi.
Dilihat pula kesehatan fisik dan mental serta kejujuran narasumber sangat penting
untuk diperhatikan, karena akan sangat menentukan informasi yang akan
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.2.3.4. Kritik Internal
Kritik internal merupakan kebalikan dari kritik eksternal. Kritik internal
bertujuan untuk menguji reliabilitas dan kredibilitas sumber. Kritik ini
mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan
moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian di dalam
sumber dengan kesaksian-kesaksian dari sumber lain. Untuk menguji kredibilitas
sumber (sejauh mana dapat dipercaya) diadakan penilaian intrinsik terhadap
sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan Sjamsuddin (2007 : 143) bahwa “Kritik internal merupakan
penilaian terhadap aspek “dalam”, yaitu isi dari sumber sejarah setelah sebelumnya disaring melalui kritik eksternal.
Dalam tahapan ini peneliti melakukan kritik internal baik terhadap sumber
tertulis maupun terhadap sumber lisan. Kritik terhadap sumber tertulis yang telah
diperoleh berupa buku-buku referensi dilakukan dengan cara melakukan cross
check (cek silang) dengan membandingkan data dan fakta serta pendapat yang
terdapat dalam buku-buku atau dokumen-dokumen yang dikategorikan sebagai
sumber tertulis. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data yang lebih akurat karena
tidak semua orang memiliki pandangan yang sama terhadap suatu permasalahan.
Adapun kritik internal terhadap sumber lisan dilakukan dengan cara
membandingkan hasil wawancara antara narasumber yang satu dan narasumber
lainnya sehingga peneliti mendapatkan fakta yang dibutuhkan mengenai kondisi
nelayan di Gebang. Setelah peneliti melakukan kaji banding pendapat narasumber
yang satu dan lainnya kemudian membandingkan pendapat narasumber dengan
sumber tertulis. Kegiatan yang dilakukan setelah sumber-sumber tersebut telah
mengalami pengujian, maka peneliti menetapkan apakah fakta yang diperoleh dari
sumber tertulis maupun lisan dapat diandalkan atau tidak. Kaji banding ini
bertujuan untuk memperoleh kebenaran dari fakta yang didapat dari sumber
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.2.3.5 Penafsiran Sumber (Interpretasi)
Interpretasi merupakan langkah selanjutnya yang dilakukan setelah
dilakukan kritik sumber. Interpretasi adalah kegiatan menafsirkan fakta-fakta yang
sudah diperoleh melalui cara mengolah fakta yang telah dikritisi dengan merujuk
beberapa referensi yang mendukung penelitian.Interpretasi perlu dilakukan agar
data atau fakta yang telah dikumpulkan sebelumnya dapat digunakan sebagai
bahan penelitian skripsi. Sjamsuddin (2007: 158-159) menjelaskan disadari atau
tidak para sejarawan berpegang pada pada salah satu atau kombinasi beberapa
filsafat sejarah tertentu yang menjadi dasar penafsirannya.
Dalam melakukan penafsiran terhadap sumber-sumber yang diperoleh,
digunakan juga pendekatan interdisipliner agar mempermudah peneliti dalam
merangkaikan fakta-fakta yang didapat. Pendekatan ini dilakukan terhadap
permasalahan yang dikaji dengan menggunakan sudut pandang disiplin ilmu satu
rumpun yaitu ilmu sosiologi dan ekonomi. Pendekatan sosiologi dapat dilihat
aspek perubahan sosial dan stratifikasi dalam tatanan masyarakat nelayan di
Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon. Pendekatan ekonomi adalah apakah
dalam kurun waktu 1990-2006 terjadi peningkatan produksi ikan dan peningkatan
pendapatan bagi nelayan dan berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat
nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon tahun 1990-2006.
3.2.3.6 Historiografi
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari penelitian yang memaparkan dan
melaporkan seluruh hasil penelitian dalam bentuk tertulis setelah melalui tahap
interpretasi fakta. Pada tahap ini seluruh daya pikiran dikerahkan bukan saja
keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan. Namun
yang paling utama adalah penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analitis sehingga
menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitian dan penemuan dalam
suatu penelitian utuh yang disebut dengan historiografi.
Historiografi berarti pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa
yang terjadi pada waktu yang telah lalu (Ismaun, 2005: 28). Dengan kata
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melakukan analisis dan penafsiran terhadap data dan fakta sejarah. Dalam
historiografi peneliti menceritakan hal-hal yang didapat disertai dengan
penafsiran-penafsirannya sehingga hasil dari historiografi berupa rekonstruksi dari
peristiwa sejarah. Peneliti dalam hal ini bebas menentukan sendiri cara menulis
sehingga menghasilkan karya mandiri yang menjadi tanggung jawabnya. Namun
dalam kebebasanya tersebut peneliti tetap harus memperhatikan
ketentuan-ketentuan umum baik dalam penelitiannya maupun dalam penafsiranya.
Ketentuan-ketentuan tersebut adalah penafsiran (Interpretasi), penjelasan
(Eksplanasi), dan penyajian (Ekspose, Darstellung) (Ismaun, 2005 : 157).
Pada tahapan historiografi merupakan hasil dari upaya peneliti dalam
mengerahkan kemampuan menganalisis dan mengkritisi sumber yang diperoleh
dan kemudian dihasilkan sintesis dari penelitiannya yang terwujud dalam
penelitian skripsi berjudul “Kehidupan Masyarakat Nelayan Kecamatan Gebang
Kabupaten Cirebon (Kajian Historis: 1990-2006)”. Laporan hasil penelitian ini
disusun dalam bentuk tulisan yang disesuaikan dengan teknik penelitian karya
ilmiah dan menggunakan tata bahasa penelitian yang baik dan benar. Adapun
sistematika yang digunakan dalam penelitian laporan ini disesuaikan dengan buku
pedoman penelitian karya ilmiah yang dikeluarkan oleh UPI Bandung. Dalam
penyusunan laporan penelitian ini, setiap bab memiliki fungsi dan kaitan dengan
bab lainnya.
BAB I Pendahuluan. Dalam bab ini dijelaskan latar belakang penelitian
yang didalamnya memuat penjelasan alasan pemilihan masalah tersebut sebagai
judul penelitian. Bab ini terdiri dari sub-bab yaitu mengenai latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode dan teknik
penelitian, serta sistematika penelitian.
BAB II Kajian Pustaka. Dalam bab ini berisi tentang pemaparan terhadap
sejumlah beberapa karya tulis atau literatur ditambah dengan hasil wawancara
terhadap berbagai narasumber yang digunakan sebagai acuan dan dipergunakan
peneliti dalam menelaah dan mengkaji tentang kehidupan masyarakat nelayan
yang ada di Indonesia, salah satunya kehidupan masyarakat nelayan Gebang.
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ekonomi dan laporan-laporan yang disusun dalam bentuk buku berkaitan dengan
kajian yang dibahas. Sedangkan wawancara dilakukan terhadap dinas-dinas
terkait, misalnya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon, Pengelola
Tempat Pelelangan Ikan, pegawai Kecamatan Gebang, dan sejumlah nelayan di
wilayah Kecamatan Gebang. Semua literatur dan narasumber tersebut berkaitan
dengan kajian permasalahan penelitian yaitu mengenai kehidupan masyarakat
nelayan Kecamatan Gebang, khususnya ketika terjadi modernisasi dan maraknya
bakul di masyarakat nelayan tahun 1990-2006.
BAB III Metodologi Penelitian. Dalam bab ini diuraikan tentang metode
dan teknik penelitian yang digunakan peneliti dalam mencari sumber-sumber dan
cara pengolahan sumber-sumber yang dianggap relevan dengan permasalahan
yang dikaji. Dalam bab ini juga, peneliti mendeskripsikan langkah-langkah
penelitian yang dilakukan peneliti antara lain: tahap persiapan penelitian, tahap
pelaksanaan penelitian, dan langkah terakhir adalah tahap proses penyusunan dan
penelitian akhir dari kegiatan penelitian.
BAB IV Pembahasan. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan seluruh hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Uraian tersebut berdasarkan permasalahan atau pertanyaan-pertanyaan penelitian
yang dirumuskan pada bab pertama. Adapun sistematika dalam bab ini, peneliti
membaginya ke dalam beberapa sub-bab judul. Yang pertama,Bagaimana
gambaran umum kehidupan masyarakat nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten
Cirebon tahun 1990. Kedua,Bagaimana upaya nelayan di Kecamatan Gebang
dalam meningkatkan kehidupan sosial-ekonomi dari tahun 1990-2006. Ketiga,
Bagaimana peranan pemerintah Kabupaten Cirebon dalam upaya meningkatkan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan di Kecamatan Gebang tahun
1990-2006 Dan keempat,Bagaimana perubahan sosial ekonomi masyarakat nelayan
Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon dari tahun 1990-2006.
BAB V Simpulan dan Saran Dalam bab ini akan dikemukakan hasil
temuan dan pandangan peneliti, serta jawaban secara umum dari permasalahan
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis
terhadap permasalahan yang dibahas. Kesimpulan tersebut merujuk pada jawaban atas
permasalahan penelitian yang telah dikemukakan oleh peneliti di dalam bab sebelumnya.
5.1 SIMPULAN
Sektor perikanan yang ada di Kecamatan Gebang merupakan salah satu
sektor ekonomi yang memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi wilayah
tersebut, khususnya dalam penyediaan bahan pangan protein dan penyediaan
lapangan kerja. Akan tetapi ironisnya sektor perikanan selama ini belum
mendapat perhatian yang serius dari pemerintah padahal bila sektor perikanan
dikelola secara serius akan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap
pembangunan ekonomi di Kecamatan Gebang atau Kabupaten Cirebon dan
bahkan bisa memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pembangunan
ekonomi nasional serta dapat mengentaskan kemiskinan masyarakat nelayan.
Kemunculan bakul pada awal tahun 1990-an mulanya dipandang sebagai
penyelamat ditengah kesulitan ekonomi yang dialami masyarakat nelayan Gebang
pada saat itu, karena selain memberikan pinjaman modal usaha kepada para
nelayan tugas utama bakul adalah menyelenggarakan kegiatan pasar secara
terus-menerus agar ikan tetap tersedia untuk konsumen dan menyelamatkan harga ikan
ketika hasil tangkapan nelyan sedikit atau berlimpah. Istilah lain untuk bakul yang
ada di masyarakat nelayan Gebang ialah “langgan".
Kemunculan dan semakin banyaknya jumlah bakul yang ada di Gebang
sebenarnya tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi disebabkan oleh beberapa
hal antara lain masalah-masalah yang dihadapi nelayan yang menuntut mereka
untuk meminta bantuan terhadap bakul. Seperti masalah produksi dimana nelayan
membutuhkan perahu serta alat tangkap ikan untuk kegiatan menangkap ikan dan
Niza Egal Septhiady, 2015
KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tersebut. Selain masalah produksi, maka masalah pemasaran juga dihadapi oleh
nelayan Gebang, untuk mengatasi permasalahan itu nelayan berusaha terobosan
untuk meningkatkan pendapatan dengan cara megandalkan bakul untuk
memasarkan hasil tangkapannya dan meminjam uang kepada pemilik modal
untuk perbaikan maupun pengadaan alat tangkap ikan. Akan tetapi, ternyata
berbagai upaya yang dilakukan oleh nelayan Gebang untuk meningkatkan
kesejahteraannya telah menjebak mereka dalam ketergantungan dengan pihak
lain, sekaligus menempatkan mereka pada posisi yang lemah.
Ketidakpuasan nelayan terhadap sistem bagi hasil yang demikian akan
bertambah karena jika operasi perahu tidak memperoleh penghasilan, nelayan
tidak mendapatkan suatu kompensasi dalam bentuk apapun dari bakul. Jaminan
sosial tenaga kerja nelayan juga tidak ada sehingga jika ia sakit harus ditanggung
sendiri biaya pengobatannya. Dalam menghadapi ketimpangan tersebut, nelayan
tidak dapat berbuat banyak karena tingkat ketergantungan terhadap bakul cukup
tinggi. Nelayan menerima kenyataan-kenyataan seperti itu karena dipaksa oleh
keadaan dan biasanya terikat pinjaman kontrak kerja dengan bakul.
Banyak permasalahan yang harus dihadapi oleh nelayan Gebang, akan
tetapi hal tersebut tidak menyurutkan usaha nelayan untuk meningkatkan
kesejahteraannya. Walaupun dalam meningkatkan kesejahteraan hidup nelayan,
nelayan masih mengalami kesulitan yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti,
hubungan kerja dengan bakul yang sering kali merugikan nelayan. hal tersebut
senada dengan apa yang dikatakan oleh bapak Ali selaku nelayan Gebang beliau
mengatakan bahwa “bakul memperoleh fee atau jatah 15% dari hasil tangkapan
nelayan”. jatah 15% dari hasil tangkapan yang dilakukan nelayan didapatkan
bakul karena bakul yang memberikan modal serta pengadaan alat tangkap ikan
kepada para nelayan. modal pinjaman tersebut biasanya tidak berbunga bahkan
tidak dikembalikan oleh nelayan melainkan sebagai bentuk hubungan kerja antara
nelayan tersebut dengan bakul. Selain beberapa faktor tersebut, hal lain yang
menambah kesulitan dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan adalah tidak
adanya pihak-pihak yang membantu secara total dan sungguh-sungguh dalam