• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON : Kajian Historis: 1990-2006.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON : Kajian Historis: 1990-2006."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN

GEBANG KABUPATEN CIREBON

(

Kajian Historis: 1990-2006

)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Sejarah

oleh :

Niza Egal Septhiady 1006809

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

KABUPATEN CIREBON (Kajian Historis: 1990-2006)

Oleh :

NIZA EGAL SEPTHIADY

1006809

Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Departemen Pendidikan Sejarah

© Niza Egal Septhiady 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN

CIREBON (Kajian Historis: 1990-2006)

Oleh :

NIZA EGAL SEPTHIADY

1006809

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I,

Dra. Murdiyah Winarti, M.Hum.

NIP. 19600529 198703 2 002

Pembimbing II,

Wawan Darmawan S.Pd., M.Hum

NIP. 19710101 199903 1 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Sejarah,

Dr. Agus Mulyana , M.Hum.

(4)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perubahan sosial-ekonomi masyarakat nelayan Gebang. Dalam mengkaji skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian historis yang merupakan proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman peninggalan masa lampau. Daerah penghasil hasil laut potensial di Kabupaten Cirebon salah satunya ialah Kecamatan Gebang akan tetapi masyarakatnya masih banyak yang hidup dalam garis kemiskinan. Kemiskinan masyarakat nelayan Gebang sudah lama dirasakan bahkan ketika sebelum tahun 1990-an. Awal tahun 1990-an terjadi modernisasi alat tangkap ikan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil tangkapan para nelayan. Banyak permasalahan yang harus dihadapi oleh nelayan Gebang salah satunya hubungan kerja dengan bakul yang seringkali merugikan. Permasalahan tersebut telah mendorong nelayan Gebang untuk melakukan terobosan dalam meningkatkan kesejahteraannya seperti membentuk Kelompok Usaha Bersama tujuannya untuk mengembangkan strategi kemandirian berdasarkan kemampuan sumber daya yang dimiliki untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi. Selain itu, upaya nelayan dalam meningkatkan kehidupan sosial-ekonominya melakukan sistem pembagian kerja dimana keterlibatan istri/kaum perempuan terlibat dalam kegiatan ekonomi seperti berdagang. Kaum perempuan/istri di masyarakat nelayan tidak sekedar membantu suami mencari nafkah tetapi mereka juga menentukan kelangsungan hidup keluarga. Dari rentan waktu tahun 1990-2006 terjadi perubahan sosial-ekonomi yang dialami oleh masyarakat nelayan Gebang diantaranya: perubahan pola melaut nelayan dari satu hari melaut menjadi satu minggu melaut dan gaya hidup nelayan yang selama ini dikenal tidak efektif menjadi lebih berorientasi ke masa depan.

(5)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii

used Historical study method which is a process of testing and critical analysis of the past records. Gebang sub-district is one of the fishery producers in Cirebon area. However, most of its people live under the poverty line. The poverty among the fisherman at Gebang could be felt in the early 1990s. In the early 1990s, there was a change to modernize the fishing tools in order to enhance the number of products. There were problems faced by the fishermen at Gebang. One of them was working with bakul (basket) which was often disadvantaging. Those problems forced them to create an innovation to improve the prosperity such as formed a Joint Business Group (Kelompok Usaha Bersama) to develop an independent strategy based on the available resources to solve the encountered problems. Moreover, in order to improve their socio-economic life, they employed sharing work system which involves their wives/the women in the economic activity such as trading. The wives/women helped their husbands to make a living as well as to determine the survival of family. Within years 1990-2006 there were socio-economic changes among the fishermen at Gebang, one of them is the change of their sailing pattern from one day sailing to one week sailing and their lifestyle from ineffective old lifestyle to more future oriented lifestyle.

(6)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Metode Penelitian ... 7

1.6. Stuktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS ... 11

2.1. Teori Perubahan Sosial ... 11

2.2 Kelautan ... 13

2.3. Perikanan ... 14

2.4. Masyarakat Nelayan ... 15

2.5. Koperasi ... 20

2.6. Penelitian Terdahulu ... 23

2.6.1. Penelitian Dalam Bentuk Skripsi ... 23

(7)

vi

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.1.1. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian ... 29

3.1.2. Penyusunan Rancangan Penelitian ... 30

3.1.3. Proses Bimbingan ... 30

3.2. Pelaksanaan Penelitian ... 31

3.2.1. Mengurus Perijinan Penelitian ... 31

3.2.2. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian ... 31

3.2.3. Pengumpulan Sumber (Heuristik) ... 32

3.2.3.1 Pengumpulan Sumber Lisan ... 34

3.2.3.2. Analisis Sumber (Kritik) ... 35

3.2.3.3. Kritik Eksternal ... 36

3.2.3.4. Kritik Internal ... 38

3.2.3.5. Penafsiran Sumber (Interpretasi) ... 39

3.2.3.6. Historiografi ... 39

BAB IV KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON (Kajian Historis: 1990-2006) ... 42

4.1. Gambaran Umum Kehidupan Masyarakat Nelayan Kecamatan Gebang ... 42

4.1.1. Kondisi Geografis, Administratif dan Demografi ... 42

4.1.2. Kondisi Umum Masyarakat Nelayan Gebang ... 49

4.2. Upaya Nelayan di Kecamatan Gebang Dalam Meningkatkan Kehidupan Sosial Ekonomi ... 56

4.2.1. Kelompok Usaha Bersama (KUB) ... 56

4.2.2. Industri Pengolahan Ikan ... 63

(8)

vii

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.4.1. Pola Melaut Nelayan Gebang ... 80

4.4.2. Gaya Hidup Nelayan Gebang ... 85

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 89

5.1. Simpulan ... 89

5.2. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

LAMPIRAN

(9)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi alam di sektor

perikanan yang melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Salah

satu sumber daya yang dapat dimanfaatkan adalah sumber daya perikanan yang

dibagi menjadi dua sektor yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

Sektor perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki

peranan dalam pembangunan nasional, khususnya dalam penyediaan bahan

pangan protein, perolehan devisa dan penyediaan lapangan kerja. Pada saat krisis

ekonomi, peranan sektor perikanan semakin signifikan, terutama dalam hal

mendatangkan devisa. Akan tetapi ironisnya, sektor perikanan selama ini belum

mendapat perhatian yang serius dari pemerintah dan kalangan pengusaha,

padahal bila sektor perikanan dikelola secara serius akan memberikan kontribusi

yang lebih besar terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dapat

mengentaskan kemiskinan masyarakat Indonesia terutama masyarakat nelayan

dan petani ikan.

Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya

tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan

ataupun budi daya. Mereka pada umumnya tinggal di wilayah pesisir, sebuah

lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya (Mulyadi, 2007:7).

Wilayah pesisir merupakan sumberdaya potensial di Indonesia umumnya

dan Kabupaten Cirebon khususnya, dimana merupakan suatu wilayah peralihan

antara daratan dan lautan. Kabupaten Cirebon adalah sebuah Kabupaten di Jawa

Barat yang terletak dibagian timur yang berbatasan langsung dengan Jawa

Tengah, Kabupaten Cirebon juga merupakan salah satu wilayah pesisir di utara

pulau Jawa yang terkenal dengan hasil lautnya seperti: udang rebon, rajungan,

ikan asin dan sebagainya.

Daerah penghasil hasil laut di Kabupaten Cirebon salah satunya ialah

(10)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

garis kemiskinan.Kemiskinan dan masalah sosial ekonomi yang dihadapi oleh

masyarakat nelayan Gebang berakar pada faktor-faktor kompleks yang saling

berkaitan satu sama lainnya. Tingkat sosial-ekonomi yang rendah merupakan ciri

umum kehidupan nelayan dimana pun berada. Tingkat kehidupan mereka berada

sedikit diatas pekerja migran atau setaraf dengan petani kecil, bahkan jika

dibandingkan secara seksama dengan kelompok masyarakat lain di sektor

pertanian, nelayan (khususnya nelayan buruh dan nelayan kecil atau nelayan

tradisional) dapat digolongkan sebagai lapisan sosial yang paling miskin.

Sebagian besar kategori sosial nelayan Gebang adalah nelayan tradisional

dan nelayan buruh. Meraka adalah penyumbang utama kuantitas produksi

perikanan tangkap di wilayah tersebut. Walaupun demikian, kondisi kesejahteraan

mereka dapat dikatakan buruk karena diakibatkan dari proses transaksi ekonomi

yang timpang dan eksploitatif. Nelayan tidak memperoleh bagian pendapatan

yang besar. Pihak yang paling beruntung ialah para pedagang ikan berskala besar

atau pedagang perantara (bakul). Para bakul inilah yang sesungguhnya menjadi

“penguasa ekonomi” di desa-desa nelayan.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi kemiskinan

yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat nelayan.

Pada tahun 1974 pemerintah mengluarkan program bantuan kredit kepada

nelayan, seperti Kredit Investasi Kecil (KIK) dan Kredit Modal Kerja Permanen

(KMKP). Akan tetapi program tersebut belum mampu mengatasi kesulitan

sosial-ekonomi masyarakat nelayan. Program-program tersebut tidak berjalan lancar

melainkan mengalami kemacetan sehingga pemerintah harus mengkaji ulang

kebijakan program bantuan kredit tersebut. Hambatan pengembalian bantuan

kredit tersebut dikarenakan oleh beberapa hal seperti, tingkat penghasilan nelayan

sangat kecil sebagai akibat dari kesulitan memperoleh hasil tangkapan, besarnya

biaya operasi, kerusakan peralatan. (Kusnadi, 2003:38-39)

Pada tahun 1990-an dimana pada saat itu terjadi modernisasi alat

penangkapan ikan di masyarakat nelayan Kecamatan Gebang yang bertujuan

untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan demi kebutuhan ekspor ke luar negeri.

(11)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pemerintah dengan cara memberikan bantuan berupa perahu yang terbuat fiber,

mesin perahu, jaring ikan dan sebagainya akan tetapi tidak semua nelayan

Gebang mendapatkan bantuan tersebut.

Masyarakat nelayan Kecamatan Gebang terbagi menjadi beberapa

golongan nelayan yang dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Pertama,

nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik biasanya memiliki alat-alat

produksi seperti perahu, jaring dan perlengkapan lainnya. Sedangkan nelayan

buruh tidak memiliki alat-alat produksi melainkan hanya menyumbangkan jasa

tenaganya dengan memperoleh hak-hak yang sangat terbatas dalam masyarakat

pertanian nelayan buruh identik dengan buruh tani. Kedua, dapat dilihat dari

modal usahanya struktur masyarakat nelayan terbagi ke dalam kategori nelayan

besar dan nelayan kecil. Disebut nelayan besar karena jumlah modal untuk usaha

perikanan relatif banyak sedangkan nelayan kecil justru sebaliknya.

Banyak masalah yang dihadapi oleh para nelayan seperti masalah

struktural dan kultural. Beberapa faktor yang menjadi permasalahan struktural

bagi masyarakat nelayan Gebang diantaranya, keterbatasan modal usaha dan

teknologi penangkapan. Misalnya, upaya untuk memperoleh hasil tangkapan

yang memadai sering terhambat oleh teknologi peralatan tangkap. Sedangkan

yang menjadi masalah kultural seperti, metode penangkapan yang masih bersifat

tradisional. Sekalipun alat tangkap yang digunakan tergolong canggih akan tetapi

metode pendeteksian pergerakan ikan di dalam laut masih tetap menggunakan

cara yang didasari dari pengalaman dan pengetahuan kelautan tradisional. Oleh

sebab itu nelayan Gebang masih belum bisa memanfaatkan alat tangkap ikan

untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal karena metode yang

digunakan masih bersifat tradisional.

Disamping itu, penegakan hukum oleh pemerintah terhadap perusakan

lingkungan seperti perusakan terumbu karang dan pencemaran laut masih dirasa

lemah. Sedangkan hal tersebut menjadi salah satu faktor yang menjadi

permasalahan bagi nelayan karena perusakan lingkungan dapat berakibat pada

rusaknya ekosistem laut dan berkurangnya jumlah populasi ikan di laut. Faktor

(12)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam organisasi penangkapan yang seringkali kurang menguntungkan nelayan

dan sistem bagi hasil pemasaran perikanan yang lebih menguntungkan pedagang

perantara (bakul).

Kemunculan bakul pada awal 1990-an mulanya dipandang sebagai

penyelamat ditengah kesulitan ekonomi yang dialami oleh masyarakat nelayan

Gebang akan tetapi kenyataannya berbeda karena terjadinya kesenjangan yang

sangat besar antara bakul dan nelayan. Ketidakpuasan nelayan terhadap sistem

bagi hasil yang demikian akan bertambah karena jika operasi perahu tidak

memperoleh penghasilan, nelayan tidak mendapatkan suatu kompensasi dalam

bentuk apapun dari bakul. Jaminan sosial tenaga kerja nelayan juga tidak ada

sehingga jika ia sakit harus ditanggung sendiri biaya pengobatannya. Dalam

menghadapi ketimpangan tersebut, nelayan tidak dapat berbuat banyak karena

tingkat ketergantungan terhadap bakul cukup tinggi. Nelayan menerima

kenyataan-kenyataan seperti ini karena dipaksa oleh keadaan dan biasanya terikat

pinjaman kontrak kerja dengan bakul.

Kalaupun nelayan Gebang dapat memperoleh hasil tangkapan yang relatif

banyak, seperti pada saat musim ikan, keadaan demikian belum tentu menjamin

bahwa nelayan akan memperoleh nilai tukar (uang) yang memadai. Jaringan

pemasaran ikan dikuasai sepenuhnya oleh para bakul. Hubungan antara nelayan

dan bakul sangat kuat dan berorientasi pada kepentingan jangka panjang. Nelayan

menjalin hubungan kerja sama dangan bakul untuk mengatasi kesulitan modal

usaha dan memasarkan hasil tangkapan yang mudah menurun kualitasnya. Akan

tetapi, dalam hubungan kerja sama tersebut nelayan selalu kurang diuntungkan.

Selain menyediakan pinjaman modal usaha kepada para nelayan, tugas

utama bakul adalah menyelenggarakan kegiatan pasar secara terus-menerus agar

ikan tetap tersedia untuk konsumen dan menyelamatkan harga ikan ketika hasil

tangkapan nelayan sedikit atau berlimpah. Keterlibatan bakul dalam proses

produksi dan pemasaran hasil tangkapan nelayan telah menggantikan kedudukan

dan peranan organisasi formal, seperti Koperasi Unit Desa (KUD) Mina.

Sebelum koperasi-koperasi tersebut berdiri atau didirikan, bakul telah memainkan

(13)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

formal tidak banyak berpengaruh terhadap pengurangan peranan strategis bakul.

Akibatnya, banyak koperasi nelayan yang ada di Gebang harus gulung tikar

karena kalah bersaing dengan bakul.

Di Kecamatan Gebang kehadiran KUD Mina justru dianggap oleh nelayan

sebagai ancaman terhadap dasar-dasar kerja sama nelayan dengan bakul. Karena

berbagai kelemahan manajeman, KUD setempat tersingkir dengan sendirinya dan

akhirnya tidak berfungsi sama sekali dalam kehidupan sosial-ekonomi

masyarakat nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon.

Pemaparan di atas menjadikan ketertarikan peneliti untuk meneliti dan

mengkaji lebih dalam mengenai kehidupan masyarakat nelayan Kecamatan

Gebang. Peneliti menganggap penting penelitian ini karena ingin mengangkat

kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten

Cirebon. Maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Kehidupan

Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon (Kajian Historis:

Tahun 1990-2006)”.

Adapun untuk pemilihan kurun waktu tahun 1990-2006, karena pada tahun

1990-an terjadi modernisasi dalam hal alat penangkap ikan di masyarakat nelayan

Kecamatan Gebang yang bertujuan untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan

untuk kebutuhan ekspor ke luar negeri. Selain itu modernisasi tersebut berdampak

pada munculnya para bakul yang dinilai lebih mempersulit keadaan masyarakat

nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, masalah utama

yang dikaji adalah “Kehidupan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon (Kajian Historis: Tahun 1990-2006)” untuk memfokuskan

permasalahan yang dikaji lebih jelas dan terarah, maka peneliti mengkajinya

dalam beberapa pokok permasalahan yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan

sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran umum kehidupan masyarakat nelayan Kecamatan

(14)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimana upaya nelayan di Kecamatan Gebang dalam meningkatkan

kehidupan sosial-ekonomi dari tahun 1990-2006?

3. Bagaimana peranan pemerintah Kabupaten Cirebon dalam upaya

meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan di Kecamatan

Gebang tahun 1990-2006?

4. Bagaimana perubahan sosial ekonomi masyarakat nelayan Kecamatan

Gebang Kabupaten Cirebon dari tahun 1990-2006?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang Kehidupan

Masyarakat Nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon (Kajian Historis:

tahun 1990-2006). Selain itu penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis gambaran umum kehidupan masyarakat nelayan Kecamatan

Gebang di Kabupaten Cirebon tahun 1990.

2. Mendeskripsikan upaya nelayan di Kecamatan Gebang dalam meningkatkan

kehidupan sosial-ekonomi dari tahun 1990-2006.

3. Mendeskripsikan peranan pemerintah Kabupaten Cirebon dalam upaya

meningkatkan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat nelayan di Kecamatan

Gebang tahun 1990-2006.

4. Menganalisis perubahan sosial-ekonomi masyarakat nelayan Kecamatan

Gebang Kabupaten Cirebon dari tahun 1990-2006.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk memberikan penjelasan

mengenai dua konsep yaitu sosial dan ekonomi. Dimana dua konsep tersebut

dalam kehidupan bernegara seringkali saling mempengaruhi satu sama lain.

2. Secara praktik

a. Manfaat bagi penulis adalah sebagai salah satu karya ilmiah yang dapat

(15)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Bagi lembaga terkait adalah memperkaya pengetahuan akan sejarah lokal

yang ada di daerahnya sendiri.

c. Karya ilmiah ini dapat dijadikan bahan pertimbangan, pemikiran dan

perbandingan dalam penulisan sejarah lainnya.

1.5. Metode Penelitian

Sebagaimana halnya prosedur kerja dalam penyusunan sejarah pada

umumnya, maka kajian sejarah lokal juga perlu memperhatikan empat langkah

utama dalam kegiatannya. Keempat langkah itu yaitu:

a. Heuristik

Heuristik berasal dari kata Yunani “heuriskein” yang berarti menemukan.

Jadi kegiatan ini terutama ditujukan untuk menemukan serta mengumpulkan

jejak-jejak dari peristiwa sejarah yang sebenarnya mencerminkan berbagai

aspek aktivitas manusia di waktu yang lampau. (Widja, I Gde 1989:18), secara

umum sumber sejarah dibagi menjadi dua jenis yaitu sumber primer atau

kesaksian dari seseorang saksi yang secara langsung melihat peristiwa sejarah

tersebut melalui panca indera yang dimiliki atau secara langsung ada pada saat

peristiwa itu terjadi. Kedua adalah sumber sekunder kesaksian dari orang yang

tidak melihat secara langsung peristiwa dan tidak ada di tempat berlangsungnya

peristiwa sejarah.

Dalam proses pengumpulan data dan informasi dilakukan beberapa teknik

penelitian diantaranya yaitu melalui studi literatur dan teknik wawancara.

Dalam studi literatur peneliti melakukan studi kepustakaan dengan cara

mengumpulkan sumber dari buku-buku, arsip, koran, jurnal dan buku-buku

yang terdapat dalam internet yang sudah dipercaya kebenarannya. Studi literatur

ini dilakukan untuk mencari sumber primer dan sekunder dari penelitian yang

akan ditulis.

Dalam proses mencari sumber-sumber ini, peneliti mendatangi beberapa

perpustakaan resmi, diantaranya: Perpustakaan Universitas Pendidikan

Indonesia (UPI), Perpustakaan Universitas Padjajaran (UNPAD), Perpustakaan

(16)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perpustakaan Daerah Kabupaten Cirebon. Kemudian peneliti juga mencari

buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, seperti di

Gramedia, Toga Mas, Palasari dan toko-toko buku lainnya, pameran buku dan

mencari juga dari literatur internet. Selain menggunakan studi kepustakaan pada

penelitian ini juga dilengkapi dengan menggunakan oral history melalui teknik

wawancara dengan para nelayan di wilayah Kecamatan Gebang guna

memperoleh informasi mengenai keadaan sosial ekonomi nelayan.

Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu melalui studi

kepustakaan, teknik wawancara dan studi dokumentasi. Adapun tenik penelitian

yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan cara mempelajari sumber-sumber yang

terkumpul dalam bentuk tulisan atau sumber tertulis lainnya yang berhubungan

dan mendukung permasalahan dari kajian ini. Setelah kepustakaan terkumpul,

serta fakta yang telah ditemukan dianggap memadai untuk penelitian ini, maka

akan lebih mempermudah dalam proses penelitiannya. Studi kepustakaan juga

merupakan teknik yang digunakan oleh peneliti dengan membaca berbagai

sumber yang berhubungan, serta mengkaji sumber lain baik dari buku maupun

arsip yang membantu peneliti dalam menentukan landasan teori dan keterangan

tentang permasalahan yang akan dikaji.

2) Teknik Wawancara

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan mewawancarai

narasumber. Untuk teknik wawancara ini, peneliti mendatangi tempat responden

dan informan yang mengetahui tentang kondisi pada waktu itu dan dapat

memberikan informasi secara lisan (oral history).

3) Studi dokumentasi

Studi dokumentasi adalah mencari dokumen-dokeumen dan sumber arsip

baik berupa lembar catatan singkat maupun foto-foto yang berkaitan dengan

permasalahan penelitian

(17)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kritik sumber umumnya dilakukan terhadap sumber-sumber. Kritik ini

menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian mengenai kebenaran atau

ketepatan (akurasi) dari sumber itu. Kritik sumber dalam metode sejarah terbagi

menjadi dua yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal adalah

cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber

sejarah yang dilakukan dengan pemeriksaan yang ketat. Sedangkan kritik

internal lebih menekankan pada aspek dalam yaitu isi dari sumber tersebut,

apakah isi dari sumber tersebut dapat dipercaya atau tidak.

c. Interpretasi

Interpretasi adalah sebuah kegiatan menuliskan dari apa yang telah

diperoleh seperti sumber-sumber. Dalam hal ini bukan hanya keterampilan

teknik pengutipan dan catatan-catatan akan tetapi menggunakan seluruh daya

pikirannya terutama pikiran-pikiran yang bersifat kritis. Fakta-fakta yang

diperoleh dikaitkan-kaitkan satu sama lain sehingga terlihat antara fakta yang

satu dengan yang lainnya memiliki keterhubungan yang jelas.

Dalam hal ini peneliti memberikan penafsiran terhadap sumber-sumber

yang telah dikumpulkan selama penelitian berlangsung. Dalam tahap ini,

peneliti mengerahkan seluruh kemampuan intelektual dalam membuat

deskripsi, analisis kritis serta seleksi dari fakta-fakta tentang Kehidupan

Nelayan di Kecamatan Gebang, sehingga akan menghasilkan bentuk penulisan

sejarah yang utuh. Kegiatan penafsiran ini dilakukan dengan jalan menafsirkan

fakta dan data dengan konsep-konsep yang telah diteliti sebelumnya oleh

peneliti. Peneliti juga melakukan pemberian makna terhadap fakta dan data

yang kemudian disusun, ditafsirkan, dan dihubungkan satu sama lain. Fakta dan

data yang telah diseleksi dan ditafsirkan selanjutnya dijadikan pokok pikiran

sebagai kerangka dasar penyusunan penelitian ini.

d. Historiografi

Historigrafi memilki pengertian penulisan sejarah. Dalam tahap

historiografi perlu memperhatikan prinsip serialisasi (urutan peristiwa), prinsip

kronologis (urutan-urutan waktu) dan prinsip kausalitas (hubungan sebab

(18)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.6. Struktur Organisasi Skripsi

Hasil yang diperoleh melalui telaah pustaka kemudian disusun kedalam

sebuah struktur organisasi penulisan skripsi yang terdiri dari:

Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang

masalah yang di dalamnya memuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti

timbul dan penting untuk dikaji, rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II, Kajian Pustaka dan Landasan Teoretis. Bab ini berisi tentang

berbagai landasan teoritis dan informasi sejarah bersumber pada literatur yang

berkaitan dengan permasalah yang akan dikaji.

Bab III, Metode Penelitian. Dalam bab ini diuraikan tentang metode dan

teknik penelitian yang digunakan penulis dalam mencari sumber-sumber dan

cara pengolahan sumber yang dianggap relevan dengan permasalahan yang

dikaji.

Bab IV, Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan di Kecamatan

Gebang. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berhubungan

dengan seluruh hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis. Uraian tersebut

berdasarkan pertanyaan penelitian yang dirumuskan pada bab pertama.

Bab V, Simpulan dan Saran. Pada bab ini berisi kesimpulan dari

keseluruhan deskripsi dan beberapa saran yang bermanfaat bagi beberapa pihak

yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan masalah yang

(19)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam mengkaji permasalahan dalamskripsi yang berjudul “Kehidupan Nelayan

Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon (Kajian Historis Tahun 1990-2006)”.

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode historis, yaitu proses

menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau

(Gottschalk, 2006:39). Di dalamnya termasuk proses menggali sumber,

memberikan penilaian, mengartikan, serta menafsirkan fakta dari masa lampau

untuk kemudian dapat dianalisis dan ditarik sebuah kesimpulan mengenai

peristiwa tersebut. Sementara menurut Gilbert J. Carraghan dijelaskan bahwa

metode historis atau metode sejarah merupakan seperangkat aturan-aturan dan

prinsip-prinsip yang sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah

secara efektif, menilainya secara kritis, dan menyajikan sintesa dari hasil-hasil

yang dipakai dalam bentuk tertulis.

Adapun menurut Ismaun (2005: 34), metode historis terdiri atasempat

langkah penting sebagai berikut :

1. Heuristik, yaitu pencarian dan pengumpulan sumber sejarah yang relevan

(Ismaun, 2005: 49). Secara sederhana, sumber-sumber sejarah itu dapat

berupa: sumber benda, sumber tertulis dan sumber lisan. Secara lebih luas

lagi, sumber sejarah juga dapat dibeda-bedakan ke dalam sumber resmi

formal dan informal. Selain itu, dapat diklasifikasikan dalam sumber primer

dan sekunder.

2. Kritik, yaitu suatu usaha menilai sumber-sumber sejarah (Ismaun, 2005: 50).

Semua sumber dipilih melalui kritik eksternal dan internal sehingga diperoleh

fakta-fakta yang susuai dengan permasalahan penelitian. Dalam tahapkritik

(20)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Interpretasi, yaitu sebagai usaha memahami dan mencari hubungan antar

fakta sejarah sehingga menjadi kesatuan yang utuh dan rasional. Satu

peristiwa dihubungkan dengan peristiwa lain.

4. Historiografi, yaitu proses penyusunan hasil penelitian yang telah diperoleh

sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dalam bentuk skripsi, sehingga

dihasilkan suatu tulisan yang logis dan sistematis, dengan demikian akan

diperoleh suatu karya ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya.

Selanjutnya, peneliti membagi langkah-langkah penelitian tersebut

kedalam tiga pembahasan yaitu pembahasan mengenai persiapan penelitian,

pelaksanaan penelitian dan laporan penelitian.

3.1 Persiapan Penelitian

3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Penentuan dan pengajuan topik penelitian merupakan kegiatan yang

penting dan harus pertama kali dalam penelitian karya ilmiah. Awal ketertarikan

peneliti untuk mengkaji masalah kehidupan masyarakat nelayan ketika peneliti

membaca buku karya Kusnadi yang berjudul akar kemiskinan nelayan. Dari buku

tersebut peneliti merasa tertarik mengenai penyebab kemiskinan yang diderita

oleh nelayan.

Pada tahap awal penelitian, peneliti terlebih dahulu memilih dan

menentukan topik yang akan dibahas. Kemudian, peneliti upaya pencarian

berbagai sumber literatur yang berkaitan dengan tema yang peneliti kaji dan

melakukan pra penelitian di Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon. Berdasarkan

hasil dari pencarian data tersebut, peneliti selanjutnya mengajukan usul penelitian

kepada Tim Pertimbangan dan Penelitian Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan

Sejarah FPIPS UPI, peneliti mengajukan tema mengenai sejarah lokal dengan

judul awal “Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan di Kecamatan

Gebang Kabupaten Cirebon Tahun 1998-2004”. Namun selanjutnya judul berganti

(21)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

judul tersebut disetujui, maka selanjutnya peneliti melakukan tahap selanjutnya

yaitu dengan melakukan rancangan penelitian dalam bentuk proposal skripsi.

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Setelah peneliti melakukan pengajuan Judul ke TPPS, kemudian peneliti

menyusun proposal penelitian. Yang terdiri dari :

1. Judul

2. Latar Belakang Penelitian

3. Rumusan Masalah

4. Tujuan Penelitian

5. Manfaat Penelitian

6. Metode Penelitian

7. Kajian Pustaka

8. Struktur Organisasi Skripsi

9. Daftar Pustaka

Setelah proposal disetujui oleh TPPS, peneliti akhirnya diizinkan untuk

melakukan seminar proposal skripsi yang dilakukan pada tanggal19 November

2014di Laboratorium Jurusan Pendidikan Sejarah, lantai 4 Gedung FPIPS,

Universitas Pendidikan Indonesia.

Hasil dari seminar proposal skripsi tersebut di antaranya adalah perubahan

judul yang semula “Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan di Kecamtan

Gebang Kabupaten Cirebon Tahun 1998-2004” menjadi “Kehidupan

Masyarakat Nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon (Kajian Historis:

1990-2006).. Penggantian judul ini dilakukan semata-mata agar permasalahan

dalam penelitian skripsi ini sedikit lebih luas. Perubahan yang dilakukan terhadap

judul, serta merta latar belakang masalah, rumusan masalah, serta tujuan

penelitianpun ikut berubah menjadi lebih spesifik dan sesuai dengan judul yang

peneliti. Perubahan tersebut harus dilakukan agar sesuai dan memudahkan peneliti

dalam penelitian skripsi ke depannya.

(22)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bimbingan merupakan proses konsultasi dalam penelitian skripsi yang

dilaksanakan dengan dua orang dosen pembimbing yang memiliki kompetensi

sesuai dengan tema permasalahan yang dikaji. Dalam hal ini, kompetensi yang

dimiliki oleh kedua dosen pembimbing itu adalah kajian dalam sejarah lokal.

Berdasarkan surat penunjukkan pembimbing skripsi yang telah dikeluarkan oleh

Tim Pertimbangan Penelitian Skripsi (TPPS), dalam penyusunan skripsi ini

peneliti dibimbing oleh Dra. Murdiyah Winarti, M.Hum sebagai pembimbing I

dan Wawan Darmawan, S.Pd.,M.Hum. sebagai pembimbing II. Konsultasi

merupakan proses yang harus dilakukan oleh peneliti guna mendapatkan

masukan-masukan yang sangat membantu dalam rangka penyelesaian skripsi ini.

Konsultasi dilakukan oleh peneliti dengan dosen pembimbing setelah sebelumnya

menghubungi masing-masing dosen pembimbing dan kemudian membuat jadwal

pertemuan.

3.2 Pelaksanaan Penelitian

3.2.1 Mengurus Perijinan Penelitian

Dalam tahap ini peneliti berhubungan dengan lembaga-lembaga dan

intansi terkait untuk mempermudah dan memperlancar dalam melakukan

penelitian. Surat perijinan dilakukan dari Jurusan Pendidikan Sejarah kemudian

diserahkan kepada bagian Akademik FPIPS agar memperoleh ijin dari Dekan

FPIPS. Keberadaan dari surat perijinan tersebut sebagai bukti bahwa peneliti

memiliki ijin yang legal untuk melakukan penelitian yang berasal dari pihak

akademis yaitu Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

Adapun surat-surat tersebut ditunjukan kepadalembaga Kesatuan Bangsa,

Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Cirebon. Kemudian mendapat

tembusan ke instansi-instansi lain seperti:

1. Kepala Kantor Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon

2. Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Cirebon

3. Kantor Pengelola Tempat Pelelangan Ikan

(23)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik, terlebih dahulu peneliti

menyiapkan perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian. Adapun

perlengkapan penelitian yang perlu disiapkan sebelum melakukan penelitian

antara lain:

1. Surat izin penelitian dari Dekan FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia.

Surat ini diperlukan agar sumber yang dituju oleh peneliti merasa yakin

dengan keberadaan peneliti dan narasumber akan memberikan informasi

sebaik-baiknya karena mengetahui bahwa ini untuk kepentingan ilmiah.

2. Instrumen wawancara

Instrumen wawancara diperlukan agar pembicaraan dengan narasumber

tidak melebar sehingga peneliti akan mendapatkan data yang lebih fokus

dan akurat.

3. Alat perekam

Berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan terhadap

narasumber.

4. Kamera foto

Alat ini digunakan untuk mengambil gambar narasumber atau pun

kegiatan para nelayan di Kecamatan Gebang.

5. Field notes (catatan lapangan)

Berfungsi untuk mencatat hal-hal penting dalam wawancara.

3.2.3 Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Heuristik yaitu mencari, menemukan, dan mengumpulkan data dan fakta

dari berbagai sumber baik itu berupa buku-buku maupun artikel yang berkaitan

dengan masalah penelitian.Sumber sejarah yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sumber literatur berupa buku-buku dan artikel yang dapat membantu

peneliti dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dikaji.Heuristik

(Heuristics) atau dalam bahasa Jerman Quellenkunde, sedangkan dalam bahasa

Yunani disebut Heurishein yang berarti memperoleh. Heuristik merupakan suatu

kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data atau materi

(24)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dikaji oleh peneliti (Sjamsuddin, 2007:86). Sedangkan menurut Renier yang

dikutipAbdurahman (2007:64) dijelaskan heuristik adalah suatu teknik, suatu seni,

dan bukan suatu ilmu. Oleh karena itu, heuristik tidak mempunyai

peraturan-peraturan umum. Namun, heuristik sering kali merupakan suatu keterampilan

dalam menemukan, menangani dan merinci bibliografi atau mengklasifikasi dan

merawat catatan-catatan.

Dalam pencarian sumber yang peneliti lakukan di perpustakaan UPI,

peneliti memperoleh sumber-sumber mengenai teori pertumbuhan wilayah

berbasis sumber daya alam,. Di Perpustakaan Daerah Kabupaten Cirebon peneliti

memperoleh buku mengenai anatomi konflik dan solidaritas masyarakat nelayan.

Sedangkan di Badan Kepustakaan dan Arsip Daerah Jawa Barat yang ada di

Bandung peneliti mendapatkan buku ekonomi kelautan. Peneliti pun memperoleh

sumber literatur berupa artikel atau jurnal yang diperoleh dari pencarian di

Internet, artikel-artikel tersebut berisikan informasi mengenai kehidupan

masyarakat nelayan. Selain itu peneliti mendapat sumber-sumber yang

menjelaskan tentang nelayan dari toko-toko buku seperti Palasari dan Dewi

Sartika.

Buku-buku yang berkenaan dengan nelayan antara lain buku karya

Mulyadi (2007) Ekonomi Kelautan;Sabian Utsman (2006) Anatomi Konflik &

Solidaritas Masyarakat Nelayan; Kusnadi (2002) Konflik Sosial Nelayan:

Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Perikanan; Kusnadi (2003) Akar

Kemiskinan Nelayan; Kusnadi (2007) Jaminan Sosial Nelayan; Adisasmita

(2013) Teori-teori Pembangunan Ekonomi: Pertumbuhan Ekonomi dan

Pertumbuhan Wilayah; Mutakin dan Gurniwan (2000) Masyarakat Indonesia

Dalam Dinamika. Buku-buku tersebut dijadikan referensi oleh peneliti untuk

dapat memberikan gambaran tentang nelayan dan juga sebagai gambaran oleh

peneliti untuk dapat memperjelas tujuan penelitian.

Pengumpulan sumber yang lainnya dilakukan di Dinas Kelautan dan

Perikanan Kabupaten Cirebon, Unit Pelayanan Teknik (UPT) Kecamatan Gebang

dan Kantor Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon. Sumber tertulis yang

(25)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

geografis, demografi dan kehidupan masyarakat nelayan yang didalamnya

mencakup kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan.

3.2.3.1 Pengumpulan Sumber Lisan

Sumber lisan sangat diperlukan apabila sumber tertulis yang diperoleh

dianggap kurang dan sedikit yang membahas tentangmasalah yang dikaji,

yaitumengenai“Kehidupan Masyarakat Nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten

Cirebon (Kajian Historis: 1990-2006)”. Pengumpulan sumber lisan dilakukan

oleh peneliti dengan mencari narasumber yang dianggap sebagai pelaku dan saksi

sejarah yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Pengumpulan data melalui

sumber lisan ini dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara. Metode

wawancara merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi secara lisan dari

narasumber yang sifatnya sebagai pelengkap dari sumber tertulis.

Secara umum pelaksanaan wawancara dibedakan atas dua jenis yaitu:

a. Wawancara terstruktur yaitu wawancara yang berdasarkan pada

pedoman wawancara yang terdapat dalam instrumen penelitian, terdiri

dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun

sebelumnya. Semua responden yang diseleksi untuk diwawancarai

diajukan pertanyaan yang sama dengan kata-kata dan tata urutan yang

seragam.

b. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang tidak mempunyai

suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan

susunan kata-kata dan tata urut yang tetap yang harus dipatuhi peneliti.

Penggabungan kedua jenis wawancara tersebut dilakukan agar wawancara

lebih fokus serta narasumber lebih bebas untuk mengungkapkan segala sesuatu

yang diketahuinya. Teknis pelaksanaan wawancara tersebut dengan mencoba

menyusun daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya kemudian

diikuti wawancara yang tidak terstruktur yaitu peneliti memberikan

pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan sebelumnya dengan tujuan untuk

mencari jawaban dari setiap pertanyaan yang berkembang kepada tokoh atau

pelaku sejarah yang terkait dengan kehidupan masyarakat nelayan Kecamatan

(26)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Narasumber yang diwawancarai oleh peneliti adalah mereka yang bekerja

atau pernah bekerja sebagai nelayan lebih dari 30 tahun. Pencarian narasumber

yang diwawancara oleh peneliti dilakukan dengan cara mengunjungi desa nelayan

di Kecamatan Gebang serta meminta bantuan dari aparat desa untuk mencari

beberapa narasumber yang diperlukan oleh peneliti. Setelah mendapatkan

beberapa orang yang dapat dijadikan sebagai sumber lisan, peneliti meminta izin

kepada setiap narasumber untuk bersedia memberikan informasi yang diperlukan

oleh peneliti melalui wawancara. Dalam penelitian ini peneliti melakukan

wawancara kepada berbagai narasumber yang mengetahui secara jelas tentang

kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan dari tahun 1990-2006.

Peneliti kemudian menyusun instrumen wawancara berupa pertanyaan

yang disesuaikan dengan kedudukan narasumber tersebut dalam penelitian.

Wawancara dilakukan terhadap beberapa narasumber, yaitu sebagai nelayan

pemilik, nelayan buruh dan nelayan tradisional di Kecamatan Gebang. Alasan

peneliti memilih narasumber tersebut dikarenakan narasumber tersebut sebagian

besar merupakan orang-orang yang sudah cukup lama terlibat di sektor perikanan

baik sebagai pemilik perahu, nelayan tardisional maupun nelayan buruh.

Selain itu juga narasumber bias berasal dari instansi yang terkait seperti

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon. Dengan teknik wawancara ini

peneliti diharapkan memperoleh data-data yang sesuai dengan permasalahan

penelitian skripsi yang berjudul“Kehidupan Masyarakat Nelayan Kecamtan

Gebang Kabupaten Cirebon (Kajian Historis: 1990-2006)”. Beberapa

narasumber yang diwawancara terlampir di daftar narasumber.

3.2.3.2 Analisis Sumber (Kritik)

Setelah melakukan kegiatan pengumpulan sumber (heuristik), langkah

selanjutnya adalah melaksanakan kritik sumber. Pada tahap ini, peneliti

melakukan kritik terhadap sumber-sumber sejarah yang telah diperoleh, baik

sumber utama maupun sumber penunjang lainnya. Kritik sumber dilakukan

karena sumber-sumber yang diperoleh tidak dapat diterima begitu saja oleh

(27)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kritik sumber bagi sejarawan erat kaitannya dengan tujuan sejarawan itu untuk

mencari kebenaran. Terdapat lima pertanyaan yang harus digunakan untuk

mendapatkan kejelasan keamanan sumber-sumber tersebut, yaitu:

a. Siapa yang mengatakan itu?

b. Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu telah diubah?

c. Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan

kesaksiannya?

d. Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata

yang kompeten, apakah ia mengetahui fakta itu?

e. Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan memberikan

kepada kita fakta yang diketahui itu? (Sjamsuddin, 2007: 133).

Kritik sumber memiliki fungsi dalam mencari kebenaran. Kritik sumber sangat

penting dilakukan karena menyangkut verifikasi sumber. Pengujian tersebut

mengenai kebenaran dan ketepatan sumber-sumber yang akan digunakan.

Dengan demikian dapat membedakan apa yang benar, apa yang tidak benar,

apa yang mungkin dan apa yang meragukan. Kritik sumber bagi sejarawan

erat kaitannya dengan tujuan sejarawan itu dalam rangka mencari kebenaran

(Sjamsuddin, 2007: 131). Adapun kritik sumber yang dilakukan oleh peneliti

dalam penyusunan skripsi ini terbagi kedalam dua bagian yaitu kritik eksternal

dan kritik internal.

3.2.3.3 Kritik Eksternal

Kritik ekternal merupakan suatu cara melakukan verifikasi atau pengujian

terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah (Sjamsuddin, 2007: 132). Peneliti

melakukan kritik sumber baik terhadap sumber tertulis maupun sumber lisan.

Kritik eksternal terhadap sumber tertulis dilakukan dengan cara memilih dokumen

atau buku-buku yang ada kaitannnya dengan permasalahan yang dikaji serta

menganalisis secara seksama terhadap sumber-sumber yang diperoleh sehingga

diketahui unsur latar belakang peneliti, penerbit, tahun terbit dan keasliannya,

karena kekinian tahun terbitnya maka semakin bagus kualitas yang didapat

(28)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut memang dikeluarkan oleh instansi terkait. Kritik eksternal ini

dilakukan untuk memperoleh apakah sumber tersebut otentik (asli) atau tidak.

Adapun kritik eksternal terhadap sumber lisan dilakukan dengan cara

mengidentifikasi narasumber apakah mengetahui, mengalami atau melihat

peristiwa yang menjadi objek kajian dalam penelitian. Faktor-faktor yang harus

diperhatikan dari narasumber adalah mengenai usia, kedudukan, pekerjaan,

pendidikan, agama, tempat tinggal, kesehatan baik mental maupun fisik, kejujuran

narasumber dan yang terpenting adalah daya ingat narasumber dan

keberadaannya pada kurun waktu 1990-2006. Kritik eksternal yang dilakukan

peneliti ialah terhadap narasumber yang bernama bapak Rasidi yang bermata

pencaharian sebagai nelayan. Beliau berumur 46 tahun dan sudah menjadi

nelayan selama lebih dari 30 tahun. Bapak Rasidi merupakan warga asli

Kecamatan Gebang. Apabila dilihat dari umur serta kesehatannya, bapak

Rasidi masih memiliki daya ingat yang kuat dalam mengingat perubahan

serta kehidupan nelayan Kecamatan Gebang pada kurun waktu 1990-2006.

Proses ini dilakukan karena semua data yang diperoleh baik dari sumber

lisan maupun tertulis tingkat kebenarannya tidak sama. Sehingga dengan

mengetahui kedudukan, pekerjaan, pendidikan dan agama seorang narasumber,

peneliti dapat mengerti jika ada subjektivitas yang kemudian terdapat dalam

perkataannya. Selain itu juga kritik yang dilakukan terhadap sumber lisan peneliti

mengamatinya dari aspek usia para narasumber untuk melihat ketepatan antara

kurun waktu kajian, dengan usia mereka pada waktu itu, sehingga dapat

diputuskan bahwa mereka benar-benar mengetahui tentang Kehidupan nelayan di

Kecamatan Gebang. Daya ingat narasumber sangat penting karena daya ingat

sangat berpengaruh terhadap hasil kajian untuk dapat memberikan informasi yang

benar-benar sesuai dengan apa yang dialaminya dan apa yang benar-benar terjadi.

Dilihat pula kesehatan fisik dan mental serta kejujuran narasumber sangat penting

untuk diperhatikan, karena akan sangat menentukan informasi yang akan

(29)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.2.3.4. Kritik Internal

Kritik internal merupakan kebalikan dari kritik eksternal. Kritik internal

bertujuan untuk menguji reliabilitas dan kredibilitas sumber. Kritik ini

mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan

moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian di dalam

sumber dengan kesaksian-kesaksian dari sumber lain. Untuk menguji kredibilitas

sumber (sejauh mana dapat dipercaya) diadakan penilaian intrinsik terhadap

sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang

dikemukakan Sjamsuddin (2007 : 143) bahwa “Kritik internal merupakan

penilaian terhadap aspek “dalam”, yaitu isi dari sumber sejarah setelah sebelumnya disaring melalui kritik eksternal.

Dalam tahapan ini peneliti melakukan kritik internal baik terhadap sumber

tertulis maupun terhadap sumber lisan. Kritik terhadap sumber tertulis yang telah

diperoleh berupa buku-buku referensi dilakukan dengan cara melakukan cross

check (cek silang) dengan membandingkan data dan fakta serta pendapat yang

terdapat dalam buku-buku atau dokumen-dokumen yang dikategorikan sebagai

sumber tertulis. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data yang lebih akurat karena

tidak semua orang memiliki pandangan yang sama terhadap suatu permasalahan.

Adapun kritik internal terhadap sumber lisan dilakukan dengan cara

membandingkan hasil wawancara antara narasumber yang satu dan narasumber

lainnya sehingga peneliti mendapatkan fakta yang dibutuhkan mengenai kondisi

nelayan di Gebang. Setelah peneliti melakukan kaji banding pendapat narasumber

yang satu dan lainnya kemudian membandingkan pendapat narasumber dengan

sumber tertulis. Kegiatan yang dilakukan setelah sumber-sumber tersebut telah

mengalami pengujian, maka peneliti menetapkan apakah fakta yang diperoleh dari

sumber tertulis maupun lisan dapat diandalkan atau tidak. Kaji banding ini

bertujuan untuk memperoleh kebenaran dari fakta yang didapat dari sumber

(30)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.2.3.5 Penafsiran Sumber (Interpretasi)

Interpretasi merupakan langkah selanjutnya yang dilakukan setelah

dilakukan kritik sumber. Interpretasi adalah kegiatan menafsirkan fakta-fakta yang

sudah diperoleh melalui cara mengolah fakta yang telah dikritisi dengan merujuk

beberapa referensi yang mendukung penelitian.Interpretasi perlu dilakukan agar

data atau fakta yang telah dikumpulkan sebelumnya dapat digunakan sebagai

bahan penelitian skripsi. Sjamsuddin (2007: 158-159) menjelaskan disadari atau

tidak para sejarawan berpegang pada pada salah satu atau kombinasi beberapa

filsafat sejarah tertentu yang menjadi dasar penafsirannya.

Dalam melakukan penafsiran terhadap sumber-sumber yang diperoleh,

digunakan juga pendekatan interdisipliner agar mempermudah peneliti dalam

merangkaikan fakta-fakta yang didapat. Pendekatan ini dilakukan terhadap

permasalahan yang dikaji dengan menggunakan sudut pandang disiplin ilmu satu

rumpun yaitu ilmu sosiologi dan ekonomi. Pendekatan sosiologi dapat dilihat

aspek perubahan sosial dan stratifikasi dalam tatanan masyarakat nelayan di

Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon. Pendekatan ekonomi adalah apakah

dalam kurun waktu 1990-2006 terjadi peningkatan produksi ikan dan peningkatan

pendapatan bagi nelayan dan berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat

nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon tahun 1990-2006.

3.2.3.6 Historiografi

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari penelitian yang memaparkan dan

melaporkan seluruh hasil penelitian dalam bentuk tertulis setelah melalui tahap

interpretasi fakta. Pada tahap ini seluruh daya pikiran dikerahkan bukan saja

keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan. Namun

yang paling utama adalah penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analitis sehingga

menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitian dan penemuan dalam

suatu penelitian utuh yang disebut dengan historiografi.

Historiografi berarti pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa

yang terjadi pada waktu yang telah lalu (Ismaun, 2005: 28). Dengan kata

(31)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melakukan analisis dan penafsiran terhadap data dan fakta sejarah. Dalam

historiografi peneliti menceritakan hal-hal yang didapat disertai dengan

penafsiran-penafsirannya sehingga hasil dari historiografi berupa rekonstruksi dari

peristiwa sejarah. Peneliti dalam hal ini bebas menentukan sendiri cara menulis

sehingga menghasilkan karya mandiri yang menjadi tanggung jawabnya. Namun

dalam kebebasanya tersebut peneliti tetap harus memperhatikan

ketentuan-ketentuan umum baik dalam penelitiannya maupun dalam penafsiranya.

Ketentuan-ketentuan tersebut adalah penafsiran (Interpretasi), penjelasan

(Eksplanasi), dan penyajian (Ekspose, Darstellung) (Ismaun, 2005 : 157).

Pada tahapan historiografi merupakan hasil dari upaya peneliti dalam

mengerahkan kemampuan menganalisis dan mengkritisi sumber yang diperoleh

dan kemudian dihasilkan sintesis dari penelitiannya yang terwujud dalam

penelitian skripsi berjudul “Kehidupan Masyarakat Nelayan Kecamatan Gebang

Kabupaten Cirebon (Kajian Historis: 1990-2006)”. Laporan hasil penelitian ini

disusun dalam bentuk tulisan yang disesuaikan dengan teknik penelitian karya

ilmiah dan menggunakan tata bahasa penelitian yang baik dan benar. Adapun

sistematika yang digunakan dalam penelitian laporan ini disesuaikan dengan buku

pedoman penelitian karya ilmiah yang dikeluarkan oleh UPI Bandung. Dalam

penyusunan laporan penelitian ini, setiap bab memiliki fungsi dan kaitan dengan

bab lainnya.

BAB I Pendahuluan. Dalam bab ini dijelaskan latar belakang penelitian

yang didalamnya memuat penjelasan alasan pemilihan masalah tersebut sebagai

judul penelitian. Bab ini terdiri dari sub-bab yaitu mengenai latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode dan teknik

penelitian, serta sistematika penelitian.

BAB II Kajian Pustaka. Dalam bab ini berisi tentang pemaparan terhadap

sejumlah beberapa karya tulis atau literatur ditambah dengan hasil wawancara

terhadap berbagai narasumber yang digunakan sebagai acuan dan dipergunakan

peneliti dalam menelaah dan mengkaji tentang kehidupan masyarakat nelayan

yang ada di Indonesia, salah satunya kehidupan masyarakat nelayan Gebang.

(32)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ekonomi dan laporan-laporan yang disusun dalam bentuk buku berkaitan dengan

kajian yang dibahas. Sedangkan wawancara dilakukan terhadap dinas-dinas

terkait, misalnya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon, Pengelola

Tempat Pelelangan Ikan, pegawai Kecamatan Gebang, dan sejumlah nelayan di

wilayah Kecamatan Gebang. Semua literatur dan narasumber tersebut berkaitan

dengan kajian permasalahan penelitian yaitu mengenai kehidupan masyarakat

nelayan Kecamatan Gebang, khususnya ketika terjadi modernisasi dan maraknya

bakul di masyarakat nelayan tahun 1990-2006.

BAB III Metodologi Penelitian. Dalam bab ini diuraikan tentang metode

dan teknik penelitian yang digunakan peneliti dalam mencari sumber-sumber dan

cara pengolahan sumber-sumber yang dianggap relevan dengan permasalahan

yang dikaji. Dalam bab ini juga, peneliti mendeskripsikan langkah-langkah

penelitian yang dilakukan peneliti antara lain: tahap persiapan penelitian, tahap

pelaksanaan penelitian, dan langkah terakhir adalah tahap proses penyusunan dan

penelitian akhir dari kegiatan penelitian.

BAB IV Pembahasan. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal

yang berhubungan dengan seluruh hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Uraian tersebut berdasarkan permasalahan atau pertanyaan-pertanyaan penelitian

yang dirumuskan pada bab pertama. Adapun sistematika dalam bab ini, peneliti

membaginya ke dalam beberapa sub-bab judul. Yang pertama,Bagaimana

gambaran umum kehidupan masyarakat nelayan Kecamatan Gebang Kabupaten

Cirebon tahun 1990. Kedua,Bagaimana upaya nelayan di Kecamatan Gebang

dalam meningkatkan kehidupan sosial-ekonomi dari tahun 1990-2006. Ketiga,

Bagaimana peranan pemerintah Kabupaten Cirebon dalam upaya meningkatkan

kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan di Kecamatan Gebang tahun

1990-2006 Dan keempat,Bagaimana perubahan sosial ekonomi masyarakat nelayan

Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon dari tahun 1990-2006.

BAB V Simpulan dan Saran Dalam bab ini akan dikemukakan hasil

temuan dan pandangan peneliti, serta jawaban secara umum dari permasalahan

(33)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis

terhadap permasalahan yang dibahas. Kesimpulan tersebut merujuk pada jawaban atas

permasalahan penelitian yang telah dikemukakan oleh peneliti di dalam bab sebelumnya.

5.1 SIMPULAN

Sektor perikanan yang ada di Kecamatan Gebang merupakan salah satu

sektor ekonomi yang memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi wilayah

tersebut, khususnya dalam penyediaan bahan pangan protein dan penyediaan

lapangan kerja. Akan tetapi ironisnya sektor perikanan selama ini belum

mendapat perhatian yang serius dari pemerintah padahal bila sektor perikanan

dikelola secara serius akan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap

pembangunan ekonomi di Kecamatan Gebang atau Kabupaten Cirebon dan

bahkan bisa memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pembangunan

ekonomi nasional serta dapat mengentaskan kemiskinan masyarakat nelayan.

Kemunculan bakul pada awal tahun 1990-an mulanya dipandang sebagai

penyelamat ditengah kesulitan ekonomi yang dialami masyarakat nelayan Gebang

pada saat itu, karena selain memberikan pinjaman modal usaha kepada para

nelayan tugas utama bakul adalah menyelenggarakan kegiatan pasar secara

terus-menerus agar ikan tetap tersedia untuk konsumen dan menyelamatkan harga ikan

ketika hasil tangkapan nelyan sedikit atau berlimpah. Istilah lain untuk bakul yang

ada di masyarakat nelayan Gebang ialah “langgan".

Kemunculan dan semakin banyaknya jumlah bakul yang ada di Gebang

sebenarnya tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi disebabkan oleh beberapa

hal antara lain masalah-masalah yang dihadapi nelayan yang menuntut mereka

untuk meminta bantuan terhadap bakul. Seperti masalah produksi dimana nelayan

membutuhkan perahu serta alat tangkap ikan untuk kegiatan menangkap ikan dan

(34)

Niza Egal Septhiady, 2015

KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut. Selain masalah produksi, maka masalah pemasaran juga dihadapi oleh

nelayan Gebang, untuk mengatasi permasalahan itu nelayan berusaha terobosan

untuk meningkatkan pendapatan dengan cara megandalkan bakul untuk

memasarkan hasil tangkapannya dan meminjam uang kepada pemilik modal

untuk perbaikan maupun pengadaan alat tangkap ikan. Akan tetapi, ternyata

berbagai upaya yang dilakukan oleh nelayan Gebang untuk meningkatkan

kesejahteraannya telah menjebak mereka dalam ketergantungan dengan pihak

lain, sekaligus menempatkan mereka pada posisi yang lemah.

Ketidakpuasan nelayan terhadap sistem bagi hasil yang demikian akan

bertambah karena jika operasi perahu tidak memperoleh penghasilan, nelayan

tidak mendapatkan suatu kompensasi dalam bentuk apapun dari bakul. Jaminan

sosial tenaga kerja nelayan juga tidak ada sehingga jika ia sakit harus ditanggung

sendiri biaya pengobatannya. Dalam menghadapi ketimpangan tersebut, nelayan

tidak dapat berbuat banyak karena tingkat ketergantungan terhadap bakul cukup

tinggi. Nelayan menerima kenyataan-kenyataan seperti itu karena dipaksa oleh

keadaan dan biasanya terikat pinjaman kontrak kerja dengan bakul.

Banyak permasalahan yang harus dihadapi oleh nelayan Gebang, akan

tetapi hal tersebut tidak menyurutkan usaha nelayan untuk meningkatkan

kesejahteraannya. Walaupun dalam meningkatkan kesejahteraan hidup nelayan,

nelayan masih mengalami kesulitan yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti,

hubungan kerja dengan bakul yang sering kali merugikan nelayan. hal tersebut

senada dengan apa yang dikatakan oleh bapak Ali selaku nelayan Gebang beliau

mengatakan bahwa “bakul memperoleh fee atau jatah 15% dari hasil tangkapan

nelayan”. jatah 15% dari hasil tangkapan yang dilakukan nelayan didapatkan

bakul karena bakul yang memberikan modal serta pengadaan alat tangkap ikan

kepada para nelayan. modal pinjaman tersebut biasanya tidak berbunga bahkan

tidak dikembalikan oleh nelayan melainkan sebagai bentuk hubungan kerja antara

nelayan tersebut dengan bakul. Selain beberapa faktor tersebut, hal lain yang

menambah kesulitan dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan adalah tidak

adanya pihak-pihak yang membantu secara total dan sungguh-sungguh dalam

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan yang menetapkan strategi proses seperti ini biasanya fasilitas yang dimiliki membutuhkan biaya tetap yang tinggi tetapi biaya variable rendah sebagai dampak dari

Polda lampung / Polres Metro, Tugas pihak Kepolisian bukan hanya sebagai penegak hukum saja namun tugas sebagai pelayan dan menolong masyarakat yang membutuhkan juga menjadi

Pelaksanaan Operasi Ramadniya akan dilaksanakan selama 16 hari mulai dari tanggal 19 Juni s/d 4  Juli  2017,  selanjutnya  pelaksanaan  apel  gelar  pasukan 

pokok rangkaian cerita dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif 2.2 Menyam- paikan pengu- mumam dengan intonasi yang tepat serta meng- gunakan kalimat- kalimat

[r]

7 Orang Ditangkap Diduga Teroris , Ba'asyir Akan Sambangi Mabes Polri sahabat MQ/ Tim Pengacara Muslim bersama simpatisan Jamaah Anshorut Tauhid atau JAT/ akan kembali

Analisa kecepatan kritis pipa fleksibel akibat aliran fluida perlu dilakukan guna menentukan batas efektifitas pengoperasian pipa tersebut. Penelitian untuk menentukan

Sahabat MQ/ Parlemen Perancis pada hari Selasa kemarin/ dengan suara bulat menyetujui sebuah resolusi/ yang mengecam penggunaan cadar/ sebagai penghinaan terhadap