SEJARAH PEMBUATAN TEMBIKAR DI DESA SENTANG
KABUPATEN BATU BARA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
IRMA YANTI
NIM. 3111121003
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
IRMA YANTI. NIM 3111121003. “SEJARAH PEMBUATAN TEMBIKAR DI DESA SENTANG KABUPATEN BATU BARA”. SKRIPSI JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH. FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIMED 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, Sejarah Pembuatan Tembikar Di Desa Sentang Kabupaten Batu Bara, Riwayat hidup pengrajin tembikar. Profil
pengrajin tembikar dalam bidang sosial ekonomi di Desa Sentang Kabupaten Batu Bara.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Lapangan
(Field Research), dan Studi Pustaka (Library research). Metode Penelitian Lapangan (Field Research), metode ini dilakukan Secara langsung, mengamati, mencari informasi dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari lapangan tentang Sejarah pembuatan tembikar di Desa Sentang dan riwayat hidup pengrajin tembikar di Desa Sentang serta profil pengrajin tembikar dalam bidang sosial ekonomi. Sedangkan Studi Pustaka (Library Research), metode penelitian ini dilakukan dengan cara menelaah buku atau dokumen yang relevan terhadap Sejarah pembuatan tembikar di Desa Sentang dengan tujuan menjadikannya sebagai dasar ataupun landasan penelitian untuk menguji kebenaran data yang diperoleh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sejarah pembuatan tembikar di Desa Sentang Kabupeten Batu Bara sudah ada sebelum tahun 1855 berdasarkan silsilah keluarga yang masih dapat diingat oleh pengrajin tembikar tertua di Desa Sentang yaitu ibu Jinib kelahiran Sentang 13 februari 1943. Pembuatan tembikar di Desa Sentang adalah usaha turun temurun yang masih ada hingga sekarang dan merupakan industri rumah tangga (homeindustri) yang dilakukan oleh kaum perempuan. Teknik pembuatan tembikar di Desa Sentang menggunakan teknik
tatap-landas (paddle Anvile) yang merupakan teknik pembuatan tembikar tradisi neolitik. Jenis tembikar yang dihasilkan pengrajin tembikar Sentang, seperti : Belanga, periuk, gobuk, tempayan, piring tanah, serabai atau kuali, kukusan, jambangan, anlong atau tungku tanah, pot bunga, pasu, asbak, perasapan dan lain-lain. Usaha pembuatan tembikar di Desa Sentang pernah mengalami kemajuan sebelum tahun 2007 di mana tembikar ini pernah dijual ke pusat pasar yang ada di Siantar, Tanjung Balai, Kisaran, Indrapura, Rantau Parapat, Sei Brombang. Bahkan pada abad ke-19 M, penjualan tembikar sampai ke Kecamatan Kubu, Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. Seiring berkembangnya teknologi alat dapur modern membuat permintaaan terhadap tembikar semakin berkurang. Kegiatan homeindustri di Desa Sentang dalam kerajinan mengolah tanah liat menjadi suatu wadah terancam hampir punah karena pengrajin sudah semakin tua dan keturunannya tidak ada yang terampil dalam proses pembuatan tembikar.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmannirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb, Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan
skripsi ini dapat selesai, dengan judul Skripsi “ Sejarah Pembuatan Tembikar di
Desa Sentang Kabupaten Batu Bara “.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh Gelar
Sarjana kependidikan. Berkat bantuan serta dorongan dari para dosen khususnya
dosen pembimping, rekan-rekan mahasiswa, dan pihak yang terlibat dalam
penyusunan sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.
Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih
yang teristimewa kepada kedua orang tua saya yaitu ayahanda Bukhori Sitorus
dan ibunda Asni, beserta adik-adikku yaitu Nurul Azmi, Dahlianti dan Dafa
Alfareza yang telah memberikan limpahan kasih sayang, cinta, perhatian,
motivasi, dan doa yang tak dapat penulis balas sehingga penulis tetap semangat
dalam menjalani scenario kehidupan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd sebagai Rektor Universitas Negeri
Medan beserta stafnya
2. Bapak Dr. Restu, M.S sebagai Dekan FIS UNIMED beserta stafnya
3. Ibu Dra. Flores Tanjung, M.A selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah
4. Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Sejarah FIS UNIMED sekaligus Dosen Penguji Skripsi.
5. Terimakasih yang terlebih kepada Bapak Dr. Phil. Ichwan Azhari, M.S,
selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan
bimbingan dan pengarahan hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Bapak Tappil Rambe, S.Pd. M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis.
7. Seluruh fungsionaris dan dosen serta pegawai pada Jurusan Pendidikan
Sejarah.
8. Seluruh mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah terkhusus kelas B Reguler 2011 terlebih kepada Kus Angelia Tarigan, Yusni Zubariah Silangit,
Yulzalia Aptika Sari, Syahputri dan Susiana Lumbangaol. Historia Rerum
Gestarum.
9. Kawan-kawan seperjuangan di Himpunan Mahasiswa Islam terkhusus
Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FIS UNIMED, semoga gerak dan
perjuangan HMI diberkahi oleh Allah SWT. Yakin Usaha Sampai.
10.Kawan-kawan satu tempat tinggal yang sudah bagai keluarga di Pondok
24, Pondok Putri Tuamang Indah, dan Deli Tua, yaitu Suci Sahfitri
Hasibuan, Sri Purwasih, Yuyun Trisna Yuningsih, Sharyani Harahap,
Chairunnisa, Sri Ertina Siregar, Elisa Putri, Eka Putri Kartini, Atiqah
11.Kawan-kawan PPLT 2014 MAN 50 Kab. Batu Bara yang turut
memberikan semangat dan attensi kepada penulis terkhusus kepada Yuyun
Ramadani Saragih, Fatimah Khairani Siregar.
12.Kawan-kawan Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan
Sejarah Periode 2013-2014 yang telah menemani penulis dalam
perjuangan mencapai mission organisasi.
13.Rekan-rekan Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia
(IKAHIMSI) yang telah turut memberikan kenangan manis kepada
penulis. Salam Jas Merah.
14.Kawan-kawan seperjuangan dalam penyusunan Skripsi terkhusus Fitri
Roma Ito yang telah banyak membantu penulis dan terus memberikan
semangat.
15.Kawan-kawan penulis sejak kecil terlebih kepada Riandha Sri Wayu, Afni,
Suci Dian Thini, Ignasia Bety Simbolon, Farida Sari, Lia Kuswandari,
OK. Tria Wulan Dari, dan Sri Ayuni yang ikut berperan dalam sejarah
kehidupan penulis.
16.Rekan-rekan kerja yang telah memberikan semangat terkhusus Citra
Simanjuntak, Eny Lesmana Manurung, Silky Risvivo, Rina Hutabarat, dan
Lestari Dara Cinta Utami Ginting.
Akhir kata penulis ucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis
kita semua. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terkhusus
Jurusan Pendidikan Sejarah. Viva Historia.
Billahitaufiq Walhidayah.
Assalamu’alaikum. Wr.Wb.
Medan, Juni 2015 Penulis,
DAFTAR LAMPIRAN
NARASUMBER
PEDOMAN WAWANCARA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Desa Sentang adalah sebuah desa yang ada di Kecamatan Tanjung Tiram
Kabupaten Batu Bara Sumatera Utara. Beberapa perempuan di Desa Sentang
memiliki keahlian dalam membuat kerajinan tembikar. Pembuatan tembikar di
desa ini sudah berlangsung sejak lama. Kerajinan tembikar ini merupakan usaha
turun temurun para perempuan di Desa Sentang yang ada hingga sekarang.
Tembikar adalah barang-barang tanah liat dicampur dengan pasir, pecahan
kerang, sekam padi, atau pecahan tembikar yang dihaluskan (grog), mempunyai sifat menyerap tembus air karena memiliki permeabilitas yang relatif sedang
sampai tinggi dan berpori banyak. Umumnya suhu pembakaran tembikar berkisar
antara 350°C-1000°C (Pusat Penelitian dan pengembangan arkeologi nasional
badan pengembangan sumberdaya kebudayaan dan pariwisata, 2008 : 59).
Pembuatan tembikar atau gerabah secara tradisional masih dapat
ditemukan di banyak tempat di Indonesia. Seni gerabah ini tidak pernah
berkembang menjadi seni keramik canggih sebagaimana terdapat di beberapa
daerah di Asia Tenggara. Dari temuan keramik sewaktu ekskavasi di Trowulan,
Jawa Timur, dapat disimpulkan bahwa teknik pengglasiran dan pembuatan barang
batuan (stoneware) mungkin telah diketahui pada abad ke-13 - ke-15 pada masa kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Namun bilapun ada, keterampilan tersebut
tidak mempunyai tradisi yang turun temurun hingga masa kini. Minat akan
Keramisch Laboratorium (kini Balai Penelitian Keramik) di Bandung pada tahun
1922, dan sekitar tahun 1940, melanjutkan tradisi kerajinan tangan mereka dari
negeri asal. Kendi-kendi gerabah dibuat dibanyak tempat di Indonesia sejak
zaman prasejarah. Bentuk-bentuknya berbeda di setiap daerah yang mungkin
mencerminkan cita-rasa yang khas atau pengaruh berbagai kebudayaan yang
memasuki sesuatu daerah sepanjang sejarahnya. Temuan-temuan kendi di daerah
pemukiman kuno memberikan gambaran penting mengenai pola perdagangan dan
hubungan budaya yang ditemukan pada kurun-kurun waktu yang berbeda
didaerah tersebut. Hubungan budaya purba dengan India, Timur Tengah, dan
negara-negara Asia Tenggara lainnya di mana kendi juga digunakan dapat
dipastikan telah pula mempengaruhi. Kendi-kendi telah digunakan pula di
negeri-negeri Birma, Thailand, Kamboja (Khmer), Vietnam, Sri Langka, Filipina dan
Malaysia (Adhyatman, 2004 : 4-5).
Beberapa kendi yang menarik dari Aceh, yang dibuat di Gayo hanya
mempunyai dua lobang pada bagian atasnya yang tertutup, dan yang berbentuk
seperti tutup kendi. Cara mengisinya adalah melalui corotnya. Dengan bentuknya
yang khas dan desain geometrik yang digores dengan halus, kendi – kendi aceh
mengingatkan kita pada kendi logam dari Timur Tengah. Penduduk Aceh sendiri
menganggap kendi ini sebagai tipe tradisional yang digunakan sejak kerajaan
Islam Aceh pada abad ke-16. Masuknya agama islam untuk pertama kali di
Indonesia pada abad ke-13 adalah di Sumatera Utara, yang disebarkan melalui
Tembikar adalah salah satu teknologi yang bermula pada zaman manusia
purba dan merupakan salah satu pertanda manusia purba telah dapat berkarya
dengan menghasilkaan salah satu teknologi yang dijadikan kriteria penting dalam
menentukan perubahan corak hidup masyarakat prasejarah dan tembikar sangat
berguna bagi kesejahteraan masyarakat tersebut.
Penyelidikan arkeologis membuktikan bahwa tradisi kria tembikar
(gerabah) pada awalnya tumbuh pada masyarakat petani prasejarah, yaitu pada
masa bercocok tanam. Bukti-bukti tersebut berasal dari kendenglembu
(Banyuwangi), Klapadua (Bogor), Serpong (Tangerang), Kalumpang dan
Minanga Sipakka (Sulawesi), sekitar bekas Danau Bandung, Daerah Baucau dan
Venilale (Timor-timur), Paso (Minahasa) (Soejono, 1993 : 188 dalam
Christyawaty, 2010 : 42).
Manusia mulai mengenal dan membuat tembikar dari bahan tanah liat
sejak manusia membutuhkan wadah yang dapat digunakan untuk menyimpan
(Strorage vessel) dan mengolah makanan (cooking veseel). Wadah tembikar merupakan perlengkapan yang cukup penting karena relatif tahan air dan api
sehingga dapat difungsikan untuk kebutuhan tersebut. Dibandingkan dengan hasil
budaya manusia lain, benda-benda yang terbuat dari tanah liat, setelah mengalami
proses pembakaran akan menjadi artefak yang dapat bertahan lama, baik di dalam
ruangan terbuka maupun di dalam tanah (Astiti, 2007 : 13 dalam Christyawaty,
2010 : 43). Pembuatan tembikar pada masa prasejarah menunjukkan adanya
perubahan cara hidup yang kemudian akan mempengaruhi perkembangan sosial
Menurut masyarakat, pembuatan tembikar di Desa Sentang bermula
karena kebutuhan alat dapur ibu-ibu rumah tangga yang sulit diperoleh seperti
wadah untuk memasak, tempat menyimpan air, dan lain sebagainya. Lalu mereka
membuat tembikar dengan menggunakan tanah liat yang diambil di Desa mereka,
Hampir seluruh ibu rumah tangga di Desa Sentang membuat tembikar. Mayoritas
Laki-laki di Desa ini bekerja sebagai nelayan karena desa ini dekat dengan laut.
Selanjutnya beberapa orang dari mereka mulai mengembangkan kerajinan
tembikar ini menjadi suatu usaha sebagai mata pencaharian. Kegiatan industri
rumah tangga (home industri) ini pernah sangat laris dipasaran, dibuktikan dengan
penjualan tembikar yang tidak hanya di daerah Batu Bara bahkan sampai keluar
daerah seperti Sei Brombang, Rantau Parapat, Tanjung Balai, Kisaran, Siantar,
Simpang Dolok, dan Indrapura hingga ke Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan
Hilir Provinsi Riau dengan berlayar menggunakan sampan yang disebut tungkang
oleh masyarakat. Tembikar banyak diminati masyarakat, dalam seminggu mereka
harus membentuk badan tembikar minimal 100 buah tembikar, dan dalam 3
minggu mereka dapat menjual 300-400 buah tembikar dalam 1 rumah tangga.
Jenis-jenis tembikar yang dihasilkan berbeda-beda tergantung pada permintaan
konsumen. Ada tembikar jenis gobuk, priuk, belanga, pinggan tanah, anglong atau
tungku tanah, serabai/kuali, pasu, buyung, pot bunga, asbak, tempayan, dan
perasapan.
Pengrajin tembikar yang bertahan hingga saat ini hanya beberapa orang
karena sebagian dari mereka sudah meninggal dunia. Tidak semua orang memiliki
sekarang merupakan keturunan dari pengrajin tembikar sebelumnya, namun tak
banyak keturunan dari pengrajin tembikar sebelumnya yang terampil dalam
membuat tembikar, hanya ada tiga orang yang tampak aktif melanjutkan usaha
turun-temurun ini hingga sekarang dan tidak seramai pada saat sebelum tahun
2007.
Beberapa hal tersebutlah yang menjadi faktor pendorong peneliti merasa
tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang “Sejarah Pembuatan Tembikar Di
Desa Sentang Kabupaten Batu Bara”.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan proses merumuskan permasalahan yang
akan diteliti. Untuk memudahkan dalam proses selanjutnya dan memudahkan
pembaca memahami hasil penelitian, permasalahan yang muncul dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan tanpa tanda Tanya (Riduwan, 2010 : 4).
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka
perlu diidentifikasi masalah terkait dengan judul, yaitu :
1. Sejarah pembuatan tembikar di Desa Sentang Kabupaten Batu Bara.
2. Riwayat Hidup Pengrajin Tembikar di Desa Sentang Kabupaten Batu Bara.
3. Profil pengrajin tembikar di Desa Sentang dalam bidang Sosial Ekonomi.
C. Pembatasan Masalah
Agar dapat lebih terarah dan fokus, maka penulis membatasi permasalahan
sejarah lokal ini, penulis membatasi masalah pada “ Sejarah Pembuatan Tembikar Di Desa Sentang Kabupaten Batu Bara”.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan kelanjutan uraian pendahuluan. Dalam
perumusan masalah penulis membuat rumusan spesifikasi terhadap hakikat
masalah yang diteliti, yakni :
1. Bagaimana sejarah pembuatan tembikar di Desa Sentang Kabupaten Batu
Bara.
2. Bagaimana riwayat hidup pengrajin tembikar di Desa Sentang Kabupaten Batu
Bara.
3. Bagaimana profil pengrajin tembikar di Desa Sentang dalam bidang sosial
ekonomi.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejarah pembuatan tembikar di Desa Sentang Kabupaten
Batu Bara.
2. Untuk mengetahui riwayat hidup pengrajin tembikar di Desa Sentang
Kabupaten Batu Bara
3. Untuk mengetahui profil pengrajin tembikar di Desa Sentang dalam bidang
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk memberikan pengetahuan bagi pembaca tentang Sejarah Pembuatan
tembikar di Desa Sentang Kabupaten Batu Bara.
2. Untuk memberikan pengetahuan bagi peneliti dan pembaca tentang teknik
pembuatan tembikar.
3. Sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa atau peneliti lainnya
khususnya dalam meneliti masalah yang sama pada lokasi yang berbeda.
4. Sebagai pengabdian dan pengembangan keilmuan penulis khususnya
dalam bidang penelitian.
5. Sebagai inventarisasi dan dokumentasi tentang sejarah pembuatan
tembikar di Desa Sentang, dan juga dapat dijadikan data tambahan bagi
instansi pemerintah terkait yang membutuhkannya.
6. Sebagai perbendaharaan perpustakaan Jurusan pendidikan sejarah FIS
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil
kesimpulan terhadap “Sejarah Pembutan Tembikar di Desa Sentang Kabupaten
Batu Bara”, yaitu :
1. Desa Sentang adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Sumatera Utara. Di Desa Sentang terdapat
proses pembuatan tembikar yang dilakukan oleh kaum perempuan.
Pembuatan tembikar di desa ini merupakan usaha turun temurun yang ada
hingga saat ini. Pembuatan tembikar di Desa Sentang diperkirakan sudah
ada sebelum tahun 1855 berdasarkan silsilah keluarga yang masih dapat
diingat oleh pengrajin tembikar tertua di Desa Sentang yaitu ibu Jinib yang
lahir pada 13 februari 1943.
2. Teknik pembuatan tembikar Sentang merupakan teknik tatap-landas (paddle-anvile) yang di mana teknik pembuatan tembikar tersebut sudah ada sejak zaman manusia purba tepatnya pada zaman neolitikum. Bahan
baku untuk membuat tembikar diperoleh di lokasi tanah yang ditumbuhi
rumput dan semak belukar yang berada di tepi sungai. Lokasi tanah ini
bersebrangan dengan Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Swasta Sentang yang
berjarak sekitar 150 meter dari Balai Desa Sentang. Hanya tanah liat
dilokasi ini yang dapat dijadikan tembikar dan sebagai bahan baku
diperoleh dimana saja asalkan berwarna kekuning-kuningan. Proses
pembuatan tembikar dengan teknik tatap-landas memiliki tingkat
kerumitan yang cukup tinggi dan memerlukan waktu yang lama.
3. Pengrajin tembikar Sentang saat ini ada lima orang. Berdasarkan Riwayat Hidup pengrajin tembikar, Sejak kecil mereka sudah ikut membantu
ibunya dalam proses pembuatan tembikar sehingga pada saat remaja
mereka terampil dalam membuat kerajinan tersebut. Tembikar yang
dihasilkan oleh pengrajin tembikar Sentang merupakan wadah untuk
keperluan dapur, seperti : Belanga, pinggan tanah, periuk, gobuk, buyung,
serabai, anglong atau/tungku tanah, tempayan, pasu, pot bunga, kukusan,
dan lain-lain. Kecuali Ibu Noria, Ibu Noria adalah satu-satunya pengrajin tembikar yang terampil dalam membuat tembikar yang dijadikan hiasan di
dalam rumah, seperti : perasapan dan tembikar berbentuk asbak, dan beliau
tidak membuat tembikar jenis wadah untuk keperluan alat dapur.
4. Dalam bidang sosial ekonomi pengrajin tembikar termasuk dalam
golongan menengah ke bawah, kehidupan pengrajin tembikar sangat
sederhana, jika di lihat dari kondisi rumah dan cara berpakaian. Dari
penghasilan dalam membuat tembikar, pengrajin dapat membeli keperluan
alat dapur, seperti piring, gelas, sendok dan membantu suami dalam
B. SARAN
1. Terhadap pengrajin tembikar supaya mengembangkan usaha pembuatan
tembikar yang merupakan warisan turun temurun agar pembuatan
tembikar tidak punah ditelan arus globalisasi. Dimulai dengan mengajari
anak-anak dalam cara pembuatan tembikar, dan memberikan motivasi
bahwa jika kita mahir dalam pembuatan tembikar, maka kita mendapatkan
keuntungan yang bisa digunakan untuk kebutuhan hidup.
2. Terhadap masyarakat agar tetap menggunakan tembikar, dan jangan
melupakan produk warisan budaya dengan adanya produk teknologi
modern, karena memasak dengan menggunakan tembikar membuat
makanan tahan lama dan tidak cepat basi begitu juga dengan menggunakan
tembikar sebagai wadah air, membuat air terasa sejuk.
3. Terhadap pemerintah agar menghimbau kepada masyarakat terkhusus
masyarakat Desa Sentang agar terus melestarikan warisan budaya mereka,
dan ikut membantu dalam proses pengembangan kerajinan masyarakat
dalam membuat tembikar dengan cara mensosialisasikan kepada
masyarakat agar menggunakan produk tembikar yang membuat tembikar