• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH PEMBUATAN TEMBIKAR DI DESA SENTANG KABUPATEN BATU BARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SEJARAH PEMBUATAN TEMBIKAR DI DESA SENTANG KABUPATEN BATU BARA."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH PEMBUATAN TEMBIKAR DI DESA SENTANG

KABUPATEN BATU BARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

IRMA YANTI

NIM. 3111121003

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

ABSTRAK

IRMA YANTI. NIM 3111121003. “SEJARAH PEMBUATAN TEMBIKAR DI DESA SENTANG KABUPATEN BATU BARA”. SKRIPSI JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH. FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIMED 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, Sejarah Pembuatan Tembikar Di Desa Sentang Kabupaten Batu Bara, Riwayat hidup pengrajin tembikar. Profil

pengrajin tembikar dalam bidang sosial ekonomi di Desa Sentang Kabupaten Batu Bara.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Lapangan

(Field Research), dan Studi Pustaka (Library research). Metode Penelitian Lapangan (Field Research), metode ini dilakukan Secara langsung, mengamati, mencari informasi dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari lapangan tentang Sejarah pembuatan tembikar di Desa Sentang dan riwayat hidup pengrajin tembikar di Desa Sentang serta profil pengrajin tembikar dalam bidang sosial ekonomi. Sedangkan Studi Pustaka (Library Research), metode penelitian ini dilakukan dengan cara menelaah buku atau dokumen yang relevan terhadap Sejarah pembuatan tembikar di Desa Sentang dengan tujuan menjadikannya sebagai dasar ataupun landasan penelitian untuk menguji kebenaran data yang diperoleh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sejarah pembuatan tembikar di Desa Sentang Kabupeten Batu Bara sudah ada sebelum tahun 1855 berdasarkan silsilah keluarga yang masih dapat diingat oleh pengrajin tembikar tertua di Desa Sentang yaitu ibu Jinib kelahiran Sentang 13 februari 1943. Pembuatan tembikar di Desa Sentang adalah usaha turun temurun yang masih ada hingga sekarang dan merupakan industri rumah tangga (homeindustri) yang dilakukan oleh kaum perempuan. Teknik pembuatan tembikar di Desa Sentang menggunakan teknik

tatap-landas (paddle Anvile) yang merupakan teknik pembuatan tembikar tradisi neolitik. Jenis tembikar yang dihasilkan pengrajin tembikar Sentang, seperti : Belanga, periuk, gobuk, tempayan, piring tanah, serabai atau kuali, kukusan, jambangan, anlong atau tungku tanah, pot bunga, pasu, asbak, perasapan dan lain-lain. Usaha pembuatan tembikar di Desa Sentang pernah mengalami kemajuan sebelum tahun 2007 di mana tembikar ini pernah dijual ke pusat pasar yang ada di Siantar, Tanjung Balai, Kisaran, Indrapura, Rantau Parapat, Sei Brombang. Bahkan pada abad ke-19 M, penjualan tembikar sampai ke Kecamatan Kubu, Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. Seiring berkembangnya teknologi alat dapur modern membuat permintaaan terhadap tembikar semakin berkurang. Kegiatan homeindustri di Desa Sentang dalam kerajinan mengolah tanah liat menjadi suatu wadah terancam hampir punah karena pengrajin sudah semakin tua dan keturunannya tidak ada yang terampil dalam proses pembuatan tembikar.

(3)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmannirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb, Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat

Allah SWT yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan

skripsi ini dapat selesai, dengan judul Skripsi “ Sejarah Pembuatan Tembikar di

Desa Sentang Kabupaten Batu Bara “.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh Gelar

Sarjana kependidikan. Berkat bantuan serta dorongan dari para dosen khususnya

dosen pembimping, rekan-rekan mahasiswa, dan pihak yang terlibat dalam

penyusunan sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.

Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih

yang teristimewa kepada kedua orang tua saya yaitu ayahanda Bukhori Sitorus

dan ibunda Asni, beserta adik-adikku yaitu Nurul Azmi, Dahlianti dan Dafa

Alfareza yang telah memberikan limpahan kasih sayang, cinta, perhatian,

motivasi, dan doa yang tak dapat penulis balas sehingga penulis tetap semangat

dalam menjalani scenario kehidupan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd sebagai Rektor Universitas Negeri

Medan beserta stafnya

2. Bapak Dr. Restu, M.S sebagai Dekan FIS UNIMED beserta stafnya

3. Ibu Dra. Flores Tanjung, M.A selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah

(4)

4. Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan

Sejarah FIS UNIMED sekaligus Dosen Penguji Skripsi.

5. Terimakasih yang terlebih kepada Bapak Dr. Phil. Ichwan Azhari, M.S,

selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan

bimbingan dan pengarahan hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Bapak Tappil Rambe, S.Pd. M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis.

7. Seluruh fungsionaris dan dosen serta pegawai pada Jurusan Pendidikan

Sejarah.

8. Seluruh mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah terkhusus kelas B Reguler 2011 terlebih kepada Kus Angelia Tarigan, Yusni Zubariah Silangit,

Yulzalia Aptika Sari, Syahputri dan Susiana Lumbangaol. Historia Rerum

Gestarum.

9. Kawan-kawan seperjuangan di Himpunan Mahasiswa Islam terkhusus

Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FIS UNIMED, semoga gerak dan

perjuangan HMI diberkahi oleh Allah SWT. Yakin Usaha Sampai.

10.Kawan-kawan satu tempat tinggal yang sudah bagai keluarga di Pondok

24, Pondok Putri Tuamang Indah, dan Deli Tua, yaitu Suci Sahfitri

Hasibuan, Sri Purwasih, Yuyun Trisna Yuningsih, Sharyani Harahap,

Chairunnisa, Sri Ertina Siregar, Elisa Putri, Eka Putri Kartini, Atiqah

(5)

11.Kawan-kawan PPLT 2014 MAN 50 Kab. Batu Bara yang turut

memberikan semangat dan attensi kepada penulis terkhusus kepada Yuyun

Ramadani Saragih, Fatimah Khairani Siregar.

12.Kawan-kawan Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan

Sejarah Periode 2013-2014 yang telah menemani penulis dalam

perjuangan mencapai mission organisasi.

13.Rekan-rekan Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia

(IKAHIMSI) yang telah turut memberikan kenangan manis kepada

penulis. Salam Jas Merah.

14.Kawan-kawan seperjuangan dalam penyusunan Skripsi terkhusus Fitri

Roma Ito yang telah banyak membantu penulis dan terus memberikan

semangat.

15.Kawan-kawan penulis sejak kecil terlebih kepada Riandha Sri Wayu, Afni,

Suci Dian Thini, Ignasia Bety Simbolon, Farida Sari, Lia Kuswandari,

OK. Tria Wulan Dari, dan Sri Ayuni yang ikut berperan dalam sejarah

kehidupan penulis.

16.Rekan-rekan kerja yang telah memberikan semangat terkhusus Citra

Simanjuntak, Eny Lesmana Manurung, Silky Risvivo, Rina Hutabarat, dan

Lestari Dara Cinta Utami Ginting.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang

telah membantu dan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis

(6)

kita semua. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terkhusus

Jurusan Pendidikan Sejarah. Viva Historia.

Billahitaufiq Walhidayah.

Assalamu’alaikum. Wr.Wb.

Medan, Juni 2015 Penulis,

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

NARASUMBER

PEDOMAN WAWANCARA

(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Desa Sentang adalah sebuah desa yang ada di Kecamatan Tanjung Tiram

Kabupaten Batu Bara Sumatera Utara. Beberapa perempuan di Desa Sentang

memiliki keahlian dalam membuat kerajinan tembikar. Pembuatan tembikar di

desa ini sudah berlangsung sejak lama. Kerajinan tembikar ini merupakan usaha

turun temurun para perempuan di Desa Sentang yang ada hingga sekarang.

Tembikar adalah barang-barang tanah liat dicampur dengan pasir, pecahan

kerang, sekam padi, atau pecahan tembikar yang dihaluskan (grog), mempunyai sifat menyerap tembus air karena memiliki permeabilitas yang relatif sedang

sampai tinggi dan berpori banyak. Umumnya suhu pembakaran tembikar berkisar

antara 350°C-1000°C (Pusat Penelitian dan pengembangan arkeologi nasional

badan pengembangan sumberdaya kebudayaan dan pariwisata, 2008 : 59).

Pembuatan tembikar atau gerabah secara tradisional masih dapat

ditemukan di banyak tempat di Indonesia. Seni gerabah ini tidak pernah

berkembang menjadi seni keramik canggih sebagaimana terdapat di beberapa

daerah di Asia Tenggara. Dari temuan keramik sewaktu ekskavasi di Trowulan,

Jawa Timur, dapat disimpulkan bahwa teknik pengglasiran dan pembuatan barang

batuan (stoneware) mungkin telah diketahui pada abad ke-13 - ke-15 pada masa kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Namun bilapun ada, keterampilan tersebut

tidak mempunyai tradisi yang turun temurun hingga masa kini. Minat akan

(9)

Keramisch Laboratorium (kini Balai Penelitian Keramik) di Bandung pada tahun

1922, dan sekitar tahun 1940, melanjutkan tradisi kerajinan tangan mereka dari

negeri asal. Kendi-kendi gerabah dibuat dibanyak tempat di Indonesia sejak

zaman prasejarah. Bentuk-bentuknya berbeda di setiap daerah yang mungkin

mencerminkan cita-rasa yang khas atau pengaruh berbagai kebudayaan yang

memasuki sesuatu daerah sepanjang sejarahnya. Temuan-temuan kendi di daerah

pemukiman kuno memberikan gambaran penting mengenai pola perdagangan dan

hubungan budaya yang ditemukan pada kurun-kurun waktu yang berbeda

didaerah tersebut. Hubungan budaya purba dengan India, Timur Tengah, dan

negara-negara Asia Tenggara lainnya di mana kendi juga digunakan dapat

dipastikan telah pula mempengaruhi. Kendi-kendi telah digunakan pula di

negeri-negeri Birma, Thailand, Kamboja (Khmer), Vietnam, Sri Langka, Filipina dan

Malaysia (Adhyatman, 2004 : 4-5).

Beberapa kendi yang menarik dari Aceh, yang dibuat di Gayo hanya

mempunyai dua lobang pada bagian atasnya yang tertutup, dan yang berbentuk

seperti tutup kendi. Cara mengisinya adalah melalui corotnya. Dengan bentuknya

yang khas dan desain geometrik yang digores dengan halus, kendi – kendi aceh

mengingatkan kita pada kendi logam dari Timur Tengah. Penduduk Aceh sendiri

menganggap kendi ini sebagai tipe tradisional yang digunakan sejak kerajaan

Islam Aceh pada abad ke-16. Masuknya agama islam untuk pertama kali di

Indonesia pada abad ke-13 adalah di Sumatera Utara, yang disebarkan melalui

(10)

Tembikar adalah salah satu teknologi yang bermula pada zaman manusia

purba dan merupakan salah satu pertanda manusia purba telah dapat berkarya

dengan menghasilkaan salah satu teknologi yang dijadikan kriteria penting dalam

menentukan perubahan corak hidup masyarakat prasejarah dan tembikar sangat

berguna bagi kesejahteraan masyarakat tersebut.

Penyelidikan arkeologis membuktikan bahwa tradisi kria tembikar

(gerabah) pada awalnya tumbuh pada masyarakat petani prasejarah, yaitu pada

masa bercocok tanam. Bukti-bukti tersebut berasal dari kendenglembu

(Banyuwangi), Klapadua (Bogor), Serpong (Tangerang), Kalumpang dan

Minanga Sipakka (Sulawesi), sekitar bekas Danau Bandung, Daerah Baucau dan

Venilale (Timor-timur), Paso (Minahasa) (Soejono, 1993 : 188 dalam

Christyawaty, 2010 : 42).

Manusia mulai mengenal dan membuat tembikar dari bahan tanah liat

sejak manusia membutuhkan wadah yang dapat digunakan untuk menyimpan

(Strorage vessel) dan mengolah makanan (cooking veseel). Wadah tembikar merupakan perlengkapan yang cukup penting karena relatif tahan air dan api

sehingga dapat difungsikan untuk kebutuhan tersebut. Dibandingkan dengan hasil

budaya manusia lain, benda-benda yang terbuat dari tanah liat, setelah mengalami

proses pembakaran akan menjadi artefak yang dapat bertahan lama, baik di dalam

ruangan terbuka maupun di dalam tanah (Astiti, 2007 : 13 dalam Christyawaty,

2010 : 43). Pembuatan tembikar pada masa prasejarah menunjukkan adanya

perubahan cara hidup yang kemudian akan mempengaruhi perkembangan sosial

(11)

Menurut masyarakat, pembuatan tembikar di Desa Sentang bermula

karena kebutuhan alat dapur ibu-ibu rumah tangga yang sulit diperoleh seperti

wadah untuk memasak, tempat menyimpan air, dan lain sebagainya. Lalu mereka

membuat tembikar dengan menggunakan tanah liat yang diambil di Desa mereka,

Hampir seluruh ibu rumah tangga di Desa Sentang membuat tembikar. Mayoritas

Laki-laki di Desa ini bekerja sebagai nelayan karena desa ini dekat dengan laut.

Selanjutnya beberapa orang dari mereka mulai mengembangkan kerajinan

tembikar ini menjadi suatu usaha sebagai mata pencaharian. Kegiatan industri

rumah tangga (home industri) ini pernah sangat laris dipasaran, dibuktikan dengan

penjualan tembikar yang tidak hanya di daerah Batu Bara bahkan sampai keluar

daerah seperti Sei Brombang, Rantau Parapat, Tanjung Balai, Kisaran, Siantar,

Simpang Dolok, dan Indrapura hingga ke Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan

Hilir Provinsi Riau dengan berlayar menggunakan sampan yang disebut tungkang

oleh masyarakat. Tembikar banyak diminati masyarakat, dalam seminggu mereka

harus membentuk badan tembikar minimal 100 buah tembikar, dan dalam 3

minggu mereka dapat menjual 300-400 buah tembikar dalam 1 rumah tangga.

Jenis-jenis tembikar yang dihasilkan berbeda-beda tergantung pada permintaan

konsumen. Ada tembikar jenis gobuk, priuk, belanga, pinggan tanah, anglong atau

tungku tanah, serabai/kuali, pasu, buyung, pot bunga, asbak, tempayan, dan

perasapan.

Pengrajin tembikar yang bertahan hingga saat ini hanya beberapa orang

karena sebagian dari mereka sudah meninggal dunia. Tidak semua orang memiliki

(12)

sekarang merupakan keturunan dari pengrajin tembikar sebelumnya, namun tak

banyak keturunan dari pengrajin tembikar sebelumnya yang terampil dalam

membuat tembikar, hanya ada tiga orang yang tampak aktif melanjutkan usaha

turun-temurun ini hingga sekarang dan tidak seramai pada saat sebelum tahun

2007.

Beberapa hal tersebutlah yang menjadi faktor pendorong peneliti merasa

tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang “Sejarah Pembuatan Tembikar Di

Desa Sentang Kabupaten Batu Bara”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan proses merumuskan permasalahan yang

akan diteliti. Untuk memudahkan dalam proses selanjutnya dan memudahkan

pembaca memahami hasil penelitian, permasalahan yang muncul dirumuskan

dalam bentuk pertanyaan tanpa tanda Tanya (Riduwan, 2010 : 4).

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka

perlu diidentifikasi masalah terkait dengan judul, yaitu :

1. Sejarah pembuatan tembikar di Desa Sentang Kabupaten Batu Bara.

2. Riwayat Hidup Pengrajin Tembikar di Desa Sentang Kabupaten Batu Bara.

3. Profil pengrajin tembikar di Desa Sentang dalam bidang Sosial Ekonomi.

C. Pembatasan Masalah

Agar dapat lebih terarah dan fokus, maka penulis membatasi permasalahan

(13)

sejarah lokal ini, penulis membatasi masalah pada “ Sejarah Pembuatan Tembikar Di Desa Sentang Kabupaten Batu Bara”.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan kelanjutan uraian pendahuluan. Dalam

perumusan masalah penulis membuat rumusan spesifikasi terhadap hakikat

masalah yang diteliti, yakni :

1. Bagaimana sejarah pembuatan tembikar di Desa Sentang Kabupaten Batu

Bara.

2. Bagaimana riwayat hidup pengrajin tembikar di Desa Sentang Kabupaten Batu

Bara.

3. Bagaimana profil pengrajin tembikar di Desa Sentang dalam bidang sosial

ekonomi.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sejarah pembuatan tembikar di Desa Sentang Kabupaten

Batu Bara.

2. Untuk mengetahui riwayat hidup pengrajin tembikar di Desa Sentang

Kabupaten Batu Bara

3. Untuk mengetahui profil pengrajin tembikar di Desa Sentang dalam bidang

(14)

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk memberikan pengetahuan bagi pembaca tentang Sejarah Pembuatan

tembikar di Desa Sentang Kabupaten Batu Bara.

2. Untuk memberikan pengetahuan bagi peneliti dan pembaca tentang teknik

pembuatan tembikar.

3. Sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa atau peneliti lainnya

khususnya dalam meneliti masalah yang sama pada lokasi yang berbeda.

4. Sebagai pengabdian dan pengembangan keilmuan penulis khususnya

dalam bidang penelitian.

5. Sebagai inventarisasi dan dokumentasi tentang sejarah pembuatan

tembikar di Desa Sentang, dan juga dapat dijadikan data tambahan bagi

instansi pemerintah terkait yang membutuhkannya.

6. Sebagai perbendaharaan perpustakaan Jurusan pendidikan sejarah FIS

(15)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil

kesimpulan terhadap “Sejarah Pembutan Tembikar di Desa Sentang Kabupaten

Batu Bara”, yaitu :

1. Desa Sentang adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Sumatera Utara. Di Desa Sentang terdapat

proses pembuatan tembikar yang dilakukan oleh kaum perempuan.

Pembuatan tembikar di desa ini merupakan usaha turun temurun yang ada

hingga saat ini. Pembuatan tembikar di Desa Sentang diperkirakan sudah

ada sebelum tahun 1855 berdasarkan silsilah keluarga yang masih dapat

diingat oleh pengrajin tembikar tertua di Desa Sentang yaitu ibu Jinib yang

lahir pada 13 februari 1943.

2. Teknik pembuatan tembikar Sentang merupakan teknik tatap-landas (paddle-anvile) yang di mana teknik pembuatan tembikar tersebut sudah ada sejak zaman manusia purba tepatnya pada zaman neolitikum. Bahan

baku untuk membuat tembikar diperoleh di lokasi tanah yang ditumbuhi

rumput dan semak belukar yang berada di tepi sungai. Lokasi tanah ini

bersebrangan dengan Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Swasta Sentang yang

berjarak sekitar 150 meter dari Balai Desa Sentang. Hanya tanah liat

dilokasi ini yang dapat dijadikan tembikar dan sebagai bahan baku

(16)

diperoleh dimana saja asalkan berwarna kekuning-kuningan. Proses

pembuatan tembikar dengan teknik tatap-landas memiliki tingkat

kerumitan yang cukup tinggi dan memerlukan waktu yang lama.

3. Pengrajin tembikar Sentang saat ini ada lima orang. Berdasarkan Riwayat Hidup pengrajin tembikar, Sejak kecil mereka sudah ikut membantu

ibunya dalam proses pembuatan tembikar sehingga pada saat remaja

mereka terampil dalam membuat kerajinan tersebut. Tembikar yang

dihasilkan oleh pengrajin tembikar Sentang merupakan wadah untuk

keperluan dapur, seperti : Belanga, pinggan tanah, periuk, gobuk, buyung,

serabai, anglong atau/tungku tanah, tempayan, pasu, pot bunga, kukusan,

dan lain-lain. Kecuali Ibu Noria, Ibu Noria adalah satu-satunya pengrajin tembikar yang terampil dalam membuat tembikar yang dijadikan hiasan di

dalam rumah, seperti : perasapan dan tembikar berbentuk asbak, dan beliau

tidak membuat tembikar jenis wadah untuk keperluan alat dapur.

4. Dalam bidang sosial ekonomi pengrajin tembikar termasuk dalam

golongan menengah ke bawah, kehidupan pengrajin tembikar sangat

sederhana, jika di lihat dari kondisi rumah dan cara berpakaian. Dari

penghasilan dalam membuat tembikar, pengrajin dapat membeli keperluan

alat dapur, seperti piring, gelas, sendok dan membantu suami dalam

(17)

B. SARAN

1. Terhadap pengrajin tembikar supaya mengembangkan usaha pembuatan

tembikar yang merupakan warisan turun temurun agar pembuatan

tembikar tidak punah ditelan arus globalisasi. Dimulai dengan mengajari

anak-anak dalam cara pembuatan tembikar, dan memberikan motivasi

bahwa jika kita mahir dalam pembuatan tembikar, maka kita mendapatkan

keuntungan yang bisa digunakan untuk kebutuhan hidup.

2. Terhadap masyarakat agar tetap menggunakan tembikar, dan jangan

melupakan produk warisan budaya dengan adanya produk teknologi

modern, karena memasak dengan menggunakan tembikar membuat

makanan tahan lama dan tidak cepat basi begitu juga dengan menggunakan

tembikar sebagai wadah air, membuat air terasa sejuk.

3. Terhadap pemerintah agar menghimbau kepada masyarakat terkhusus

masyarakat Desa Sentang agar terus melestarikan warisan budaya mereka,

dan ikut membantu dalam proses pengembangan kerajinan masyarakat

dalam membuat tembikar dengan cara mensosialisasikan kepada

masyarakat agar menggunakan produk tembikar yang membuat tembikar

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menunjukkan dengan adanya kerajinan eceng gondok yang berada di Desa Kebondowo membuat matapencaharian masyarakat menjadi semakin beragam dan

Faktor-faktor yang berpengaruh sehingga dapat menjadi penghambat dalam proses pembuatan batu artifisial pada taman di Desa Tanah Karaeng Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa

lubang bekas galian ini akan mengakibatkan daya tahan lahan atau tanah berkurang,. sehingga sangat mudah

Pada umumnya akad ija>rah terhadap tanah hanya untuk ditanami saja, tetapi di desa Ngerowo kecamatan Bangsal kabupaten Mojokerto sewa tanah yang dilakukan penyewa

kadmium (Cd) pada tanah terjadi melalui penggunaan pupuk fosfat, pupuk kandang dikarena pengambilan sampel tanah dilakukan pada jenis tanah yang sama, dapat diduga

Sedangkan pada temuan kedua, membahas hambatan yang dialami orang tua dalam menanamkan nilai-nilai karakter relegius pada anak dikeluarga nelayan di Desa Dahari Selebar

orang tua, sesuai dengan Hadist Rosulullah Saw. Oleh sebab itu di tekankan bahwa mendidik anak bukanlah merupakan suatu beban akan tetapi kewajiban sudah menjadi kebutuhan yang

Hasil dari penelitian ini menunjukkan dengan adanya kerajinan eceng gondok yang berada di Desa Kebondowo membuat matapencaharian masyarakat menjadi semakin beragam dan