• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIMPULAN DAN SARAN

2. Simpulan Khusus

Adapun simpulan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Nilai-nilai yang terkandung dalam pelakonan Kesenian Genye diantaranya

nilai religius yang terdapat dalam penari belok. Nilai religius, nilai kerja keras, nilai disiplin, dan nilai karakter tanggung jawab terdapat dalam tokoh pandita. Selain itu nilai cinta damai terdapat dalam penari genye, raja genye dan penari nyere. Nilai karakter cinta tanah air dan nilai kerja keras terdapat dalam penari pencak silat. Dan yang terakhir penari umbul-umbul yang mempunyai nilai karakter cinta tanah air.

b. Pembinaan karakter yang dilakukan oleh Sanggar Leuweung Seni yang pertama berupa memberikan pengetahuan kepada anak tentang etika dan

mengsosialisasikan aturan dan konsep pertunjukan kepada anak-anak yang akan mengikuti Kesenian Genye. Kemudian pembinaan dilanjutkan melalui proses latihan, dimana dalam proses ini anak akan dilatih secara disiplin dan tegas sehingga anak menjadi lebih disiplin, mandiri dan mempunyai mental yang bagus. Setelah proses pelatihan, anak akan dibina melalui pementasan Kesenian Genye yang lebih mengajarkan anak untuk lebih sabar dikarenakan pementasan genye ini tidak mengenal siang atau malam, panas atau dingin, serta terik atau hujan. Dalam pementasan, anak juga akan lebih bertanggung jawab karena mereka mempunyai tanggung jawab masing-masing terhadap tugas yang harus mereka jalani selama pementasan. Tidak sampai disitu, pembinaan juga berlangsung ketika diadakan evaluasi oleh pihak sanggar dimana dalam evaluasi tersebut adalah tempat untuk melihat sejauh mana keberhasilan pembinaan karakter yang dilakukan serta tempat untuk berdiskusi antara pihak sanggar dan anggota yang dibina. Setelah menempuh proses pembinaan, anggota Sanggar Leuweung Seni akan memiliki karakter-karakter yang diharapkan seperti mandiri, toleransi, disiplin, bekerja keras, bergotong royong, saling menghargai, dan bertanggung jawab

c. Hambatan yang dihadapi dalam proses pembinaan karakter yaitu: 1) Faktor internal:

Terbenturnya waktu antara latihan dengan kepentingan lainnya seperti kepentingan keluarga dan sekolah, kemudian hambatan yang lainnya yaitu cuaca terutama ketika hujan turun yang dapat menyebabkan terhentinya latihan dan yang terakhir yaitu konflik antar sesama anggota yang memiliki rasa kecemburuan sosial ketika ia tidak diikutsertakan dalam pementasan.

2) Faktor eksternal:

Sanggar tidak memiliki pelatih tetap sehingga proses latihan tidak berjalan efektif karena pelatih mempunyai prioritas lainnya yaitu pekerjaan utamanya.

d. Solusi yang diberikan yaitu bersikap bijaksana dalam menghadapi hambatan, pemberian surat dispensasi, peminjaman tempat kepada pihak yang bekerja sama dengan sanggar, serta memberikan motivasi dan pengertian kepada anggota yang mempunyai rasa kecemburuan sosial terhadap sesama anggota.

e. Kesenian Genye belum berpengaruh terhadap perilaku masyarakat, hal ini disebabkan karena masyarakat hanya sebatas menonton dan mengenal genye sebagai pertunjukan yang mempunyai daya pikat tersendiri bukan sebagai media untuk merubah karakter mereka.

B. Saran

Terdapat beberapa saran yang peneliti berikan kepada pihak-pihak yang terkait dalam mengembangkan pendidikan dimasa yang akan datang. Adapun beberapa saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Untuk Guru PKn

a. Nilai-nilai karakter yang terdapat dalam sebuah kebudayaan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran PKn di sekolah karena dengan mengenalkan nilai-nilai karakter tersebut dapat membentuk karakter siswa ke arah yang lebih baik.

b. Guru PKn diharapkan memberikan materi ajar tentang pendidikan karakter secara lebih mendalam karena pendidikan karakter merupakan salah satu pendukung tujuan PKn yaitu untuk membentuk karakter warga Negara yang baik.

2. Untuk Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Jurusan PKn diharapkan memberikan pengarahan dan bimbingan kepada mahasiswa jurusan PKn mengenai pendidikan karakter secara maksimal dan berkelanjutan demi mencetak tenaga pendidik PKn yang berkualitas, berkompeten dan professional.

3. Untuk Sanggar Leuweung Seni

Untuk Sanggar Leuweung Seni diharapkan dapat memaksimalkan tingkat kedisiplinan dalam membina karakter anak melalui Kesenian Genye dan agar memiliki pelatih tetap sehingga pelatih dapat lebih loyal kepada tugas yang diembannya.

4. Untuk PEMDA Purwakarta

PEMDA Purwakarta diharapkan dapat memiliki kerjasama yang baik dengan Sanggar Leuweung Seni agar dapat membangun hubungan yang lebih baik satu sama lainnya dan dapat mematenkan Kesenian Genye menjadi kesenian daerah asal Kabupaten Purwakarta.

5. Untuk peneliti selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya yang akan mengkaji mengenai pendidikan karakter, diharapkan meneliti secara lebih mendalam mengenai Kesenian Genye sebagai salah satu sumber pembelajaran PKn di sekolah. Mengingat dalam Kesenian Genye ini terdapat nilai-nilai karakter yang sangat cocok dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran PKn dan Kesenian Genye dirasa perlu untuk dijadikan bagian dari sekolah sebagai kegiatan ekstrakulikuler.

Barnawi dan Arifin (2008) Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Budimansyah, D. (2012) Demensi-Dimensi Praktik Pendidikan Karakter. Bandung: Widya Aksara Press

(2010) Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press

(2013) Refleksi Pembangunan Karakter Bangsa. Bandung: Program Studi Pendidikan Umum

dan Suryadi, A. (2009) Paradigma Pembangunan Pendidikan Nasional. Bandung: Widya Aksara Press

dan Suryadi, K. (2008) PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPS UPI

Caturwati, E. (1997) Tata Rias dan Busana Tari Sunda. Bandung: STSI PRESS BANDUNG

Caturwati, E. (2008) Tradisi Sebagai Tumpuan Kreativitas Seni. Bandung: Sunan Ambu Press-STSI

Darwis, R. (2003) Pendidikan Hukum Dalam Konteks Sosial-Budaya Bagi Pembinaan Kesadaran Hukum Warga Negara (Dalam Pengukuhan Guru Besar Tetap). Depdiknas UPI. Bandung

Elmubarok, Z. (2009) Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta

Feist, J. dan Gregory (2002) Theories of Personality. USA: McGraw-Hall Companies

Kementrian Pendidikan Nasional (2010) Kerangka Acuan Pendidikan Karakter Tahun Anggaran 2010. Jakarta: Kemendiknas

Lickona, T. (2013) Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility. Jakarta: PT Bumi Aksara

Megawangi, R. (2004) Pendidikan Karakter (solusi yang tepat untuk membangun bangsa). Jakarta: Star Energi

Moleong, L. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya Mu’in, F. (2011) Pendidikan Karakter Kontruksi Teoritik dan Praktik. Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media

Nasution (2003) Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Ronnie, D. (2006) The Power of Emotional & Adversity Quetient for Teachers.

Bandung: Hikmah

Samani, M. Dan Hariyanto (2012) Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Posdakarya

Saptono (2011) Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter. Jakarta: Erlangga

Satori, D. dan Komariah, A. (2012) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Simanjuntak, B. dan Pasaribu (1990) Membina dan Mengembangkan Generasi Muda. Bandung: Tarsito

Sugiyono (2009) Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

(2012) Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta

Sujarwa (2011) Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Supardan, D. (2008) Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: PT. Bumi Askara

Wahab, A.A. dan Sapriya (2011) teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta

Fitria-Ulfha, I.(2012) Pembinaan Karakter Melalui Seni Tradisional (Studi Kasus di SMK Negeri 10 Bandung). Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Nurhakim, A. (2013) Membangun Karakter Warga Negara Melalui Pemberdayaan Potensi Pemuda Berbasis Kearifan Lokal. Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Putri, N.C. (2011) Pembinan Anak Autis Melalui Kegiatan Seni di Saung Angklung Udjo. Skripsi pada FPBS Upi Bandung: tidak diterbitkan

Dokumen terkait