• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN KARAKTER ANGGOTA SANGGAR LEUWEUNG SENI MELALUI KESENIAN GENYE :(Studi Desktriptif di Sanggar Leuweung Seni Kecamatan Ciseureuh Kabupaten Purwakarta).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINAAN KARAKTER ANGGOTA SANGGAR LEUWEUNG SENI MELALUI KESENIAN GENYE :(Studi Desktriptif di Sanggar Leuweung Seni Kecamatan Ciseureuh Kabupaten Purwakarta)."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

LEUWEUNG SENI MELALUI KESENIAN GENYE

(Studi Desktriptif di Sanggar Leuweung Seni Kecamatan

Ciseureuh Kabupaten Purwakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh Dewi Mulyani

1005781

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

(2)

Ciseureuh Kabupaten Purwakarta)

Oleh; Dewi Mulyani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pegetahuan Sosial

© Dewi Mulyani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

MELALUI KESENIAN GENYE

(Studi Deskriptif di Sanggar Leuweung Seni Kecamatan Ciseureuh Kabupaten Purwakarta)

Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing:

Pembimbing 1

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si. NIP. 19620316 198803 1 003

Pembimbing II

Dr. Muhammad Halimi, M.Pd. NIP. 19580605 198803 1 001

Mengetahui, Ketua Jurusan PKn

(4)

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001 2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001 3. Penguji : 3.1

Prof. Dr. H. Azis Wahab, MA. NIP. 19430401 196709 1 001 3.2

Drs. Rahmat, M.Si.

NIP. 19580915 198603 1 003 3.3

(5)

ABSTRAK

DEWI MULYANI. (1005781). PEMBINAAN KARAKTER ANGGOTA SANGGAR LEUWEUNG SENI MELALUI KESENIAN GENYE (Studi Deskriptif di Sanggar Leuweung Seni Kecamatan Ciseureuh Kabupaten Purwakarta)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perilaku individu terutama di kalangan remaja yang tidak berkarakter yang disebabkan oleh kurangnya penguatan pendidikan karakter di lingkungan masyarakat. Pendidikan karakter di masyarakat bisa berlangsung salah satunya di sebuah komunitas seperti sanggar. Dengan subjek penelitian yaitu pemimpin sanggar, pelatih/pembina, anggota sanggar dan masyarakat, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembinaan karakter yang dilakukan oleh Sanggar Leuweung Seni. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi, catatan lapangan, dan studi literatur. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa (1) nilai-nilai yang terkandung dalam pelakonan Kesenian Genye yaitu nilai religius, kerja keras, disiplin, tanggung jawab, cinta damai, dan nilai karakter cinta tanah air; (2) pembinaan karakter yang dilakukan oleh Sanggar Leuweung Seni dilakukan secara disiplin dan penuh dengan tanggung jawab sehingga anggota sanggar yang mengikuti Kesenian Genye ini memiliki karakter mandiri, toleransi, disiplin, bekerja keras, bergotong royong, saling menghargai, dan bertanggung jawab. (3) hambatan yang dihadapi dalam proses pembinaan karakter adalah terbenturnya waktu antara latihan dengan kepentingan lainnya seperti kepentingan keluarga dan sekolah, kemudian cuaca terutama ketika hujan turun yang dapat menyebabkan terhentinya latihan dan yang terakhir yaitu konflik antar sesama anggota yang memiliki rasa kecemburuan sosial ketika ia tidak diikutsertakan dalam pementasan; (4) solusi yang diberikan yaitu bersikap bijaksana dalam menghadapi hambatan, pemberian surat dispensasi, peminjaman tempat kepada pihak yang bekerja sama dengan sanggar, serta memberikan motivasi dan pengertian kepada anggota yang mempunyai rasa kecemburuan sosial terhadap sesama anggota; (5) Kesenian Genye belum berpengaruh terhadap perilaku masyarakat, hal ini disebabkan karena masyarakat hanya sebatas menonton dan mengenal genye sebagai pertunjukan yang mempunyai daya pikat tersendiri bukan sebagai media untuk merubah karakter mereka. Rekomendasi dari peneliti untuk semua pihak yang terkait dalam proses pembinaan karakter anak baik pihak keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat agar lebih meningkatkan kualitas pendidikan karakter dan tingkat pengawasan terhadap perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari.

(6)

ABSTRACT

DEWI MULYANI. (1005781). A CHARACTER BUILDING FOR THE MEMBERS OF ART LEUWEUNG STUDIO THROUGH GENYE ART (A Descriptive Study at Art Leuweung Studio Ciseureuh Subdistrict, Purwakarta Regency)

This research is based on individual behavior particularly in the circle of adolescents who have no character caused by the lack of character’s educational reinforcement in the circle of society. One of character educations in society may take place in a community like studio. With the research subject, studio leader, trainer/builder, studio members and society, this research has an objective to identify how the process of character building conducted by Art Leuweung Studio. The approach used is qualitative approach by using descriptive method. As for data collecting techniques used are observation, interview, documentation, field note, and literature study. Based on the result of research, it can be known that (1) values contained in the Genye Art playing: religious value, hard work, discipline, responsibility, peace love, and character value of native country love; (2) character building conducted by Art Leuweung Studio has been carried out in a disciplinary manner and full with responsibility so that the studio members following this Genye Art has autonomous character, tolerance, discipline, hard work, mutual assistance, mutual respect, and responsible. (3) the obstacles faced in the process of character building are the formation of time between training and other interests such as the interests of family and school, and then weather primarily when the rain falls that can cause the ceasing of training and finally the conflicts among fellow members having social jealousy feeling when he or she is not engaged in the staging; (4) the solution given is to have a wise attitude in facing the obstacles, giving a dispensation letter, place loan to the parties cooperating with studio, as well as giving motivation and understanding to the member having social jealousy feeling to fellow members; (5) Genye Art has not yet influence on the society’s behavior, this is caused by the society only watches and knows Genye as a performance having a separate appeal not as media to change their characters. The researcher’s recommendations for all partied related in the process of child’s character building both the parties of family, school and circle of society in order that it more enhances the quality of character education and supervision level to the child’s behavior in the daily life.

(7)

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI... 1

DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR BAGAN ... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A.Latar Belakang Masalah... Error! Bookmark not defined.

B.Identifikasi Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C.Rumusan Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D.Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

E.Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

F. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... Error! Bookmark not defined.

A.Kajian Tentang Karakter ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Karakter ...Error! Bookmark not defined.

2. Ciri-Ciri Karakter ...Error! Bookmark not defined.

3. Bentuk-Bentuk Karakter ...Error! Bookmark not defined.

4. Nilai-Nilai Karakter ...Error! Bookmark not defined.

5. Pembinaan Karakter ...Error! Bookmark not defined.

B. Kajian Tentang Kesenian Genye ... Error! Bookmark not defined.

(8)

BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Lokasi Penelitian ...Error! Bookmark not defined.

2. Subjek Penelitian ...Error! Bookmark not defined.

B. Pendekatan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Penjelasan Istilah ... Error! Bookmark not defined.

E. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

1. Observasi...Error! Bookmark not defined.

2. Wawancara ...Error! Bookmark not defined.

3. Dokumentasi ...Error! Bookmark not defined.

4. Catatan Lapangan ...Error! Bookmark not defined.

5. Studi Literatur ...Error! Bookmark not defined.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

1. Reduksi Data ...Error! Bookmark not defined.

2. Display Data ...Error! Bookmark not defined.

3. Kesimpulan/Verifikasi ...Error! Bookmark not defined.

G. Pengujian Keabsahan Data... Error! Bookmark not defined.

H. Tahap-Tahap Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Tahap Pra Penelitian ...Error! Bookmark not defined.

2. Tahap Pelaksanaan ...Error! Bookmark not defined.

3. Tahap Analisis Data ...Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .... Error! Bookmark not defined.

(9)

not defined.

2. Proses pembinaan karakter melalui Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni Kabupaten Purwakarta. ...Error! Bookmark not defined.

3. Hambatan yang dihadapi dalam pembinaan karakter melalui Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni Kabupaten Purwakarta. .Error! Bookmark not defined.

4. Solusi dalam menghadapi hambatan-hambatan dalam pembinaan karakter melalui Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni Kabupaten Purwakarta. ... Error! Bookmark not defined.

5. Kontribusi Kesenian Genye bagi pembinaan perilaku warganegara di masyarakat. ...Error! Bookmark not defined.

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Nilai-nilai yang terkandung dalam pelakonan Kesenian Genye.Error! Bookmark not defined.

2. Proses pembinaan karakter melalui Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni Kabupaten Purwakarta. ...Error! Bookmark not defined.

3. Hambatan yang dihadapi dalam pembinaan karakter melalui Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni Kabupaten Purwakarta. .Error! Bookmark not defined.

4. Solusi dalam menghadapi hambatan-hambatan dalam pembinaan karakter melalui Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni Kabupaten Purwakarta. ... Error! Bookmark not defined.

5. Kontribusi Kesenian Genye bagi pembinaan perilaku warganegara di masyarakat. ...Error! Bookmark not defined.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Simpulan ... Error! Bookmark not defined.

1. Simpulan Umum ...Error! Bookmark not defined.

2. Simpulan Khusus ...Error! Bookmark not defined.

B. Saran ... Error! Bookmark not defined.

(10)

Gambar 2.1 Psikologi Karakter Individu………... 18

Gambar 2.2 Indikator Karakter Individual………... 18

Gambar 2.3 Komponen Karakter Baik………... 22

Gambar 2.4 Konteks Mikro Pengembangan Karakter………. 35

Gambar 2.5 Pemain Musik………... 43

Gambar 3.1 Tiga Komponen Pokok Dalam Observasi………... 61

Gambar 3.2 Flow Model Milles dan Huberman………. 66

Gambar 3.3 Interactive Model Milles dan Huberman………. 67

Gambar 4.1 Sanggar Leuweung Seni………... 75

Gambar 4.2 Sanggar Leuweung Seni………... 77

Gambar 4.3 Tokoh Pandita………... 79

Gambar 4.4 Penari Umbul-umbul………... 80

Gambar 4.5 Penari Prajurit Genye………... 81

Gambar 4.6 Penari Nyere………. 81

Gambar 4.7 Penari Pencak Silat………... 82

Gambar 4.8 Penari Badawang………...83

Gambar 4.9 Penari Belok………... 83

Gambar 4.10 Penari Nyere (lidi) ………... 87

Gambar 4.11 Penari Genye………... 88

Gambar 4.12 Suasana Latihan Kesenian Genye bersama Siswa STM YPK Purwakarta………...110

Gambar 4.13 Suasana Latihan Kesenian Genye bersama Siswa STM YPK Purwakarta………...110

(11)
(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai identitas atau jati diri bangsa, karakter merupakan nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antar manusia. Secara universal, berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar: kedamaian, kerja sama, kebebasan, kebahagiaan, kejujuran, kerendahan hati, kasih sayang, tanggung jawab, kesederhanaan, toleransi dan persatuan. (Samani dan Hariyanto, 2012, hlm.42)

Sebuah bangsa akan dikatakan sejahtera apabila memiliki karakter yang kuat dari warganya dan sejarah peradaban di berbagai penjuru dunia membuktikan kebenaran itu. Hal ini dipertegas dengan pernyataan dari Cicero (dalam Saptono, 2011, hlm.15) yang menyatakan bahwa “Kesejahteraan sebuah bangsa bermula dari karakter kuat warganya”. Seperti yang kita ketahui, bangsa -bangsa yang memiliki karakter tangguh lazimnya tumbuh berkembang makin maju dan sejatera. Contoh terkini, antara lain India, Cina, Brazil, dan Rusia. Sebaliknya, bangsa-bangsa yang lemah karakter umumnya justru kian terpuruk, misalnya Yunani kontemporer serta sejumlah negara di Afrika dan Asia.

Saptono (2011, hlm. 16) mengemukakan bahwa:

Demikianlah, karakter itu amat penting. Karakter lebih tinggi nilainya daripada intelektualitas. Stabilitas kehidupan kita tergantung pada karakter kita. Karena, karakter membuat orang mampu bertahan, memiliki stamina untuk tetap berjuang dan sanggup mengatasi ketidakberuntungannya secara bermakna.

(13)

hal yang positif adapula ke arah yang negatif. Baik buruknya karakter seseorang bisa dilihat dari tingkah laku dan kebiasaan yang dilakukan oleh orang tersebut.

Karakter harus diwujudkan melalui nilai-nilai moral yang dipatrikan untuk menjadi semacam nilai intrinsik dalam diri kita yang akan melandasi sikap dan perilaku kita. Tentu karakter tidak datang dengan sendirinya melainkan harus kita bentuk, kita tumbuhkembangkan dan kita bangun secara sadar dan sengaja.

Pembinaan karakter memiliki urgensi yang sangat luas dan bersifat multidimensional. Pembinaan karakter harus diaktualisasikan secara nyata dalam bentuk aksi nasional dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa sebagai upaya untuk menjaga jati diri bangsa dan memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa dalam naungan NKRI. Pembinaan karakter harus dilakukan melalui pendekatan sistematik dan integratif dengan melibatkan keluarga; satuan pendidikan; pemerintah; masyarakat termasuk teman sebaya, generasi muda, lanjut usia, media massa, pramuka, organisasi kemasyarakatan, organisasi politik, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat; kelompok strategis seperti elite struktural, elite politik, wartawan, budayawan, agamawan, tokoh adat, serta tokoh masyarakat.

Asshiddiqie (dalam Budimansyah, 2013, hlm.3) menyebutkan bahwa: Setelah tahapan reformasi politik yang dimulai tahun 1998 itu, seyogianya agenda bangsa beralih ke tahapan reformasi kebudayaan untuk membangun bangsa yang lebih kuat yang berakar pada budaya-budaya lokal, jika suksesi tahun 2014 berjalan mulus dan tidak menimbulkan gejolak yang berarti, maka agenda bangsa berikutnya adalah reformasi moral dan karakter bangsa.

(14)

Presiden lebih jauh mengemukakan bahwa yang disebut karakter kuat atau baik, baik perseorangan, masyarakat, maupun bangsa adalah mereka yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik.

Senada dengan pemaparan diatas, Budimansyah (2010, hlm.1) menyatakan:

Pembangunan bangsa dan pembangunan karakter (nation and character building) merupakan dua hal utama yang perlu dilakukan bangsa Indonesia agar dapat mempertahankan eksistensinya. Keduanya seolah-olah merupakan dua sisi dari mata uang yang sama.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembangunan bangsa harus dibarengi dengan pembangunan karakter warga negaranya, karena keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Dimana sebuah bangsa yang maju yaitu yang memiliki karakter kuat dari warga negaranya.

Komitmen nasional tentang perlunya pendidikan karakter secara imperatif tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dimana dalam Pasal 3 dinyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional ini, pemerintah telah menuangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, dimana pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional.

(15)

kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat serta pendekatan multidisiplin yang tidak menekankan pada indoktrinasi. Menurut Samani dan Hariyanto (2012, hlm. 112) menyatakan bahwa:

Pengembangan karakter dibagi dalam empat pilar, yaitu kegiatan pembelajaran di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk budaya sekolah (school culture), kegiatan kokurikuler dan atau ekstrakulikuler, serta kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat.

Senada dengan pendapat diatas, Noor (dalam Budimansyah, 2013, hlm.301) mengemukakan bahwa:

Pendidikan karakter hendaknya mencakup aspek pembentukan kepribadian yang memuat dimensi nilai-nilai kebajikan universal dan kesadaran kultural di mana norma-norma kehidupan itu tumbuh dan berkembang. Ringkasnya, pendidikan karakter mampu membuat kesadaran transdental individu mampu terjewantahkan dalam perilaku yang konstruktif berdasarkan konteks kehidupan di mana ia berada artinya memiliki kesadaran global, namun bertindak sesuai konteks lokal.

Berdasarkan pemaparan di atas, salah satu pilar pengembangan karakter yaitu melalui kegiatan keseharian yang dilakukan di rumah atau masyarakat. Dalam hal ini kegiatan yang dimaksud tentunya adalah kegiatan-kegiatan positif yang mampu menciptakan aura yang baik sehingga menumbuhkan karakter-karakter yang diharapkan.

Budimansyah (2010, hlm.2) menyatakan bahwa:

(16)

yang sangat biadab, menurunnya penghargaan kepada para pemimpin, dan sebagainya

Hal ini juga dipertegas dengan pernyataan dari Soedarsono (dalam Budimansyah, 2013, hlm.186) yang menyatakan bahwa:

Pada umumnya kita akan sepakat tentang kondisi masyarakat Indonesia saat ini yang sedang menghadapi hal serius, yaitu masalah moral dan sosial yang akar permasalahannya memerlukan solusi yang sistemik. Di antara kita pasti sudah sampai pada kesimpulan bahwa ternyata ada hubungan yang sangat erat antara kehidupan masyarakat dan pendidikan karakter individu.

Persoalan ini perlu mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak-pihak yang terkait. Rendahnya moralitas bangsa ini adalah cerminan dari perilaku individu-individu yang tidak berkarakter, sehingga berdampak negatif terhadap pengelolaan negara, korporasi, sistem hukum yang akhirnya akan menurunkan daya saing bangsa di mata internasional, dan seterusnya membuat Indonesia semakin terpuruk secara sosial, ekonomi, dan budaya.

Melihat kenyataan yang terjadi dewasa ini, Indonesia perlu melakukan suatu tindakan besar-besaran agar dapat mengatasi permasalahan di atas. Pembangunan karakter merupakan salah satu upaya untuk menghadapi tantangan-tantangan serta permasalahan yang terjadi di era globalisasi. Era globalisasi yang ditandai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang amat pesat, terutama teknologi informasi dan komunikasi, telah mengubah dunia seakan-akan menjadi kampung dunia (global village). Dunia menjadi transparan tanpa mengenal batas negara. Kondisi yang demikian itu berdampak pada seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Di samping itu, dapat pula mempengaruhi pola pikir, pola sikap, dan pola tindak seluruh masyarakat Indonesia (Budimansyah, 2010, hlm.9)

Fenomena globalisasi telah menantang kekuatan penerapan unsur-unsur karakter bangsa. Ohmae (dalam Budimansyah, 2010, hlm.9) mengatakan bahwa:

(17)

yang berupa informasi, inovasi dan industri yang membentuk peradaban modern.

Dengan memperhatikan fakta-fakta yang telah dikemukakan maka pembangunan karakter harus segera diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pembangunan karakter ini dapat ditempuh melalui berbagai upaya salah satunya dengan pembinaan karakter melalui seni.

Membangun karakter melalui seni merupakan variabel penting yang perlu diperhatikan. Seni merupakan salah satu langkah yang dapat ditempuh dalam membina karakter seseorang, salah satunya melalui seni tradisional. Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurdiana (2011) menemukan:

Melalui kegiatan seni, dampaknya anak autis menjadi lebih percaya diri berani berekspresi, termotivasi untuk berkomunikasi dan mempelajari seni yang lain. Hasil yang dicapai melalui pembinaan anak autis di Saung Udjo, adanya interaksi dengan lingkungan sekitar, bisa berkomunikasi dengan orang-orang sekitar, dan berkembangnya bakat yang dimiliki oleh anak tersebut.

Selain itu, adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitria-Ulfha yang menemukan bahwa:

Seni tradisional cukup memberikan dampak terhadap karakter siswa, karena di dalam seni pada dasarnya mampu memperhalus budi. Oleh karena itu melalui praktek berkesenian tradisional, siswa terarah untuk dapat memiliki rasa ketuhanan, kedisiplinan, kemandirian, kreativitas, saling menghargai, kepedulian, semangat kebangsaan, tanggung jawab, toleransi, kebersamaan, kerja keras, persahabatan serta cinta budaya dan tanah air.

(18)

tidak hanya bagi mereka yang memiliki kemampuan normal, tetapi juga bagi mereka yang memiliki keterbatasan kemampuan, baik dalam konteks formal maupun nonformal.

Disamping itu, keterkaitan kesenian dalam pendidikan karakter yaitu sebagai basic character building yang berarti pembentuk perasaan moral, pembentuk perilaku dan budi pekerti seseorang. Melalui seni, seseorang dapat memiliki karakter yang kuat seperti tanggung jawab, kedisiplinan, kerja keras, kepedulian, kebersamaan yang tinggi, saling menghargai dan membantu, menyesuaikan diri dan berbaur, berbagi, bekerjasama, kepercayaan diri, mampu berinteraksi dan masih banyak hal dan nilai yang muncul dalam diri seseorang melalui seni.

Sebagai kabupaten yang tengah menunjukkan eksistensinya di berbagai bidang, Purwakarta mempunyai pekerjaan rumah dalam membina karakter dari para warganya yang sekarang mulai terkikis karena era globalisasi dan modernisasi. Berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa remaja Purwakarta menunjukan perilaku yang tidak berkarakter, seperti yang ditunjukkan pelajar STM YPK Purwakarta yang diketahui radikal, suka ikut dalam tawuran pelajar serta tidak mengindahkan peraturan sekolah lainnya. Selain itu, banyak pelajar yang mempunyai kebiasaan buruk seperti berkumpul di malam hari dan melakukan hal-hal negatif seperti minum minuman keras, berjudi, dan ugal-ugalan dalam mengendarai motor. Fakta yang ada di lapangan tersebut menunjukkan perilaku yang tidak berkarakter terutama di kalangan remaja Purwakarta. Hal tersebut perlu mendapatkan perhatian baik dari keluarga, pihak sekolah dan masyarakat pada umumnya untuk membina karakter anak supaya menjadi lebih baik.

(19)

merupakan ikon dari Kabupaten Purwakarta itu sendiri. Kesenian Genye ini diharapkan mampu membina seseorang untuk lebih baik.

Berdasarkan hasil observasi awal, Kesenian Genye ini termasuk ke dalam kesenian kreasi baru yang dihadirkan oleh para seniman Purwakarta sejak tahun 2010. Terbentuknya Kesenian Genye ini didasari oleh pemikiran bentuk seni yang akan diciptakan untuk Purwakarta, yang menganggap pentingnya keberadaan suatu kesenian yang menggambarkan masyarakat daerah Purwakarta.

Menurut hasil wawancara peneliti dengan Bapak Rudi selaku guru seni budaya yang juga pernahbekerja di Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) di Kabupaten Purwakarta, beliau menyatakan bahwa “Genye merupakan singkatan dari Gerakan Nyere, nyere (lidi) simbol untuk beberesih (bersih-bersih)”. Genye ini mempunyai makna kebersamaan dan kesatuan seperti ikatan sapu lidi yang dapat membersihkan Purwakarta secara bersama, serta mempunyai makna untuk membersihkan lahir dan batin seseorang.

Sanggar Leuweung Seni merupakan satu-satunya sanggar yang mengembangkan Kesenian Genye di Kabupaten Purwakarta. Di sanggar ini tempat para seniman-seniman Purwakarta berkumpul, berdiskusi, berkreasi serta tempat siswa-siswi sanggar berlatih Kesenian Genye.

Dengan adanya Kesenian Genye ini diharapkan pemerintah Kabupaten Purwakarta lebih memperhatikan kesenian yang ada di Purwakarta, karena dalam sebuah seni terdapat nilai-nilai budaya luhur yang mampu menjadi cara dalam membentuk karakter seseorang.

(20)

Dengan berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “PEMBINAAN KARAKTER ANGGOTA SANGGAR LEUWEUNG SENI MELALUI KESENIAN GENYE” (Studi Deskriptif di Sanggar Leuweung Seni Kecamatan Ciseureuh Kabupaten Purwakarta).

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan pemaparan latar belakang penelitian diatas, peneliti dapat menentukan batasan permasalahan penelitian yaitu sebagai berikut:

- pelakonan kesenian genye yang mengandung nilai-nilai positif.

- pelatih/pembina kesenian genye yang terus berkomitmen dalam membina anggota agar memiliki karakter-karakter yang baik.

- properti atau alat-alat yang digunakan dalam Kesenian Genye yang cukup memadai dalam proses latihan dan pementasan Kesenian Genye guna menumbuhkan karakter anggota.

- sarana dan prasarana sanggar untuk kesenian genye yang cukup untuk melakukan pelatihan.

- bentuk gerakan dan penyajian kesenian genye itu sendiri yang syarat akan makna-makna dan nilai-nilai positif.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian ini, maka masalah umum tersebut dijabarkan sebagai masalah khusus yang menjadi rumusan masalah penelitian ini yaitu :

1. Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam pelakonan Kesenian Genye? 2. Bagaimana proses pembinaan karakter melalui Kesenian Genye di Sanggar

(21)

3. Hambatan apa saja yang dihadapi dalam pembinaan karakter melalui Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni Kabupaten Purwakarta?

4. Solusi apa saja dalam menghadapi hambatan-hambatan dalam pembinaan karakter melalui Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni Kabupaten Purwakarta?

5. Apa kontribusi Kesenian Genye bagi pembinaan perilaku warganegara di masyarakat?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan hal yang utama yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan. Dengan tujuan, tindakan akan terarahkan secara fokus, begitupun dalam penelitian ini memiliki tujuan tertentu.

Sesuai dengan perumusan masalah, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara aktual dan faktual mengenai bagaimana pembinaan karakter anggota sanggar melalui Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni Kabupaten Purwakarta. Adapun yang menjadi tujuan khusus dari

penelitian ini adalah mengetahui dan mengidentifikasi:

1. Nilai-nilai yang terkandung di dalam pelakonan Kesenian Genye.

2. Proses pembinaan karakter melalui Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni Kabupaten Purwakarta.

3. Hambatan yang dihadapi dalam pembinaan karakter melalui Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni Kabupaten Purwakarta.

4. Solusi apa untuk menghadapi pembinaan karakter melalui Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni Kabupaten Purwakarta.

(22)

E. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau bahan kajian dalam dunia pendidikan khususnya yang berkaitan dengan pembinaan atau pendidikan karakter, sehingga diharapkan dapat memberikan masukan atau kontribusi dalam rangka melaksanakan pembinaan karakter melalui kesenian.

2. Secara Praktis a. Anggota Sanggar

1) Anggota sanggar mampu mengembangkan potensi dan minatnya dalam bidang kesenian yang merupakan salah satu kesenian yang dimiliki Kabupaten Purwakarta.

2) Anggota sanggar mendapat pembinaan dari pelatih untuk senantiasa mencintai dan mengembangkan karya-karya kesenian tradisional Indonesia agar tidak terkikis oleh seni budaya asing. 3) Anggota sanggar memperoleh pemahaman akan pentingnya

melestarikan kesenian tradisional agar bangsa Indonesia tidak kehilangan karakter aslinya sebagai bangsa yang berbudaya dan mampu menghargai seni budaya yang ada.

b. Pelatih/Pembina

1) Pelatih/Pembina diharapkan mampu memberikan bimbingan dan membina karakter peserta melalui kesenian.

(23)

c. Sanggar Leuweung Seni

1) Pihak sanggar dapat menjadi salah satu wadah dan fasilitator yang mampu bersama-sama membina karakter peserta sebagai warga negara Indonesia melalui Kesenian Genye

2) Pihak sanggar dapat memberikan bekal pengetahuan dan kesempatan kepada para generasi muda dalam mengembangkan potensi dan kreasi dalam bidang kesenian guna mengembangkan dan melestarikan kesenian Indonesia untuk masa sekarang dan yang akan datang.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi berisi rincian tentang urutan penulisan pada setiap bab, adapun dalam skripsi ini terdiri atas lima bab dengan urutan sebagai berikut:

1. BAB I Pendahuluan

Pendahuluan merupakan bagian awal penulisan skripsi, yang memaparkan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

2. BAB II Kajian Pustaka

Kajian pustaka memiliki peranan penting, yakni sebagai landasan teoritik dalam analisis temuan. Pada bab ini dipaparkan mengenai teori dan konsep tentang pambinaan karakter, kajian tentang latar belakang dan bentuk penyajian Kesenian Genye, serta kajian tentang Kesenian Genye dalam konteks PKN.

(24)

Pada bab inipeneliti menjelaskan mengenai pertimbangan dalam melakukan metedologi penelitian yang sesuai dengan fokus penelitian yang ingin diteliti.

4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini memuat dua hal utama yaitu pengolahan atau analisis data dan pembahasan atau analisis temuan, yakni memaparkan tentang deskripsi terhadap lokasi penelitian dan pembahasan hasil penelitian

5. BAB V Simpulan dan Saran

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Sanggar Leuweung Seni Kabupaten Purwakarta. Pemilihan lokasi ini dilihat dari permasalahan yang disesuaikan dengan penelitian, yakni mengenai pembinaan karakter anggota sanggar leuweung seni melalui kesenian genye. Alasan pemilihan lokasi ini adalah:

a. Sebagai salah satu kabupaten hasil pemekaran dari Subang dan Karawang, kebudayaan yang dimiliki oleh Kabupaten Purwakarta sangatlah sedikit, karena banyak kebudayaan-kebudayaan daerah yang telah dipatenkan oleh Subang dan Karawang sehingga menyebabkan Kabupaten Purwakarta tidak memiliki kebudayaan daerah. Hal ini menyebabkan seniman-seniman Purwakarta menciptakan kreasi seni baru sebagai ikon dan kebudayaan daerah Kabupaten Purwakarta, yaitu Kesenian Genye.

b. Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa Sanggar Leuweung Seni merupakan satu-satunya sanggar yang dijadikan tempat pelatihan dan pembinaan dari Kesenian Genye tersebut yang diyakini mempunyai pengaruh besar dalam pembinaan karakter anggota sanggar tersebut.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sehingga memerlukan data-data atau informasi dari beberapa sumber yang dapat memberikan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Maka subjek penelitian yang dapat dijadikan sumber data atau informasi yang sesuai dengan pendapat Nasution (2003, hlm.32) menyatakan bahwa:

(26)

diwawancarai. Sampel dipilih secara “purposive” bertalian dengan purposeatau tujuan tertentu.

Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian dipilih secara purposive yang masih bertalian dengan purpose atau suatu tujuan. Pendapat ini dipertegas oleh Moleong (2010, hlm.181) yang mengemukakan bahwa “pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sample)”.

Berdasarkan uraian ahli di atas, maka yang dijadikan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Pemimpin Sanggar Leuweung Seni 2. Pelatih/pembina Kesenian Genye

3. Anggota Sanggar Leuweung Seni yang mengikuti Kesenian Genye 4. Masyarakat

Jadi dalam pengumpulan data dari responden didasarkan pada ketentuan data dan informasi yang diberikan. Jika beberapa responden yang dimintai keterangan diperoleh hasil yang sama, maka sudah dianggap cukup untuk proses pengambilan data yang diperlukan sehingga tidak perlu lagi meminta keterangan dari responden berikutnya. Penentuan sampel dianggap telah memadai apabila telah sampai pada titik jenuh.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Meleong (2007, hlm.27) berpendapat bahwa:

Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, dan rancangan penelitiannya bersifat sementara serta hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitian.

(27)

mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara sehingga dapat mendalami dan memahami makna interaksi antar manusia secara menyeluruh.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya dalam penelitian kualitatif yang menjadi alat peneliti utama adalah peneliti itu sendiri, hal ini memungkinkan penelitian dapat dilakukan secara mendalam dan memperoleh data secara akurat.

Peneliti memandang bahwa pendekatan kualitatif sangat tepat digunakan dalam penelitian ini. Alasan penggunaan pendekatan kualitatif karena pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini mengenai pembinaan karakter anggota Sanggar Leuweung Seni melalui Kesenian Genyemembutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya kontekstual dan aktual. Maksudnya adalah peneliti membutuhkan sejumlah data lapangan yang berisi masalah-masalah yang nyata terjadi di lapangan dan mencari solusi dalam memecahkan masalah tersebut.

Kedua, pendekatan kualitatif menyajikan secara langsung hakikat

hubungan antara peneliti dengan responden. Ketiga, dalam pendekatan kualitatif yang menjadi instrument utama adalah peneliti itu sendiri, maka pendekatan kualitatif tepat untuk digunakan dalam penelitian ini. Dengan kata lain, pendekatan kualitatif memiliki sifat fleksibilitas yang tinggi, sehingga memudahkan peneliti untuk menyesuaikan situasi yang berubah-ubah dalam penelitian ini.

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berharap dapat melakukan penelitian secara maksimal dan mendalam sehingga peneliti dapat memperoleh data yang valid dan akurat terhadap pelaksanaan pembinaan karakter anggota Sanggar Leuweung Seni di Kabupaten Purwakarta.

C. Metode Penelitian

(28)

Metode deskriptif adalah metode yang memberi penjelasan, baik yang bersifat alamiah maupun insaniah dengan mengungkap karakteristik, eksploratif, hubungan fungsional, dan dampak dari suatu fenomena ataupun peristiwa.

Metode deskriptif merupakan metode yang sangat tepat untuk digunakan dalam penelitian ini, karena dengan menggunakan metode ini peneliti akan mendapatkan penjelasan mengenai fokus masalah yang sedang diteliti yaitu mengenai pembinaan karakter melalui Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni Kabupaten Purwakarta.

D. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari adanya salah tafsir maka dirumuskan penjelasan istilah sebagai berikut:

1. Pembinaan

Menurut Simanjuntak (1990, hm.40) menyatakan:

Pembinaan merupakan upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, terencana, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membantu dan mengembangkan suatu dasar-dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan bakat, kecenderungan, dan keinginan serta kemampuan-kemampuannya sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri, menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesamanya maupun lingkungannya ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri.

2. Karakter

Menurut Budimansyah (2010, hlm.23) “karakter dapat didefinisikan sebagai nilai-nilai kebajikan (tahu nilai kebajikan, mau berbuat baik, dan nyata berkehidupan baik) yang terpateri dalam diri dan terewantahkan dalam perilaku”

3. Kesenian Genye

Menurut Guntari (2014) mengemukakan bahwa:

(29)

memiliki makna kesatuan dan kebersamaan seperti ikatan sapu lidi yang dapat membersihakan lahir dan batin masyarakat Purwakarta.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2012, hlm.308).

Supaya data yang diperoleh dari lapangan akurat dan valid, maka teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Hadi (dalam Sugiyono,2011,hlm.166) mengemukakan bahwa

“observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”.

Senada dengan pendapat di atas, Nasution (2003,hlm.56)

mengemukakan bahwa “observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para

ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi”.

Data observasi diharapkan lebih faktual mengenai situasi dan kondisi kegiatan penelitian di lapangan. Oleh karena itu, keberadaan peneliti secara langsung di lapangan dapat memberikan kesempatan yang luas untuk mengumpulkan data yang dijadikan dasar untuk mendapatkan data yang lebih terinci dan akurat.

Alwasilah (dalam Satori dan Komariah, 2012, hlm.107) menjelaskan perlunya observasi dalam penelitian kualitatif, yaitu:

(30)

kultural. Ini cenderung dianggap biasa-biasa saja terutama oleh anggota masyarakatnya sendiri. Mereka baru sadar akan kode dan aturan itu manakala dihadapkan pada peneliti dari luar budayanya sendiri.

b. Tugas peneliti kualitatif adalah mengeksplisitkan aturan dan kode itu sesuai dengan konteks keterjadian tingkah laku dalam persepsi emik para responden.

c. Budaya adalah pengetahuan dan pengalaman kolektif para anggotanya. Untuk berfungsi maksimal dalam suatu budaya, setiap anggota masyarakat harus mempraktikan rutinitas budayanya sesuai dengan aturan-aturan tadi.

Nasution (2003, hlm.57) menyatakan bahwa:

Setiap pengamatan harus selalu kita kaitkan dua hal, yakni informasi (misalnya apa yang terjadi) dan konteks (hal-hal yang berkaitan di sekitarnya). Segala sesuatu terjadi dalam dimensi waktu dan tempat tertentu. Informasi yang dilepaskan dari konteksnya akan kehilangan makna. Jadi makna sesuatu hanya diperoleh dalam kaitan informasi dengan konteksnya.

(31)

2. Wawancara

Wawancara menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2012, hlm.316) adalah “pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu”. Sejalan dengan pendapat di atas, Moleong (2007, hlm.186) mengemukakan bahwa:

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Menurut Nasution (2003, hlm.73), tujuan wawancara untuk “mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi”.

Jadi dengan wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Wawancara yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur sehingga pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berupa pertanyaan-pertanyaan garis besar yang memungkinkan responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban serta memungkinkan wawancara dilakukan secara mendalam.

(32)

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Arikunto (1998, hlm.236) mengatakan bahwa “metode dokumentasi merupakan salah satu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”.

Dengan teknik dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi peneliti memperoleh informasi dari macam-macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan dalam bentuk peninggalan budaya, karya seni dan karya pikir.

Data yang diperoleh dari studi dokumentasi yang diambil oleh peneliti yaitu berupa gambar-gambar kegiatan di Sanggar Leuweung Seni, keadaan sanggar, sarana dan prasarana sanggar, pelatihan Kesenian Genye, dan pelaksanaan dari Kesenian Genye itu sendiri.

4. Catatan Lapangan

Pada waktu berada di lapangan, peneliti membuat catatan, setelah pulang ke rumah atau selesai melakukan pengamatan atau wawancara barulah menyusun catatan lapangan secara utuh. Catatan yang dibuat di lapangan sangat berbeda dengan catatan lapangan. Pada saat peneliti melakukan wawancara atau pengamatan digunakan alat bantu berupa catatan/buku kecil/notes untuk membantu mengingat hal-hal yang dikemukakan/terjadi atau ada istilah/kata-kata sulit. Catatan saat pengumpulan data ini berupa coretan seperlunya yang sangat dipersingkat (bisa steno), berisi kata-kata inti, frase, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa, sosiogram, diagram, dan lain-lain (Satori dan Komariah, 2012, hlm.179).

(33)

dilakukan setiap kali selesai mengadakan pengamatan, wawancara, tidak boleh dilalaikan karena akan tercampur dengan informasi lain dan ingatan seseorang itu sifatnya terbatas.

Bogdan dan Biklen (dalam Satori dan Komariah, 2012, hlm.179) menyatakan bahwa:

After returning from each observation, interview, or other research session, the researcher typically writes out, proferably on a word processor or computer, what happened. He or she renders a description of people, objects, places, events, activities, and conversations. In addition, as part of such notes, the researcher will record ideas, strategies, reflections, and hunches, as well as note patterns that emerge. These are fieldnotes: the written account of what the researcher hears, sees, experiences, and thinks in the course of collecting and reflecting on the data in a qualitative study.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.

Catatan lapangan berfungsi sebagai jantungnya penelitian, karena tanpa catatan lapangan tidak akan diperoleh data yang lengkap dan terpercaya untuk disusun dalam laporan penelitian. Catatan lapangan menjadi bukti dilakukannya penelitian dan menunjukkan kesiapan peneliti, kapan saja dan di mana saja penelitiannya akan dikonfirmasi dan diaudit.

Adapun catatan lapangan yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini adalah catatan langsung mengenai sejarah Kesenian Genye, makna dari komponen atau pelakonan dari Kesenian Genye, proses pelatihan dan pelaksanaan Kesenian Genye.

5. Studi Literatur

(34)

dimaksudkan untuk memperoleh data teoritis yang sekiranya dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian dan dapat menunjang hasil dari penelitian tersebut.

Tujuan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis ini yaitu untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, dan mengkaji literatur-literatur yang berhubungan dengan pembinaan karakter anggota melalui kesenian tradisional.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Bogdan dan Biklen (dalam Satori dan Komariah, 2012, hlm.201) mengemukakan bahwa:

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menentukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Senada dengan pendapat di atas, Sugiyono (2012, hlm.333) mengungkapkan analisis data sebagai berikut:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

(35)

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan pada awal proses penelitian serta pada akhir penelitian. Senada dengan hal tersebut Nasution (2003, hlm.129) mengemukakan “dalam penelitian kualitatif analisis data harus dimulai sejak awal. Data yang diperoleh dalam lapangan segera harus dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis”.

Berdasarkan pendapat di atas, dalam pengolahan data dan menganalisis data, peneliti menggunakan model Milles dan Hubermandengan langkah-langkah sebagai berikut:

Periode Pengumpulan Data ………

Reduksi Data

Antisipasi Selama Setelah

Display Data

Analisis

Selama Setelah

Kesimpulan/verifikasi

Selama Setelah

Gambar 3.2

Flow Model Milles dan Huberman

Berdasarkan gambar di atas, aktivitas analisis data Milles dan Huberman tediri atas: reduksi data, display data dan kesimpulan/verifikasi yang dilakukan secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya mencapai jenuh.

(36)

Gambar 3.3

Interactive Model Milles dan Huberman

1. Reduksi Data

Menurut Sugiyono (2009, hlm.247) “mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal yang penting, dicari tema dan

polanya”. Penelitian ini memfokuskan pada pembinaan karakter. Penelitian ini

dibutuhkan informasi dari pembina/pelatih kesenian genye dan anggota sanggar leuweung seni untuk mendapatkan data yang relevan, sehingga mempermudah pemahaman tentang proses pembinaan karakter melalui kesenian genye.

2. Display Data

Menurut Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2009, hlm.249) “the most frequent from of display data for qualitative research data in the past has been narrative text” (yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif). Penelitian ini akan menyajikan hasil penelitian berupa narasi yang akan memaparkan akan pembinaan karakter anggota sanggar leuweung seni melalui kesenian

Data Collection

Conclusion

Drawing/verification Data

Reduction

Data

(37)

Dalam memperkuat penelitian ini Sugiyono (2009, hlm.249) menyampaikan bahwa “dalam melakukan display data, selain dengan teks naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jaringan kerja) dan chart”. Dengan adanya grafik, matrik, networking dan chart akan mempermudah dalam menganalisis sehingga mempermudah mengambilan kesimpulan yang dapat menghasilkan teori-teori yang sesuai dengan tujuan penelitian ini.

3. Kesimpulan/Verifikasi

Setiap akhir laporan penelitian ada yang disebut dengan kesimpulan. Menurut Sugiyono (2009, hlm.252) mengemukakan bahwa:

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

Pengambilan kesimpulan dalam penelitian ini dapat menggambarkan pembinaan karakter anggota sanggar leuweung seni melalui kesenian genye sehingga mendapatkan penemuan baru yang belum pernah ada sebelumnya. G. Pengujian Keabsahan Data

Sugiyono (2012, hlm.364) mengatakan bahwa:

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan tersebut meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (objektivitas).

1. Credibility (Validitas Internal)

Hasil penelitian kualitatif seringkali diragukan karena dianggap tidak memenuhi syarat validitas dan reabilitas, oleh sebab itu ada cara-cara memperoleh tingkat kepercayaan yang dapat digunakan untuk memenuhi kriteria kredibilitas (validitas internal). Menurut Sugiyono (2009, hlm.368) cara yang dapat dilakukan untuk mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya yaitu antara lain:

(38)

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk rapportmaka telah terjadi kewajaran dalam penelitian di mana kehadiran peneliti tidak lagi mengganggu perilaku yang dipelajari.

Berdasarkan kutipan di atas, perpanjangan pengamatan dilakukan peneliti untuk mengecek kembali apakah data yang telah diberikan selama ini merupakan data yang sudah benar atau tidak. Bila data yang diperoleh selama ini setelah dicek kembali pada sumber data asli atau sumber data lain ternyata tidak benar maka peneliti melakukan pengamatan lagi secara lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang pasti kebenarannya. Namun, bila setelah dicek kembali ke lapangan data sudah benar maka waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.

b. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Menurut Sugiyono (2009, hlm.371) “sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti”.

(39)

mengenai pembinaan karakter anggota sanggar leuweung seni melalui kesenian genye.

c. Triangulasi

Menurut Sugiyono (2012, hlm.369), “Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagi sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu”. Sehubungan dengan kutipan tersebut, triangulasi dilakukan untuk pengecekkan kembali data-data hasil penelitian. Teknik triangulasi ini terbagi atas triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber.

Sugiyono (2012, hlm.370) mengatakan bahwa “triangulasi sumber untuk menguji data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber”. Sehubungan dengan kutipan tersebut, triangulasi sumber untuk menguji kredibiltas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, yaitu melalui pemimpin Sanggar LeuweungSeni,pembina/pelatih Kesenian Genye, dan anggota sanggar yang

mengikuti Kesenian Genye.

d. Menggunakan Bahan Referensi

Sugiyono (2012, hlm.372) mengemukakan bahwa:

Yang dimaksud dengan bahan referensi di sini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto.

(40)

e. Mengadakan Member Chek

Sugiyono (2012, hlm.372) mengatakan bahwa:

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

Uraian di atas menjelaskan bahwa setelah penelitian awal dilakukan, untuk lebih meyakinkan maka peneliti kembali mewawancarai beberapa sumber agar data yang didapat benar-benar valid dan dapat diterima. Oleh sebab itu, peneliti menggunakan member checkkepada subjek penelitian diakhir kegiatan penelitian lapangan tentang fokus yang diteliti, yakni mengenai pembinaan karakter anggota Sanggar LeuweungSeni melalui Kesenian Genye.

2. Transferability (Validitas Eksternal)

Transferability digunakan dalam pengujian hasil penelitian dengan mengacu kepada sejauh mana hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks sosial lain. Oleh karena itu, agar orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif yang peneliti lakukan sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian ini pada kesempatan yang berbeda, maka peneliti dalam membuat laporan memberikan uraian yang rinci, jelas dan sistematis.

Dengan demikian peneliti berharap pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian ini, sehingga dapat menentukan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.

3. Dependability (Reliabilitas)

(41)

4. Confirmability (Obyektivitas)

Mengenai konfirmability peneliti menguji hasil penelitian dengan mengaitkannya dengan proses penelitian yang dilakukan di lapangan dan mengevaluasi hasil penelitiannya, apakah hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan atau tidak.

H. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian harus melalui beberapa tahapan-tahapan penelitian terlebih dahulu, berikut adalah tahapan-tahapan-tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan oleh peneliti:

1. Tahap Pra Penelitian

Dalam tahap pra penelitian peneliti melakukan persiapan yang diperlukan sebelum terjun ke dalam kegiatan penelitian. Penyusunan rancangan penelitian, pertimbangan masalah penelitian, lokasi penelitian dan pengurus perijinan merupakan kegiatan tahap pra penelitian ini.

Memilih masalah serta menentukan judul dan lokasi penelitian merupakan kegiatan pertama dalam tahap pra penelitian. Setelah masalah dan judul dinilai telah mencukupi dan disetujui oleh pembimbing maka peneliti melakukan studi lapangan untuk mendapat gambaran awal mengenai subjek yang akan diteliti. Setelah diperoleh gambaran awal mengenai kondisi subjek penelitian, langkah selanjutnya menyusun proposal penelitian dan pedoman wawancara serta format observasi sebagai alat pengumpul data yang disesuaikan dengan fokus penelitian.

(42)

Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu penulis menempuh proses perijinan sebagai berikut:

a. Mengajukan surat permohonan ijin untuk mengadakan penelitian kepada Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan untuk mendapatkan surat rekomendasinya untuk disampaikan kepada Dekan FPIPS UPI.

b. Mengajukan surat permohonan ijin untuk mengadakan penelitian kepada Pembantu Dekan I atas nama Dekan FPIPS UPI untuk mendapatkan surat rekomendasinya untuk disampaikan kepada Rektor UPI.

c. Pembantu Rektor I atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat permohonan ijin penelitian untuk disampaikan kepada Pimpinan Sanggar Leuweung Seni Kecamatan Ciseureuh Kabupaten Purwakarta. d. Selanjutnya peneliti menyerahkan surat izin dari UPI kepada pihak Sanggar Leuweung Seni, kemudian meminta surat balasan dari pihak sanggar yang menyatakan bahwa peneliti telah mengadakan penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan

Setelah selesai tahap persiapan penelitian, dan persiapan-persiapan yang menunjang telah lengkap, maka peneliti langsung terjun ke lapangan untuk melaksanakan penelitian. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti sebagai instrumen utama dibantu oleh pedoman observasi dan pedoman wawancara antara peneliti dengan responden. Pedoman wawancara yang peneliti persiapkan untuk pemimpin Sanggar Leuweung Seni, penggagas kesenian genye, pelatih/pembina Kesenian Genye, dan anggota Sanggar Leuweung Seni.

(43)

3. Tahap Analisis Data

Tahap yang terakhir adalah analisis data. Kegiatan analisis data dilakukan setelah data yang diperlukan terkumpul. Pada tahap ini peneliti berusaha mengorganisasikan data yang diperoleh dalam bentuk catatan dan dokumentasi.

(44)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitan yang telah dipaparkan dalam BAB IV, maka pada BAB V ini peneliti akan merumuskan beberapa simpulan hasil penelitian untuk dijadikan sebagai kesimpulan penelitian ini. Selanjutnya, pada bagian akhir, peneliti mengajukan saran atau rekomendasi kepada pihak yang terkait. Adapun kesimpulan dan saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Simpulan

1. Simpulan Umum

Sanggar Leuweung Seni merupakan salah satu sanggar terbaik yang ada di Purwakarta, sanggar ini menciptakan karya-karya yang luar biasa salah satunya yaitu Kesenian Genye. Kesenian Genye ini adalah kreasi seni baru yang berawal dari gagasan Drs. Deden Guntari dan berkembang menjadi suatu karya yang kaya akan makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kesenian Genye yang kini menjadi ikon dari Purwakarta itu telah meraih sejumlah prestasi yang membanggakan dan membawa harum nama Kabupaten Purwakarta di kancah kebudayaan nusantara.

2. Simpulan Khusus

Adapun simpulan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Nilai-nilai yang terkandung dalam pelakonan Kesenian Genye diantaranya

nilai religius yang terdapat dalam penari belok. Nilai religius, nilai kerja keras, nilai disiplin, dan nilai karakter tanggung jawab terdapat dalam tokoh pandita. Selain itu nilai cinta damai terdapat dalam penari genye, raja genye dan penari nyere. Nilai karakter cinta tanah air dan nilai kerja keras terdapat dalam penari pencak silat. Dan yang terakhir penari umbul-umbul yang mempunyai nilai karakter cinta tanah air.

(45)

mengsosialisasikan aturan dan konsep pertunjukan kepada anak-anak yang akan mengikuti Kesenian Genye. Kemudian pembinaan dilanjutkan melalui proses latihan, dimana dalam proses ini anak akan dilatih secara disiplin dan tegas sehingga anak menjadi lebih disiplin, mandiri dan mempunyai mental yang bagus. Setelah proses pelatihan, anak akan dibina melalui pementasan Kesenian Genye yang lebih mengajarkan anak untuk lebih sabar dikarenakan pementasan genye ini tidak mengenal siang atau malam, panas atau dingin, serta terik atau hujan. Dalam pementasan, anak juga akan lebih bertanggung jawab karena mereka mempunyai tanggung jawab masing-masing terhadap tugas yang harus mereka jalani selama pementasan. Tidak sampai disitu, pembinaan juga berlangsung ketika diadakan evaluasi oleh pihak sanggar dimana dalam evaluasi tersebut adalah tempat untuk melihat sejauh mana keberhasilan pembinaan karakter yang dilakukan serta tempat untuk berdiskusi antara pihak sanggar dan anggota yang dibina. Setelah menempuh proses pembinaan, anggota Sanggar Leuweung Seni akan memiliki karakter-karakter yang diharapkan seperti mandiri, toleransi, disiplin, bekerja keras, bergotong royong, saling menghargai, dan bertanggung jawab

c. Hambatan yang dihadapi dalam proses pembinaan karakter yaitu: 1) Faktor internal:

Terbenturnya waktu antara latihan dengan kepentingan lainnya seperti kepentingan keluarga dan sekolah, kemudian hambatan yang lainnya yaitu cuaca terutama ketika hujan turun yang dapat menyebabkan terhentinya latihan dan yang terakhir yaitu konflik antar sesama anggota yang memiliki rasa kecemburuan sosial ketika ia tidak diikutsertakan dalam pementasan.

2) Faktor eksternal:

(46)

d. Solusi yang diberikan yaitu bersikap bijaksana dalam menghadapi hambatan, pemberian surat dispensasi, peminjaman tempat kepada pihak yang bekerja sama dengan sanggar, serta memberikan motivasi dan pengertian kepada anggota yang mempunyai rasa kecemburuan sosial terhadap sesama anggota.

e. Kesenian Genye belum berpengaruh terhadap perilaku masyarakat, hal ini disebabkan karena masyarakat hanya sebatas menonton dan mengenal genye sebagai pertunjukan yang mempunyai daya pikat tersendiri bukan sebagai media untuk merubah karakter mereka.

B. Saran

Terdapat beberapa saran yang peneliti berikan kepada pihak-pihak yang terkait dalam mengembangkan pendidikan dimasa yang akan datang. Adapun beberapa saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Untuk Guru PKn

a. Nilai-nilai karakter yang terdapat dalam sebuah kebudayaan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran PKn di sekolah karena dengan mengenalkan nilai-nilai karakter tersebut dapat membentuk karakter siswa ke arah yang lebih baik.

b. Guru PKn diharapkan memberikan materi ajar tentang pendidikan karakter secara lebih mendalam karena pendidikan karakter merupakan salah satu pendukung tujuan PKn yaitu untuk membentuk karakter warga Negara yang baik.

2. Untuk Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

(47)

3. Untuk Sanggar Leuweung Seni

Untuk Sanggar Leuweung Seni diharapkan dapat memaksimalkan tingkat kedisiplinan dalam membina karakter anak melalui Kesenian Genye dan agar memiliki pelatih tetap sehingga pelatih dapat lebih loyal kepada tugas yang diembannya.

4. Untuk PEMDA Purwakarta

PEMDA Purwakarta diharapkan dapat memiliki kerjasama yang baik dengan Sanggar Leuweung Seni agar dapat membangun hubungan yang lebih baik satu sama lainnya dan dapat mematenkan Kesenian Genye menjadi kesenian daerah asal Kabupaten Purwakarta.

5. Untuk peneliti selanjutnya

(48)

Barnawi dan Arifin (2008) Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Budimansyah, D. (2012) Demensi-Dimensi Praktik Pendidikan Karakter. Bandung: Widya Aksara Press

(2010) Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press

(2013) Refleksi Pembangunan Karakter Bangsa. Bandung: Program Studi Pendidikan Umum

dan Suryadi, A. (2009) Paradigma Pembangunan Pendidikan Nasional. Bandung: Widya Aksara Press

dan Suryadi, K. (2008) PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPS UPI

Caturwati, E. (1997) Tata Rias dan Busana Tari Sunda. Bandung: STSI PRESS BANDUNG

Caturwati, E. (2008) Tradisi Sebagai Tumpuan Kreativitas Seni. Bandung: Sunan Ambu Press-STSI

Darwis, R. (2003) Pendidikan Hukum Dalam Konteks Sosial-Budaya Bagi Pembinaan Kesadaran Hukum Warga Negara (Dalam Pengukuhan Guru

Besar Tetap). Depdiknas UPI. Bandung

Elmubarok, Z. (2009) Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta

Feist, J. dan Gregory (2002) Theories of Personality. USA: McGraw-Hall Companies

(49)

Lickona, T. (2013) Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility. Jakarta: PT Bumi Aksara

Megawangi, R. (2004) Pendidikan Karakter (solusi yang tepat untuk membangun bangsa). Jakarta: Star Energi

Moleong, L. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya Mu’in, F. (2011) Pendidikan Karakter Kontruksi Teoritik dan Praktik. Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media

Nasution (2003) Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Ronnie, D. (2006) The Power of Emotional & Adversity Quetient for Teachers.

Bandung: Hikmah

Samani, M. Dan Hariyanto (2012) Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Posdakarya

Saptono (2011) Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter. Jakarta: Erlangga

Satori, D. dan Komariah, A. (2012) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Simanjuntak, B. dan Pasaribu (1990) Membina dan Mengembangkan Generasi Muda. Bandung: Tarsito

Sugiyono (2009) Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

(2012) Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta

Sujarwa (2011) Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Supardan, D. (2008) Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: PT. Bumi Askara

(50)

Fitria-Ulfha, I.(2012) Pembinaan Karakter Melalui Seni Tradisional (Studi Kasus di SMK Negeri 10 Bandung). Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak

diterbitkan

Nurhakim, A. (2013) Membangun Karakter Warga Negara Melalui Pemberdayaan Potensi Pemuda Berbasis Kearifan Lokal. Skripsi pada

FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Gambar

Gambar 3.1  Tiga Komponen Pokok Dalam Observasi
gambar dibawah ini,

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

[r]

[r]

Bentuk gotong royong tolong menolong yang masih di pertahankan diantaranya berada di lingkungan RT 07 dimana ketika ada warganya akan membangun rumah tetangga

SARWITA LESTARI PANJAITAN : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Aksesi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L .) Lokal Humbang Hasundutan Pada Berbagai Dosis Iradiasi Sinar

[r]

Pengaruh iradiasi sinar gamma pada tanaman bawang merah dalam peubah amatan bobot segar umbi dan bobot kering umbi, pertumbuhan dan hasil umbi tanaman kontrol lebih baik