• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Merujuk pada hasil temuan dan pembahasan penelitian yang telah dijelaskan pada bab IV, maka dapat dirumuskan beberapa simpulan sesuai pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun di kecamatan Cibeber

Pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang ada di kecamatan Cibeber ini secara umum belum adanya pemerataan. Perluasan kesempatan untuk memperoleh pendidikan melalui wajib belajar 9 tahun ini belum sepenuhnya bisa diperoleh masyarakat khususnya yang berada di wilayah perkampungan.

Pelaksanaan wajib belajar sendiri dilaksanakan melalui jalur formal yakni SD/MI dan SMP/MTs, dan juga pada jalur non-formal yaitu melalui program Paket A dan Paket B. Proses pembelajaran pada jalur formal ini belum diimbangi oleh peningkatan kualitas pembelajaran yang didasari oleh faktor motivasi belajar anak yang berkurang, tidak adanya perhatian dari orangtua, kurangnya alat peraga pembelajaran dan juga masih banyak kelas gemuk.

Pelaksanaan wajib belajar pada jalur non-formal melalui program Paket A dan B ini pembelajarannya lebih bersifat santai dibandingkan dengan sekolah formal, yakni waktu pembelajaran yang dilaksanakan setiap dua kali dalam seminggu serta pembelajarannya bersifat tutorial. Program paket A dan B ini tidak memperoleh BOS sehingga siswa program ini masih harus berbayar.

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 Penyelenggaraan program paket A dan B ini berada di bawah tanggung jawab Dinas Pendidikan Bidang Pendidikan Luar Sekolah (PLS)

Pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun ini dijamin oleh terpenuhinya tenaga pendidik, sarana prasarana dan juga biaya operasional. Tenaga pendidik untuk mendukung program wajib belajar 9 tahun ini jumlahnya telah memenuhi kebutuhan, namun terkendala oleh penyebarannya yang belum merata. Sehingga masih berpusat pada wilayah perkotaan sedangkan di wilayah perkampungan dan pelosok masih banyak sekolah yang kekurangan guru. Kualitas dari tenaga pendidik juga saat ini belum baik karena masih ada lulusan SMA dan SMK yang mengajar menjadi sukwan di sekolah-sekolah.

Jaminan sarana prasarana sampai saat ini masih terus dilakukan dengan membangun ruang kelas baru untuk sekolah yang kekurangan unit kelas. Sehingga tidak ada lagi kelas gemuk yang akan mengakibatkan terganggunya proses belajar mengajar. Selain itu beberapa sekolah juga masih belum memiliki alat peraga pembelajaran khususnya untuk pelajaran Matematika dan IPA.

Biaya operasional yang diberikan kepada sekolah pelaksana wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun penggunaannya disesuaikan dengan aturan yang termasuk ke dalam 13 unsur yang boleh menggunakan dana BOS. Alur distribusi dari BOS sendiri adalah dari Pusat kemudian ke Kas daerah kemudian langsung ke sekolah.

2. Peranan tokoh masyarakat dalam Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun di kecamatan Cibeber

Tokoh masyarakat memiliki peranan dalam pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun di kecamatan Cibeber, namun memang upaya yang dilakukan oleh para tokoh masyarakat ini belum efektif. Pengawasan yang dilakukan oleh tokoh masyarakat yakni dengan melakukan himbauan kepada masyarakat untuk turut serta menyukseskan pelaksanaan wajib belajar pendidikan sembilan tahun. Himbauan yang disampaikan adalah supaya masyarakat

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 khususnya para orang tua dapat menyekolahkan anaknya minimal hingga tingkat SMP. Penyampaiannya dilakukan di dalam forum pengajian, kegiatan keagamaan dan kegiatan kemasyarakatan.

Selain melakukan pengawasan, tokoh masyarakat juga mendukung pelaksanaan wajib belajar 9 tahun dengan jalan:

a. melakukan sosialisasi wajib belajar kepada masyarakat,

b. melakukan pendekatan kepada orangtua siswa agar bersedia untuk menyekolahkan anaknya hingga tingkat SMP,

c. memberikan pemahaman akan pentingnya pendidikan dan juga

d. berperan aktif dalam tim wajar dikdas tingkat kecamatan, desa, RW maupun RT.

Namun walaupun telah dilakukan berbagai upaya yang mendukung pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun, ternyata peranan tokoh masyarakat ini masih belum cukup kuat karena peranan orangtua dan keluarga lebih dominan dalam menentukan keberlanjutan pendidikan anak.

3. Faktor Sosial yang Mempengaruhi Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun

Faktor sosial yang mempengaruhi pelaksanaan wajib belajar pendidikan diantaranya adalah interaksi sosial, mobilitas sosial dan stratifikasi sosial. Interaksi sosial antara anak dengan orangtua kurang terjalin secara intensif karena keadaan orangtua yang merantau ke luar kota dan luar negeri menjadi TKI, sehingga anak kurang mendapatkan perhatian dalam perkembangan belajarnya. Hal ini mengakibatkan anak tidak memiliki motivasi untuk belajar yang pada akhirnya dapat menimbulkan tidak adanya keinginan belajar dan untuk bersekolah. Terdapat proses peniruan terhadap lingkungan sekitarnya yang dilakukan oleh anak. Anak mengikuti lingkungannya yang terdiri dari anak-anak yang tidak melanjutkan sekolah.

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 Masyarakat kecamatan Cibeber melakukan mobilitas dengan pergi ke luar kota dan juga luar negeri menjadi TKI untuk memperbaiki keadaan perekonomian, namun karena latar belakang pendidikannya adalah SD dan SMP sehingga jenis pekerjaan yang diperoleh memang tidak dapat mendapatkan pekerjaan dengan upah tinggi.

Pelapisan sosial masyarakat berdasarkan pada kekayaan memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, dimana golongan kaya yang memiliki kesempatan lebih dalam memperoleh pendidikan. Sedangkan golongan masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan masih ada yang belum dapat melaksanakan wajib belajar 9 tahun dikarenakan oleh tidak adanya biaya.

4. Faktor Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun

Nilai-nilai budaya yang masih melekat pada masyarakat kecamatan Cibeber mengenai pendidikan yakni anak tidak akan sekolah pada hari jumat, saat masa panen dan tandur tiba. Terdapat pula nilai yang melekat pada masyarakat bahwa pendidikan didasarkan pada unsur gender, dimana perempuan cenderung sulit untuk memperoleh kesempatan pendidikan karena menyesuaikan kodrat perempuan sebagai ibu dan istri yang nantinya harus mengurus keluarga.

Unsur mata pencaharian, organisasi sosial, ilmu pengetahuan dan sistem religi juga mempengaruhi pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Mata pencaharian masyarakat yang tidak memiliki ijasah tinggi cenderung tidak akan dapat memperoleh pekerjaan dengan upah yang tinggi. Hal ini dikarenakan suatu pekerjaan di industri besar harus memiliki ijasah pendidikan formal minimal SMA.

Terdapat nilai yang dianut oleh masyarakat bahwa ilmu pengetahuan menjadi hal yang penting diperoleh anak, dan yang lebih utama adalah pendidikan pesantren dibandingkan pendidikan formal di sekolah. Sehingga mereka lebih

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 mengutamakan memasukkan anak ke pesantren dibandingkan sekolah formal. Hal ini berhubungan dengan masyarakat yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai religi, sehingga mengupayakan anaknya untuk memperoleh pendidikan agama yang lebih mendalam di pesantren.

Organisasi sosial turut mendukung kegiatan pendidikan dan juga wajib belajar 9 tahun dan mengupayakan partisipasi pendidikan masyarakat walaupun belum ada organisasi masyarakat yang khusus menangani pendidikan.

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014

B. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini merekomendasikan beberapa hal yang berkaitan dengan analisis sosial budaya yang mempengaruhi pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, antara lain sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah perlu melakukan pemerataan pendidikan ke daerah-daerah pelosok yang salah satunya dapat dilakukan dengan pembangunan sekolah- sekolah di daerah pelosok sehingga anak yang berada di wilayah tersebut dapat bersekolah tanpa terkendala oleh jarak sekolah yang jauh. Selain itu pula penempatan guru juga harus diutamakan terlebih dahulu di wilaya pelosok yang saat ini banyak kekurangan guru. Pemerintah juga sepatutnya memberikan pengawasan terhadap berjalannya tim percepatan wajar dikdas yang ada di kecamatan maupun desa sehingga tetap dapat berjalan dan melaksanakan kewajibannya.

2. Tokoh masyarakat harus dapat lebih berperan aktif dalam mengawasi pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun sehingga akan berjalan dengan lebih baik bila mendapat pengawasan dan dukungan langsung dari masyarakat. Masyarakat sebagai agen pengendali bagi berjalannya wajib belajar ini, sehingga peranannya untuk mengawasi adalah salah satu upaya untuk menghindari adanya penyimpangan dalam proses pelaksanaan wajar dikda sendiri. Selain itu seluruh elemen masyarakat dengan dimotori oleh tokoh-tokoh yang ada dapat mendukung pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun ini dengan saling bekerja sama.

3. Orangtua hendaknya memberikan perhatian kepada perkembangan belajar anak serta memberikan motivasi belajar kepada anak sehingga anak akan memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Selain itu orangtua hendaknya memberikan dukungan dalam menyukseskan wajib belajar anak yang harus diselesaikan minimal sampai pada tingkat SMP. Selain itu juga hendaknya

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 orangtua melakukan pengawasan terhadap pergaulan anak yang bisa memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar anak dan juga keinginan anak untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Untuk pemerintah terkait dengan masih tingginya kesenjangan yang ada pada masyarakat Cibeber, sehingga mengupayakan untuk membangun sarana pendukung seperti perbaikan akses jalan sehingga tidak akan menghambat mobilitas yang terjadi dalam masyarakat. Selain itu mengupayakan tidak adanya ketimpangan status sosial dengan meratakan kegiatan perekonomian tidak hanya berpusat di satu wilayah. Sehingga keadaan ekonomi warga yang berada di wilayah pelosok juga dapat meningkat.

4. Memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pendidikan sebagai unsur yang penting yang harus dimiliki oleh setiap individu baik itu perempuan dan laki-laki, sehingga tidak ada lagi perbedaan perlakuan yang berdasarkan pada gender dalam kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Serta mensosialisasikan kembali mengenai pentingnya pendidikan formal yang juga diimbangi dengan pendidikan agama, dan hal ini telah ada solusinya yakni sekolah yang juga plus dengan pesantren.

5. Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian lanjutan yang dapat menambah keakuratan data yang diperoleh sehingga dapat dijadikan acauan bagi pemerintah untuk melakukan upaya-upaya antisipasi dan terobosan baru dalam menyukseskan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun ini.

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 157

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Ahmadi, A. (2003). Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Badan Pusat Statistik. (2012). Kecamatan Cibeber dalam Angka tahun 2012. Cianjur: BPS

Bungin, B. (2010). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Cresswell, J. W. (2008). Research Design: Qualitative & Quantitative

Approaches. London: SAGE Publication.

Danial, E. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan, Universitas Pendidikan Indonesia

Emzir. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers.

Kamsori, E.M. (2007). Penyuluhan dan Pembinaan Wajar Dikdas 9 Tahun

sebagai Upaya Peningkatan Mutu Peningkatan IPM Jawa Barat. Bandung:

UPI.

Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta Martono, N. (2010). Pendidikan Bukan Tanpa Masalah. Yogyakarta: Gava Media Miles, M dan Huberman, AM. (2007). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber

tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moleong, L. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mulyana, D. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nasution. (2010). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Saripudin, D. dan Abdul Razaq Ahmad. (2008). Masyarakat dan Pendidikan

Perspektif Sosiologi. Malaysia: Yayasan Istana Abdul Aziz

Setiadi, E.M. dan Usman Kolip. (2011). Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta

dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 _________. (1993). Kamus Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo

Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

_______ . (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, N. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Supardan, D. (2008). Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan

Struktural. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Surya, M. (2007). Peran Serta Guru dalam Mendukung Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Dalam Awasilah, Chaedar A. dkk. Pendidikan di

Indonesia Masalah dan Solusi. Jakarta: Kedeputian Bidang Koordinasi

Pendidikan, Agama, dan Aparatur Negara.

Suyanto, B. (2010). Masalah Sosial Anak. Jakarta: Prenada Media Group

Zubaedi. (2006). Pendidikan Berbasis Masyarakat Upaya Menawarkan Solusi

Terhadap Berbagai Problem Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sumber Jurnal

Wahyuningsih, N. dan Nikmatul Ma’rifah. (2011). Efektivitas Kebijakan

Pemerintah Mengenai Wajib Belajar 9 Tahun Secara Gratis Bagi Kaum Proletar Di Dusun Borah Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. 3.(2), hlm.

202-214

Sumber Tesis

Heryanto, N. (1998). Partisipasi Orangtua dalam Program Wajib Belajar

Pendidikan Dasar 9 Tahun (Kasus di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat). (Tesis). Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sumber Dokumen

Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara

Kebijakan Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur tahun 2013

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Dokumen terkait