• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN : Studi Kasus pada Masyarakat Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN : Studi Kasus pada Masyarakat Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

(Studi Kasus pada Masyarakat Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sosiologi

Oleh

FITRI NUR MILLAH 1002970

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Oleh

Fitri Nur Millah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

 Fitri Nur Millah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)
(4)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014

ABSTRAK

Fitri Nur Millah (1002970) “Analisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun (Studi Kasus pada Masyarakat Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur)”.

Program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun merupakan suatu program pemerintah yang bertujuan untuk memeratakan dan memperluas kesempatan warga untuk memperoleh pendidikan. Upaya untuk perluasan dan pemerataan tersebut salah satunya adalah dengan membebaskan biaya pendidikan hingga tingkat SMP. Namun dalam pelaksanaannya wajib belajar 9 tahun ini masih belum efektif karena masih terdapat anak yang tidak melanjutkan sekolahnya ke tingkat SMP, walaupun secara biaya sudah dibebaskan. Hal ini dikarenakan masih adanya anggapan bahwa sekolah hanya dapat diperoleh oleh golongan-golongan tertentu saja. Selain hal tersebut faktor sosial dan budaya yang melekat di masyarakat juga turut memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor sosial dan budaya yang melatarbelakangi pelaksanaaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun di kecamatan Cibeber serta mendeskripsikan bagaimana peranan tokoh masyarakat dalam mendukung pelaksanaan wajib belajar tersebut.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan metode yang digunakan adalah studi kasus dengan tujuan untuk mengungkapkan fenomena yang terjadi secara mendalam. Teknik pengumpulan data dan informan dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

Temuan penelitian ini adalah: (1) Pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun di kecamatan Cibeber ini masih belum efektif karena belum meratanya penduduk yang dapat memperoleh pendidikan, dan jaminan wajib belajar seperti tenaga pendidik dan sarana prasarana masih berpusat di pusat kecamatan; (2) Peranan tokoh masyarakat dalam penyelenggaraan wajar dikdas 9 tahun ini adalah dengan mengawasi dan mendukung dengan ikut mensosialisasikan program wajar dikdas kepada masyarakat; (3) Faktor sosial yang mempengaruhi pelaksanaan wajar dikdas di kecamatan Cibeber ini diantaranya adalah interaksi yang terjalin antara orangtua, anak dan sekolah; mobilitas sosial yang ditandai dengan banyaknya warga yang merantau ke luar kota dan luar negeri serta startifikasi sosial; (4) Faktor budaya yang mempengaruhi pelaksanaan wajar dikdas 9 tahun adalah adanya nilai-nilai yang melekat di dalam masyarakat seperti perempuan yang cenderung sulit memperoleh kesempatan pendidikan.

(5)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v

(6)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vi

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014

DAFTAR ISI

Pernyataan ... i

Kata Pengantar ... ii

Ucapan Terima Kasih ... iii

Abstrak ... v

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Bagan ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 11

C.Rumusan Masalah ... 12

D.Tujuan Penelitian ... 12

E.Manfaat Penelitian ... 13

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16

A.Konsep Sosial ... 16

1. Interaksi Sosial ... 17

2. Mobilitas Sosial ... 26

3. Stratifikasi Sosial ... 30

B.Konsep Budaya ... 35

1. Wujud Kebudayaan ... 35

2. Unsur Kebudayaan ... 37

3. Nilai Budaya ... 45

C.Wajib Belajar Pendidikan Dasar ... 45

(7)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014

E.Kerangka Pemikiran ... 59

BAB III METODE PENELITIAN ... 61

A.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 61

B.Desain Penelitian ... 63

C.Metode Penelitian ... 63

D.Definisi Operasional ... 66

E.Instrumen Penelitian ... 68

F. Teknik Pengumpulan Data ... 70

G.Tahap Penelitian ... 73

H.Analisis Data ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 78

A.Deskripsi Umum ... 78

B.Deskripsi Hasil Penelitian ... 82

1. Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun ... 82

2. Peranan Tokoh Masyarakat dalam Penyelenggaraan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun ... 99

3. Faktor Sosial yang Mempengaruhi Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun... 104

4. Faktor Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun... 114

C.Pembahasan ... 123

1. Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun ... 123

2. Peranan Tokoh Masyarakat dalam Penyelenggaraan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun ... 1

3. Faktor Sosial yang Mempengaruhi Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun... 1

(8)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu viii

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 151

A.Simpulan ... 151

B.Rekomendasi ... 155

DAFTAR PUSTAKA ... 157

LAMPIRAN ... 159

RIWAYAT HIDUP ... 268

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Presentase Partisipasi Sekolah Di Kabupaten Cianjur Tahun 2011 ... 7

Tabel 1.2 APK dan APM Kecamatan Cibeber tahun 2012 ... 8

Tabel 1.3 Jumlah SD dan SMP di Kecamatan Cibeber ... 8

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 57

Tabel 4.1 Banyaknya Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan dan Desa ... 79

Tabel 4.2 Banyaknya Murid SD dan SMP ... 80

Tabel 4.3 Banyaknya Guru TK dan SD ... 81

Tabel 4.4 Jumlah SD dan SMP berdasarkan desa ... 84

Tabel 4.5 Jumlah Kepala Sekolah dan Guru di Kabupaten Cianjur ... 93

(9)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ix

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Pemerincian Kebudayaan ke dalam Unsur-unsur yang

Khusus ... 38

(10)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu x

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ... 166

Lampiran 2 ... 169

Lampiran 3 ... 181

Lampiran 4 ... 193

Lampiran 5 ... 230

Lampiran 6 ... 238

Lampiran 7 ... 253

Lampiran 8 ... 261

(11)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan seseorang,

karena pendidikan menjadi jembatan untuk memperbaiki kehidupan individu menjadi

lebih baik. Nasution (2010, hlm. 10) menjelaskan mengenai aspek pendidikan dan

pengertian pendidikan:

Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan perilaku anak didik. Pendidikan berhubungan dengan transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek perilaku lainnya. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-pola perilaku manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat.

Pendidikan sendiri akan diperoleh seseorang melalui berbagai tempat seperti

keluarga, sekolah dan masyarakat. Dikenal adanya tiga bentuk pendidikan yaitu

pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal. Pendidikan

formal diperoleh individu melalui lembaga sekolah, pendidikan informal diperoleh

melalui keluarga sedangkan pendidikan non formal diperoleh melalui masyarakat.

Berdasarkan landasan filisofis dalam Kurikulum 2013 disebutkan bahwa

“Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Untuk mengembangkan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang

bermartabat, pendidikan berfungsi mengembangkan segenap potensi peserta didik

sehingga mampu menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

(12)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 Anak yang telah menamatkan sekolah diharapkan sanggup melakukan pekerjaan

sebagai mata pencaharian atau setidaknya mempunyai dasar untuk mencari nafkah.

Makin tinggi pendidikan, makin besar harapannya memperoleh pekerjaan yang baik.

Ijazah yang diperoleh seseorang melalui pendidikan formal masih menjadi syarat

penting untuk memperoleh pekerjaan dan jabatan, walaupun sebenarnya hal tersebut

tidak menjamin kemampuan seseorang dalam pekerjaannya. Nasution (2010, hlm.

14-17) menyebutkan mengenai fungsi sekolah bagi individu, yakni:

a. Sekolah mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan b. Sekolah memberikan keterampilan dasar

c. Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib d. Sekolah menyediakan tenaga pembangunan

e. Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial f. Sekolah mentransmisi kebudayaan

g. Sekolah membentuk manusia yang sosial

h. Sekolah merupakan alat mentransformasi kebudayaan i. Fungsi-fungsi sekolah lainnya

Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa pendidikan formal menjadi jembatan

bagi individu untuk memperbaiki nasibnya sehingga status sosialnya di dalam

masyarakat tentunya akan menjadi lebih tinggi. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya

pendidikan adalah sebagai sebuah jalan bagi individu untuk dapat memperoleh

kehidupan yang lebih baik. Hal ini berkenaan dengan adanya mobilitas sosial yang

terjadi sebagai hasil dari pelaksanaan pendidikan yang telah dijalankan seseorang

dalam lembaga pendidikan formal yakni sekolah. Mobilitas sosial dapat berupa

peningkatan atau penurunan dari segi status dan peranan seseorang atau sekelompok

orang yang biasanya dilihat dari segi penghasilan yang diperolehnya (Setiadi dan

Kolip, 2010, hlm. 503). Melalui sekolah maka individu akan memperoleh

(13)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 dan menghadapi kehidupan dalam masyarakat. Sehingga dengan hal tersebutlah

individu mampu melakukan mobilitas sosial.

Pendidikan sebagai salah satu pilar penting masa depan menjadikan hal tersebut

wajib didapatkan oleh setiap individu. Mengingat sangat pentingnya pendidikan

dalam rangka mencerdaskan anak bangsa pemerintah telah menyelenggarakan

berbagai program yang bertujuan agar seluruh warga dapat memperoleh pendidikan.

Hal tersebut tertuang dalam Pasal 5 ayat 1 dan 5 Undang-undang Republik Indonesia

nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menentukan tentang

hak dan kewajiban warga negara:

1. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.

2. Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.

Bagian hak dan kewajiban warga negara tersebut menyiratkan bahwa seluruh

warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan tanpa terkecuali, namun pada

kenyataannya dalam memperoleh pendidikan seringkali terkendala oleh faktor

ekonomi. Sehingga tujuan pendidikan yang menyuluruh tidak mampu terlaksana

dengan baik karena masih terdapat warga yang kurang mampu untuk membiayai

anak-anaknya untuk sekolah. Hal ini menjadi perhatian pemerintah dan praktisi

pendidikan sehingga melahirkan program wajib belajar enam tahun yang dicanangkan

pada tahun 1984 kemudian diperbaharui menjadi sembilan tahun sejak tahun 1994

Pendidikan wajib belajar sembilan tahun merupakan suatu program pemerintah

yang bertujuan untuk memeratakan pendidikan di Indonesia serta sebagai salah satu

upaya untuk menekan angka anak putus sekolah. Mengenai wajib belajar telah

dijelaskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 34 tentang Sisdiknas,

(14)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 1. Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti program wajib

belajar.

2. Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.

3. Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

4. Ketentuan mengenai wajib belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Dicanangkannya Pendidikan Wajib Belajar sembilan tahun sejak 1994 menjadi

salah satu pijakan awal peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, dengan harapan

akan semakin berkurang anak-anak yang putus sekolah dengan alasan ekonomi.

Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga

negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah. Pendidikan

dasar adalah jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah,

berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang

sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs),

atau bentuk lain yang sederajat. Wajib belajar berfungsi mengupayakan perluasan dan

pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi setiap warga

negara Indonesia. Maksud utama dari dicanangkannya wajib belajar adalah agar

anak-anak memiliki kesempatan untuk terus belajar sampai dengan usia 15 tahun, dan

sebagai landasan untuk belajar lebih lanjut baik dijenjang pendidikan lebih tinggi

maupun di dunia kerja dengan kesempatan yang terbuka untuk seluruh warga negara.

Jika melihat sudah adanya pendidikan wajib belajar sembilan tahun ini tentu

tidak ada alasan bagi anak untuk tidak melanjutkan sekolah ke jenjang SMP karena

adanya Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang membebaskan siswa dari iuran

bulanan ke sekolah. Namun ternyata masalahnya tidak sesederhana itu, pelaksanaan

(15)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 biaya sekolah bagi anak. Masih adanya biaya-biaya lain yang tetap harus dibayar oleh

orang tua siswa untuk mendapatkan pendidikan di sekolah seperti seragam sekolah,

alat tulis, dan lain sebagainya. Tujuan adanya pemberian BOS ini sesuai dengan

strategi pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar

Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara

(GNP-PWB/PBA) yaitu:

Menyediakan subsidi untuk kegiatan operasional sekolah dan keperluan siswa agar siswa dapat melanjutkan dan menamatkan pendidikan di SD/SMP/pendidikan yang sederajat tanpa terkendala oleh permasalahan ekonomi, geografi, sosial-budaya, daya tampung dan lain-lain.

Wahyuningsih dan Ma’rifah (2011, hlm. 204) menyebutkan bahwa masyarakat berfikir yang bisa menjadikan mereka kaya itu bukan pendidikan, tetapi kerena kerja

keras dan keuletan mereka bekerja. Adanya pandangan demikian menyiratkan bahwa

pendidikan di kaum ekonomi lemah tidak akan mengalami peningkatkan dan ini akan

mengakibatkan rendahnya kualiatas SDM dan juga berakibat pada pertumbuhan

ekonomi di Indonesia.

Pelaksanaan wajib belajar Sembilan tahun pada kenyataannya tidak hanya terkait

masalah mikro pendidikan seperti ruang kelas yang buruk, jumlah tenaga pendidik

yang kurang, buku mahal dan sebagainya. Namun permasalahan makro yang

menyangkut ekonomi atau kemiskinan, keamanan, sosial dan budaya juga turut

menyumbangkan peranan dalam pelaksanaan wajib belajar Sembilan tahun itu

sendiri.

Melihat permasalahan makro yang telah disebutkan, faktor sosial dan budaya

menjadi faktor penting yang dapat banyak mempengaruhi upaya penuntasan wajib

(16)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 karena pada dasarnya manusia membutuhkan satu sama lain dan menghasilkan

masyarakat. Sedangkan Koentjaraningrat (1990, hlm. 180) mengartikan budaya

sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka

kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Selain itu

Koentjaraningrat (1990, hlm. 203-204) juga menyebutkan bahwa ada tujuh unsur

kebudayaan yaitu;

1) Bahasa 2) Kesenian 3) Sistem religi 4) Sistem teknologi

5) Sistem mata pencaharian 6) Organisasi sosial

7) Sistem ilmu pengetahuan

Realitas sosiokultural atau sosial budaya menurut Setiadi dan Kolip (2010,

hlm.31) merupakan kenyataan-kenyataan atau keadaan sosial budaya yang

menempati daerah atau lingkungan sekitar kehidupan masyarakat. Sehingga faktor

sosial budaya yang mempengaruhi pelaksanaan wajib belajar Sembilan tahun adalah

segala keadaan yang dapat terlihat dan sering terjadi di kehidupan masyarakat

tersebut.

Kondisi pendidikan di suatu wilayah akan banyak dipengaruhi oleh struktur

sosial masyarakat yang ada di wilayah tersebut. Setiadi dan Kolip (2010, hlm. 44)

menyebutkan bahwa struktur sosial merupakan suatu bangunan sosial yang terdiri

dari berbagai unsur pembentuk masyarakat. Unsur-unsur yang dimaksud saling

berhubungan sehingga apabila terjadi suatu perubahan dari salah satu unsur, maka

unsur yang lain akan mengalami perubahan juga. Begitu pun halnya dengan unsur

(17)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 unsur yang berubah maka akan mempengaruhi kepada unsur pendidikan dan juga

sebaliknya.

Kabupaten Cianjur sebagai salah satu kabupaten di Jawa Barat berdasarkan

angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut Pusat Data dan Analisis

Pembangunan (Pusdalisbang) Jawa Barat masih berada di tingkat tiga terbawah diatas

Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Indramayu. IPM Kabupaten Cianjur pada tahun

2011 sebesar 69,55. Angka IPM tersebut dipengaruhi pula oleh berbagai faktor yang

diantaranya adalah pendidikan.

Kondisi pendidikan di Kabupaten Cianjur sendiri masih tergolong rendah, hal

tersebut terlihat dari fakta yang ada bahwa masih banyak sekolah dan ruang kelas

dalam keadaan rusak dan kurang layak, mutu lulusan yang belum memenuhi

keinginan masyarakat, dan pelayanan pendidikan yang masih kurang. Selain itu

jumlah tenaga pendidik yang masih kurang, distribusi tenaga pendidik yang tidak

merata serta kualitas (kualifikasi dan relevansi) dari tenaga pendidik yang masih

belum memadai. Sehingga proses belajar mengajar belum sepenuhnya didukung oleh

tenaga yang memadai dan juga sarana prasarana yang memadai pula. Berbagai

persoalan yang dialami oleh Kabupaten Cianjur dalam hal pendidikan tentu

menjadikan cerminan bahwa perlu adanya upaya dalam menanggulangi permasalahan

tersebut, sehingga pada akhirnya tidak ada lagi masalah pendidikan yang kelak akan

ditemui.

Masalah pendidikan yang ada di Kabupaten Cianjur ini mempengaruhi partisipasi

sekolah masyarakatnya. Bilamana aspek-aspek yang mempengaruhi pelaksanaan

pendidikan yang ada kurang mendukung, maka hal tersebut juga dapat mempengaruhi

partisipasi sekolah. Pada tabel 1.1 ini tergambar angka partisipasi sekolah Kabupaten

(18)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 Tabel 1.1 Presentase Penduduk Berusia 7-12 dan 13 – 15 tahun Menurut Partisipasi

Sekolah Di Kabupaten Cianjur Tahun 2011

Partisipasi Sekolah Usia 7 – 12 tahun Usia 13 – 15 tahun

Tidak/ Belum Sekolah 2,40 0,00

Masih Sekolah 96,97 81,79

Tidak Sekolah Lagi 0,63 18,21

Jumlah 100,00 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Cianjur Tahun 2011

Penduduk berusia 7 – 12 tahun dapat digolongkan kepada Anak Usia Sekolah

Dasar (SD), sedangkan penduduk berusia 13 – 15 tahun dapat digolongkan kepada

anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP). Berdasarkan tabel partisipasi sekolah

diatas tergambarkan bahwa masih banyak anak usia SMP yang tidak bersekolah lagi.

Partisipasi sekolah masyarakat menggambarkan kesadaran pendidikan dari

masyarakat itu sendiri. Partisipasi sekolah ini juga berhubungan erat dengan Angka

Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) di wilayah tersebut.

Kecamatan Cibeber merupakan satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten

Cianjur yang akan dijadikan lokasi penelitian. Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur

pelaksanaan wajib belajar 9 tahun sendiri dapat dikategorikan belum efektif karena

adanya beberapa titik desa di kecamatan tersebut yang masyarakatnya tidak

menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang SMP.

Pemilihan lokasi ini berdasarkan pada kondisi masyarakat wilayah tersebut yang

belum sepenuhnya mampu berpartisipasi dalam program wajib belajar pendidikan

dasar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah. Kecamatan Cibeber ini memiliki

wilayah yang cukup luas sampai ke wilayah pegunungan, hal ini yang menjadi salah

satu faktor tidak berjalannya program wajib belajar 9 tahun karena kurangnya sekolah

(19)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 Walaupun wajib belajar 9 tahun sudah dicanangkan nyatanya masih banyak anak usia

sekolah di kecamatan tersebut yang tidak melanjutkan ke SMP. Adapun APK dan

APM Kecamatan Cibeber untuk tingkat SMP pada tahun 2012 akan dijabarkan pada

tabel berikut.

Tabel 1.2 APK dan APM SMP/MTs Kecamatan Cibeber tahun 2012

Kecamatan APK APM

Cibeber 66.86 58.83

Sumber: Profil Dinas Pendidikan Kab.Cianjur tahun 2012

Kecamatan Cibeber memiliki luas wilayah sebesar 130,96 km² dan terdiri dari 18

desa. Dengan wilayah yang luas tersebut, kecamatan Cibeber masih memiliki

wilayah yang tergolong ke dalam wilayah tertinggal. Menurut data dari Badan Pusat

Statistik sebanyak sepertiga dari keseluruhan desa yang ada di Kecamatan Cibeber

masih termasuk desa tertinggal, yaitu desa Cibokor, Kanoman, Girimulya,

Salagedang, Cimanggu dan Sukaraharja. Selain ke enam desa tertinggal tersebut

terdapat desa lain yang sebagian wilayahnya masih tergolong tertinggal namun tidak

digolongkan ke dalam desa tertinggal.

Jumlah sekolah yang ada di desa terpencil tersebut juga tergolong sedikit,

mengingat wilayah desa tersebut yang luas sehingga tidak mampu menyentuh

wilayah kampung-kampung pelosok. Sekolah dasar yang ada di wilayah terpencil

mencakup lebih dari empat kampung, dan dari beberapa kampung tersebut jarak yang

harus ditempuh untuk ke SD lumayan jauh. Ada yang harus menempuh 1 sampai 3

jam perjalanan dengan jalan kaki untuk sampai ke sekolah. Data mengenai jumlah

(20)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 Tabel 1.3 Banyaknya Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan dan Desa Di

Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur 2012

No Desa SD SMP

Negeri Swasta Negeri Swasta

1 Cibokor 7 - 1 -

2 Kanoman 5 - - 1

3 Cipetir 3 - - -

4 Cikondang 4 - - 1

5 Cihaur 5 - 1 1

6 Sukamanah 4 - - -

7 Salagedang 5 - - -

8 Cibadak 4 - - -

9 Girimulya 2 - - -

10 Cimanggu 3 - - -

11 Cisalak 4 - 1 -

12 Mayak 4 - - -

13 Peuteuycondong 5 - - -

14 Sukaraharja 3 - - -

15 Sukamaju 4 - 1 -

16 Cibaregbeg 3 - - -

17 Karangnunggal 4 - 1 -

18 Salamnunggal 3 - - -

Jumlah 73 - 5 3

Sumber: BPS Kabupaten Cianjur: Kecamatan Cibeber dalam Angka 2012

Keberadaan sekolah yang dekat dengan daerah terpencil sangat terbatas sehingga

memang banyak anak yang tidak dapat melanjutkan sekolah karena jarak sekolah

yang cukup jauh. Sekolah Menengah Pertama yang ada di Kecamatan Cibeber masih

terpusat di desa yang secara geografis dekat dengan pusat pemerintahan Kecamatan.

Sehingga beberapa desa yang tergolong jauh memang mengalami kesulitan dalam

sarana transportasi untuk menuju sekolah. Selain karena memang masih kurangnya

(21)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 yang belum mampu untuk menyekolahkan anaknya dikarenakan jarak yang jauh juga

tidak adanya biaya untuk kebutuhan transportasi menuju sekolah.

Beberapa program yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Cianjur sendiri

dalam mengupayakan penuntasan wajib belajar ini diantaranya adalah dengan Cerdas

Atap. Program cerdas atap yakni pelaksanakan pembelajaran untuk siswa SMP di

wilayah yang terpencil dan secara geografis jauh dari SMP. Pembelajaran siswa SMP

cerdas atap ini dilakukan setelah pembelajaran para siswa SD, karena menggunakan

gedung SD. Untuk tenaga pendidik yang mengajar siswa SMP pada program tersebut

pun adalah para guru SD yang sebelumnya dibimbing terlebih dahulu sehingga

memenuhi kualifikasi untuk mengajar siswa SMP. Selain itu juga adanya SMP

terbuka di berbagai wilayah menjadi salah satu upaya terlaksananya wajib belajar 9

tahun khususnya bagi wilayah yang terpencil.

Pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun di Kecamatan

Cibeber ini turut dipengaruhi oleh kondisi sosial dan faktor budaya yang ada serta

melekat dalam diri masyarakat itu sendiri. Pada dasarnya kondisi sosial yang ada di

masyarakat seperti halnya kondisi ekonomi, mobilitas sosial serta pelapisan sosial

yang mengakibatkan kesenjangan sosial akan memberikan pengaruh dalam partisipasi

masyarakat dalam pendidikan.

Selain daripada kondisi sosial yang ada di dalam mayarakat kecamatan Cibeber

sendiri tentunya tidak akan terlepas dari faktor budaya yang melekat di dalam

masyarakat sebagai salah satu faktor yang akan memberikan kontribusi pula terhadap

partisipasi pendidikan masyarakatnya. Unsur budaya yang sudah melekat dalam diri

masyarakat tentunya akan terus hidup dan sulit untuk merubah sehingga unsur-unsur

budaya tersebut dapat menghambat untuk meningkatkan partisipasi pendidikan

(22)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 Anak usia sekolah yang tidak dapat melanjutkan ke jenjang SMP sebanyak

kurang lebih 20% yang memilih untuk menjadi santri di pondok pesantren dan yang

lainnya bekerja sebagai buruh tani membantu orang tua, pergi ke kota sebagai buruh

pabrik, menjadi TKI dan tidak jarang pula bagi anak gadis yang tidak melanjutkan,

mereka akan dinikahkan dengan pemuda yang sudah bekerja agar kehidupan sang

anak terjamin walaupun tidak melanjutkan sekolah. Hal demikianlah yang

menjadikan banyak anak perempuan di Kecamatan Cibeber tidak melanjutkan

sekolah, selain memang faktor utamanya adalah ekonomi namun faktor budaya juga

menjadi salah satu pendorongnya. Masih banyak masyarakat yang menganggap

bahwa pendidikan formal bukan satu hal yang penting bagi anak mereka. Para orang

tua lebih memilih memasukkan anak mereka ke pesantren untuk menuntut ilmu

agama lebih dalam daripada menyekolahkannya di lembaga pendidikan sekolah. Hal

ini karena para orang tua beranggapan pendidikan pesantren lebih penting dan

tentunya lebih ekonomis secara materi.

Bentuk pembinaan anak usia sekolah yang ada di Kecamatan Cibeber secara

sepintas dapat dikatakan belum maksimal, karena melihat masih adanya anak usia

sekolah yang tidak melanjutkan sekolah walaupun secara biaya dibebaskan.

Pelaksanaan wajib belajar Sembilan tahun yang menjadi program pemerintah pun

masih belum menyentuh masyarakat secara keseluruhan.

Berkenaan dengan banyaknya anak usia sekolah yang tidak melanjutkan

pendidikan, maka peneliti tertarik untuk mengetahui pelaksanaan program wajib

belajar 9 tahun di Kecamatan Cibeber serta mengungkapkan faktor-faktor sosial dan

budaya yang mempengaruhi tidak efektifnya program wajib belajar tersebut.

(23)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014

: “Analisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas tergambar bahwa yang menjadi

masalah utama dalam penelitian ini diantaranya adalah:

1. Proses pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun di kecamatan Cibeber

Kabupaten Cianjur yang menyangkut penggunaan dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) ataupun bantuan-bantuan yang lainnya, animo masyarakat

terhadap sekolah gratis melalui wajar dikdas, proses pembelajaran di sekolah,

distribusi tenaga pendidik dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam

pelaksanaan wajar dikdas tersebut.

2. Peranan tokoh masyarakat difokuskan kepada pengawasan dan dukungan dari

tokoh masyarakat itu sendiri dalam pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun.

3. Faktor sosial yang mempengaruhi pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar

sembilan tahun menyangkut interaksi sosial, mobilitas sosial dan stratifikasi sosial

masyarakat Kecamatan Cibeber serta kondisi geografis wilayah tersebut.

4. Faktor Budaya yang mempengaruhi pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar

sembilan tahun yang menyangkut nilai-nilai religi, mata pencaharian, organsisasi

sosial dan sistem ilmu pengetahuan yang ada dalam masyarakat Kecamatan

Cibeber.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah pokok yaitu

“Bagaimanakah pengaruh sosial budaya terhadap pelaksanaan wajib belajar

(24)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 tersebut menjadi rinci, maka dikembangkan beberapa pertanyaan penelitian yaitu

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun di

Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur?

2. Bagaimanakah peranan tokoh masyarakat dalam mendukung pelaksanaan program

wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun di Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur?

3. Faktor-faktor sosial apa sajakah yang mempengaruhi pelaksanaan wajib belajar

pendidikan dasar 9 tahun di Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur?

4. Faktor-faktor budaya apa sajakah yang mempengaruhi pelaksanaan wajib belajar

pendidikan dasar 9 tahun di Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur?

D. Tujuan Penelitian

1. Secara umum

Tujuan secara umum dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui faktor sosial

budaya yang mempengaruhi pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun di

kecamatan Cibeber. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menguraikan faktor sosial

dan budaya apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar

9 tahun, sehingga dengan tergambarkannya faktor-faktor tersebut dapat menjadikan

pelaksanaan wajib belajar 9 tahun menjadi lebih baik.

2. Secara Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini diantaranya adalah:

a. Mengetahui pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun di

Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur.

b. Mengetahui peranan tokoh masyarakat dalam mendukung pelaksanaan wajib

(25)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 c. Mengetahui faktor sosial apa sajakah yang mempengaruhi pelaksanaan wajib

belajar pendidikan dasar 9 tahun di Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur.

d. Mengetahui faktor budaya apa sajakah yang mempengaruhi pelaksanaan wajib

belajar pendidikan dasar 9 tahun di Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Manfaat secara teoretis bagi disiplin ilmu sosiologi dari penelitian yang

dilakukan ini membantu memecahkan masalah putus sekolah dengan menggunakan

teori-teori yang ada di sosiologi, diantaranya dengan memperkuat aspek pendidikan

dan lingkungan sosial serta pendidikan dan kebudayaan yang merupakan kajian dari

Sosiologi Pendidikan. Sebagai salah satu referensi bagi sosiologi pendidikan untuk

mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan serta meningkatkan

partisipasi pendidikan masyarakat.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

a. Peneliti

1) Untuk menambah pengetahuan peneliti dalam bidang sosiologi pendidikan.

2) Untuk menambah wawasan luas mengenai kondisi riil di masyarakat.

3) Menambah pengalaman peneliti dalam penelitian di bidang pendidikan.

b. Masyarakat

Adanya penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan wawasan kepada

masyarakat bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang penting sebagai bekal

individu menjejaki masa depan.

(26)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 1) Membantu pemerintah dalam mencari cara untuk mencegah terjadinya putus

sekolah dan mensukseskan pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.

2) Mengungkapkan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk pelaksanaan wajib

belajar yang lebih baik.

d. Pendidik

Memberikan informasi bahwa pendidikan wajib belajar 9 tahun masih tidak

berjalan secara merata dan diharapkan pendidik mampu menyumbangkan

sumbangsih bagi lancarnya pendidikan di Indonesia.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Agar skripsi ini dapat dengan mudah dipahami oleh berbagai pihak yang

berkepentingan, maka skripsi ini disajikan dalam lima bab yang disusun berdasarkan

struktur penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Identifikasi Masalah

C. Rumusan Masalah

D. Tujuan Penelitian

E. Manfaat Penelitian

F. Struktur Organisasi Skripsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Sosial

1. Interaksi Sosial

2. Mobilitas Sosial

3. Stratifikasi Sosial

(27)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 C. Penelitian Terdahulu

D. Kerangka Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Sampel Penelitian

B. Desain Penelitian

C. Metode Penelitian

D. Definisi Operasional

E. Instrumen Penelitian

F. Teknik Pengumpulan Data

G. Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum

B. Deskripsi Hasil Penelitian

C. Pembahasan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

B. Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(28)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 61

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur.

Pemilihan Kecamatan Cibeber menjadi lokasi penelitian mengenai Analisis Sosial

Budaya Terhadap Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun ini

dilandasi oleh beberapa pertimbangan, diantaranya adalah:

a. Masih minimnya partisipasi masyarakat dalam dunia pendidikan, khususnya para

anak usia sekolah menengah pertama yang tidak melanjutkan sekolah.

b. Jumlah sekolah menengah pertama (SMP) yang masih sedikit dan hanya berpusat

di satu wilayah

c. Kondisi geografis yang terpencil mengakibatkan kesulitan dalam akses perjalanan

menuju sekolah

d. Tingkat APK dan APM untuk anak usia SMP rendah.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang secara langsung maupun

tidak langsung berperan dalam menentukan pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun

di Kecamatan Cibeber. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti menentukan subjek

dalam penelitian ini adalah orangtua, guru SD dan SMP, dan tokoh masyarakat

setempat seperti Kepala Desa.

Penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling, dimana subjek pertama

akan mengarahkan peneliti kepada subjek atau informan-informan selanjutnya.

(29)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama

menjadi besar.

Penggunaan snowball sampling berguna untuk mendapatkan informasi yang

lebih banyak dari jumlah sumber data yang banyak pula. Snowball sampling sendiri

dilakukan karena dari jumlah data yang diperoleh dari subjek yang sedikit belum

mampu memberikan data yang memuaskan, sehingga perlu subjek lainnya yang dapat

memberikan data yang diinginkan. Seperti halnya dalam penelitian wajib belajar

sembilan tahun ini, peneliti mencari data pertama-tama kepada Dinas Pendidikan

Kabupaten Cianjur, kemudian kepada Pusat Pembinaan Pendidikan (Pusbindik)

Kecamatan Cibeber. Setelah melakukan wawancara dengan pihak dari Pusbindik

Cibeber, peneliti diarahkan untuk melakukan wawancara dengan seorang guru

Sekolah Dasar. Setelah melakukan dengan guru SD tersebut, kemudian peneliti

melakukan pengumpulan data kepada guru SD lainnya yang ada di sebuah wilayah

terpencil atas rekomendasi dari guru SD sebelumnya. Kemudian dari guru SD yang

ada di wilayah terpencil ini direkomendasikan orangtua-orangtua.

Selain snowball sampling, peneliti juga menggunakan teknik purposive

sampling. Teknik purposive sampling sendiri merupakan penentuan sampel penelitian

yang langsung kepada informan yang berkaitan dengan masalah penelitian yang kita

teliti. Setelah menemukan beberapa informan melalui snowball sampling, maka

peneliti kemudian melanjutkan penelitian kepada informan-informan pilihan yang

sesuai dengan kebutuhan peneliti sehingga langkah selanjutnya peneliti menggunakan

purposive sampling.

Mengenai penentuan sampel penelitian, Lincoln dan Guba (dalam Sugiyono,

(30)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014

considerations. Its based on information, not to facilitate generalization”. Penentuan

sampel dalam penelitian kualitatif tidak sama dengan penelitian kuantitatif yang

didasarkan pada perhitungan statistik. Sampel yang digunakan dalam penelitian

kualitatif berfungsi untuk memperoleh informasi yang maksimum dan bukan untuk

digeneralisasikan.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi

kasus. Desain tersebut digunakan untuk mengetahui fenomena sosial tertentu yang

akan diteliti oleh peneliti. Selain itu dengan menggunakan pendekatan kualitatif maka

akan memperoleh pemahaman yang mendalam dari individu, kelompok maupun

situasi. Sedangkan metode studi kasus digunakan dengan tujuan memperoleh data

mengenai kasus yang diteliti secara terinci. Oleh karena itu dengan menggunakan

studi kasus maka akan diketahui proses wajib belajar sembilan tahun, serta faktor

sosial dan budaya yang mempengaruhinya. (Emzir, 2011, hlm. 20)

C. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti yakni mengenai Analisis

Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Wajib Belajar 9 Tahun, maka

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut

Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2011, hlm. 4), penelitian kualitatif merupakan

“prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.

Pemilihan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah karena peneliti

(31)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 aspek sosial dan budaya dapat diteliti dengan jalan mengamati sikap, ucapan dan

tindakan dari masyarakat yang bersangkutan. Selain itu aspek sosial dan budaya lebih

dapat tergambarkan bila menggunakan pendekatan mendalam terhadap sumber data

melalui observasi dan wawancara mendalam dibandingkan menggunakan teknik

perhitungan statistik.

Pendekatan kualitatif merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk

meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Penggunaan pendekatan kualitatif adalah

karena masalah yang dicermati adalah suatu realitas yang abstrak, dimana

indikatornya dapat diketahui melalui sikap, ucapan, dan tindakan. Selain itu metode

kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang

mengandung makna.

Sebagai sebuah pendekatan dalam studi, Bogdan dan Biklen (dalam Sugiyono,

2007, hlm. 9) menyebutkan mengenai karakteristik penelitian kualitatif sebagai

berikut:

a. Qualitative research has natural setting as the direct source of data and researcher is the key instrument,

b. Qualitative research is descriptive. The data collected is in the form of words of pictures rather than number

c. Qualitative research are concerned with process rather than simply with outcomes or products

d. Qualitative research tend to analyze their data inductively

e. “Meaning” is essential to qualitative approach

Berdasarkan karakteristik tersebut dapat dikemukakan bahwa penelitian kualitatif

itu dilakukan pada kondisi yang alamiah dan langsung ke sumber data serta peneliti

adalah instrument kunci, penelitian kualitatif bersifat deskriptif dimana data yang

(32)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome,

penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif, dan penelitian kualitatif

lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).

Penelitian ini lebih menitikberatkan pada upaya untuk mengkaji suatu proses dan

fenomena secara menyeluruh dan saling terkait. Oleh karena itu pendekatan utama

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif

sering disebut penelitian naturalistic (naturalistic inquiry) karena penelitian ini

dilakukan dalam situasi yang alamiah dan wajar atau “natural setting” bukan situasi

buatan. Oleh karena itu pendekatan kualitatif ini dirasakan sesuai dengan judul skripsi

ini yaitu “Analisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Wajib Belajar

Sembilan Tahun” Studi Kasus pada Masyarakat Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjabarkan faktor-faktor sosial dan

budaya yang mempengaruhi pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun di Kecamatan

Cibeber Kabupaten Cianjur.

2. Metode Penelitian

Metode merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memperoleh data yang

dapat menjabarkan, menjawab dan memecahkan masalah-masalah yang ada. Sesuai

dengan judul penelitian, maka peneliti menggunakan metode studi kasus dalam

penelitian ini. Berkaitan dengan metode studi kasus, Emzir (2011, hlm. 20)

menjelaskan bahwa “Penelitian studi kasus adalah suatu penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan

pemahaman yang mendalam dari individu, kelompok, atau situasi”.

Selain itu Danial (2009, hlm. 63) menjelaskan bahwa metode studi kasus

(33)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 status, dan interaksi lingkungan terhadap individu, kelompok, institusi dan komunitas

masyarakat tertentu. Sehingga metode ini akan melahirkan karakteristik yang khas

dari kajiannya. Lincoln dan Guba (dalam Mulyana, 2010, hlm. 201) bahwa metode

studi kasus memiliki keistimewaan yang diantaranya:

a. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti

b. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari

c. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden

d. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan (trust-worthiness)

e. Studi kasus memberikan „uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian atas transferabilitas.

f. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

Metode studi kasus yang peneliti gunakan dalam penelitian ini diharapkan

mampu membantu peneliti memperoleh informasi yang mendalam mengenai faktor

sosial dan budaya yang mempengaruhi pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar

sembilan tahun di Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur.

D. Definisi Operasional 1. Aspek Sosial

Menurut Soekanto (1993, hlm. 464), bahwa istilah sosial pun berkenaan dengan

perilaku interpersonal, atau yang berkaitan dengan proses-proses sosial. Proses-proses

sosial yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah interaksi sosial, mobilitas

(34)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 a. Interaksi sosial menurut Soekanto (2009, hlm. 55) merupakan

hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan-hubungan anatara

orang-perorangan, anatara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang

perorangan dengan kelompok manusia. Unsur interaksi sosial yang peneliti

gunakan diantaranya adalah:

1) Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial, yaitu imitasi dan identifikasi.

2) Bentuk interaksi sosial yaitu kerjasama.

b. Mobilitas Sosial menurut Soekanto (2009, hlm. 219) adalah suatu gerak dalam

struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok

sosial. Mobilitas dibagi menjadi dua tipe yakni mobilitas sosial horizontal dan

mobilitas sosial vertikal. Tipe mobilitas sosial yang peneliti gunakan adalah

mobilitas sosial vertikal yang dengan kriteria yang akan ditelitinya

saluran-saluran mobilitas vertikal itu sendiri yaitu:

1) Pendidikan

2) Organisasi ekonomi

3) Perkawinan

c. Stratifikasi sosial menurut Pitirim Sorokin (dalam Soekanto, 2009, hlm. 198)

adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara

bertingkat. Ukuran-ukuran dalam stratifikasi adalah:

1) Ukuran kekayaan

2) Ukuran kekuasaan

3) Ukuran kehormatan

4) Ukuran ilmu pengetahuan.

(35)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 Koentjaraningrat (1990, hlm. 180) mengartikan budaya sebagai keseluruhan

sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan

masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Koentjaraningrat (1990, hlm. 203-204) juga mengemukakan bahwa ada tujuh

unsur kebudayaan yaitu bahasa, kesenian, sistem religi, sistem teknologi, sistem mata

pencaharian, organisasi sosial, dan sistem ilmu pengetahuan. Kriteria yang akan

digunakan dalam penelitian ini lebih difokuskan kepada empat unsur kebudayaan

yang sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu

a. Sistem ilmu pengetahuan

b. Organisasi sosial

c. Sistem religi

d. Sistem mata pencaharian

Selain unsur kebudayaan tersebut, terdapat wujud kebudayaan yang terdiri dari

tiga, yaitu wujud gagasan atau nilai, wujud tindakan dan wujud benda. Menyesuaikan

dengan tujuan penelitian, maka kriteria untuk wujud kebudayaan yang akan

digunakan adalah wujud gagasan atau nilai.

3. Wajib Belajar

Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun

pertama masa sekolah anak-anak. Pendidikan dasar menjadi dasar bagi jenjang

pendidikan menengah. Periode pendidikan dasar ini adalah selama 6 tahun. Di akhir

masa pendidikan dasar, para siswa diharuskan mengikuti dan lulus dari Ujian

Nasional (UN). Kelulusan UN menjadi syarat untuk dapat melanjutkan

pendidikannya ke tingkat selanjutnya yakni SMP atau MTs.

Pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun menyangkut adanya

(36)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 penyelenggaraan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun pada jalur formal dan

nonformal, jaminan pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang berupa

tenaga pendidik dan biaya operasional.

E. Instrumen Penelitian

Di dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri.

Oleh karena itu peneliti sebagai intrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Di

dalam bukunya Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D Sugiyono (2013,

hlm. 222), validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap

pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang

diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik

maupun logistiknya.

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti. Namun, selanjutnya

setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka akan dikembangkan intrumen penelitian

sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data

yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai instrumen kunci,

partisipasi penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain adalah

sebagai penunjang. Di dalam penelitian ini, peneliti sebagai instrumen penelitian

berusaha mencari informasi dari subjek sebagai orang yang dijadikan informan dalam

penelitian yang sedang dilakukan. Peneliti sadar bahwa tujuan utama adalah mencari

informasi bukan menilai suatu situasi. Sehingga, analisis datanya pun berupa

(37)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 Kedudukan peneliti dalam penelitian ini, penulis merupakan instrumen penting

yang berusaha mengungkapkan data secara mendalam dibantu dengan teknik

pengumpulan data lainnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong

(2011:132) bahwa:

Bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrumen utama karena ia menjadi segala dari keseluruhan penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir pada akhirnya ia menjadi pelapor penelitiannya.

Peneliti akan melakukan interaksi dengan pihak yang mampu memberikan

informasi sesuai dengan tujuan penelitian. Interaksi yang dilakukan tersebut adalah

dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur Bidang Program, Bidang Sekolah Dasar

Pusbindik Kecamatan Cibeber, Guru, dan orang tua. Setelah interaksi dengan

informan dilakukan, maka peneliti akan mampu memperoleh jawaban mengenai

proses wajib belajar sembilan tahun di Kecamatan Cibeber serta faktor sosial dan

budaya apa saja yang mempengaruhinya.

Pelaksanaan pencarian informasi dilakukan peneliti dengan tujuan menjawab

rumusan masalah penelitian. Sehingga dalam mencari data di lapangan, informan atau

sumber data yang peneliti gunakan disesuaikan dengan rumusan masalah dalam

penelitian ini. Untuk menjawab rumusan pertama mengenai pelaksanaan wajib

belajar pendidikan dasar 9 tahun di kecamatan Cibeber, peneliti melakukan pencarian

data kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur, Pusbindik Kecamatan Cibeber,

Wakasek dan guru. Rumusan masalah kedua mengenai peran tokoh masyarakat

dalam pelaksanaan wajib belajar di kecamatan Cibeber, peneliti mendapatkan data

dari Kepala desa, guru di wilayah setempat dan pegawai kecamatan. Rumusan

(38)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 belajar peneliti peroleh informasi dan data melalui pengamatan terhadap keseharian

masyarakat kecamatan Bojongpicung, serta wawancara dengan tokoh masyarakat

serta orangtua siswa. Faktor sosial yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah

interaksi antara orangtua, anak, sekolah dan lingkungan sekitarnya sehingga akan

diperoleh informasi bahwa interaksi yang terjadi memberikan pengaruh terhadap

partisipasi warga dalam wajar dikdas. Selain itu faktor sosial lainnya yang menjadi

fokus adalah mobilitas dan stratifikasi sosial yang ada dalam masyarakat kecamatan

Cibeber. Rumusan masalah penelitian yang terakhir adalah mengenai faktor budaya

yang mempengaruhi pelaksanaan wajar dikdas di kecamatan Cibeber. Untuk

memperoleh jawaban dari faktor budaya tersebut, maka peneliti meneliti aspek nilai

budaya dan unsur budaya yang ada di masyarakat Cibeber. Unsur kebudayaan yang

diteliti juga peneliti fokuskan pada unsur mata pencaharian, religi, organisasi sosial

dan ilmu pengetahuan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara, observasi dan

dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat di mengerti maknanya

secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam

dan observasi pada latar, dimana fenomena tersebut berlangsung dan di samping itu

untuk melengkapi data diperlukan dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang

yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan

(39)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 Mulyana (2010, hlm. 180) juga menyebutkan bahwa wawancara secara garis

besar dibagi menjadi dua bagian yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tak

terstruktur. Wawancara terstruktur merupakan wawancara yang susunan

pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya dengan pilihan-pilihan jawaban yang

juga sudah disediakan. Sedangkan wawancara tak terstruktur diantaranya adalah

wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, dan wawancara

terbuka (openended interview).

Teknik wawancara yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara mendalam artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara

mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan. Metode ini bertujuan

untuk memperoleh bentuk-bentuk tertentu informasi dari semua responden, namun

susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan karakteristik responden yang

diwawancarai.

Wawancara tak terstruktur yang peneliti gunakan ini sesuai dengan perspektif

interaksionalisme simbolik yang memang menjadi fokus penelitian. Oleh karena itu

memungkinkan pihak yang diwawancarai dengan nyaman untuk mendefinisikan diri

dan lingkungannya, menggunakan istilah mereka sendiri dalam fenomena yang

diteliti, sehingga tidak hanya sekedar menjawab pertanyaan. Maka dari itu pihak yang

diwawancarai akan menyampaikan hal-hal yang peneliti perlukan untuk penelitian

yang dilakukan.

Informan yang diambil terdiri dari: 1). Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur; 2).

Kepala Pusbindik Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur; 3) Pihak Kecamatan

Cibeber; 4) Kepala Sekolah atau Guru Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah

(40)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 siswa SD dan SMP di Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur; dan 6) Tokoh

Masyarakat Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur.

2. Observasi

Observasi merupakan kegaitan pengambilan data langsung yang dilakukan

peneliti terhadap subjek yang diteliti dengan melihat, mengamati dan ikut terlibat

dalam lingkungan dan kondisi lapangan.

Observasi sendiri menurut Emzir (2011, hlm. 38) dapat dibedakan berdasarkan

peran peneliti, yaitu observasi partisipan (participant obsevation) dan observasi

non-partisipan (non-participant observation).

Observasi partisipan merupakan observasi yang dilakukan oleh peneliti yang

berperan sebagai anggota yang berperan serta dalam kehidupan masyarakat topik

penelitian. Peneliti biasanya tinggal bersama anggota masyarakat dan ikut terlibat

dalam aktivitas dan perasaan mereka. Selanjutnya peneliti memainkan dua peran,

yaitu peran sebagai anggota peserta dalam kehidupan masyarakat, dan peran sebagai

peneliti yang mengumpulkan data. Sedangkan observasi non-partisipan merupakan

observasi yang menjadikan peneliti sebagai penonton terhadap kejadian yang menjadi

topik penelitian.

Berkaitan dengan pemaparan tentang dua jenis observasi tersebut, peneliti

menggunakan teknik observasi non-partisipan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan

objektivitas data yang diperoleh sehingga mengurangi bias pengaruh peneliti terhadap

masalah yang diteliti.

Observasi ini dilakukan untuk mengamati bagaimana proses wajib belajar

(41)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 mengamati faktor sosial dan budaya yang mempengaruhi proses wajar dikdas

tersebut.

Observasi yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengamati

pelaksanaan proses belajar mengajar di tingkat SD/MI dan SMP/MTs. Peneliti

melihat proses belajar mengajar di SD/MI dan SMP/MTs tersebut dengan tujuan

memperoleh data yang faktual mengenai proses wajib belajar yang ada di lapangan,

serta ditemukan kendala-kendala dalam proses wajar dikdas tersebut.

Selain untuk meneliti bagaimana proses wajar dikdas yang ada di kecamatan

Cibeber melalui observasi ke SD dan SMP, peneliti juga melakukan observasi atau

pengamatan terhadap kegiatan sehari-hari masyarakat Cibeber. Hal ini dilakukan

untuk memperoleh data mengenai faktor sosial yang mempengaruhi pelaksanaan

Wajar Dikdas, dimana faktor sosial yang diteliti tersebut adalah interaksi, mobilitas

dan stratifikasi sosial yang tentunya memerlukan pengamatan langsung dalam

memperoleh datanya. Faktor interaksi sosial yang diamati adalah interaksi atau

komunikasi yang terjalin antara orangtua, anak dan guru serta bagaimana

proses-proses yang dialami oleh anak sehingga melakukan proses-proses imitasi terhadap

lingkungannya. Selain itu juga mengamati pelapisan Sosial di masyarakat yang

berdasarkan aspek ekonomi, mata pencaharian dan pendidikan.

Peneliti melakukan observasi kepada beberapa keluarga untuk mengetahui

bagaimana komunikasi yang terjalin antara orangtua dengan anak dalam kehidupan

sehari-harinya terutama komunikasi yang berkaitan dengan pendidikan anak. Melalui

observasi yang dilakukan terhadap keluarga tersebut dapat diperoleh data mengenai

faktor interaksi sosial yang terjadi di dalam keluarga yang mampu mempengaruhi

(42)

Fitri Nur Millah , 2014

ANALISIS SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR

SEMBILAN TAHUN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. 2073/UN.40.2.8/PL/2014 Berkaitan dengan mobilitas sosial dan stratifikasi sosial, peneliti melakukan

pengamatan secara tidak langsung terhadap masyarakat. Hal ini karena untuk

memperoleh data yang lebih akurat.

3. Studi Dokumentasi

Studi hasil pengumpulan data didokumetasikan dalam catatan lapangan. Danial

(2009, hlm. 79) mengemukakan bahwa “studi dokumentasi adalah sejumlah dokumen

yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian…”. Studi dokumentasi ini sendiri adalah upaya mengumpulkan data melalui

dokumen-dokumen. Adapun dokumen yang mungkin tersedia meliputi bcatatan, transkip, buku,

surat kabar, budget, iklan, deskripsi kerja, laporan tahunan memo, dan sebagainya.

Dokumentasi-dokumetasi penelitian itu adalah: 1) buku catatan wawancara; 2)

Profil Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur; 3) Profil Kecamatan Cibeber yang

tertuang dalam buku Kecamatan Cibeber dalam

Gambar

Tabel 1.1 Presentase Penduduk Berusia 7-12 dan 13 – 15 tahun Menurut Partisipasi
Tabel  1.3 Banyaknya Sekolah  Menurut Jenjang  Pendidikan dan Desa Di

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh pursed lips breathing terhadap fatigue pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa rumah sakit umum

menunjukkan bahwa pada uji Chi- Square analisis hubungan antara usia dengan komplikasi stroke memiliki nilai p= 0,124, karena nilai p >0,05 maka dapat diambil

maka sistem akan menampilkan menu utama dengan fitur fungsionalitas sebagai bagian psikologi klinis yaitu maintain data pelaku, edit nilai CF gangguan, edit nilai

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka penulis mencoba untuk merumuskan permasalahan yang dihadapi yaitu “Bagaimana prosedur kegiatan impor

Pelarangan ekspor mineral mentah adalah larangan penjualan bijih (raw material atau ore) ke luar negeri tanpa proses pengolahan dan/atau pemurnian terlebih dahulu sampai

1. Keberadaan UKM kerajinan bambu di kampung Pajeleran kelurahan Sukahati telah berlangsung secara turun temurun dari generasi ke generasi, diperkirakan telah ada sejak

Predikat WBD memiliki manfaat strategis dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis subak di Desa Mengesta. Pembangunan pariwisata yang terintegrasi dengan pertanian,

dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekana darah karena. nikotin akan diserap pembulu darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan