• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil tindakan penelitian, analisis, serta refleksi mengenai penerapan model cooperative learning tipe jigsaw untuk meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara siswa, maka berikut merupakan simpulan dan rekomendasi dari penelitian ini.

A. Simpulan

Dari hasil pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyimak dan berbicara siswa kelas V SD Negeri Pasir Muncang mengalami peningkatan melalui penerapan model

cooperative learning tipe jigsaw. Sejalan dengan hal tersebut, terdapat beberapa

simpulan yang telah diperoleh, antara lain sebagai berikut.

1. Pelaksanaan pembelajaran menyimak dan berbicara dengan menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw pada umumnya sesuai dengan yang diharapkan. Melalui penerapan model tersebut, siswa tampak lebih aktif dan antusias mengikuti kegiatan pembelajaran yang setiap siklusnya beralokasi waktu selama 3x35 menit, karena kegiatan belajar berpusat pada keaktifan siswa “student centered”. Selain itu, teknik belajar berkelompok juga tampak lebih disukai siswa karena siswa memiliki kesempatan untuk saling berdiskusi dan mendapatkan informasi baru dari teman mereka tanpa ada rasa canggung, selain itu belajar berkelompok juga memberi pengaruh positif terhadap kemampuan berbicara siswa karena siswa yang belum terbiasa berbicara di depan kelas, dapat terpacu atau terdorong untuk mulai membiasakan mampu berbicara di depan kelas dimulai dari kegiatan berbicara bersama-sama teman kelompoknya. Kemudian, teknik belajar berkelompok ini juga memberikan manfaat untuk meningkatkan kemampuan menyimak, karena siswa lebih mudah dalam mengkondisikan diri serta

lingkungannya untuk menyimak dimulai dari mengkondisikan lingkungan terkecilnya yaitu kelompoknya masing-masing dengan cara saling mengingatkan untuk dapat fokus terhadap kegiatan menyimak dengan baik. Selain itu, dengan membentuk “tim ahli” pada teknik berkelompok jigsaw

juga memudahkan siswa untuk memahami materi pelajaran serta menyelesaikan tugasnya dalam mengidentifikasi unsur-unsur cerita rakyat karena didiskusikan bersama kelompok. Kegiatan belajar yang berpusat pada siswa juga membuat suasana kelas menjadi lebih kondusif dan dinamis. 2. Kemampuan menyimak dan berbicara siswa mengalami peningkatan setelah

diterapkannya model cooperative learning tipe jigsaw dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di setiap siklus. Hal tersebut tampak dari peningkatan hasil dari kemampuan menyimak dan berbicara siswa yang meningkat pada setiap siklus. Selama pelaksanaan pembelajaran setiap siklus kemampuan menyimak siswa dinilai berdasarkan lima aspek penilaian, yang pertama dilihat dari aspek pemahaman isi teks yang pada siklus I secara umum siswa dikatakan cukup memahami isi cerita yang dibacakan guru, kemudian berangsur meningkat pada siklus-siklus berikutnya. Pada aspek ini siswa paling tidak mampu mengidentifikasi tokoh dan isi cerita secara umum tetapi belum semua unsur-unsur cerita yang lebih detil dapat dipahami dengan tepat yang tampak dari perolehan nilai pada aspek pemahaman detil isi teks. Pada aspek pemahaman detil isi teks di siklus I, kemampuan siswa cenderung merata dalam menjawab soal, rata-rata siswa mampu menjawab 3-4 soal seputar cerita rakyat yang telah disimak dengan benar, kemudian seiring dilakukannya perbaikan selama pembelajaran menyimak, kemampuan siswa dalam memahami detil cerita melalui unsur-unsur cerita pun beranjak meningkat hingga di siklus III sudah banyak siswa yang mampu menjawab dengan benar seluruh soal mengenai unsur-unsur cerita rakyat yang diberikan sebagai tolak ukur sejauh mana kemampuan menyimak siswa. Selanjutnya dilihat dari aspek ketepatan diksi, pada awal siklus kemampuan siswa dalam menentukan pilihan kata untuk menceritakan kembali cerita yang telah disimak cukup seimbang antara siswa yang memperoleh kategori Baik (B),

dengan siswa yang mendapatkan kategori cukup (C), namun perolehan nilai siswa pada aspek ini pun cenderung mengalami peningkatan di setiap siklusnya yang tampak dari hasil analisis data kemampuan menyimak siswa. Sama halnya pada aspek ketepatan struktur kalimat, meskipun berangsur-angsur meningkat pada setiap siklusnya, namun kesalahan siswa cenderung terletak pada hal yang sama yakni kurang memperhatikan awal cerita, isi, dan penutup cerita dalam menyampaikan hasil menyimaknya sehingga bagian cerita tidak tuntas atau tidak sesuai dengan keseluruhan cerita yang telah disimak. Aspek yang terakhir yaitu ejaan dan tata tulis, dari kelima aspek penilaian kemampuan menyimak, baik dari siklus I hingga siklus III aspek ini paling banyak di anggap yang paling sulit oleh siswa. Siswa tampak agak sulit untuk menghindari kesalahan pada aspek tersebut sehubungan dengan kebiasaan siswa dalam kegiatan belajar sehari-hari yang kurang dikoreksi oleh guru, terutama dalam kesalahan penggunaan tanda baca serta penempatan huruf besar di tengah kalimat. Untuk menilai kemampuan berbicara juga dilihat dari lima aspek. Yang pertama yakni aspek lafal, aspek tersebut cenderung menentukan penilaian aspek-aspek selanjutnya karena jelas atau tidaknya pelafalan pembicaraan siswa berpengaruh pada mampu tidaknya guru memahami apa yang dibicarakan siswa berikut bagaimana struktur, kosakata, kefasihan, serta pemahaman siswa. Aspek lafal pada setiap siklus cenderung menjadi masalah utama siswa, namun dengan pembiasaan secara kontinyu pada setiap siklus pelafalan siswa berangsur membaik dan meningkat. Adapun pada aspek struktur dalam berbicara pada awal siklus memang cenderung berantakan sama halnya seperti pada aspek lafal. Kurang terbiasanya siswa dalam kegiatan berbicara didepan kelas menjadi pemicu utama pembicaraan siswa yang kurang terstruktur sehingga banyak didapati kata-kata dan kalimat yang berbelit-belit. Namun, pada siklus-siklus berikutnya beberapa siswa mulai memperbaiki kesalahan tersebut sehingga aspek penilaian struktur pun meningkat. Pada aspek kosakata, dan aspek kefasihan dapat disimpulkan keduanya saling berkaitan karena semakin baik tingkat kefasihan berbicara siswa maka semakin banyak pula kosakata yang

mampu digunakan oleh siswa. Hal tersebut tampak dari peningkatan yang terjadi pada seluruh rangkaian proses kegiatan berbicara siswa di setiap siklus. Selanjutnya, dilihat dari aspek isi pembicaraan tampak bahwa selama pembelajaran setiap siklus, semakin siswa tertib dan antusias dalam menyimak maka semakin meningkat pula kemampuan siswa dalam menyampaikan isi pembicaraannya sehingga siswa tidak bingung dan lebih percaya diri dalam menyampaikan sejauh mana pemahamannya akan cerita yang telah disimak.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka berikut ini merupakan saran-saran yang dapat disampaikan peneliti.

1. Bagi peneliti, dapat melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai kemampuan menyimak dan berbicara menggunakan gambaran dari model

cooperative learning tipe jigsaw, sebagai bahan referensi agar dapat

memperbaiki yang masih dianggap kurang pada penelitian ini demi meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih baik.

2. Bagi siswa, dapat menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia pada materi mengidentifikasi unsur-unsur cerita rakyat dengan menentukan/memilih ceritanya terlebih dahulu, sehingga kegiatan belajar akan lebih mudah dan menarik .

3. Bagi guru, dapat menjadikan gambaran penerapan model cooperative

learning tipe jigsaw sebagai model alternatif dalam upaya meningkatkan

kemampuan menyimak dan berbicara. Guru dapat mengaplikasikan model pembelajaran tersebut didalam kegiatan pembelajaran sehari-hari, terutama pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan materi unsur-unsur cerita rakyat. Namun, sangat disarankan agar guru dapat mengkondisikan siswa dalam proses belajar berkelompok sehingga siswa mampu belajar menyimak dan berbicara secara tertib. Selain itu, guru disarankan untuk lebih memperhatikan kesiapan siswa sebelum kegiatan menyimak dilakukan, serta

cara menyampaikan cerita yang baik dan jelas, karena hal tersebut akan berpengaruh pada kemampuan berbicara siswa.

Silvia, Syiva S. 2014

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENYIMAK DAN BERBICARA SISWA DI KELAS VSDN PASIR MUNCANG KABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Cahyani, I. dkk. (2007). Kemampuan Berbahasa Indonesia Di SD. Bandung: UPI PRESS.

Cahyani, I. Kajian Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia. [pdf]. [Online] Tersedia:http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web &cd=1&ved=0CCYQFjAA&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirekto ri%2FFPBS%2FJUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA%2F19 6407071989012-ISAH_CAHYANI%2F19._KAJIAN_PROSES_PEMBELAJARAN_BAHA SA_INDONESIA.pdf&ei=3CsgUntF9OP0gHbmIHgDw&usg=AFQjCNFb B6zWSAExDAMA9oZworfqJvRoVg

Cahyani, I. dan Hodijah. (2007). Kemampuan Bahasa Indonesia di Sekolah

Dasar. Bandung: UPI Press.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2006). Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Dewi, D. L. (2009). Penerapan Metode kooperatif Tipe Jigsaw Untuk

Meningkatkan Keterampilan Bercerita Pada Siswa Kelas III SDN Karang Talun Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi PBSI pada FKIP Universitas

Sebelas Maret Surakarta: Tidak diterbitkan.

Fraenkel, J. R. & Wallen, N. E. (2009). How To Design And Evaluate Research In

Education. USA: McGraw-Hill Inc.

Hernawan, A. H. Makna Ketuntasan Dalam Belajar. Jurnal Kurikulum dan

Teknologi Pendidikan. [pdf]. [Online]. Tersedia:

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&v ed=0CEkQFjAC&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FFIP %2FJUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIKAN%2F196202071987

ASAN_DALAM_BELAJAR.pdf&ei=qXIcU5OCFav70gHP2YCIDw&usg =AFQjCNGAPJUVsB0kXR_voINUkec4oc4l-g

Huda, M. (2013). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hizbulloh, H. http://kafeilmu.com/tes-kemampuan-menyimak/ [Diakses pada tanggal 19 Juni 2014].

Ibrahim. Killen, R. dkk. http://www.gurukelas.com/2012/09/cooperative-learning-dengan-teknik-jigsaw-metode-jigsaw.html[Diakses pada tanggal 30 April 2014].

Kemendikbud. (2013). Penyegaran Narasumber Pelatihan Guru Untuk

Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Tidak diterbitkan

Keterampilan Berbahasa dan Sastra Indonesia. [pdf]. [Online]. Tersedia:

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&v ed=0CCYQFjAA&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FFPB S%2FJUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA%2F1966062919 91031-

Lie, A. (2008). Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia

Ngalimun. (2013). Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Ningrum, E. (2009). Penelitian Tindakan Kelas: Panduan Praktis dan Contoh. Bandung: Buana Nusantara.

Nurgiyantoro, B. (2010) Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Resmini, N. (2007). Pendidikan Bahasa Dan Sastra Di Kelas Tinggi. Bandung: UPI PRESS.

Ruseffendi, E.T. (2001). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan Dan Bidang

Non-Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.

Saddhono, K. (2012). Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Bandung: Karya Putra Darwati.

Santoso, S. (2005). SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: Elek Media Komputindo.

Senjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Tarigan, H. G. (2013). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H. G. (2013). Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Yatmoko, S. F. http://susilofy.wordpress.com/2010/10/05/ptk-jigsaw/ [Diakses pada tanggal 17 Juni 2014].

http://allforedu.blogspot.com/2011/07/pengertian-dan-karakteristik.html?m=1. [Diakses pada tanggal 30 April 2014].

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/11/02/pembelajaran-tuntas-mastery-learning-dalam-ktsp/ [Diakses pada tanggal 10 Maret 2014].

http://ayahalby.wordpress.com/2011/02/23/belajar-tuntas-mastery-lear [Diakses pada tanggal 10 Maret 2014].

http://funmatika.wordpress.com/2012/01/08/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-jigsaw/ [Diakses pada tanggal 30 April 2014] .

Dokumen terkait