1 Gaji pokok 4.035.800 2 Tunjangan istri = 10% x 4.035.800,- 403.580 3 Jumlah 4.439.380 Tunjangan jabatan 1.000.000 4 Tunjangan beras 144.840 5 Pembulatan 28
6 Gaji kotor/Penghasilan Bruto (Jumlah baris 1 sd baris 6)
5.584.248 7 Gaji pokok 4.035.800 8 Pengurangan : a. Biaya jabatan = 5% x Rp5.584.248 = Rp279.212 b. Iuran pension = 4,75% x Rp5.584.248 = Rp210.871 490.083
9 Penghasilan bersih (netto) sebulan (baris 7) – (baris 8)
5.094.165
10 Penghasilan bersih (netto) setahun 12 x (baris 9) 61.129.981
11 PTKP (diri sendiri + istri) 58.500.000
12 Penghasilan kena pajak setahun (baris 10) – (barsi 11)
2.629.981
13 Penghasilan kena pajak setahun dibulatkan 2.629.000 14 PPh terutang dalam setahun : 5% x Rp4.563.000 131.450 15 PPh terutang dalam sebulan = 131.450 : 12 10.954
Kewajiban bendahara Pusdiklat Anggaran atas pembayaran gaji bulan Maret 2016 tersebut adalah:
a. Memotong PPh pasal 21 atas pembayaran gaji
b. Melaporkan SPT Masa PPh pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bogor paling lama tanggal 20 April 2016
2. Belanja Honorarium a. Simulasi Transaksi
Pusdiklat anggaran membayarkan honorarium kelompok kerja Paket Pekerjaan Renovasi Gedung Anggrek pada tanggal 25 Maret 2016, dengan rincian sebagai berikut :
Nama Golongan Jabatan Honorarium
Hendra Zain IV / a Ketua Rp.1.200.000,00
Dodi Santoso III / c Sekretaris Rp.1.000.000,00
Heri II / d Anggota Rp. 900.000,00
Bagaimana pemotongan pajak atas honorarium yang diterima anggota Pokja tersebut ?
Perhitungan PPh pasal 21
Penghitungan PPh pasal 21 atas honor tersebut didasarkan pada golongan dari penerima honor sebagai berikut.
Nama Golongan Honorarium Tarif PPh terutang
Hendra Z IV / a Rp.1.200.000,00 15% Rp.180.000,00
Dodi S III / c Rp.1.000.000,00 5% Rp. 50.000,00
Heri II / d Rp. 900.000,00 0% Rp. 0,00
Kewajiban Bendahara
Kewajiban bendahara Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan atas pembayaran honor tersebut :
1) memotong PPh Pasal 21 Final atas pembayaran honor;
2) membuat bukti potong PPh Pasal 21 Final atas pembayaran honor; 3) menyetorkan PPh Pasal 21 Final paling lama tanggal10 April 2016;
4) melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bogor Kota paling lama tanggal 20 April 2016.
b. Pengisian Formulir
Surat Setoran Elektronik
NPWP 00.030.485.6.404.0
Nama Bendahara Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan Alamat Jalan raya Puncak KM 72 Gadog
Kota Bogor
Jenis Pajak PPh pasal 21 (411121) Jenis Setoran Final / 402
Masa Pajak April s.d. April
Tahun Pajak 2016 Mata Uang Rupiah (Rp) Jumlah Setor 230.000
3) Pengisian SPT Masa Pajak Maret 2016 untuk Melaporkan Pemotongan PPh Pasal 21
NPWP PEMOTONG : - .
C. OBJEK PAJAK FINAL
JUMLAH BAGIAN C (PENJUMLAHAN ANGKA 1 S.D. 4)
D. LAMPIRAN
1. FORMULIR 1721 - I 5. FORMULIR 1721 - IV
(Untuk Satu Masa Pajak) D.02 D.10
2. FORMULIR 1721 - I 6. FORMULIR 1721 - V
(Untuk Satu Tahun Pajak) D.04
3. FORMULIR 1721 - II 7. SURAT SETORAN PAJAK (SSP)
D.06 DAN/ATAU BUKTI PEMINDAHBUKUAN (Pbk) D.13
4. FORMULIR 1721 - IIII 8. SURAT KUASA KHUSUS
D.08
E. PENYATAAN DAN TANDA TANGAN PEMOTONG
1. TANDA TANGAN 2. NPWP : 3. NAMA : 4. TANGGAL : 5. TEMPAT : 6. 00.030.485.6 404 000
Bendahara Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
PEMOTONG E.02 KUASA
2016 E.02 E.02 E.02 E.02 - . - -10 4 B.09 D.01 LEMBAR X D.09 21-499-99 LEMBAR D.03 1 D.11 1 LEMBAR D.05 X LEMBAR
4. PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPh PASAL 21 FINAL
LAINNYA D.07 X D.12 X 5. 3.
PEJABAT NEGARA, PEGAWAI NEGERI SIPIL, ANGGOTA TNI/POLRI DAN PENSIUNAN Y ANG MENERIMA HONORARIUM DAN IMBALAN LAIN Y ANG DIBEBANKAN KEPADA KEUANGAN NEGARA/DAERAH
21-402-01 3 3.100.000,00 230.000,00
2.
PENERIMA UANG MANFAAT PENSIUN, TUNJANGAN HARI TUA ATAU JAMINAN HARI TUA DAN PEMBAYARAN SEJENIS Y ANG DIBAY ARKAN SEKALIGUS
21-401-02
1. PENERIMA UANG PESANGON YANG DIBAYARKAN SEKALIGUS 21-401-01
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
NO PENERIMA PENGHASILAN KODE OBJEK
JUMLAH PENERIMA PENGHASILAN
JUMLAH PENGHASILAN JUMLAH PAJAK
PAJAK BRUTO (Rp) DIPOTONG (Rp)
FORMULIR 1721 D.14 LEMBAR LEMBAR 00.030.485.6 122 000 Bogor 1
Dengan menyadari sepenuhnya atas segala akibatnya termasuk sanki-sanki sesuai dengan ketentuan yang berlaku, saya menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap, dan jelas.
E.01
2
Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam Tahun Pajak. Subjek pajak dalam pajak penghasilan, terdiri dari orang pribadi, badan dan Badan Usaha Tetap (BUT). Berdasarkan Pasal 4 ayat (1), Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, yang menjadi objek pajak penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun. Cara menghitung Penghasilan Kena Pajak dari Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah penghasilan neto dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah berdasarkan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah Pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan dengan nama dan bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri. Berdasarkan subjeknya Pajak Penghasilan Pasal 21, dibedakan menjadi dua yakni untuk yang berprofesi sebagai Pejabat Negara, PNS, TNI, POLRI dan pensiunannya, dan yang tidak berprofesi sebagai Pejabat Negara, PNS, TNI, POLRI dan pensiunannya. Golongan tersebut, kemudian diklasifikasikan berdasarkan sumber penghasilannya, yakni untuk golongan Pejabat Negara, PNS, TNI, POLRI dan pensiunannya, dibedakan atas penghasilan tetap dan teratur dengan penghasilan yang tidak tetap dan tidak teratur, sedangkan untuk yang tidak berprofesi sebagai Pejabat Negara, PNS, TNI, POLRI dan pensiunannya, dibedakan atas penghasilan tetap dan teratur, penghasilan yang tidak tetap dan tidak teratur, dan penghasilan dari jasa.
PPh Pasal 22 adalah hal-hal yang berkenaan dengan penyerahan barang yang dibeli dari sumber dana APBN/APBD. Pihak-pihak yang berwenang untuk melakukan pemungutan terhadap PPh Pasal 22, antara lain Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau Pejabat Penerbit Surat Perintah Membayar (SPM) yang mendapat pendelegasian dari KPA, Bendaharawan Pemerintah Pusat maupun Daerah, BHMN/BLU/BUMN/BUMD yang melakukan pembayaran atas pembelian barang yang dibiayai dari APBN/APBD, dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Bendahara pemerintah pusat/daerah bertindak sebagai pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23, atas pembayaran yang dilakukan yang sumber dananya berasal dari APBN/APBD.
Bendahara berhak melakukan pemotongan PPh Pasal 26 terhadap Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN) yang memperoleh pembayaran, yang mana pembayaran tersebut berasal dari APBN/APBD. Pemotongan tersebut dilakukan oleh bendahara yang melakukan pembayaran, baik itu bendahara pemerintah pusat maupun bendahara pemerintah daerah. PPh Pasal 26 dikenakan kepada Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN), baik itu orang pribadi maupun badan, selain Badan Usaha Tetap (BUT) yang menerima penghasilan dari Indonesia. Pembayaran yang sumber dananya dari APBN/APBD dikenakan pemotongan pajak berdasarkan PPh Pasal 26, dengan tarif pajak sebesar 20% dari jumlah bruto yang diterima oleh Wajib Pajak luar negeri.
Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) terdiri dari pajak penghasilan atas penghasilan berupa sewa tanah dan/atau bangunan, PPh final atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, dan usaha jasa konstruksi. Pajak penghasilan atas penghasilan berupa sewa tanah dan/atau bangunan dipotong oleh bendahara atas pembayaran yang sumber dananya dari APBN/APBD, dilakukan terhadap semua nilai pembayaran atau jumlah bruto nilai persewaan yaitu semua jumlah yang dibayarkan atau terutang oleh penyewa dengan nama dan dalam bentuk apa pun juga yang berkaitan dengan tanah dan atau bangunan yang disewa termasuk biaya perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanan, biaya fasilitas lainnya dan ”service charge” baik yang perjanjiannya dibuat secara terpisah maupun yang disatukan. Besarnya PPh yang dipotong adalah 10% baik atas penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak badan maupun orang pribadi dari jumlah bruto nilai persewaan tanah dan/atau bangunan.
PPh final atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dipotong oleh bendahara dalam melaksanakan pembayaran atas pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan atas beban APBN/APBD dilakukan sesuai dengan nilai yang disepakati atau jumlah bruto nilai penjualan atau pengalihan hak. Jumlah bruto nilai penjualan atau pengalihan hak adalah nilai tertinggi antara nilai berdasarkan akta pengalihan hak termasuk bunga, pungutan dan pembayaran tambahan lainnya yang dipenuhi pembeli dibandingkan dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) tanah dan/atau bangunan yang bersangkutan.
Dalam rangka menyederhanakan pengenaan Pajak Penghasilan dari usaha jasa konstruksi dan memberikan kemudahan serta mengurangi beban administrasi bagi Wajib Pajak, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Jasa Konstruksi. Atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi, dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final.
Mata Anggaran Penerimaan atau akun yang dipakai untuk penyetoran pajak bendahara pengeluaran adalah :
Mata Anggaran Penerimaan Jenis Pajak
411121 Pajak Penghasilan Pasal 21 411122 Pajak Penghasilan Pasal 22 411124 Pajak Penghasilan Pasal 23 411127 Pajak Penghasilan Pasal 26