• Tidak ada hasil yang ditemukan

Radiasi sinar matahari yang sampai ke bumi terdiri dari tiga komponen, yaitu 44,3% cahaya tampak (Vissible light) dengan panjang gelombang berkisar 400-760 nm, 49,5% radiasi inframerah dengan panjang gelombang 760-1 x 106 nm, dan 6,2%

sinar ultraviolet (UV) dengan panjang gelombang 100-400 nm (Salvador dan Chivert, 2017).

Gambar 2.6 Spektrum Cahaya (Giancoli, 2001)

Menurut Deore et al., (2012) radiasi ultraviolet (UV) didefinisikan sebagai bagian dari spektrum elektromagnetik antara sinar-X dan cahaya tampak, dengan panjang gelombang berkisar antara 40 hingga 400 nm. Sinar ultraviolet terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan panjang gelombangnya (Mc Kinlay dan Diffey, 1987):

a. Radiasi UV-A (320-400nm)

Radiasi UV-A sering dikenal dengan sebutan sinar penuaan, dikarenakan akibat yang ditimmbulkan salah satunya adalah terjadinya penuaan dini. Ketika radiasi UV mampu mencapai kulit, sinar tersebut akan berusaha untuk menembus jauh ke dalam epidermis dan dermis kulit. Selain penuaan dini, salah satu efek yang ditimbulkan oleh radiasi UV-A adalah memberikan efek menggelapkan kulit atau tanning, dikarenakan kelebihan dalam produksi melanin dalam epidermis, menekan fungsi imunologis, menyebabkan nekrosis atau kerusakan pada sel endotel, sehingga dapat merusak pembuluh darah dermal.

b. Radiasi UV-B (280-320nm)

Radiasi UV-B disebut juga sinar pembakar, karena radiasi ini 1000 kali lebih mampu menyebabkan efek kulit terbakar dibdaningkan dengan radiasi UV-A. Reaksi sinar UV-B terutama terjadi pada lapisan sel basal epidermis kulit, namun efek yang ditimbulkan adalah mampu menyebabkan kerusakan pada informasi gen atau

14

genotoksik daripada radiasi UV-A. Kulit terbakar yang disebabkan oleh matahari adalah faktor utama penyebab kanker kulit melanoma dan non-melanoma.

c. Radiasi UV-C (200-280 nm)

Radiasi UV-C disaring oleh lapisan ozon stratosfer. Paparan sinar UV terhadap kulit (terutama pada sinar UVA yang panjang gelombangnya berkisar 320-400 nm) dapat menyebabkan stres oksidatif, kerusakan kolagen atau produksi prokolagen. Stres oksidatif menyebabkan terjadinya kerusakan DNA, sehingga dengan demikian dapat pula menyebabkan terjadinya kanker kulit. Kulit yang terkena paparan sinar UV secara berulang atau berkelanjutan akan merusakan kolagen sehingga menimbulkan keriput dan penuaan dini.

Efek sinar matahari yang ditimbulkan terhadap kulit saat ini jauh lebih berbahaya dibandingkan tahun sebelumnya, dikarenakan semakin menipisnya lapisan ozon (Salvador dan Chivert, 2017). Surya merupakan kata lain dari matahari yang berperan sebagai pusat tata surya. Matahari menjadi salah satu sumber kehidupan terbesar bagi makhluk hidup. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari sinar matahari, namun sinar matahari juga dapat memberikan dampak buruk bagi bagi makhluk hidup khususnya manusia. Manfaat yang dapat diperoleh dari sinar matahari diantaranya yaitu sebagai bantuan dalam proses fotosintesis bagi tumbuhan, memicu produksi vitamin D, mencegah beberapa penyakit, dan sebagainya. Dampak buruk dari matahari adalah dapat menyebabkan penuaan dini, kulit terbakar, minimbulkan eritema, timbulnya kerutan, flek hitam, dan lain sebagainya. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya dampak buruk tersebut adalah paparan sinar matahari yang berlebihan dan pada waktu yang tidak tepat.

Paparan sinar UV dapat menimbulkan efek buruk pada kulit, efek yang ditimbulkan terbagi menjadi 2 jenis, yaitu efek akut dan efek kronis. Efek akut yang ditimbulkan adalah eritema, pigmentasi, dan kerusakan DNA (Taylor, 2005).

Terpaparnya kulit dalam jangka waktu yang lama (sekitar 6-20 jam) akan menimbulkan eritema dan dapat menyebabkan penggelapan pada kulit (Tanning) baik dalam jangka waktu yang cepat maupun lama (Tranggono dan Latifah, 2013).

a. Eritema

Eritema merupakan salah satu respon kulit yang timbul berupa kemerahan pada kulit yang menandakan terjadinya inflamasi akut (Taylor, 2005).

b. Tanning

Selain timbulnya kemerahan, efek yang ditimbulkan adalah tanning. Proses terjadinya tanning terbagi 2, yaitu cepat dan lama. Tanning cepat dapat terjadi dalam waktu 1 jam, namun akan memudar bahkan hilang kembali setelah 4 jam. Hal ini dikarenakan tidak terbentuknya melanosom baru (Tranggono dan Latifah, 2013). Pada penelitian lainnya, efek gelap dapat timbul setelah beberapa menit kulit terpapar oleh UV, dan akan hilang setealah 6-8 jan (Draelos, 2006). Tanning lambat terjadi setelah kulit terpapar sinar UV pada kisaran waktu 48-72 jam, dan akan terlihat jelas setelah 72 jam. Pada tanning lambat terjadi produksi melanosom baru (Tranggono dan Latifah, 2013). Pada orang yang memiliki kulit terang yang terpapar sinar UV-B kisaran 20-27 mJ/cm2, akan menimbulkan eritema. Tanning dan eritema akan kembali pada kondisi normal setelah beberapa jam kemudian.

c. Kerusakan DNA

Kerusakan DNA yang ditimbulkan oleh paparan sinar UV antara lain adalah kesalahan dalam membaca kode genetik, apoptosis atau kematian sel terprogram, serta mutasi. Efek kronis yang ditimbulkan oleh sinar UV adalah Photoaging dan Fotokarsinogenesis. Photoaging atau penuaan dini merupakan efek kronis yang paling sering terjadi dibdaningkan kanker kulit. Fotokarsinogenesis adalah nama lain dari kanker kulit yang merupakan akibat dari paparan sinar UV. Namun, hal ini sangat sulit dideteksi. Perkembangan lesi kanker ini membutuhkan waktu yang cukup lama (Taylor, 2005).

Ada beberapa upaya dalam pencegahan terpaparnya UV, yaitu menghindari terpapar sinar matahari pada pukul 10.00 sampai 16.00, memakai tabir surya secara teratur dan berulang setiap 2-3 jam sekali, menggunakan pakaian atau asesoris yang dapat menghalangi sinar matahari terhadap kulit secara langsung (seperti kacamata, payung, dan topi), dan mengonsumsi makanan yang tinngi antioksidan, vitamin C, vitamin A, dan vitamin E (Baumann, 2009).

Masalah kulit lainnya akibat papar sinar UV adalah perubahan warna kulit atau pigmentasi. Kelainan pigmentasi terbagi menjadi dua, yaitu hiperpigmentasi atau perubahan kulit menjadi lebih gelap dikarenakan bertambahnya pigmen melanin, dan hipopigmentasi atau lebih dikenal dengan terjadinya perubahan warna kulit menjadi lebih terang disebabkan pigmen melanin dalam kadar yang sangat sedikit bahkan

16

sampai tidak ada. Contoh kasus hiperpigmentasi adalah freckles, melasma, lentigo, dan melanoderma. Contoh kasus dari hipopigmentasi adalah leukoderma dan vitiligo (Hardiyanto dan Soedirman, 1981).

2.5 Tabir Surya

Dokumen terkait