• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sindrom Metabolik Pada Pasien Skizofrenik

BAB VII HASIL PENELITIAN

VII.3. Sindrom Metabolik Pada Pasien Skizofrenik

Tabel 3. Sindrom metabolik pada pasien skizofrenik menurut definisi NCEP ATP IIIA

Sindrom Metabolik Jumlah %

Ada Tidak ada 9 81 10 90 Total 90 100

Dari tabel 3 diatas dapat diamati bahwa sindrom metabolik menurut definisi NCEP ATP IIIA yang dijumpai pada pasien skizofrenik hanya 10%, dan yang terbanyak adalah tidak ada sindrom metabolik (90%).

VII.4. SEBARAN JENIS OBAT YANG DIGUNAKAN PADA PASIEN SKIZOFRENIK

Tabel 4. Sebaran jenis obat yang dgunakan pada pasien skizofrenik

Sindrom metabolik definisi NCEP ATP IIIA

Jenis antipsikotik Ada n % Tidak ada n % Tipikal 4 44.4 61 75.3 Atipikal 5 55.6 20 24.7 Total 9 100 81 100 Nama obat Haloperidol 4 44.4 57 70.4 Risperidon 5 55.6 17 21.0 Stelazin 0 0 3 3.7 Klozapin 0 0 3 3.7 klorpromazin 0 0 1 1.2 Total 9 100 81 100

Dari tabel 4. diatas dapat diamati bahwa jenis antipsikotik yang terbanyak pada pasien skizofrenik dengan sindrom metabolik adalah atipikal, yaitu risperidon sebesar 5 pasien (55.6%), sementara pasien skizofrenik yang tanpa sindrom metabolik adalah jenis antipsikotik tipikal 61 pasien (75.3%), haloperidol sebanyak 57 pasien (70.4%).

VII.5. MEAN DAN STANDARD DEVIATION LAMA PEMAKAIAN DAN DOSIS OBAT ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIK DENGAN SINDROM METABOLIK

Tabel 5. Mean dan Standard Devation Lama Pemakaian Dan Dosis Obat Antipsikotik Pada Pasien Skizofrenik Dengan Sindrom Metabolik

Variabel Mean Standard

Deviation

Lama pemakaian (bulan) Dosis obat - Risperidon (mg/hari) - Haloperdol 34.11 06.13 03.20 31.25 02.59 01.09

Dari tabel 5 diatas dapat diamati bahwa rerata lama pemakaian obat antipsikotik pada pasien skizofrenik dengan sindrom metabolik adalah 34.11(31.25) bulan dengan rerata dosis obat risperidon 06.13(02.59) dan haloperidol 03.20(01.09) mg/hari.

VII.6.SEBARAN UMUR PASIEN SKIZOFRENIK DENGAN SINDROM METABOLIK

Tabel 6. Sebaran umur pasien skizofrenik dengan sindrom metabolik Umur penderita Sindrom metabolik definisi

NCEP ATP IIIA

p Ada n % Tidak ada n % 20-29 tahun 2 22.2 23 28.4 30-39 tahun 1 11.1 31 38.3 40-49 tahun 2 22.2 14 17.8 0.251* 50-59 tahun 3 33.3 10 14.4 ≥ 60 tahun 1 11.1 3 4.4 Total 9 100 81 100 *

Pearson X2, degree of freedom (df)=4

Dari tabel 6 diatas dapat diamati bahwa sindrom metabolik yang paling banyak terjadi pada pasien skizofrenik kelompok umur 50-59 tahun (33.3%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom metabolik pada pasien skizofrenik berdasarkan kelompok umur.

VII.7. SEBARAN JENIS KELAMIN PASIEN SKIZOFRENIK DENGAN SINDROM METABOLIK

Tabel 7. Sebaran jenis kelamin pasien skizofrenikdengan sindrom metabolik Sindrom metabolik definisi

NCEP ATP IIIA Jenis kelamin Ada n % Tidak ada n % p Laki-laki 4 44.4 52 64.2 0.246* Perempuan 5 55.6 29 35.8 Total 9 100 81 100 * Pearson X2, df=1

Dari tabel 7 diatas dapat diamati bahwa sindrom metabolik yang paling banyak terjadi pada pasien skizofrenik perempuan (55.6%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom metabolik pada pasien skizofrenik berdasarkan jenis kelamin.

VII.8. SEBARAN SUKU PASIEN SKIZOFRENIK DENGAN SINDROM METABOLIK

Tabel 8 Sebaran suku pasien skizofrenikdengan sindrom metabolik Sindrom metabolik definisi

NCEP ATP IIIA Suku Ada n % Tidak ada n % p Batak 6 66.7 48 59.3 0.667* Non Batak 3 33.3 33 40.7 Total 9 100 81 100 * Pearson X2, df=1

Dari tabel 8 diatas dapat diamati bahwa sindrom metabolik yang paling banyak terjadi pada pasien skizofrenik batak (66.7%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom metabolik pada pasien skizofrenik berdasarkan suku.

VIII.9. SEBARAN STATUS PERKAWINAN PASIEN SKIZOFRENIK DENGAN SINDROM METABOLIK

Tabel 9. Sebaran status perkawinan pasien skizofrenik dengan sindrom metabolik

Sindrom metabolik definisi NCEP ATP IIIA Status perkawinan Ada n % Tidak ada n % p Tidak kawin 4 44.4 52 64.2 Kawin 4 44.4 26 32.1 0.391* Cerai/janda/duda 1 11.1 3 3.7 Total 9 100 81 100 *Pearson X2, df=2

Dari tabel 9 diatas dapat diamati bahwa sindrom metabolik yang paling banyak terjadi pada pasien skizofrenik yang tidak kawin dan yang kawin dimana kedua kelompok ini sama (44.4%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom metabolik pada pasien skizofrenik berdasarkan status perkawinan.

VII.10. SEBARAN TINGKAT PENDIDIKAN PASIEN SKIZOFRENIK DENGAN SINDROM METABOLIK

Tabel 10. Sebaran tingkat pendidikan pasien skizofrenik dengan sindrom metabolik

Sindrom metabolik definisi NCEP ATP IIIA Tingkat pendidikan Ada n % Tidak ada n % p Tidak sekolah 0 0 1 1.2 SD 2 22.2 13 16.0 SMP 1 11.1 21 25.9 0.855* SMU 5 55.6 35 43.2 Perguruan Tinggi 1 11.1 11 13.6 Total 9 100 81 100 *Pearson X2, df=4

Dari tabel 10 diatas dapat diamati bahwa sindrom metabolik yang paling banyak terjadi pada pasien skizofrenik dengan tingkat pendidikan SMU (55,6%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom metabolik pada pasien skizofrenik berdasarkan tingkat pendidikan.

VII.11. SEBARAN PEKERJAAN PASIEN SKIZOFRENIK DENGAN SINDROM METABOLIK

Tabel 11. Sebaran pekerjaan pasien skizofrenik dengan sindrom metabolik Sindrom metabolik definisi

NCEP ATP IIIA Pekerjaan Ada n % Tidak ada n % p Bekerja 3 33.3 23 28.4 Tidak bekerja 6 66.7 58 71.6 0.756* Total 9 100 81 100 *Pearson X2, df=1

Dari tabel 11 diatas dapat diamati bahwa sindrom metabolik yang paling banyak terjadi pada pasien skizofrenik yang tidak bekerja (66.7%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom metabolik pada pasien skizofrenik berdasarkan pekerjaan.

BAB VIII PEMBAHASAN

Penelitian ”Sindrom Metabolik pada Pasien Skizofrenik Rawat Jalan” ini merupakan suatu penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi sindrom metabolik pada pasien skizofrenik yang mendapat pengobatan antipsikotik yang sedang rawat jalan dan untuk mengetahui proporsi sindrom metabolik pada pasien skizofrenik yang mendapat pengobatan antipsikotik yang sedang rawat jalan berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, suku, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan dan tujuan khususnya untuk mengetahui apakah sindrom metabolik pada pasien skizofrenik berbeda berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, suku, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan dan agar pasien skizofrenik yang memiliki sindrom metabolik di rujuk ke endokrinologis untuk mendapat penilaian dan penatalaksanaan yang tepat.

Hipotesis pada penelitian ini yang menyatakan bahwa sindrom metabolik pada pasien skizofrenik rawat jalan berbeda berdasarkan pada kelompok umur (p=0.251); jenis kelamin (p=0.246); suku (p=0.667); status perkawinan (p=0.391); pendidikan (p=0.855); pekerjaan (p=0.756) tidak terbukti.

VIII.1. MEAN DAN STANDARD DEVIATION KOMPONEN SINDROM METABOLIKPADA PASIEN SKIZOFRENIK

Dari tabel 2 diatas dapat diamati bahwa rerata lingkar pinggang, BMI, tekanan darah baik sistolik dan diastolik, serta kadar trigliserida pada pasien skizofrenik dengan sindrom metabolik lebih tinggi daripada yang tanpa sindrom metabolik. Telah diketahui bahwa sindrom metabolik berhubungan dengan risiko yang meningkat terjadinya penyakit kardiovaskular. Dimana setiap komponen-komponen dari sindrom metabolik merupakan faktor risiko tersendiri terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskular, ketika komponen-komponen ini ada bersama-sama maka peningkatan risiko setidak-tidaknya bertambah.7

Rerata kadar HDL pada pasien skizofrenik dengan sindrom metabolik dan yang tanpa sindrom metabolik didapati perbedaan yang kecil [32,22(11,88) mg/dl vs 31,29(11,47)mg/dl]. Pada kedua kelompok baik yang dengan sindrom metabolik dan tanpa sindrom metabolik didapat bahwa rerata HDL < 40 ini menunjukkan bahwa kelompok pasien skizofrenik tanpa sindrom metabolik tetap memiliki risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular.

VIII.2. SINDROM METABOLIK PADA PASIEN SKIZOFRENIK

Secara keseluruhan dapat diamati bahwa dari 90 orang pasien skizofrenik rawat jalan yang mengalami sindrom metabolik menurut definisi NCEP ATP III A berjumlah 9 orang (10%), sementara Kato dkk menemukan prevalensi sindrom metabolik menurut definisi NCEP ATP III sekitar 60% diantara 63 pasien skizofrenik rawat jalan,8 De Hert dkk pada penelitian cross-sectional terhadap 430 pasien skizofrenik menemukan prevalensi sindrom metabolik menurut definisi NCEP ATP IIIA sebesar 32%.10

Ditemukannya proporsi yang kecil pada penelitian ini mungkin dikarenakan jumlah sampelnya yang kecil.

VIII.3. SEBARAN JENIS OBAT YANG DIGUNAKAN PADA PASIEN SKIZOFRENIK

Dari tabel 4. dapat diamati bahwa jenis antipsikotik yang terbanyak pada pasien skizofrenik dengan sindrom metabolik adalah atipikal, yaitu risperidon sebesar 5 pasien (55.6%), sementara pasien skizofrenik yang tanpa sindrom metabolik adalah jenis antipsikotik tipikal 61 pasien (75.3%), haloperidol sebanyak 57 pasien (70.4%).

VIII.4. MEAN DAN STANDARD DEVIATION LAMA PEMAKAIAN DAN DOSIS OBAT ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIK DENGAN SINDROM METABOLIK

Dari tabel 5 dapat diamati bahwa rerata lama pemakaian obat antipsikotik pada pasien skizofrenik dengan sindrom metabolik adalah 34.11(31.25) bulan dengan rerata dosis obat risperidon 06.13(02.59) dan haloperidol 03.20(01.09) mg/hari.

VIII.5. SEBARAN UMUR PASIEN SKIZOFRENIK DENGAN SINDROM METABOLIK

Dari tabel 6 diatas dapat diamati bahwa sindrom metabolik yang paling banyak terjadi pada pasien skizofrenik kelompok umur 50-59 tahun (33.3%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom metabolik pada pasien skizofrenik berdasarkan kelompok umur.

Sementara Heiskanen dkk (di Finlandia) menemukan prevalensi sindrom metabolik 37% dengan definisi NCEP ATP III, pada 35 pasien dengan usia rerata 45 tahun.9 Saari K (2005) yang meneliti prevalensi sindrom metabolik pada pasien skizofrenik (pada usia awal 30-an) menurut definisi NCEP ATP III adalah 19%. Hal ini diperkuat dengan pernyataan bahwa terjadinya sindrom metabolik akan meningkat dengan bertambahnya usia.13

VIII.6. SEBARAN JENIS KELAMIN PASIEN SKIZOFRENIK DENGAN SINDROM METABOLIK

Dari tabel 7 diatas dapat diamati bahwa sindrom metabolik yang paling banyak terjadi pada pasien skizofrenik perempuan (55.6%) sementara laki-laki hanya 44,4%. Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom metabolik pada pasien skizofrenik berdasarkan jenis kelamin.

Hasil yang hampir sama telah dilaporkan oleh Cohn dkk, yang menyatakan bahwa sindrom metabolik yang terjadi pada pasien skizofrenik canadian 42,6% pada laki-laki dan 48,5% pada wanita sementara McEvoy dkk menemukan sebesar 36,6% pada laki-lak I dan 54,2% pada wanita.1,11

VIII.7. SEBARAN SUKU PASIEN SKIZOFRENIK DENGAN SINDROM METABOLIK

Dari tabel 8 diatas dapat diamati bahwa sindrom metabolik yang paling banyak terjadi pada pasien skizofrenik batak (66.7%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom metabolik pada pasien skizofrenik berdasarkan suku.

Sementara penelitian cross-sectional Kato dkk, pada 48 pasien skizofrenik rawat jalan menemukan bahwa pasien skizofrenik Hispanik memiliki prevalensi sindrom metabolik 74% dan yang non Hispanik 41%, menunjukkan terdapat perbedaan bermakna sindrom metabolik menurut suku (p< 0.05).18

VIII.8. SEBARAN STATUS PERKAWINAN PASIEN SKIZOFRENIK DENGAN SINDROM METABOLIK

Dari tabel 9 diatas dapat diamati bahwa sindrom metabolik yang paling banyak terjadi pada pasien skizofrenik yang tidak kawin dan yang kawin dimana kedua kelompok ini sama (44.4%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom metabolik pada pasien skizofrenik berdasarkan status perkawinan.

VIII.9. SEBARAN TINGKAT PENDIDIKAN PASIEN SKIZOFRENIK DENGAN SINDROM METABOLIK

Dari tabel 10 diatas dapat diamati bahwa sindrom metabolik yang paling banyak terjadi pada pasien skizofrenik dengan tingkat pendidikan SMU (55,6%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom metabolik pada pasien skizofrenik berdasarkan tingkat pendidikan.

VIII.10. SEBARAN PEKERJAAN PASIEN SKIZOFRENIK DENGAN

Dokumen terkait