• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.11 Model Pembelajaran Explicit Instruction

2.1.11.2 Sintaks Model Pembelajaran Explicit Instruction

Sintaks model pembelajaran Explicit Instruction menurut Kardi dalam Trianto (2007: 31) disajikan dalam lima tahap, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.2 Sintaks model pembelajaran Explicit Instruction

Fase Deskripsi

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

a. Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.

b. Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mempersiapkan diri mengikuti pembelajaran. Fase 2

Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

a. Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap. b. Siswa menyimak penjelasan guru.

Fase 3

Membimbing pelatihan

a. Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.

b. Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang sedang dipelajari.

c. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru secara mandiri maupun dengan bantuan guru. Fase 4

Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

a. Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, bisa dengan mengerjakan tugas secara berkelompok maupun individual, dan memberi umpan balik.

b. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru baik secara berkelompok, maupun individu.

c. Guru bersama siswa membahas jawaban dari tugas yang telah dikerjakan siswa.

Fase Deskripsi

d. Memberikan penghargaan kepada siswa yang mengerjakan tugas dengan baik dan benar.

Fase 5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

a. Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

b. Siswa mengerjakan tes evaluasi formatif.

Lebih jelas Huda (2013: 186-187) merinci tahapan atau sintaks model pembelajaran Explicit Instruction adalah sebagai berikut. Tahap yang pertama yaitu Orientasi. Pada tahap ini guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, dan mempersiapkan siswa untuk belajar. Tahap yang kedua yaitu Presentasi. Pada tahap ini guru mendemonstrasikan materi pelajaran, baik berupa keterampilan maupun konsep atau menyajikan informasi tahap demi tahap. Tahap yang ketiga yaitu Latihan Terstruktur, dimana guru merencanakan dan memberi bimbingan instruksi awal kepada siswa. Tahap yang keempat yaitu Latihan Terbimbing, guru memeriksa apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik dengan memberinya kesempatan untuk berlatih konsep dan keterampilan, lalu melihat apakah mereka berhasil memberi umpan balik yang positif atau tidak. Tahap yang kelima yaitu Latihan Mandiri, guru merencanakan kesempatan untuk melakukan instruksi lebih lanjut dengan berfokus pada situasi yang lebih kompleks atau kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya Huda (2013: 187-9) menjelaskan kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihannya yaitu:

(1) Guru bisa mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa.

(2) Model ini dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil;

(3) Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa.

(4) Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur;

(5) Merupakan cara yang efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang Explicit kepada siswa yang berprestasi rendah;

(6) Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat.

Sementara itu kelemahan model pembelajaran Explicit Instruction antara lain:

(1) Terlalu bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati dan mencatat

(2) Kesulitan untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya mengajar, atau ketertarikan siswa;

(3) Kesulitan siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal yang baik;

(4) Kesuksesan model ini hanya bergantung pada penilaian dan antusiasme guru di ruang kelas;

(5) Adanya berbagai hasil penelitian yang menyebutkan bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model Explicit Instruction, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian dan keingintahuan siswa. Berdasarkan kutipan diatas, maka penggunaan model explicit instruction dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan tersktruktur dimana isi materi penuh disampaikan kepada anak didik dalam waktu yang relatif singkat dan guru yang memiliki persiapan dalam penyampaian pelajaran dapat menarik perhatian siswa. Namun tidak dipungkiri bahwa model explicit instruction memiliki kelemahan yaitu ruang untuk siswa aktif memang terlalu sempit yang berdampak tidak mengembangkan keterampilan sosial siswa. Walaupun explicit instruction memiliki kelemahan tidak mengembangkan keterampilan sosial siswa tetapi itu tidak menjadi penghalang karena guru akan berperan aktif dalam proses pengembangan diri setiap siswa untuk memperoleh hasil yang baik dengan menggunakan pembelajaran ini.

Model explicit instruction sering disamakan dengan metode demostrasi dan modelling, karena di dalam model explicit instruction tedapat kegiatan mendemonstrasikan atau memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Untuk membedakan model explicit instruction dengan kedua metode tersebut yaitu dengan memahami makna serta kegiatan dalam masing-masing metode.

Menurut Syaiful Sagala (2011: 210) metode demonstrasi adalah pertunjukkan tentang suatu proses atau benda sampai pada penampilan tingkah

laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruan. Peragaan suatu proses dapat dilakukan oleh guru sendiri atau dibantu beberapa peserta didik dapat pula dilakukan oleh sekelompok peserta didik.

Metode Modelling adalah cara yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Siswa tidak hanya memiliki gambaran abstrak akan suatu ilmu pengetahuan namun juga dapat mempraktekannya secara langsung. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Salah satu siswa dapat ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya. Model juga dapat didatangkan dari luar yang memiliki keahlian dibidangnya (Trianto 2012: 117). Ciri-ciri penggunaan metode modelling yaitu adanya model yang dapat ditiru oleh siswa.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa model explicit instruction, metode modelling dan demonstrasi memiliki persamaan yaitu sama-sama melakukan demonstrasi dan menjadikan guru sebagai model dalam proses pembelajaran, namun yang membedakan model explicit instruction dengan metode modelling dan demonstrasi yaitu adanya tahap pembimbingan yang dilakukan oleh guru. Proses pembimbingan itu dilakukan bertujuan agar siswa lebih cepat memahami materi dan memperoleh pengalaman secara langsung. Dengan adanya bimbingan, maka dapat dipastikan siswa paham dan mampu mengerjakan apa yang sudah diajarkan.

2.1.12 Media Pembelajaran