• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.3. Profil Informan

4.4.3. Sisa-Sisa Budaya Feodalisme Menyebabkan Mobilitas Sosial

Menurut Horton dan Hunt (Narwoko, 2004) mobilitas dapat diartikan sebagai suatu gerakan perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Mobilitas sosial juga dapat berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial dan biasanya termasuk pula dari segi penghasilan yang dapat dialami oleh beberapa individu atau keseluruhan anggota kelompok.

Terjadinya mobilitas sosial dari satu lapisan sosial ke lapisan sosial lainnya berarti menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan pada seseroang yang mengalami mobilitas tersebut. Dalam mempertahankan budaya-budaya lama orang-orang sering mengadopsi secara tidak langsung budaya lama tersebut. Seperti yang dituturkan oleh Pak Sidabutar dalam kutipan wawancara berikut:

”....Tidak jarang terkadang ada orang-orang staf yang dengan sengaja menjodohkan anak-anak mereka alasannya cuma supaya hubungan persaudaraan diantara mereka tetap terjaga.”

Wawancara Mei 2011.

Apabila dilihat dari sisi budaya yang ada di masyarakat sekitar wilayah perkebunan, memang tidak jarang diantara mereka sesama masyarakat perkebunan saling menjodohkan anak mereka. Ini dilakukan dengan alasan agar kekerabatan diantara mereka tetpa dapat terjalin dengan baik. Padahal bila dipahami lebih dalam, hal tersebut merupak salah satu peninggalan budaya feodalisme yang telah terlestarikan di dalam diri mereka yang secara tidak disadari ternyata diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut juga tidak menutup kemungkinan dapat mengakibatkan terjadinya mobilitas sosial seorang karyawan.

Perilaku diatas yang dapat mengakibatkan terjadinya mobilitas sosial vertikal yang merupakan perpidahan individu atau objek sosial dari kedudukan sosial yang satu menuju ke kedudukan yang lainnya yang tidak sederajat.

Terjadi Gerak Sosial Meningkat (social climbing), pada masyarakat perkebunan yang merujuk pada kondisi karyawan perkebunan Tandem Hilir, kemudian adanya gerak perpindahan anggota masyarakat yang rendah seperti misalnya, buruh kasar yang memiliki pekerjaan hanya pada saat musim panen tiba, ketika ia kemudian dipindahtugaskan menjadi kepala bagian tanaman.

Gerak Sosial dapat menurun apabila dalam mobilitas horizontal tidak terjadi perubahan dalam derajat status seseorang atau objek sosial lainnya. Pada umumnya, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosial ke atas adalah sebagai berikut :

f. Perubahan Standar Hidup

Yaitu berupa kenaikan penghasilan akan tetapi tidak menaikkan statusnya secara otomatis, melainkan akan merefleksikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Hal ini yang akan mempengaruhi peningkatan status, contohnya; seorang buruh kasar, karena keberhasilan dan prestasinya, ia diberikan kenaikan pangkat menjadi karyawan tetap sehingga apabila ditinjau dari segi tingkat pendapatannya akan meningkat. Namun status sosialnya di masyarakat tidak dapat dikatakan naik apabila tidak ia merubah standar hidupnya, misalnya ia memutuskan untuk tetap hidup sederhana sama seperti ketika ia menjadi buruh kasar.

g. Perkawinan

Untuk meningkatkan status sosial yang lebih tinggi dapat dilakukan malalui perkawinan. Contohnya: seorang wanita anak karyawan yang berasal dari keluarga sangat sederhana menikah dengan seorang laki-laki anak dari staf diperkebunan yang berasal dari keluarga kaya dan terpandang di lingkungan perkebunan tersebut. Perkawinan ini dapat menaikkan status wanita tersebut.

h. Perubahan Tempat Tinggal

Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru atau dengan cara merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih megah, indah dan mewah. Maka secara otomatis seseorang yang memiliki tempat tinggal mewah tersebut akan diberi label sebagai orang kaya oleh masyarakat sekitar. Hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas.

i. Perubahan Tingkah Laku

Untuk mendapatkan status sosial yang lebih tinggi, orang berusaha menaikkan status sosialnya dan berperilaku layaknya kelas yang lebih tinggi sebagi aspirasi dari kelasnya. Bukan hanya tingkah laku, tetapi juga pakaian, ucapan, minat dan sebagainya. Ia merasa dituntut untuk mengkaitkan diri dengan kelas yang dinginkannya. Contoh, agar penampilannya meyakinkan

dan dianggap sebagai orang dari golongan lapisan kelas atas, ia selalu mengenakan pakaian yang bagus-bagus. Jika bertemu dengan kelompoknya, ia pun berbicara dengan menyelipkan berbagi istilah-istilah asing.

j. Perubahan Nama

Dalam masyarakat perkebunan Tandem Hilir, sebuah nama diidentifikasikan pada posisi yang mereka terima. Gerak ke atas dapat dilaksanakan dengan mengubah nama yang menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi. Contoh: di kalangan masyarakat perkebuna di KebunTandem Hilir, seseorang yang memiliki status sebagai orang yang memiliki posisi sebagai kepala atau pimpinan mendapat sebutan ’Pak KTU, Pak Manager, Pak Mandor’ .

Budaya feodalisme dapat menghambat pemberantasan korupsi, sangat terasa di Indonesia. Perilaku sebagian petinggi yang masih merasa berhak untuk dihormati tinggi-tinggi dan diagung-agungkan, serta ucapannya harus didengar dan keinginannya harus dituruti. Mereka kurang menonjolkan fungsinya sebagai pelayan dan abdi masyarakat maupun bawahannya. Dan bahkan sering kali membuat kebijakan yang mengatasnamakan kepentingan umum, padahal sebenarnya hanya merupakan kepentingan orang tertentu atau sekelompok orang saja.

Kebudayaan oleh sebab itu, menjadi sesuatu yang harus diperjuangkan misalnya dari dampak negatif globalisasi atau masuknya nilai-nilai asing yang tidak sejalan dengan nilai-nilai luhur bangsa. Akibatnya, kebudayaan seringkali dilihat

sebagai masalah keamanan yang serius, atau bahkan masalah kedaulatan. Selain itu, aktivitas kebudayaan juga menjadi sesuatu yang harus banyak diatur oleh birokrasi.

Cara pandang tersebut tentu saja mengandung banyak kelemahan dan tidak mendukung kehidupan kebudayaan. Kebudayaan yang sebenarnya bukanlah sesuatu yang hanya dipertahankan, apalagi dipertahankan secara defensif dari kebudayaan luar. Sebab, kebudayaan itu bukanlah sebuah wilayah tertutup, dan tidak bisa menjadi wilayah tertutup (Sarjono, 1999: 310). Kebudayaan merupakan hasil proses kreatif dan inovatif yang terus menerus. Kebudayaan-kebudayaan tersebut berkembang karena membuka dan melibatkan diri dalam upaya pelestarian, bukan karena menutup diri dan menghindar.

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan data-data yang diperoleh dan diinterpertasikan, maka dalam penelitian ini didapat kesimpulan yang penting yaitu antara lain :

1. Wilayah perkebunan merupakan tempat dimana mulai masuknya budaya feodalisme yang dibawa oleh bangsa Belanda ketika mereka membuka lahan perkebunan di areal Sumatera.

2. Sisa-sisa budaya feodalisme adalah suatu bentuk-bentuk peninggalan dari bangsa Belanda yang kemudian menjadi budaya yang melekat pada umumnya pada masyarakat perkebunan. Ini dikarenakan memang bermula dari perkebunanlah cikal-bakal masuknya budaya-budaya baru pada bangsa Indonesia. Feodalisme disini maksudnya adalah suatu paham yang menjunjung tinggi adanya atasan dan bawahan. Sehingga ada pihak yang ditindas dan pihak yang menindas.

3. Dengan adanya sisa-sisa budaya feodalisme pada masyarakat perkebunan, dapat dilihat bahwa ternyata adab dan kebiasaan apapun baik itu negatif ataupun positif yang dibawa oleh bangsa asing yang pernah berkuasa di Indonesia sangat memberikan peranan yang besar dalam perilaku kehidupan sehari-hari masyarakat perkebunan. Apalagi memang orang tersebut dari awal mengikuti sejarah yang ada di perkebunan sehingga ia mengadopsi pemikiran- pemikiran dari budaya feodalisme.

4. Budaya lama yang telah diadopsi oleh masyarakat sangat sulit untuk kemudian digantikan oleh adanya budaya-budaya baru. Apalagi ada kecenderungan penganut budaya lama yang sudah merasa cocok dengan nilai dan norma yang secara tidak langsung diajarkan kepada mereka. Berdasarkan hasil wawancara dengan para karyawan yang juga bertempat tinggal di perkebunan Tandem Hilir, sisa-sisa budaya feodalisme secara sadar atau tidak telah mereka lestarikan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Sisa-sisa dari budaya feodalisme yang secara tidak langsung mereka lakukan dapat menutup akses informasi dan pengetahuan yang datang dari luar. Krena budaya yang merkea adopsi membuat mereka tetap berada pada alur nilai dan mempertahankan nilai tanpa mengubah sedikitpun dengan adanya budaya baru yang masuk.

6. Pada umumnya, masyarakat perkebunan masih menganut budaya feodalisme ini. Hal tersebut dapat dilihat dari pengamatan yang peneliti lakukan dan telusuri. Berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan Kebun Tandem Hilir yang bertempat tinggal di perkebunan, dan rata-rata dari mereka adalah orang yang telah lama hidup dengan sisa-sisa dari budaya feodalisme ini. Apalagi ada pula yang sejak kecil telah bertempat tinggal dikarenakan orangtua mereka sendiri memang merupakan masyarakat asli di perkebunan. Hal ini yang kemudian membuat masyarakat tetap menjaga kelestarian dari budaya lama seperti budaya feodalisme ini. Adapun bentuk-bentuk dari sisa-sisa budaya feodalisme yang masih dilestarikan adalah atasan yang lazimnya memegang wewenang dan peranan yang sangat penting diperkebunan masih

melakukan hal-hal seperti dalam pengambilan keputusan hanya segelintir orang yang dilibatkan dan orang-orang tersebut adalah dari kalangan petinggi di perkebunan juga. Sehingga ada indikasi bahwa karyawan yang di bawah hanya sebagai elemen yang menjalankan kebijakan yang telah diputuskan terlebih dahulu oleh atasan mereka tersebut.

7. Tidak semua sisa-sisa dari budaya feodalisme yang dibawa oleh bangsa Belanda membawa dampak negatif dan cenderung hanya menindas, ada pula yang membuat masyarakat perkebunan menjadi berbeda dengan masyarakat yang lainnya. Seperti dalam perekrutan karyawan di perkebunan, dengan konsep budaya feodalisme yang diadopsi inilah dapat terjaring pegawai yang memang jelas dari segi kualitas seseorang karyawan tanpa harus kesulitan untuk melakukan seleksi. Karena biasanya karyawan yang diterima adalah hanya melalui proses kekerabatan yang sudah dikenal tingkat kualitas yang dimiliki dengan posisi yang dibutuhkan di perusahaan. Sehingga akan menekan biaya pengeluaran dari perusahaan itu sendiri.

Dokumen terkait