• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sisi Penawaran

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (Halaman 44-56)

Dari sisi penawaran, tingginya ketergantungan pangan dari provinsi lain seperti Jawa Timur dan Sulawesi Selatan untuk komoditas bahan pangan seperti beras dan bawang merah menjadi salah satu faktor pendorong inflasi di triwulan laporan (Grafik II.6). Selain itu, anomali cuaca, tingginya gelombang laut Jawa dan Selat Makassar, serta kondisi infrastruktur utama yang tidak sempurna menghambat jalur distribusi komoditas bahan pangan dan mengurangi tangkapan ikan nelayan.

Di awal triwulan II 2015, beras menduduki peringkat pertama penyumbang deflasi, setelah tiga bulan berturut-turut mengalami inflasi. Hal ini seiring dengan musim panen raya sehingga stok beras melonjak tajam. Namun, deflasi yang dialami komoditas beras tersebut tidak berlangsung lama karena pada bulan Juni 2015, beras kembali menjadi penyumbang inflasi peringkat dua. Komoditas lain yang menjadi pendorong inflasi pada triwulan laporan adalah daging ayam ras dan telur ayam ras, cabai rawit dan ikan layang/benggol.

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, diolah Grafik II.6 Inflasi Bulanan Komoditas Beras dan Bawang

Merah Provinsi Kaltim

Sumber: Bank Indonesia dan BPS, diolah Grafik II.7 Nilai Tukar Rp/US$ dan Inflasi Provinsi Kaltim

Sementara itu dari sisi eksternal, meskipun nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing khususnya dolar Amerika Serikat masih terus terkoreksi, namun sampai sejauh ini dampaknya relatif minimal terhadap inflasi di Kaltim, khususnya untuk komoditas yang diperdagangkan secara internasional seperti emas dan barang-barang impor (Grafik II.7).

-40 -30 -20 -10 0 10 20 -2 -1 0 1 2 3 4 2014 2015 P erse n mt m P erse n mt m

Beras Bawang Merah

0 2 4 6 8 10 12 8000 9000 10000 11000 12000 13000 14000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

yoy % Rp/USD Rp/USD Inflasi YoY (%)

Dekomposisi dan Komoditas Penyumbang Inflasi

2.4

Berdasarkan hasil disagregasi dengan menggunakan pendekatan subkelompok, inflasi pada triwulan II 2015 didorong oleh meningkatnya harga pada kelompok administered prices dan kelompok volatile foods. Sementara itu, kelompok inflasi inti cenderung masih terkendali, meskipun juga mengalami tekanan. Hal ini sejalan dengan pola historis dimana pada akhir triwulan laporan telah memasuki bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Secara tahunan, komoditas administered prices tercatat mengalami tekanan inflasi yang paling tinggi sebesar 11,28% (yoy), disusul oleh kelompok volatile food sebesar 9,35% (yoy). Sedangkan inflasi inti masih cukup terkendali yakni sebesar 6,31% (yoy) (Grafik II.8).

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, diolah Grafik II.8 Dekomposisi Inflasi Provinsi Kaltim

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, diolah Grafik II.9 Inflasi Provinsi berdasarkan Kelompok

Peningkatan inflasi kelompok volatile foods terutama didorong oleh kondisi cuaca dan gelombang laut yang kurang baik sehingga mengganggu distribusi bahan makanan dari Sulawesi Selatan dan Jawa Timur menuju Kalimantan Timur (Grafik II.10). Komoditas-komoditas tersebut antara lain sawi hijau, cabai rawit, bawang merah, telur ayam ras, daging ayam ras (terutama DOC), dan aneka ikan segar.

Sumber : BMKG, diolah

Grafik II.10. Tinggi Gelombang Laut di Selat Makasar dan Laut Jawa

-4 -2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2013 2014 2015

YOY (%) IHK Core Volatile Foods Adm. Prices

0 5 10 15 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2013 2014 2015

YOY (%) Bahan Makanan Makanan Jadi

Perumahan/Air/Listrik/Bahan Bakar Sandang

Kesehatan Pendidikan/Rekreasi/Olahraga Transpor/Komunikasi/Jasa Keuangan 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2012 2013 2014 2015 Laut Jawa Selat Makassar (meter)

Komoditas daging ayam ras merupakan kelompok bahan makanan yang memberikan andil bulanan tertinggi terhadap peningkatan laju inflasi Kaltim sepanjang triwulan II 2015 yakni mencapai 0,18%, disusul oleh bawang merah sebesar 0,11% dan sawi hijau sebesar 0,10%. Pada komoditas daging ayam ras, kenaikan harga lebih disebabkan karena kenaikan biaya produksi, terutama kenaikan harga day old chick (DOC) yang sebagian besar pasokannya diperoleh dari daerah lain.

Kenaikan harga beras pada akhir triwulan II 2015 terutama terjadi di Kota Balikpapan, khususnya untuk beras kualitas super atau premium. Berdasarkan hasil Focus Group

Discussion dengan Bulog, diperoleh informasi bahwa stok beras untuk kualitas premium

kosong. Sedangkan untuk stok beras kualitas medium hanya cukup hingga 3,5 bulan ke depan. Berdasarkan survei pemantauan harga, kenaikan harga beras untuk kualitas super tersebut terjadi pada minggu keempat dan kelima bulan Juni 2015. Sementara itu, harga beras di Kota Samarinda mengalami sedikit kenaikan dan di Kota Tarakan relatif stabil.

Selain itu, terdapat beberapa komoditas yang mengalami fluktuasi harga sepanjang triwulan II 2015 yaitu komoditas beras, cabai rawit, dan aneka ikan segar seperti ikan layang/benggol. Perubahan harga yang terjadi pada beberapa komoditas sejalan dengan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KPw Bank Indonesia Provinsi Kaltim (Grafik II.11 dan II.12).

Sumber: Survei Pemantauan Harga BI Kaltim, diolah Grafik II.11 Perubahan Harga Komoditas Pangan

Sumber: Survei Pemantauan Harga BI Kaltim, diolah Grafik II.12 Perubahan Harga Komoditas Pangan

Sementara itu, laju inflasi pada kelompok inti pada triwulan II 2015 sedikit meningkat namun relatif masih terkendali. Kondisi ini lebih disebabkan karena harga komoditas kelompok inti dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi yang bersifat fundamental. Dampak nilai tukar terlihat masih relatif minimal. Meskipun demikian, permintaan konsumen masih cenderung meningkat seiring dengan konsumsi rumah tangga yang meningkat, terutama

-25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15

Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15

% BERAS DAGING AYAM RAS IKAN KEMBUNG

-30 -20 -10 0 10 20 30

Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15

pendorong inflasi di Kaltim adalah air kemasan, sewa rumah dan makanan jadi (ayam goreng).

Air kemasan merupakan kebutuhan pokok masyarakat Kaltim yang sebagian besar didatangkan dari luar provinsi. Sedangkan kenaikan harga ayam goreng didorong oleh meningkatnya harga bahan baku, yaitu daging ayam ras.

Jika kelompok inti diuraikan lebih jauh menjadi subkelompok pangan, sandang dan papan, terlihat bahwa subkelompok pangan mengalami inflasi tertinggi pada Juni 2015. Beberapa komoditas yang memberi tekanan terhadap inflasi merupakan komoditas dari golongan makanan jadi dan minuman. Sementara itu, subkelompok papan dan subkelompok sandang relatif lebih stabil (Grafik II.13).

Berdasarkan dekomposisi menurut barang/jasa, terlihat bahwa subkelompok barang mengalami inflasi yang lebih tinggi dibandingkan kelompok jasa. Hal tersebut ditengarai akibat penyesuaian harga BBM bersubsidi secara umum lebih banyak berpengaruh pada kelompok barang daripada kelompok jasa, dimana kenaikan harga BBM bersubsidi langsung direspon oleh pedagang atau pelaku usaha dalam pembentukan harga jual barangnya. (Grafik II.14).

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, diolah Grafik II.10 Dekomposisi Inflasi Inti

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, diolah Grafik II.11 Dekomposisi Inflasi Inti Barang/Jasa

Selama triwulan II 2015, berbagai komoditas penyumbang inflasi Kaltim umumnya didominasi oleh kelompok volatile foods. Sebagaimana terlihat di Tabel II.3 hingga Tabel II.5 dibawah ini. 0 2 4 6 8 10 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2014 2015

YOY (%) Pangan Sandang Papan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2014 2015

Tabel II.3 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi (mtm) Terbesar Provinsi Kaltim

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, diolah

Pada April 2015, bensin dan angkutan dalam kota memberikan sumbangan tertinggi dalam inflasi. Kenaikan tersebut dipicu oleh kenaikan BBM besubsidi jenis premium dan solar pada 28 Maret lalu sebesar Rp. 500,00 per liter yang berimplikasi pada kenaikan tarif angkutan dalam kota. Komoditas lain yang mendorong inflasi pada kelompok administered

price yaitu Bahan Bakar Rumah Tangga (BBRT) khususnya LPG 12 kg. Sejalan dengan kenaikan

harga pada komoditas tersebut, bawang merah dan daging ayam ras juga mengalami kenaikan harga. Bawang merah dipicu oleh adanya time lag sekitar satu bulan antara musim panen dan terpenuhinya komoditas bawang merah di Kaltimra serta walaupun tersedia, stok bawang merah yang ada di pasar tradisional tidak dalam kondisi yang baik.

Tabel II.4 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi (mtm) Terbesar di Provinsi Kaltim

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, diolah

Pada Mei 2015, komoditas sawi hijau, layang/benggol dan kangkung memberikan andil inflasi terbesar yaitu masing-masing sebesar 0,16%, 0,10%, dan 0,06% (mtm). Anomali cuaca, tingginya gelombang laut, dan tingginya permintaan menjadi faktor pendorong

Komoditas Inflasi Andil Komoditas Deflasi Andil

Bensin 0.21 Beras -0.18

Angkutan Dalam Kota 0.09 Sawi Hijau -0.09

Bawang Merah 0.07 Kangkung -0.05

Daging Ayam Ras 0.03 Telur Ayam Ras -0.05

Bahan Bakar Rumah Tangga 0.03 Angkutan Udara -0.03

Air Kemasan 0.02 Layang/Benggol -0.03

Rokok Kretek 0.01 Kacang Panjang -0.02

Solar 0.01 Tomat Sayur -0.02

Bandeng/Bolu 0.01 Kembung/Gembung/Aso-Aso -0.01

Sewa Rumah 0.01 Cabai Merah -0.01

Ap

ril

2

01

5

Komoditas Inflasi Andil Komoditas Deflasi Andil

Sawi Hijau 0.16 Beras -0.11

Layang/Benggol 0.10 Seng -0.02

Kangkung 0.06 Bawang Merah -0.01

Daging Ayam Ras 0.04 Udang Basah -0.01

Kembung/Gembung/Aso-Aso 0.02 Gabus -0.01

Cabai Rawit 0.02 Minyak Goreng -0.01

Bayam 0.02 Celana Panjang Jeans A -0.01

Gula Pasir 0.01 Semen -0.01

Angkutan Udara 0.01 Semangka -0.01

Bawang Putih 0.01 Anggur -0.01

M

ei

2

01

bawang merah memberikan andil deflasi Kaltim sebesar -0,11%, -0,02% dan -0,01% (mtm). Beras dan bawang merah mengalami deflasi seiring dengan musim panen raya di daerah produksi.

Pada Juni 2015, daging ayam ras dan beras kembali menjadi penyumbang inflasi utama dengan andil sebesar 0,11% dan 0,09% (mtm). Hal ini sejalan dengan memasuki bulan Ramadhan 1436 H dan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Komoditas volatile foods lainnya yang memberi tekanan terhadap inflasi yaitu bawang merah sebesar 0,04% (mtm). Ketergantungan pasokan bawang merah dari luar Kaltim mengakibatkan penyesuaian harga setelah panen di beberapa sentra produksi tidak langsung berdampak pada perubahan harga bawang merah di Kaltim. Sementara itu, kangkung, cabai rawit dan labu parang/manis/merah memberikan andil deflasi masing-masing -0,04%, -0,01% dan -0,01% (mtm).

Tabel II.5 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi (mtm) Terbesar di Kaltim

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, diolah

Sementara itu dilihat dari andil tahunannya, tarip listrik merupakan penyumbang inflasi utama dengan andil sebesar 0,75% (yoy) disusul oleh nasi dengan lauk dan bensin yang masing-masing menyumbang 0,51% dan 0,37% (yoy). Hal ini sejalan dengan penyesuaian tarif listrik oleh PLN pada Juni 2015 untuk golongan pemakai tertentu.

Komoditas Inflasi Andil Komoditas Deflasi Andil

Daging Ayam Ras 0.11 Kangkung -0.04

Beras 0.09 Cabai Rawit -0.01

Ayam Goreng 0.07 Labu Parang/Manis/Merah -0.01

Bawang Merah 0.04 Tongkol/Ambu-ambu -0.01

Telur Ayam Ras 0.04 Gabus 0.00

Sawi Hijau 0.03 Semen 0.00

Apel 0.03 Patin 0.00

Kembung/Gembung/Aso-Aso 0.03 Bensin 0.00

Jagung Manis 0.02 Kol Putih/Kubis 0.00

Pisang 0.02 Nangka Muda 0.00

Ju

ni

2

01

Tabel II.6 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi (yoy) Terbesar di Kaltim

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, diolah

Komoditas Inflasi Andil Komoditas Deflasi Andil

Tarip Listrik 0.75 Tomat Sayur -0.06

Nasi dengan Lauk 0.51 Sekolah Menengah Atas -0.04

Bensin 0.37 Telepon Seluler -0.04

Bahan Bakar Rumah Tangga 0.33 Baju Kaos Berkerah L -0.02

Sewa Rumah 0.33 Kakap Putih -0.02

Beras 0.31 Gabus -0.01

Angkutan Dalam Kota 0.31 Semen -0.01

Bawang Merah 0.19 Jeruk -0.01

Sawi Hijau 0.16 Celana Panjang Jeans L -0.01

Mie 0.16 Kentang -0.01

Tr

iw

ul

an

II

2

01

5

BOKS II.1

Bahan Makanan Dominasi Andil Inflasi Kota Balikpapan Triwulan II-2015

Selama dua triwulan terakhir di tahun 2015, kota Balikpapan mencatatkan laju inflasi tertinggi di antara 3 kota di Kalimantan Timur yang dipantau inflasinya oleh BPS (Grafik II.12). Secara tahunan pun, deviasi inflasi kota Balikpapan dengan nasional kembali melebar (Grafik II.13).

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur, diolah

Grafik II.12 Perkembangan Inflasi qtq Kota di Kalimantan Timur

Sumber : BPS Kota Balikpapan, diolah

Grafik II.13 Inflasi Tahunan Kota Balikpapan dan Nasional

Bila dilihat lebih dalam, pada triwulan II-2015, kelompok bahan makanan mendominasi andil inflasi kota Balikpapan (Tabel II.6). Hal ini diduga dikarenakan terjadinya gangguan, baik distribusi maupun produksi makanan. Berdasarkan informasi yang didapat dari FGD dengan SKPD terkait di Balikpapan, sebagian besar bahan makanan yang dikonsumsi masyarakat Balikpapan didatangkan dari luar daerah (Sulawesi dan Jawa). Kondisi tersebut mengakibatkan harga-harga bahan pangan sangat rentan ketika daerah pemasok mengalami gangguan produksi akibat cuaca yang ekstrim (terlalu basah menyebabkan gagal panen/panen

cepat busuk, terlalu kering juga beresiko gagal panen karena kurang pengairan).

Tabel II.7 Top 5 Komoditas Penyumbang Inflasi Kota Balikpapan (mtm %)

April 2015 Mei 2015 Juni 2015

Bensin 0.21 Sawi Hijau 0.38 Beras 0.25

Angkutan Dalam Kota 0.15 Ikan Layang 0.10 Daging Ayam Ras 0.25

Bayam 0.07 Kangkung 0.08 Sawi Hijau 0.07

Bahan Bakar RT 0.06 Daging Ayam Ras 0.08 Apel 0.06

Jagung Manis 0.03 Ikan Kembung 0.06 Jagung Manis 0.05

Sumber : BPS Kota Balikpapan, diolah

Risiko tekanan inflasi di kota Balikpapan diperkirakan belum reda pada awal triwulan ke depan, karena puncak konsumsi tahunan yaitu periode Ramadhan dan Idul Fitri jatuh pada pertengahan bulan Juni hingga Juli 2015. Mengantisipasi risiko tersebut, TPID Kota Balikpapan segera melakukan koordinasi pada bulan Juni 2015 sesuai dengan arahan Menteri Dalam Negeri No.500/2419/SJ tanggal 12 Mei 2015 perihal Stabilisasi Pangan dan Inflasi Menjelang Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1436 H dan dipimpin langsung oleh Walikota Balikpapan. Adapun rekomendasi dan upaya yang dilakukan oleh TPID Kota Balikpapan dalam mengendalikan inflasi selama periode bulan Ramadhan dan menjelang Idul Fitri 2015 diantaranya adalah:

a. Melakukan sidak pasar bersama dengan seluruh pihak-pihak terkait di awal bulan Ramadhan

b. Menjelang Idul Fitri akan dilakukan sidak di bandara dan pelabuhan c. Pendirian Posko Ramadhan PemKot Balikpapan

d. Pelaksanaan pasar Ramadhan/Pasar murah di 6 titik kecamatan

e. Pemberian prioritas kepada kapal-kapal pengangkut logistik agar dapat segera berlabuh f. Bantuan kepolisian dan kejaksaan mengawasi agar tidak terjadi penimbunan bahan pokok g. Bantuan PLN & PDAM untuk mengupayakan pasokan listrik dan air terjaga selama

Ramadhan

Sumber : TPID Kota Balikpapan, diolah

Risiko tekanan inflasi di Kota Balikpapan selain risiko dari faktor distribusi bahan makanan, periode awal triwulan III yang merupakan tahun ajaran baru juga berisiko memberikan tekanan pada kelompok inflasi inti. Ditambah lagi datangnya libur panjang hari raya Idul Fitri memberikan kesempatan kepada sebagian besar penduduk kota Balikpapan

untuk pulang ke daerah asal di tengah berlakunya tarif batas atas bagi angkutan udara (moda transportasi paling efisien untuk menuju daerah asal dari Balikpapan). Hal ini tentu akan sangat berdampak pada tekanan inflasi pada kelompok administered prices yang sempat berfluktuasi karena perubahan kebijakan harga Bahan Bakar Minyak jenis premium dan solar yang menyesuaikan harga minya dunia (Tabel II.7).

Tabel II.8 Disagregasi Inflasi qtq 2015 Kota Balikpapan

Disagregasi Tw I Tw II

Inflasi 1.69 1.66

Inflasi Inti 1.39 0.18

Volatile Foods 0.78 0.94

Administered Prices -0.49 0.54

Stabilitas Sistem Keuangan5 dan Sistem

III.

Pembayaran

Sistem keuangan masih cukup stabil dan mampu mendukung kinerja perekonomian Kaltim yang mulai membaik walaupun masih terkontraksi. Sementara itu, kinerja sistem pembayaran juga secara konsisten mampu dan tetap handal merespon pergerakan transaksi perekonomian daerah

Perbankan

3.1

Kinerja perbankan Kaltim sejalan dengan kondisi perekonomian daerah yang membaik walaupun masih terkontraksi. Setidaknya hal ini tercermin dari realisasi penyaluran

kredit yang tumbuh berangsur membaik. Penyaluran kredit Kaltim pada triwulan II 2015 tumbuh 3,83% (yoy), sedikit lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yaitu sebesar 2,28% (yoy). Kondisi tersebut juga mengindikasikan masih terdapat potensi peningkatan penyaluran kredit perbankan Kaltim di tengah tren perlambatan penyeluran kredit perbankan secara nasional. Perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit perbankan Kaltim tercatat lebih dalam dibandingkan pertumbuhan kredit nasional semenjak triwulan II 2015 (Grafik III.1). Dalam kondisi kinerja perekonomian Kaltim yang masih terkontraksi, sektor perbankan cenderung cukup berhati-hati dalam penyaluran kreditnya. Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) Kaltim pada triwulan II 2015 justru melambat. DPK pada triwulan II 2015 mengalami pertumbuhan sebesar 6,66% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,55% (yoy). Perlambatan peningkatan pertumbuhan DPK di Kaltim sejalan dengan melambatnya pertumbuhan DPK secara nasional (Grafik III.2).

5

Grafik III.1 Pertumbuhan Kredit Nasional dan Provinsi Kaltim

Grafik III.2 Pertumbuhan DPK Nasional dan Provinsi Kaltim

3.1.1 Penghimpunan Dana

DPK Kaltim mengalami perlambatan sejalan dengan melambatnya pertumbuhan DPK nasional. Penghimpunan DPK Kaltim pada triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp93,50

triliun, atau secara nominal meningkat dibandingkan dengan pencapaian triwulan sebelumnya sebesar Rp87,80 triliun. Meskipun meningkat, pertumbuhan DPK pada triwulan berjalan lebih lambat dibanding pertumbuhan di triwulan sebelumnya. Bila dilihat berdasarkan komposisinya, perlambatan pertumbuhan DPK tersebut terutama didorong oleh melambatnya pertumbuhan dana dalam bentuk giro. Pertumbuhan dana dalam bentuk giro pada triwulan II 2015 tumbuh sebesar 3,79% (yoy), jauh melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 22,73% (yoy). Walaupun simpanan jenis deposito mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 14,88% (yoy), tetapi hanya sedikit lebih lebih tinggi dari triwulan I 2015 yang tumbuh sebesar 13,70%. Begitu juga dengan simpanan jenis tabungan yang mengalami peningkatan pertumbuhan sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2015. Pada triwulan ini tabungan tumbuh sebesar 1,65% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,11% (yoy).

Tabel III.1 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan di Provinsi Kaltim (Rp Miliar)

Dilihat berdasarkan sumbernya, DPK yang berasal dari perorangan masih mencatat komposisi paling besar, yaitu mencapai Rp56,21 triliun, atau 60,1%. DPK dari perorangan sebagian besar masih terkonsentrasi dalam bentuk tabungan yang mencapai Rp34,16 triliun atau 60,8%. Sumber DPK terbesar kedua berasal dari rekening pemerintah yakni mencapai Rp20,28 triliun (21,7%). Dana pemerintah di perbankan terkonsentrasi dalam bentuk giro sebesar Rp 11,8 triliun atau 58,1%. Giro pemerintah pada triwulan II 2015 tumbuh sebesar 2,2% (yoy). Giro pemerintah masih terus tumbuh seiring pencairan Dana Bagi Hasil (DBH) dari pemerintah pusat yang belum digunakan untuk pembiayaan proyek. Sumber DPK terbesar ketiga berasal dari korporasi yang mencapai Rp14,64 triliun (15,7%). DPK korporasi sebagian besar terkonsentrasi pada giro yang mencapai Rp9,08 triliun atau 62,1%. Secara keseluruhan, konsentrasi DPK di Kaltim masih dalam bentuk tabungan dan deposito dengan proporsi masing-masing sebesar 38,2% dan 36,2% dari total DPK Kaltim (Tabel III.1).

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (Halaman 44-56)

Dokumen terkait