• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

3. Sistem Akuntansi Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai

Menurut Mulyadi (2008:455) dalam Nurlatifah (2014)

Kegiatan perusahaan pada umumnya berujung yang memiliki peran penting untuk memperoleh pendapatan. Sistem penjualan tunai merupakan sistem yang melibatkan sumber daya dalam suatu organisasi, prosedur, data serta sarana pendukung untuk mengoperasikan sistem penjualan sehingga menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi pihak manajemen dalam pengambilan keputusan. Penjualan tunai dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara pembeli harus membayar diterima perusahaan maka barang diserahkan kepada pembeli dan transaksi penjualan tunai dicatat oleh perusahaan. Selanjutnya, akan diuraikan mengenai prosedur dalam sistem akuntansi penerimaan kas dari penjualan tunai.

Sedangkan menurut Narko (1994:71) dalam Nurlatifah (2014):

secara umum sistem akuntansi penerimaan kas dari penjualan tunai dimulai dari pembeli memesan barang sampai pencatatan penerimaan kas. Penjualan tunai dilaksanakan apabila pembeli sudah memilih barang yang akan dibeli, pembeli diharuskan membayar ke bagian kasa. Jadi, sistem akuntansi penerimaan kas dari penjualan tunai merupakan sistem yang digunakan untuk menangani transakasi pembayaran dan pemindahan hak atas barangnya langsung sehingga tidak perlu ada prosedur pencatatan piutang pada perusahaan penjualan. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi penerimaan kas dari penjualan tunai merupakan sistem yang digunakan untuk menangani semua transaksi penerimaan kas dari penjualan dengan mengambil barang dari supplier dan langsung dikirim kepelanggan dengan pembayaran langsung menggunakan uang tunai

Sistem penerimaan kas dari penjualan tunai dibagi menjadi tiga prosedur menurut Mulyadi (2001:456) berikut ini:

a. Prosedur penerimaan kas dari over the counter sales.

Dalam penjualan tunai, pembeli datang langsung ke perusahaan untuk melakukan pemilihan barang atau produk yang akan dibeli. Adapun prosedur penerimaan kas dari over the counter sales adalah sebagai berikut:

1) Pembeli memesan barang langsung kepada wiraniaga (sales person) dibagian penjualan.

2) Bagian kasa menerima pembayaran dari pembeli, yang dapat berperan uang tunai, cek pribadi (person check), atau kartu kredit. 3) Bagian penjualan memerintahkan bagian pengirimana untuk

menyerahkan barang kepada pembeli.

4) Bagian pengiriman meyerahkan barang kepada pembeli. 5) Bagian kasa menyetor kas yang diterima ke bank.

6) Bagian akuntansi mencatat pendapatan penjualan dalam jurnal penjualan.

7) Bagian akuntansi mencatat penerimaan kas dari penjualan tunai dalam jurnal penerimaan kas.

Prosedur penerimaan kas dari Over the Counter Sales dapat dilihat dari gambar 1 berikut ini:

Bagian Penjualan Bagian penjualan memerintahkan bagian pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli Bagian pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli (4) Pembeli Bagian Pengiriman Barang Bagian Akuntansi Bagian kas (6) Bagian akuntansi mencatat pendapatan penjualan (2) Pembeli membayar harga barang (7) Bagian akuntansi mencatat penerimaan kas dari penjualan Gambar 1

Penerimaan kas dari over the counter sales Pembeli memesan barang

(1) Bank Bagian kas menyerahkan kas ke bank(5) Sumber: Mulyadi (2001:457)

b. kas dari cash-on-delivery sales (COD sales).

Transaksi penjualan yang melibatkan kantor pos, perusahaan angkutan umum, atau angkutan sendiri dalam menyerahkan dan npenerimaan kas dari hasil penjualan. COD sales melalui pos dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut:

1) Pembeli memesan barang lewat surat yang dikirim melalui pos. 2) Penjualan mengirimkan barang melalui kantor pos pengirim

3) Kantor pos pengirim mengirim barang dan formulir COD sales sesuai dengan instruksi penjual kepada kantor pos penerima. 4) Kantor pos penerima, pada saat diterimanya barang dan formulir

COD sales, memberitahukan kepada pembeli tentang diterimanya kiriman barang COD sales.

5) Pembeli membawa surat panggilan ke kantor psos penerimaan dan melakukan pembayaran sejumlah yang tercantum dalam formulir COD sales. Kantor pos penerimaan menyerahkan barang kepada pembeli, dengan diterimanya kas dari pembeli. 6) Kantor pos penerima memberitahu kantor pos pengirim bahwa

COD sales telah dilaksanakan.

7) Kantor pos pengirim memberitahu penjual bahwa COD sales telah selesai dilaksanakan, sehingga penjual dapat mengambil kas yang diterima dari pembeli.

Prosedur penerimaan kas dari COD Sales dapat dilihat dari gambar berikut:

Gambar 2

Penerimaan kas dari COD Sales melalui pos

Kantor pos pengirim

Kantor pos mengirim barang ke alamat pembeli (3)

Kantor pos Penerimaan memberitahu Kantor pos pengiriman bahwa COD Sales telah dilaksanakan (6) Kantor pos penerimaan Penjualan mengirim barang ke pembeli via COD Sales(2) Kantor Pos Pengirim memberitahu penerimaan kas dari COD Sales (7) Pembeli membayar harga barang dan menerima barang dibeli (5) Kantor pos mengirim pemberitahuan adanya COD Sales Kantor pos pengirim Kantor pos penerimaan

Pembeli memesan barang (1)

c. Prosedur penerimaan kas dari credit card sales

Sebenarnya credit card sales bukan merupakan suatu tipe penjualan, namun merupakan salah satu cara penjualan bagi pembeli dan sarana penagihan bagi penjualan yang memberikan kemudahan baik bagi penjual maupun bagi pembeli. Credit crad sales dapat merupakan saran pembayaran bagi pembeli, baik dalam over the

counter sales maupun dalam penjualan yang mengirim barangnya

dilaksanakan melalui jasa pos atau angkatan umum. Dalam over the

counter sales, pembeli datang keperusahaan untuk melakukan

pemilihan barang atau produk yang akan dibeli, melakukan Sumber: Mulyadi (2001:458)

pembayaran kebagian kassa dengan menggunakan kartu kredit. Dalam penjualan tunai yang melibatkan pos atau perusahaan angkutan umum, pembeli tidak perlu datang keperusahaan penjual. Pembeli memberikan persetujuan tertulis penggunaan kartu kredit dalam pembayaran harga barang, sehingga memungkinkan perusahaan penjual melakukan penagihan ke bank atau perusahaan penerbit kartu kredit.

Prosedur penerimaan kas dari Credit Card Sales dapat dilihat dari gambar berikut:

Gambar 3 Penerimaan kas dari Credit Card Sales

Bagian Penjualan Bank penerbit kartu kredit Bagian Kasa Bagian Pengiriman Pemegang kartu kredit Bagian penjualan memerintahkan bagian pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli (2)

Pemegang kartu kredit memesan barang

(1) Secara priodik bank penerbit kartu kredit melakukan penagihan kepada pemegang kartu kredit (6) Bagian pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli (4)

Menyetor slip kartu kredit ke bank (5)

Pemegang kartu kredit membayar dengan kartu kredit (3)

4. Sistem Akuntansi Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai dengan

Prosedur Over The Counter Sales

Pengertian sistem akuntansi penerimaan kas dari over the counter sales Menurut V. Wiratna Sujarweni (2005:121) sebagai berikut:

Sistem akuntansi penerimaan kas dari over the counter sales adalah penjualan tunai dimana pembeli datang langsung sendiri keperusahaan, memilih barang dan membayar langsung di kasa dan langsung mendapatkan barang.

Menurut Mulyadi (2001:456) sebagai berikut:

Dalam penjualan tunai, pembeli datang ke perusahaan, melakukan pemilihan barang atau produk yang akan dibeli, melakukan pembayaran ke kasir, dan kemudian menerima barang yang dibeli. Dalam over the counter

sales ini, perusahaan menerima uang tunai, cek pribadi (personal check),

atau pembayaran langsung dari pembeli credit card, sebelum barang diserahkan kepada pembeli.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Sistem akuntansi penerimaan kas dari over the counter sales adalah penjualan tunai, dimana pembeli datang langsung ke perusahaan untuk memilih barang atau produk dan melakukan pembayaran ke kasir.

Penjualan tunai ini dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harga barang lebih dahulu sebelum barang diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli. Setelah uang diserahkan kepada pembeli dan transaksi penjualan tunai kemudian dicatat oleh perusahaan.

b. fungsi yang terkait dari penjualan tunai dengan prosedur over the

counter sales menurut Mulyadi (2001:462) adalah:

1) Fungsi penjualan

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggung jawab untuk meneriman order dari pembeli, mengisi faktur penjualan tunai, dan menyerahkan faktur tersebut kepada pembeli untuk kepentingan pembayaran harga barang ke fungsi kas.

2) Fungsi kas

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggung jawab sebagai penerimaan kas dari pembeli.

3) Fungsi gudang

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggung jawab untuk menyiapkan barang yang dipesan oleh pembeli, serta menyerahkan barang tersebut ke fungsi pengiriman. 4) Fungsi pengiriman

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggung jawab untuk membungkus barang dan menyerahkan barang yang telah dibayar harganya kepada pembeli.

5) Fungsi akuntansi

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggung jawab sebagai pencatatan transaksi penjualan dan penerimaan kas dan pembuat laporan penjualan.

c. Dokumen yang digunakan terkait dari penjualan tunai dengan prosedur

over the counter sales menurut Mulyadi (2001:463) adalah:

1) Faktur Penjualan tunai

Faktur penjualan diisi oleh fungsi penjualan yang berfungsi sebagai pengantar pembayaran kepada fungsi kas dan sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaksi penjualan kedalam jurnal penjualan.

2) Pita register kas (cash register tape).

Dokumen ini dihasilkan oleh fungsi kas dengan cara mengoperasikan mesin register kas pita. Pita register ini merupakan bukti penerimaan kas dikelarkan oleh fungsi kas dan merupakan dokumen pendukung faktur penjualan tunai yang dicatat dalam jurnal penjualan.

3) Credit Card Sales Slip

Dokumen ini dicetak oleh Credit Card Sales bank yang menerbitkan kartu kredit dan doserahkan kepada perusahaan (disebut merchant) yang menjadi anggota kartu kredit.

4) Bill of lading

Dokumen ini merupakan bukti penyerahan barang dari perusahaan penjulan barang kepada perusahaan angkutan umum. Dokumen ini digunakan oleh fungsi pengiriman dalam penjualan Cash on delivery yang menyerahkan barangnnya dilakukan oleh perusahaan angkutan umum.

5) Faktur Penjualan.

Dokumen ini digunakan untuk merekam penjualan Cash on delivery. Tembusan faktur penjualan Cash on delivery diserahkan kepada pelanggan melalui bagian angkutan perusahaan, kantor pos, atau perusahaan angkutan umum dan dimintakan tanda tangan penerimaan barang dari pelanggan sebagai bukti telah diterimanya barang oleh pelanggan.

6) Bukti setor bank.

Dokumen ini dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kas ke bank. bukti setor di buat 3 lembar dan diserahkan oleh fungsi kas ke bank, bersamaan dengan penyetor kas dari hasil penjualan tunai ke bank. Dua lembar tembusannya diminta kembali dari bank setelah ditanda tangani dan dicap oleh bank sebagai bukti penyetoran kas ke bank. Bukti setor bank diserahkan oleh fungsi

kas kepada fungsi akuntansi, dan dipakai oleh fungsi akuntansi sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai ke dalam jurnal penerimaan kas.

7) Rekap Harga Pokok Penjualan

Dokumen ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk meringkas harga pokok produk yang dijual selama satu periode (misalnya satu bulan). Data yang direkam dalam dokumen ini berasal dari kolom “jumlah harga” dalam “pemakaian”. Dokumen ini digunakan oleh

fungsi akuntansi sebagai dokumen pendukung bagi pembuatan bukti memorial untuk mencatat harga pokok produk yang dijual.

d. Informasi yang digunakan terkait dari penjualan tunai dengan prosedur over the counter sales menurut Mulyadi (2001:462)

Informasi yang umumnya diperlukan oleh manajem dari penerimaan kas dari penjualan tunai adalah:

1) Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk atau kelompok produk selama jangka waktu tertentu.

2) Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai.

3) Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu tertentu.

4) Nama dan alamat pembeli, informasi ini diperlukan dalam penjualan produk tertentu, namun pada umumnya infomasi nama

dan alamat pembeli ini tidak diperlukan oleh manajemen dari kegiatan penjualan tunai.

5) Nama wiraniaga yang melakukan penjualan. 6) Otorisasi pejabat yang berwenang.

e. Catatan yang digunakan terkait dari penjualan tunai dengan prosedur over the counter sales menurut Mulyadi (2001:468) adalah:

1) Jurnal Penjualan

Jurnal penjualan digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat dan meringkas data penjualan. Jika perusahaan menjual berbagai macam produk dan manajemen memerlukan informasi penjualan setiap jenis produk yang dijualnya selam jangka waktu tertentu, dalam jurnal penjualan disediakan satu kolom untuk setiap jenis produk guna meringkas informasi penjualan menurut produk tersebut.

2) Jurnal Penerimaan Kas

Jurnal penerimaan kas digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat penerimaan kas dari berbagai sumber, di antara dari penjualan tunai.

3) Jurnal umum

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, jurnal ini di gunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat harga pokok produk yang dijual.

4) Jurnal Persediaan

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, kartu persediaan digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat berkurangnya harga produk yang dijual. Kartu persediaan ini digunakan oleh akuntansi untuk mengawasi mutasi dan persediaan barang yang disimpan di gudang.

5) Kartu Gudang

Catatan ini tidak termasuk sebagai catatan akuntansi karena hanya berisi data kuantitas persediaan yang disimpan di gudang. Catatan ini diselenggarakan oleh fungsi gudang untuk mencatat mutasi dan persediaan barang yang disimpan dalam gudang. Dalam transaksi penjualan tunai, kartu gudang digunakan untuk mencatat berkurangnya kuantitas produk yang di jual.

f. jaringan prosedur yang terkait over the counter sales menurut Mulyadi (2001:469-470) adalah:

1) Prosedur Order Penjualan

Fungsi penjualan dalam prosedur ini menerima order dari pembeli dan membuat faktur penjualan tunai untuk memungkinkan pembeli melakukan pembayaran harga barang ke fungsi kas dan untuk memungkinkan fungsi gudang dan fungsi pengiriman menyiapkan barang yang akan diserahkan kepada pembeli.

2) Prosedur Penerimaan Kas

Fungsi kas dalam prosedur ini menerima pembayaran harga barang dari pembeli dan memberikan tanda pembayaran (berupa pita register kas dan cap ”lunas” faktur penjualan tunai) kepada

pembeli untuk memungkinkan pembeli tersebut melakukan pengambilan barang yang dibelinya dari fungsi pengiriman. 3) Prosedur Penyerahan Barang

Fungsi pengiriman dalam prosedur ini menyerahkan barang kepada pembeli.

4) Prosedur Pencatatan Penjualan Tunai

Fungsi akuntansi dalam prosedur ini melakukan pencatatan transaksi penjualan tunai dalam jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas. Di samping itu fungsi akuntansi juga mencatat berkurangnya persediaan barang yang dijual dalam kartu persediaan.

5) Prosedur Penyetoran Kas ke Bank

Fungsi kas dalam prosedur ini menyetor kas yang diterima dari penjualan tunai ke bank dalam jumlah penuh.

Fungsi akuntansi dalam prosedur ini mencatat penerimaan kas ke dalam jurnal penerimaan kas berdasarkan bukti setor yang diterima dari bank melalui fungsi kas.

7) Prosedur Pencatatan Harga Pokok Penjualan

Fungsi akuntansi dalam prosedur ini membuat rekapitulasi harga pokok penjualan berdasarkan data yang dicatat dalam kartu persediaan. Berdasarkan rekapitulasi harga pokok penjualan ini, fungsi akuntansi membuat bukti memorial sebagai dokumen sumber untuk pencatatan harga pokok ke dalam jurnal umum.

g. Unsur pengendalian intern terkait dari penjualan tunai dengan prosedur over the counter sales Menurut Mulyadi (2001:470-471).

1) Organisasi

a) Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas. b) Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi

c) Transaksi penjualan tunai harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kas, fungsi pengiriman, dan fungsi akuntansi. 2) Sistem otoritasi dan prosedur pencatatan

d) Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan menggunakan formulir faktur penjualan tunai.

e) Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi kas dengan cara membubuhkan cap “lunas” pada faktur penjualan tunai dan

penempelan pita register kas pada faktur tersebut.

f) Penjualan dengan kartu kredit bank didahului dengan permintaan otorisasi dari bank penerbit kartu kredit.

g) Penyerahan barang diotorisasi oleh fungsi pengiriman dengan cara membubuhkan cap “sudah” diserahkan” pada faktur

penjualan tunai.

h) Pencatatan kedalam buku jurnal diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan cara memberikan tanda pada faktur penjualan tunai.

3) Praktik yang sehat

i) Faktur penjualan tunai bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan. j) Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor

seluruhnya ke bank pada hari yang sama dengan transaksi penjualan tunai atau hari kerja berikutnya.

k) Perhitungan saldo kas yang ada ditangan fungsi kas secara periodik dan secara mendadak oleh fungsi pemeriksa intern. h. Bagan alir sistem atau prosedur over the counter sales.

Berikut ini adalah flowchart untuk transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai dari Over The Counter Sales.

Bagan pertama

Sistem penerimaan kas dari over-the-sales

Bagian order penjualan

Mulai Membuat order dari pembeli Mengisis faktur penjulan tunai 3 2 1 FPT Via pembeli T 1 Bagian Kassa 1 1 FPT Menerima unag dari pembeli Mengopera sikan register kas 1 FPT PRK 3 Mengisi BSB 3 2 1 Menyerahkan kas ke bank BSB 3 1 Bank Bersama Uang 8 T 2 BSB

Bagian Jurnal 6 PRK 1 FPT Jurnal Penjualan 7 4 Bukti Setor Bank Jurnal Penjualan T 4 RHPP Bukti Memorial Jurnal Umum N Mulai Bagian Jurnal 7 Kartu persediaan PRK 1 FPT N Membuat rekapitulasi HPP RHPP Membuat bukti memorial RHPP Bukti Memorial 8 Secara periodik

B. Hasil Penelitian Terdahulu.

Untuk melihat perbandingan dari persamaan dan perbedaan dengan hasil penelitian terdahulu, dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1

Penelitian Terdahulu

Aspek/Nama Penelitian Rusy Briana Pratiwi (2007)

Evaluasi Sistem Akuntansi

Penerimaan Kas Instalasi Rawat jalan

Febrianita Winda Hapsari (2011)

Evaluasi Sistem

Penerimaan Kas Rawat

Inap Bangsal umum

Pasien kelas I

Objek Penelitian Rumah Sakit Waluyo Surakarta Rumah Sakit Kasih Ibu

Surakarta Latar Belakang Masalah Rumah sakit adalah salah satu

tempat penyelenggarakan kegiatan yang dimanfaatkan untuk

memberikan pelayanan medis yang dibutuhkan bagi setiap pasien. Rumah sakit merupakan suatu bentuk perusahaan jasa yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta (yayasan) yang bertujuan memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Untuk

memberikan pelayanan pada masyarakat dengan baik, harus didukung oleh penyelenggaraan sistem akuntansi rumah sakit yang baik pula.

Pada zaman sekarang ini banyak masyarakat kurang memperhatikan kebersihan kebersihan lingkungan sekitar. Tercemarnya sungai-sungai yang disebabkan limbah pabrik maupun ulah manusia yang sering membuang sampah disembarangan tempat, membuat keadaan lingkungan kita semakin memburuk. Kumuhnya lingkungan ini

menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit yang menggangu

kesehatan manusia. Hal ini diperparah lagi dengan rendahnya kepedulian masyarakat akan kualitas makanan untuk memenuhui standar gizi yang baik. Lemahnya kepedulian masyarakat akan lingkungansera asupan gizi yang baik

Lanjutan:

menyebabkan manusia

mudah terserang Penyakit, seperti penyakit pada gangguan pencernaan, gizi buruk, penyakit pada gangguan organ dalam dan penyakit-penyakit lainnya.

Rumah sakit sebagai

tempat pelayanan secara

optimal dalam upaya

penyembuhan pasien. ntuk memperoleh hasil tersebut,

rumah sakit hatus

didukung oleh pelaksanaan sistem yang baik.

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana sistem akuntansi penerimaan kas dijalankan dengan menelisuri jaringan prosedur yang membentuk sistem akuntansi penerimaan kas, fungsi yang terkait, dokumen dan catatan akuntansi yang digunakan.

Untuk mengetahui kelemahan sistem Akuntansi penerimaan kas rawat jalan yang dijalankan

Untuk mengetahui evaluasi penerapan sistem dan prosedur akuntansi yang

berhubungan dengan

penerimaan kas pada

instalasi rawat inap Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta.

Untuk mengetahui

kelebihan dan kelemahan dari sistem penerimaan kas sistem Inap pada Rumah Sakit Katih Ibu Surakarta Metode penelitian Suatu rumah sakit yang mempunyai

sistem akuntansi penerimaan kas yang baik menggambarkan bahwa rumah sakit tersebut memiliki pengelola manajemen yang baik pula,yang dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan yang berguna bagi pihak internal rumah sakit maupun eksternal rumah sakit yaitu penanam saham.

Melakukan analisis

kelebihan-kelebihan sistem akuntansi yang telah diterapkan oleh pihak Rumah sakit kasih Ibu

Serta

kelemahan-kelemahan adanya

kesalahan yang timbul karena factor human error

mengingat begitu

banyaknya nota-nota rawat inap, maupun Kuintansi-kuintansi yang dihitung, sehingga kesalahan yang dalam pencatatan transaksi maupun pencatatan biaya bisa terjadi yang mungkin bisa menjadi koreksi bagi sistem penerimaan rumah sakit kasih ibu Surakarta.

Persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu

Persama pada penelitian terdahulu adalah Rumah Sakit Swasta. Pada penelitian terdahulu yang pertama adalah untuk mengetahui sistem akuntansi penerimaan kas dan pada hasil penelitian bagi penulis, bagi rumah sakit dan bagi akademik atau universitas.

Perbedaan pada penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu untuk evaluasi (proses pengukuran hasil kerja) sistem akuntansi penerimaan kas instalasi rawat jalan dan evaluasi sistem akuntansi penerimaan kas rawat inap bangsal umum pasien, sedangkan penulis untuk mengetahui sistem akuntnasi penerimaan kas dari pembayaran rawat inap, instalasi gawat darurat, dan klinik.

31

Dokumen terkait