• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM AKUNTANSI PENERUSAN PINJAMAN

BENDAHARA UMUM NEGARA

PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB Direktur DJKN

F. SISTEM AKUNTANSI PENERUSAN PINJAMAN

PROSES REKONSILIASI PADA SISTEM AKUNTANSI INVESTASI PEMERINTAH Unit yang menjalankan fungsi penatausahaan dan pelaporan investasi melakukan rekonsiliasi data dengan DJPBN c.q DPKN setiap tiga bulan.

Pengaturan sistem akuntansi dan pelaporan Investasi Pemerintah akan ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan tersendiri

F. SISTEM AKUNTANSI PENERUSAN PINJAMAN

Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP) diterapkan untuk menangani transaksi penerusan pinjaman dan pengembalian penerusan pinjaman termasuk biaya atas penerusan pinjaman. Mekanisme penerusan pinjaman dapat dilakukan melalui subsidiary loan agreement (SLA) dan dana bergulir.

1. SLA atau perjanjian penerusan pinjaman adalah perjanjian penerusan pinjaman yang dananya bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, BUMN/BUMD dan unit organisasi non pemerintah.

Mekanisme penarikan pinjaman luar negeri dan penerusan pinjaman melalui SLA terdiri dari:

1) Pembayaran Langsung, tahapan pelaksanaannya yaitu:

a. BUMN/Pemda sebagai KPA mengajukan SPP APD PL kepada KPPN Khusus;

b. KPPN menerbitkan APD PL/WA dan menyampaikan kepada DJPU cq Dit. PHLN atau lender;

c. Atas dasar APD PL/WA rekanan menerima pembayaran langsung dari DJPU cq Dit. PHLN;

d. Atas setiap transaksi pembayaran tersebut DJPU cq Dit. PHLN, KPPN dan Bank Indonesia (BI) menerima NoD atau dokumen lain yang dipersamakan dari DJPU cq Dit. PHLN;

e. Dalam hal pinjaman diteruspinjamkan, DJPU cq Dit. PHLN menyampaikan salinan NoD atau dokumen lain yang dipersamakan kepada DPPP cq Dit. Perbendaharaan. NoD ini sebagai dasar tanggal dinyatakan hutang pemerintah kepada lender dan piutang pemerintah kepada BUMN/Pemda; f. Atas dasar NoD atau dokumen lain yang dipersamakan, KPPN menerbitkan

SP3 dan menyampaikannya kepada BI untuk dibukukan sebagai pencatatan realisasi penarikan pinjaman/hibah luar negeri, serta kepada PA/KPA sebagai dasar pembukuan SAI pada tahun angggaran berjalan.

2) Letter of Credit (L/C), tahapan pelaksanaannya yaitu:

a. BUMN/Pemda mengajukan SPP-SKPD L/C sebesar bagian nilai KPBJ yang memerlukan pembukaan L/C kepada KPPN yang ditunjuk;

b. Berdasarkan SPP-SKPD L/C, KPPN menerbitkan SKPD L/C dan mengirimkan kepada BI;

c. Berdasarkan SKPD L/C, KPA memberitahukan kepada rekanan untuk mengajukan pembukaan L/C kepada BI dengan melampirkan KPBJ;

d. Atas dasar L/C yang telah dibuka, BI mengajukan permintaan kepada DJPU cq Dit. PHLN untuk menerbitkan surat pernyataan kesediaan melakukan pembayaran L/C;

e. Sebagai pemberitahuan realisasi L/C, DPPP menerima NoD atau dokumen lain yang dipersamakan dari DJPU cq Dit. PHLN. NoD ini sebagai dasar tanggal dinyatakan hutang pemerintah kepada BUMN/Pemda;

f. Berdasarkan dokumen realisasi L/C yang diterima dari Bank Koresponden, BI menerbitkan Nota Disposisi sebagai realisasi L/C dan membukukan ekuivalen rupiah ke dalam Rekening Kas Negara dengan menerbitkan Nota Debet/Kredit sebagai realisasi pencairan L/C;

g. Atas dasar SKPD L/C, Nota Disposisi L/C dan Nota Debet/Kredit, KPPN menerbitkan dan membukukan SP3 pada tahun anggaran berjalan sebagai realisasi APBN dan menyampaikannya kepada PA/KPA sebagai dasar pembukuan SAI;

h. Dalam hal L/C dibuka di bank, berdasarkan dokumen realisasi L/C yang diterima dari Bank Koresponden, bank menerbitkan Nota Disposisi atau dokumen yang dipersamakan dan menyampaikannya kepada KPPN.

3) Rekening Khusus

a. Atas dasar NPHLN, Dirjen Perbendaharaan (PBN) membuka reksus pada BI atau bank;

b. Atas permintaan PA/KPA, Dirjen PBN mengajukan permintaan pengisian inisial deposit kepada DJPU cq Dit. PHLN untuk kebutuhan pembiayaan selama periode tertentu atau sejumlah yang ditentukan dalam NPHLN;

c. PA/KPA mengajukan SPM atau SPP, SKM, Reksus L/C dengan dilampiri dokumen pendukungnya kepada KPPN;

d. Berdasarkan SPM atau SPP, SKM, Reksus L/C sebagaimana dimaksud, KPPN mnenerbitkan SP2D atau SKM RK L/C dan selanjutnya menyampaikan kepada BI atau bank;

e. Atas dasar SP2D, BI atau bank melakukan pembebenan kepada reksus; f. Untuk pengisian kembali reksus, DJPBN mengajukan WA kepada DJPU cq

Dit. PHLN dengan dilampiri dokumen pendukung sebagaimana yang disyaratkan dalam NPHLN;

g. DJPU dan BI menerima NoD atau dokumen lain yang dipersamakan dari Dit. PHLN sebagai realisasi penarikan pinjaman.

4) Pembiayaan Pendahuluan

a. Berdasarkan NPHLN atau NPPP dan dokumen anggaran berlaku, PA/KPA mngajukan bukti-bukti pengeluaran pembiayaan pendahuluan dan penggunaan uang kepada KPPN;

b. Atas dasar bukti pengeluaran tersebut pada butir 1, dan dokumen pendukung sebagaimana disyaratkan oleh DJPU cq Dit. PHLN, KPPN mngajukan APD kepada Dit. PHLN;

c. Dirjen PU, KPPN, dan BI menerima NoD atau dokumen lain yang dipersamakan dari Dit. PHLN untuk keuntungan rekening BUN atau rekening kas negara atau rekening PPP;

d. Atas dasar NoD sebagaimana dimaksud, KPPN ditunjuk menerbitkan SP3 dan mengirimkannya kepada PA/KPA untuk bahan SAI.

NoD pada Pembayaran Langsung, Letter of Credit (L/C), Pembiayaan Pendahuluan dianggap sebagai pembebanan piutang. Sedangkan pada Rekening Khusus didasarkan pada SP2D yang memebebani Insial Deposit. Pembebabanan piutang tersebut dapat berupa rupiah dan valas.

Pelunasan piutang setelah diterimanya pembayaran peminjam ke rekening bank penatausaha. Hasil pembayaran peminjam yang diterima ke rekeng bank penatausaha disetorkan ke RDI/RPD. Penyetoran ke RDI dan RPD dapat berupa RDI Valas, RDI Rupiah atau RPD Rupiah (tergantung pada naskah penerusan pinjaman).

2. Dana bergulir adalah dana yang dipinjamkan kepada sekelompok masyarakat, perusahaan negara/daerah, untuk ditarik kembali setelah jangka waktu tertentu, dan kemudian disalurkan kembali. Yang dimaksud dana bergulir di sini adalah pemberian pinjaman dari Rekening Dana Investasi (RDI) dan Rekening Pembangunan Daerah (RPD).

Mekanisme penarikan pinjaman RDI dan RPD pada dasarnya langsung dicairkan dari rekening RDI dan RPD. Dokumen pengakuan piutang didasarkan pada bukti transaksi pengeluaran dana dari rekening RDI/RPD.

Pelunasan piutang setelah diterimanya pembayaran peminjam ke rekening RDI/RPD yang berada di BI.

SA-PP dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman.

DPPP memproses data transaksi penerusan pinjaman dan menyampaikan laporan beserta ADK kepada DAPK.

Dokumen sumber yang digunakan dalam pengelolaan penerusan pinjaman adalah:

 dokumen anggaran, contoh: Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)  dokumen pengeluaran, contoh: Notice of Payment (NoP), Surat Permintaan

Membayar (SPM), Nota Kredit

 dokumen penerimaan, contoh: Notice of Disbursement (NoD), Withdrawal Aplication (WA), SP2D, SP3ULN, Surat Pembukuan Pinjaman Luar Negeri (SP2LN). Nota Debet

 dokumen lainnya yang dipersamakan.  Memo penyesuaian

Pemrosesan dokumen sumber menimbulkan pengakuan penerusan pinjaman, pengeluaran pembiayaan, penerimaan pembiayaan dan menghasilkan laporan berupa:

1. Laporan Realisasi Penerusan Pinjaman; 2. Neraca;

3. Catatan atas Laporan Keuangan.

Pengiriman Laporan Keuangan ke DAPK disertai dengan ”Pernyataan Tanggung Jawab” yang ditandatangani oleh Direktur DPPP selaku kepala UAPBUN DPPP. Bentuk dan format ”Pernyataan Tanggung Jawab” seperti tersebut di bawah ini.

PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB Direktur DPPP

Pernyataan Tanggung Jawab

Isi Laporan Keuangan DPPP selaku UAPBUN PP, yang terdiri dari (i) Laporan Realisasi Penerusan Pinjaman, (ii) Neraca, dan (iii) Catatan atas Laporan Keuangan sebagaimana terlampir adalah merupakan tanggung jawab kami.

Laporan keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan secara layak sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.

Jakarta,

Direktur DPPP,

( )

PROSES REKONSILIASI PADA SISTEM AKUNTANSI PENERUSAN PINJAMAN DPPP melakukan rekonsiliasi data dengan DJPBN c.q DPKN setiap triwulan.

Pengaturan sistem akuntansi penerusan pinjaman akan ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.