• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUDIDAYA IKAN DI DESA SIOGUNG-OGUNG TAHUN 1990-2000

3.2 Sistem Budidaya Ikan

Budidaya ikan merupakan semua kegiatan yang ada hubungannya dengan pemeliharaan ikan seperti dalam bentuk kolam, sawah, dan keramba, maupun di perairan umum yang hasilnya untuk dijual atau dimakan menjadi lauk pauk. Demikian halnya yang terdapat di Desa Siogung-Ogung, dimana masyarakat Desa Siogung-Ogung membesarkan ikan dengan sistem keramba jaring apung. Ikan yang dibesarkan dengan cara dibudidayakan di dalam keramba ini tidak tergantung pada satu jenis ikan saja, akan tetapi semua jenis ikan air tawar dapat dibesarkan dengan sistem keramba. Dalam usaha pemeliharaan ikan di keramba ada beberapa langkah yang dilakukan masyarakat yaitu:

3.2.1 Persiapan Keramba

Keramba adalah wadah atau tempat yang digunakan untuk masyarakat untuk pembesaran ikan. Keramba yang digunakan masyarakat di Desa Siogung-Ogung adalah Keramba Jaring Apung ( KJA ). Keramba Jaring Apung merupakan salah satu wadah budi daya air perairan yang cukup ideal, karena dapat ditempatkan di perairan yang dalam seperti danau. Secara umum, jenis ikan laut dan ikan tawar dapat dipelihara dengan sistem Keramba Jaring Apung. Keramba Jaring Apung salah satu jenis keramba yang paling sering digunakan dalam pembudidayaan ikan air tawar karena sesuai dengan kondisi pengembangan ikan di daerah danau.

Ukuran Keramba Jaring Apung yang digunakan sebagai tempat pembesaran ikan tidak ada batasnya. Namun, ukuran keramba yang sering digunakan masyarakat

di Desa Siogung-Ogung adalah 4x4x4 meter. Dalam pembuatan keramba masyarakat Desa siogung-ogung membuat sendiri, hal ini karena belum tersediaanya keramba yang siap pakai. Dalam pembuatan keramba jaring apung masyarakat menggunakan beberapa perlengkapan, antara lain:

a. Kerangka atau bingkai

Kerangka atau bingkai ini terbuat dari kayu.

b. Pelampung

Pelampung yang digunakan masyarakat adalah drum bekas minyak,dan drum yang terbuat dari plastik, dengan syarat drum tersebut tidak boleh dalam keadaan bocor. Jumlah pelampung yang dugunakan masyarakat sebanyak 4-6 dalam setiap petak dengan ukuran petak 4x4 meter.

c. Jangkar

Jangkar ini berfungsi sebagai penahan rakit dengan tujuan apabila ombak lumayan besar dapat diseimbangkan.

d. Jaring

Jaring adalah hal yang paling penting,ukuran lubang jaring harus disesuiakan dengan jenis ikan yang akan dipelihara.

Tujuan dari pemberat jaring ini adalah untuk menjaga supaya jaring tidak terlipat apabila ombak besar.

f. Bangunan dan Peralatan

Salah satu yang unik dari peternak ikan yang ada di Desa Siogung-Ogung adalah mendirikan rumah kecil berupa pondok di atas keramba dengan tujuan, untuk tempat tidur pada malam hari. Perlengkapan lainnya adalah lampu-lampu listrik yang dipasang disetiap sudut keramba yang dialirkan dari rumah. Beberapa-beberapa syarat terbaik untuk keramba antara lain:

a.Banyak mendapat sinar matahari

b.Dekat dengan rumah

c.Diair yang dalam

d.Arus air yang tenang.

Jarak keramba ikan dari tepi danau toba berkisar 7 meter, untuk mencapai keramba dari daratan masyarakat menggunakan drum. Drum-drum tersebut disatukan dan di atas dibuat kayu sebagai alas kemudian dihubungkan dari keramba menuju daratan dengan menggunakan tali. Dilihat dari jenis ikan- ikan yang dibesarkan masyarakat Desa Siogung-Ogung dalam bentuk keramba antara lain ikan mas, ikan mujair ( ikan nila ), ikan lele. Ketiga jenis ikan inilah yang umumnya dibesarkan masyarakat Desa Siogung-Ogung dalam bentuk keramba jaring apung. Sebelum

masyarakat melakukan pemeliharaan ikan ada beberapa hal yang diperhatikan masyarakat Desa Siogung-Ogung antara lain :

a.Jenis ikan yang dibesarkan masyarakat melalui sistem keramba ikan.Ini disebabkan tidak semua ikan dapat dibesarkan di dalam keramba , kecuali ikan tawar.

b.Ukuran ikan. Ini harus diperhatikan karena berpengaruh pada ketinggian dan kedalaman air, serta pada saat melakukan panen.

c.Volume air dan kerangka keramba ikan yang dibuat harus kuat, serta disesuaikan dengan jenis ikan.

d. Pada waktu panen diperlukan perlakuan yang baik sehingga jaring keramba tidak rusak dan dapat digunakan kembali dalam jangka waktu yang lama.

3.2.2 Padat Penebaran Benih

Pada umumnya bibit ikan yang dibudidayakan masyarakat Desa Siogung-Ogung diperoleh dengan cara membeli. Selain itu, tak jarang masyarakat membesarkan ikan hasil tangkapannya dari Danau Toba di dalam keramba. Sampai tahun 2000, masyarakat Desa Siogung-Ogung belum mampu untuk menghasilkan bibit ikan sendiri dengan cara memijah. Umumnya para pemilik keramba membesarkan bibit ikan dengan cara membeli. Hal ini, karena pengetahuan masyarakat Desa Siogung-Ogung mengenai cara memghasilkan bibit ikan dari ikan yang mereka pelihara sangat minim. Sifat benih ikan yang baik untuk dipelihara dengan sistem keramba antara lain sehat dan tidak cacat, bereaksi cepat terhadap

rangsangan fisik, bebas dan tahan penyakit, dan cepat tumbuh.29

Ukuran ikan yang ditebarkan pembudidaya ikan di Desa Siogung-Ogung berbeda antara satu sama lain. Ukuran benih ikan yang akan ditebarkan dalam satu keramba sebaiknya mempunyai ukuran yang seragam, supaya panen dapat dilakukan secara serempak. Selain itu laju pertumbuhan ikan pun selama pemeliharaan akan tetap sama.

Kurangnya perhatian dari pihak pemerintah khususnya bidang perikanan salah satu yang menyebabkan pengetahuan masyarakat sangat terbatas. Bisa dikatakan masyarakat Desa Siogung-Ogung dalam hal peternakan ikan adalah dengan cara belajar sendiri. Pada umumnya jenis ikan tawar sangat efisien untuk dipelihara dengan cara sistem keramba. Masyarakat Desa Siogung-Ogung berpendapat bahwa kepadatan atau padat penebaran ikan masing-masing jenis ikan yang akan dibesarkan dalam keramba, sampai saat ini belum ada yang dipakai sebagai ukuran. Pada penebaran ikan dalam kantong jaringan atau keramba dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

a.Ukuran ikan yang ditebarkan

30

“mengatakan bahwa ukuran atau besar ikan yang akan dibudidayakan harus sesuai dengan mata jaring yang akan kita gunakan. Sebaiknya dalam

Namun berbeda dengan pendapat Bapak Purba yang juga salah satu pembudidaya ikan di Danau Toba,berikut ini hasil wawancara dengan Bapak Purba,

29

Soetatwo Hadiwigeno,Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Dalam Keramba Jaring Apung, Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, 1989, hal.17.

30

Hasil wawncara dengan Bapak Naibalok, salah satu pembudidaya ikan di Desa Siogung-Ogung, tanggal 27 Maret 2011 di Desa Siogung-Ogung.

penebaran ikan harus memiliki benih yang berukuran tidak sama. Hal ini bertujuan supaya dalam panen tiba, dapat dilakukan secara bertahap, sehingga jaring tidak langsung kosong. Adapun mata jaring yang kami gunakan adalah 2,5 mm,dengan tujuan supaya ikan tidak bisa keluar dari keramba.”31

Adanya pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ukuran dan sistem penebaran tergantung pada pemilik keramba ikan. Sistem penebaran ikan dalam keramba disesuaikan para pembudidaya ikan dengan situasi pasar dan permintaan pasar. Namun, di Desa Siogung-Ogung sendiri berdasarkan penelitian, pada umumnya penebaran bibit ikan di keramba dilakukan secara bertahap. Tujuan yang para pemilik keramba yang paling utama adalah supaya pendapatan mereka berkelanjutan.Tingkat kepadatan ikan tergantung pada jenis ikan yang akan dibesarkan di dalam keramba.

Tingkat kepadatan penebaran yang sedikit akan memberikan produksi panen yang rendah, meskipun ikan yang dihasilkan pada saat panen berukuran besar. Namun, sebaliknya tingkat kepadatan penebaran dengan jumlah yang besar akan menghasilkan hasil panen dengan jumlah yang besar, tetapi hasil ikan setiap ekornya menjadi kecil-kecil. Melihat hal ini, maka ukuran ikan yang akan ditebarkan harus disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam sistem bertahap, apabila masyarakat ingin menerapkan sistem ini, maka sebaiknya benih ikan yang akan ditabur memiliki ukuran yang berbeda.

Pada satu kantong jaring apung dapat ditebarkan benih ikan yang berbeda, dan

31

Hasil wawancara dengan Bapak Purba, salah satu pembudidaya ikan di Danau Toba, tanggal 27 Maret 2011, di Desa Siogung-Ogung.

pada saat panen hanya dilakukan pada ikan yang telah mencapai ukuran tertentu sesuia dengan keinginan. Ikan-ikan yang masih belum cukup umur dipanen akan dipelihara kembali sampai ukuran ikan yang diinginkan. Berdasarkan hasil penelitian di Desa Siogung-Ogung, budidaya ikan yang dibudidayakan dalam satu keramba memiliki ukuran yang berbeda. Berikut ini, ukuran ikan yang ditebarkan dalam satu keramba di Desa Siogung-Ogung;

a.10-50 gr 2000-2500 ekor/keramba

b.60-100 gr 800-1000 ekor/keramba

c.110-150 gr 500-800 ekor/keramba

Berdasarkan data hasil penelitian di atas dapat di peroleh bahwa masyarakat Desa Siogung-Ogung menebarkan bibit ikan mulai 500 ekor sampai 2500 ekor setiap keramba tergantung jenis ikan dan ukuran ikan yang akan dipelihara. Umumnya masyarakat membesarkan ikan mas dan ikan mujair di dalam keramba dengan ukuran 9 gr sampai dengan 12 gr sedangkan untuk ukuran Sibahut berkisar 3 mm. Lubang jaring yang biasa digunakan masyarakat adalah 2,5 mm dan ukuran keramba yang digunakan masyarakat berukuran 4x4x4 meter.

3.2.3 Pakan/ Makanan Ikan

Dalam pembudidayaan atau peternakan ikan hal yang mendukung keberhasilan masyarakat adalah pakan atau makanan ikan. Jika hanya mengandalkan makanan ikan yang diperoleh secara alami maka tidak akan memperoleh hasil yang

memuaskan dan keuntungan yang lebih besar. Untuk memperoleh hasil yang memuaskan masyarakat harus memperhatikan jenis pakan ikan. Pada masyarakat Desa Siogung-Ogung pemberian pakan ikan dilakukan tiga kali sehari yakni setiap pagi jam 7, siang jam 12, dan sore/malam jam 6 sore. Ada dua jenis pakan yang diberikan masyarakat Desa Siogung-Ogung sebagai pendukung pertumbuhan ikan yaitu:

a.Pakan alam

Pakan alami ini merupakan makanan ikan yang diperoleh masyarakat yang berasal dari alam. Pakan alami yang digunakan masyarakat Desa Siogung-Ogung adalah ubi yang telah dicincang kecil-kecil selain itu masyarakat juga menggunakan jagung dengan ukuran yang kecil sebagai pakan ikan.

b.Pakan buatan

Para pemelihara ikan di keramba memberikan pakan buatan sebagai makanan ikan dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan ikan. Pakan ikan yang paling banyak digunakan masyarakat adalah pellet.32

32

Pelet adalah makanan ikan yang sudah dicampur zat kimia untuk mempercepat pertumbuhan ikan. Pelet lebih digunakan masyarakat masyarakat Desa Siogung-Ogung karena akan mempercepat produksi ikan. Jika dibandingkan dengan ikan yang makanan nya diberikan pakan alami dengan pakan buatan , ikan yang pakan alami lebih di pilih masyarakat karena ikan nya lebih segar dan rasanya lebih manis. Namun, hal ini kadang tidak diperdulikan masyarakat peternak ikan. Keuntungan dan hasil panen ikan yang melimpah adalah

target dari peternak ikan. Didukung dengan permintaan ikan yang cukup besar dikalangan masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di wilayah Samosir.

3.2.4 Pemeliharaan ikan

Dalam sistem pemeliharaan ikan dengan cara membudidayakan ikan sistem Keramba Jaring Apung ( KJA) masyarakat Desa Siogung-Ogung dapat dikatakan tidak mengalami banyak kesulitan. Walapun peran dan perhatian dari pemerintah tidak ada terhadap para peternak ikan, namun masyarakat dengan belajar sendiri dapat mengembangkan budidaya ikan. Menurut pendapat dari peternak ikan di Desa Siogung-Ogung pemeliharaan ikan tidak sulit, yang penting memiliki modal yang cukup dan mau bertanya antar sesama peternak. Waktu tidak sepenuhnya tersita dalam pemeliharaan ikan, hal ini karena pemeliharaan ikan dapat dilakukan hanya pada beberapa jam saja.

Setiapa harinya para pembudidaya ikan di Desa Siogung-Ogung hanya memberikan makanan ikan tiga kali dalam satu hari. Pada pagi hari pemberian pakan dilakukan pada jam 7 ( tujuh ), siang hari pakan diberikan jam 12 ( dua belas ) , sedangkan malam hari pakan diberikan jam enam sore. Selain dari jam tersebut biasanya masyarakat melakukan pekerjaan lainya yang menjadi pekerjaan sampingan dan tidak jarang kaum pria menghabiskan waktunya di kedai kopi. Adanya pondok yang didirikan di atas keramba, maka malam hari sebagian masyarakat biasanya tidur di keramba untuk menjaga ikan-ikan mereka. Jenis ikan yang ada di Danau toba sebenarnya tidak hanya ikan mas, Mujair, dan ikan Sibahut ini, masih banyak lagi jenis ikan lain seperti Ikan Bujuk, ikan Siburicak, namun, jenis ikan tersebut tidak

cocok dibesarkan di dalam keramba.33 Menurut peternak ikan yang menjadi pembudidaya ikan, pembudidayaan ketiga jenis ikan ini hampir sama. Masyarakat tidak mengalami kesulitan dalam pembesaran ikan-ikan tersebut. Perbedaan umur Ikan mas,ikan mujair, dan ikan lele untuk bisa dipanen tidak terlalu berbeda.

Ikan mas dapat dipanen masyarakat Desa Siogung-Ogung sebanyak 2 ( dua ) kali dalam setahun dengan umur ikan 5 ( lima ) bulan. Ikan Mujair dapat dipanen 3 ( tiga ) kali dalam setahun dengan umur sekitar 4 bulan, hampir sama dengan umur ikan lele.34

33

Siburicak adalah sejenis ikan teri.

34

Hasil wawancara dengan Bapak Limbong, salah satu pembudidaya ikan , tanggal 27 Maret 2011, di Desa Siogung-Ogung.

Ketiga jenis ikan ini lah yang paling banyak dibudidayakan masyarakat Desa Siogung-Ogung, dengan alasan sesuai dengan kondisi air Danau Toba. Ikan yang paling banyak di budidayakan dari ketiga jenis ini adalah ikan mas, dan ikan mujair. Hal ini karena permintaan pasar yang lebih tinggi, ikan lele ( Sibahut ) biasanya dipelihara hanya dalam satu petak saja. Menurut peternak ikan di Desa Siogung-Ogung permintaan pasar terhadap ikan lele (sibahut) dapat dikatakan masih rendah.

Umur ikan baru bisa dipanen tergantung kepada peternak ikan, karena ada sebagian masyarakat yang sudah tepat waktunya dipanen tidak dipanen, namun ikan dibiarkan sampai besar-besar. Tidak jarang ditemukan para peternak ikan di Desa Siogung-Ogung mengisi kekosongan waktu mereka dengan menangkap ikan di Danau Toba. Hasil tangkapan mereka bila ikan masih hidup biasanya tidak langsung dijual, tetapi dibesarkan kembali di dalam keramba dan dipanen bersama ikan-ikan yang segaja dibesarkan di keramba.

Mulai awal masyarakat mengenal budidaya ikan dengan sistem keramba sampai tahun 2000, menurut masyarakat Desa Siogung-Ogung belum ada penyakit ikan yang mengancam perkembangan dan pertumbuhan ikan-ikan di keramba. Sampai puncak tahun 2000, keramba-keramba sudah banyak bertebaran dipinggir-pinggir danau Toba Di Desa Siogung-Ogung. Berikut ini hasil wawancara penulis dengan salah satu peternak ikan di Danau Toba mengenai penyakit ikan;

“ Mulai awal saya mengenal peternakan ikan ini, sampai tahun 2000 yang pada saat itu, Desa Siogung-Ogung terkenal dengan keramba-keramba ikan, belum pernah ada penyakit yang mengacam ikan-ikan kami dikeramba. Masalah penyakit ikan Virus Koiherves” itu terjadi tahun 2004. Jadi sebelum datangnya virus tersebut kami tidak pernah mengalami penyakit ikan”.35

Para peternak ikan di Desa Siogung-Ogung melakukan pembudidayaan ikan masih secara tradisional. Salah satu yang lain dari pembudidayaan ikan biasanya adalah, pembudidayaan ikan tidak pernah melakukan penyuntikan terhadap ikan-ikan yang mereka pelihara. Peternak ikan Siogung-Ogung sebelum menggunakan pellet, mereka hanya menggunakan ubi dan jagung sebagai pakan. Peternak ikan akhirnya menggunakan pellet sebagai pakan ikan, dengan tujuan mempercepat pertumbuhan ikan. Selama menggunakan pakan alami, ikan-ikan yang dihasilkan setiap panen kurang besar, namun setelah pakan digunakan para peternak ikan sudah dapat panen tidak lebih lima bulan dengan ukuran ikan yang besar-besar. Walaupun

35

Hasil wawancara dengan Ibu Naibaho, salah satu peternak ikan, tanggal 27 Maret 2011 di Desa Siogung-Ogung.

kenyataannya, kualitas ikan yang dihasilkan semakin berkurang, karena dibandingkan ikan yang menggunakan pakan alami jauh lebih bagus dibandingkan ikan yang sudah menggunakan pellet sebagai pakan ikan.

3.2.5 Panen

Panen merupakan salah satu tahap akhir dalam pembudidayaan ikan, karena dari panen dapat diadakan penilaian keberhasilan atau tidaknya kegiatan usaha yang dilakukan oleh masyarakat. Pembudidaya ikan di Desa Siogung-Ogung, lamanya Panen ikan yang dipelihara masyarakat berkisar antara 4-5 bulan. Hal ini dipengaruhi oleh ukuran dan jenis ikan yang ditebarkan masyarakat serta permintaan dari masyarakat. Berhasil atau tidaknya usaha masyarakat Desa Siogung-Ogung dari lahan mata pencaharian ini dapat dilihat dari hasil panen. Dalam melakukan panen ikan tidak dapat dilakukan dengan sembarangan. Kondisi ikan mulai dari keramba sampai ikan dipasarkan harus dalam keadaan hidup dan masih segar. Masalah kecil seperti menjaga ikan tidak luka atau sisik ikan rusak selalu diperhatikan masyarakat. Hal ini karena akan mempengaruhi penawaran harga di pasaran atau di toke.

Ikan harus bisa sampai kepasar dengan keadaan hidup, segar, dan sehat. Masyarakat Desa Siogung-Ogung belum mengenal sistem pengawetan ikan untuk bertahan lama. Sesuai dengan permintaan para konsumen dipasaran serta toke-toke yang datang dari luar untuk membeli kondisi ikan harus dalam keadaan hidup. Ikan pada umumnya di panen masyarakat Desa Siogung-Ogung pada pagi hari atau sore hari, dengan tujuan ikan bertahan hidup dan mencegah dari segatan matahari.

Beberapa langkah yang dilakukan masyarakat Desa Siogung-Ogung dalam panen ikan antara lain :

a. Ikan dimasukkan ke dalam wadah kantong plastik besar yang sudah di isi air, sesuia dengan jenis ikannya.

b. Kemudian plastik tersebut di isi dengan oksigen yang secukupnya, lalu plastik diikat rapat.

Untuk mengetahui hasi panen masyarakat Desa Siogung-Ogung maka dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 5: Hasil Panen Ikan Responden

Jenis Ikan Jumlah Petak Hasil ( Kg )

Ikan mas Ikan Mujair Ikan Sibahut 1 1 1 1000 kg 1000 kg 1500 kg

Sumber: Hasil Wawancara Dengan Responden, Tanggal 03 April 2011

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil panen ikan setiap panen paling sedikit 1000 kg dengan jumlah keramba 1 ( satu ) petak. Bila di bawah 1000 kg, masyarakat merasa bahwa mereka mengalami kegagalan dalam usaha ini. Hal ini disebabkan hasil dari penjualan masih dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran yang ada selama pemeliharaan ikan dalam keramba. Masyarakat Desa Siogung-Ogung dapat

melakukan panen ikan minimal 2 ( dua ) kali dalam setahun. Kualitas ikan yang dihasilkan para pemilik keramba di Desa Siogung-Ogung memiliki kualitas ikan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari ukuran ikan yang dihasilkan saat panen. Kualitas ikan yang dihasilkan Desa Siogung-Ogung tidak kalah dengan kualitas ikan yang berasal dari Kecamatan Haranggaol yang dikenal salah satu pemasok ikan terbesar di Sumatera Utara.

Dokumen terkait