BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN
B. Analisis dan Pembahasan
1. Sistem dan Prosedur
Surety Bond terjadi apabila suatu pihak berjanji untuk memberikan jaminan kepada atau untuk pihak yang lain bagi kepentingan pihak ketiga, bahwa bilamana pihak yang dijamin oleh sebab sesuatu hal lalai atau gagal melaksanakan kewajiban yang diperjanjikan kepada pihak ketiga, maka pihak penjamin akan bertanggung jawab terhadap pihak yang dijamin untuk menyelesaikan kewajibannya.
commit to user
Dengan demikian dapat diartikan bahwa perjanjian pemberian jaminan adalah suatu perjanjian tambahan terhadap perjanjian pokok (kontrak) yang melibatkan 3 (tiga) pihak, yaitu:
a) Pemilik Proyek (Obligee / Owner) adalah Pihak Pemberi Pekerjaan yang mengadakan perjanjian/kontrak dengan Pihak Kontraktor (Prinsipal).
Dalam perjanjian / kontrak ditegaskan mengenai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi masing-masing pihak. Kegagalan melaksanakan kewajiban-kewajiban dalam perjanjian/kontrak bisa merupakan wanprestatie, default atau failure.
b) Kontraktor (Prinsipal) adalah Pihak yang mengikatkan diri dengan Pemilik Proyek (Obligee/Owner) dalam perjanjian / kontrak dan berjanji untuk melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam kontrak.
c) Penjamin (Surety company) adalah Pihak yang memberikan jaminan kepada Kontraktor (Principal) atas kesanggupannya untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian / kontrak dan jika tidak dilaksanakan maka Penjamin (Surety company) akan membayar ganti rugi maximum sebesar nilai jaminan.
commit to user Perjanjian Pokok Kontrak Perjanjian Tambahan (Accesoi) Gambar 3. 2
Sebelum menerbitkan sertifikat surety bond, seorang Underwriting terlebih dahulu mengadakan / melakukan penelitian yang lebih luas mengenai Calon Prinsipal, mencakup:
1) Kemampuan finansial yang tercermin dari hasil analisa keuangan. 2) Management dan organisasi Calon Prinsipal (kontraktor).
3) Keahlian terhadap pekerjaan yang akan dilaksanakannya. 4) Peralatan-peralatan yang dimiliki.
5) Kapasitas Kontraktor pada saat ini untuk menyelesaikan kontrak untuk waktu yang ditentukan.
6) Persyaratan-persyaratan hukum yang dimiliki. PEMILIK PROYEK (OBLIGEE/OWNER) PENJAMIN (SURETY COMPANY) KONTRAKTOR (PRINSIPAL)
commit to user
Bagi kontraktor yang berpengalaman telah memiliki biodata lengkap yang dibutuhkan surety company karena biasanya dalam pengajuan / permohonan untuk menjadi rekanan ataupun pada saat tender, para kontraktor melampirkan biodata dimaksud.
Dari hasil analisa maka surety company akan memperoleh gambaran mengenai risiko yang akan ditanggung. Jadi dalam pemberian penjaminan surery bond tidak hanya didasarkan atas analisa kwantitatif tetapi juga mencakup analisa kwalitatif, dengan melakukan:
(a) Analisa 5C
Setiap calon prinsipal yang telah menyerahkan permohonan surety bond dan telah dilengkapi dengan biodata, Underwriting surety bond terlebih dahulu menganalisanya atas daasar faktor 5C, yaitu:
(1) Character
Character ini menjelaskan keadaan yang sebenarnya dan diharapkan prinsipal bersifat jujur dan terbuka. Dari character ini dapat dianalisa mengenai mentality prinsipal sehingga surety dalam menentukan judgment dapat atau tidaknya bond diterbitkan.Walaupun untuk menganlisa character ini tidak mudah dan bersifat subjectif tetapi hal-hal yang penting untuk diketahui antara lain, sebagi berikut:
commit to user
a. Kemampuan kontraktor secara comersial
b. Kejujuran dan integritas pimpinan dan orang-orang yang ada dalam perusahaan.
c. Opini dan untuk recomendasi.
(2) Capital
Capital disini adalah kemampuan finansial dari kontraktor dalam membiayai pekerjaan yang dipercayakan kepadanya. Biasanya kekuatan finansial kontraktor dapat diketahui dengan memperhatikan hal-hal, sebagai berikut :
a. Sumber dana keuangan untuk membiayai pekerjaannya (dana sendiri dan sumber dana yang diperoleh dari luar). b. Besarnya modal kerja.
c. Laba dan Neraca beberapa tahun terakhir (biasanya 3 tahun terakhir).
d. Perkembangan usaha.
e. Utang piutang yang ada hubungannya dengan likuiditas. f. Kekayaan bersih (net worth) kontraktor dengan
memperhatikan:
1. Pengendalian biaya. 2. Pekerjaan yang tertunda.
3. Fasilitas Bank dan tingkat pinjaman. 4. Cashflow, dsb.
commit to user
Dari hasil analisa tersebut dapat diketahui kemampuan prinsipal yaitu:
a) Mendapatkan keuntungan yang diharapkan.
b) Kewajiban untuk menyelesaikan kewajiban finansialnya dengan segera.
c) Menyelesaikan kewajiban-kewajiban finansialnya pada saat likuidasi.
(3) Capacity
Untuk mengetahui kemampuan tehnis prinsipal dalam menyelesaikan pekerjaannya perlu diperhatikan apakah prinsipal mempunyai kapasitas yang baik dibandingkan dengan volume pekerjaan yang dikerjakan. Kemampuan yang dimaksud disini mencakup:
a. Keahlian orang-orang yang ada didalam perusahaan dan dilapaangan.
b. Pengalaman perusahaan menangani pekerjaan yang sama. c. Proyek-proyek yang pernah diselesaikan.
d. Peralatan-peralatan / mesin-mesin yang dimiliki.
e. Pendapatan dan informasi dari orang atau perusahaan lain mengenai prinsipal tersebut.
commit to user (4) Condition
Situasi dan kondisi yang mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan baik yang mendukung maupun yang dapat mempersulit. Untuk mengetahui apakah calon prinsipal telah memenuhi persyaratan-persyaratan suatu badan usaha, seperti:
b. Persyaratan hukum yang dimiliki, meliputi:
1. Akte notaris yang memuat tentang tujuan usaha, anggaran dasar yang mengatur tentang permodalan dan struktur keanggotaan pemegang saham.
2. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) atau Surat Ijin Usaha Jasa Kontruksi (SIUJK) bagi kontraktor.
c. Syarat-syarat tambahan lainnya yang dimiliki oleh kontraktor secara khusus sesuai dengan bidang usahanya. d. Past performance kontraktor atau pengalaman-pengalaman.
(5) Collateral
Pada prinsipnya surety bond tanpa collateral, dalam pelaksanaannya tergantung dari hasil penelitian 4C tersebut diatas. Apakah masih diperlukan agunan atau cukup hanya dengan perjanjian ganti rugi kepada surety. Dalam pelaksanannya di Indonesia dapat menetapkan kebijaksanaaan untuk mengenakan collateral atas permohonan surety bond tertentu.
commit to user
Dengan mempertimbangkan kelima faktor tersebut diatas, maka surety dapat menentukan besarnya kemampuan prinsipal untuk melaksanakan proyek dalam batas nilai kontrak tertentu dalam periode waktu tertentu. Batasan nilai dari kemampuan prinsipal untuk melaksanakan suatu proyek disebut “Plafont Jaminan”.
(b) Perjanjian Ganti Rugi Kepada Surety
Perjanjian ganti rugi kepada surety adalah suatu bentuk perjanjian yang ditandatangani oleh prinsipal dan indemnitor yang menyatakan bahwa prinsipal dan indemnitor akan membayar kembali ganti rugi (klaim) yang telah dibayarkan oleh surety kepada obligee sebagai akibat dari kegagalannya.
Apabila ternyata dikemudian hari prinsipal mengalami wanprestasi (tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada obligee sesuai dengan kontrak) dan surety company membayar klaimnya kepada obligee, maka perjanjian ganti rugi kepada surety tersebut dapat dipergunakan oleh surety company untuk menuntut haknya kepada prinsipal untuk memperoleh kembali recovernya. Yang boleh menjadi indemnitor dalam perjanjian ganti rugi adalah:
(1) Pihak yang menyadari dan bertanggung jawab penuh atas apa yang dijaminnya.
commit to user
(3) Berkepentingan atas selesainya pekerjaan dengan baik. (4) Dapat dipercaya dan bersedia mengganti kerugian.
(c) Proses Akseptasi
Secara umum untuk tahapan-tahapan yang dilakukan oleh seorang underwriter dalam proses akseptasi surety bond adalah: (1) Mengisi formulir permohonan surety bond.
a. Surat permohonan penerbitan surety bond diatas Kop Surat Perusahaan yang berisi keterangan mengenai:
1. Nama Principal 2. Alamat Lengkap 3. Nama Obligee 4. Alamat Lengkap 5. Jenis Jaminan
6. Nama Pekerjaan / Proyek 7. Lokasi Pekerjaan / Proyek 8. Nilai Pekerjaan / Kontrak / Pagu 9. Nilai Jaminan
10. Jangka Waktu Periode b. Dokumen pendukung
Dokumen pendukung sesuai dengan jenis penerbitan surety bond, yaitu:
1. Jaminan penawaran 2. Jaminan pelaksanaan
commit to user 3. Jaminan uang muka 4. Jaminan pemeliharaan (2) Survey Lapangan
Survey lapangan dapat dilakukan untuk melihat lebih jelas mengenai:
a. Keadaan yang sebenarnya mengenai calon prinsipal.
b. Keadaan dilapaangan (proyek) untuk mengetahui sejauh mana yang telah dilaksanakan / dikerjakan (prestasi) prinsipal.
c. Peralatan-peralatan yang dimiliki dan dipergunakan untuk menyelesaikan proyek.
(3) Analisa Data
Menganalisa informasi dan dokumen-dokumen pendukung akseptasi, biasanya yang utama dianalisa adalah “3C” yaitu character, capacity dan capital.
(4) Keputusan Underwriting
Berdasarkan hasil analisa tersebut diatas, maka underwriter akan menentukan apakah permohonan surety bond tersebut dapat dipenuhi atau tidak.
(d) Penetapan Besarnya Service Charge
Besarnya service charge yang akan dibebankan kepada principal pada prinsipnya tergantung pada, antara lain:
commit to user (2) Jangka waktu penjaminan (bond) (3) Nilai jaminan
Penentuan besarnya service charge pada dasarnya juga dipengaruhi oleh:
a. Hasil analisa kuantitatif dan kualitatif.
b. Apakah prinsipal tersebut relasi lam atau baru. c. Kesediaan prinsipal memberikan collateral. (e) Hak dan Kewajiban Surety
(1) Surety berhak atas pembayaran service charge segera setelah sertifikat surety bond ditandatangani oleh surety dan principal.
(2) Setelah ditandatangani sertifikat surety bond dan diserahkan kepada principal, maka jaminan berlaku dan mempunyai “akibat hukum” sepenuhnya.
(3) Surety bertanggung jawab menjamin setiap kerugian yang disebabkan oleh keingkaran, kelalaian, atau kegagalan principal dalam melaksanakan kewajibannya sesuai perjanjian / kontrak kerja.
(4) Surety tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh:
a. Bencana alam (yang dinyataka bencana nasional). b. Risiko politik.
commit to user
2. Strategi pemasaran PT. Asuransi Jasa Indonesia Cabang Solo dalam menghadapi perusahaan-perusahaan baru yang terkait dalam produk surety bond.
Produk surety bond lebih dititik beratkan pada strategi pemasarannya. Karena surety bond yang sifatnya sudah paten produk dari pemerintah maka dalam hal ini Lembaga Keuangan Asuransi hanya bisa mengembangkan produk surety bond dalam hal strategi pemasaran.
Strategi pemasaran yang digunakan PT. Asuransi Jasa Indonesia Cabang Solo dalam usaha memasarkan produk surety bond kepada perusahaan-perusahaan baru yang terkait dengan program STP yang dilakukan secara kontinue, yaitu:
a) Segmentasi (Pengelompokan)
Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi-bagi pasar yang bersifat heterogen dari suatu produk ke dalam satuan-satuan pasar (segmen pasar) yang bersifat homogen. Segmentasi pasar ini merupakan suatu falsafah yang berorientasi pada konsumen. Falsafah ini menunjukan usaha untuk meningkatkan ketepatan penetapan sasaran dari suatu perusahaan.
Perusahaan yang mengidentifikasi segmen pasarnya harus bisa mengevaluasi berbagai segmen dan memutuskan berapa banyak segmen yang akan dimasuki. Ada dua faktor penting yang
commit to user
mesti diperhatikan dalam melakukan evaluasi segmen pasar, yaitu daya tarik segmen secara keseluruhan dan sumberdaya perusahaan.
Strategi pemasaran yang dilakukan PT. Asuransi Jasa Indonesia dalam mengelompokkan target pemasarannya yang menjadi konsumen. Konsumen PT. Asuransi Jasa Indonesia Cabang Solo dalam produk surety bond yaitu:
1) Badan Usaha atau yang bergerak dibidang kontruksi atau bidang jasa.
Contoh : PT. Wika
2) Pemasaran terbatas pada kondisi pilihan salah satu pihak obligee (pemilik proyek).
3) PT. Asuransi Jasa Indonesia Cabang Solo lebih mengutamakan tender dari pemerintah dari pada swasta dikarenakan resiko yang diambil lebih rendah.
b) Targetting (Target)
Mengevaluasi keaktifan setiap segmen, kemudian memilih salah satu dari segmen pasar atau lebih untuk dilayani. Menetapkan pasar sasaran dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran dan daya tarik segmen, kemudian memilih segmen sasaran yang diinginkan oleh perusahaan. Segmen yang ditargetkan oleh
commit to user
pemasaran ini dapat lebih memanfaatkan perusahaan dalam memasarkan produk yang dimiliki oleh perusahaan.
Strategi pemasaran yang dilakukan PT. Asuransi Jasa Indonesia Cabang Solo pada saat melakuka tender dalam jaminan biaya. Target pemasarn produk surety bond PT. Asuransi Jasa Indonesia diambil 30% dari pasar tender.
c) Positioning (Posisi)
Positioning pasar adalah menentukan posisi dalam persaingan yang kompetitif untuk produk atau suatu pasar. Produk atau jasa diposisikan pada posisi yang diinginkan oleh nasabah, sehingga dapat menarik minat nasabah untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan.
Strategi pemasaran yang dilakukan PT. Asuransi Jasa Indonesia Cabang Solo dalam menempatkan target usahanya yaitu dengan:
1) Pelayanan
PT. Asuransi Jasa Indonesia Cabang Solo sebagai pelayan jaminan terjadinya resiko yang tidak diinginkan oleh salah satu pihak.
commit to user 2) Back up asuransi
PT. Asuransi Jasa Indonesia Cabang Solo juga menggunakan reasuransi dalam melakukan asuransi yang terlalu besar resikonya.
PT. Asuransi Jasa Indonesia Cabang Solo juga mendistribusikan produk surety bond secara langsung melalui asosiasi perusahan dan membina ketrampilan agen dalam aspek produk serta pembinaan kepada pemilik proyek atau asosiasi yang bersangkutan dengan produk surety bond. Bukan kontraktor atau obligee yang menggunakan produk surety bond ini tetapi sekarang berkembang dikalangan Perusahaan-perusahaan, Pemborong yang punya wadah, Bank serta Pembiayaan kredit.
commit to user
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembahasan dari “Analisis Produk Surety Bond Pada PT. Asuransi Jasa Indonesia Cabang Solo”dapat disimpulka bahwa:
Surety bond merupakan produk paten dari pemerintah, yang kemudian dalam pemasarannya dilakukan oleh Lembaga Keuangan Asuransi. Perusahaan asuransi dalam hal ini mempunyai strategi pemasaran tersendiri dalam menghadapi munculnya perusahaan-perusahaan baru terkait dengan produk surety bond.
PT. Asuransi Jasa Indonesia adalah salah satu perusahaan asuransi yang memasarkan produk surety bond, dan pemasarannya dilakukan oleh salah satu perusahaan cabangnya yaitu PT. Asuransi Jasa Indonesia Cabang Solo, dalam menghadapi munculnya perusahaan-perusahaan baru yang terkait dengan produk surety bond maka PT. Asuransi Jasa Indonesia Cabang Solo menggunakan usaha strategi pemasaran STP, yaitu:
a. Segmentasi (Pengelompokan)
Pengelompokan yang dilakukan PT. Asuransi Jasa Indonesia yaitu mengelompokkan target pemasarannya yang menjadi konsumen.
commit to user b. Targetting (Target)
Target yang dilakukan PT. Asuransi Jasa Indonesia Cabang Solo pada saat melakukan tender dalam jaminan biaya.
Target pemasarn produk surety bond PT. Asuransi Jasa Indonesia diambil 30% dari pasar tender.
c. Positioning (Posisi)
Strategi pemasaran yang dilakukan PT. Asuransi Jasa Indonesia Cabang Solo dalam menempatkan target usahanya.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan penulis bagi produk surety bond pada PT. Asuransi Jasa Indonesia Cabang Solo, yaitu:
1. PT. Asuransi Jasa Indonesia harus tetap menjaga hubungan baik dengan kontraktor (principal) dan pemilik proyek (obligee). PT. Asuransi Jasa Indonesia juga harus merangkul dan menarik perhatian pengusaha-pengusaha baru supaya bisnis surety bond lebih diketahui oleh pihak-pihak yang terkait.
2. PT. Asuransi Jasa Indonesia Cabang Solo harus menambah strategi- strategi pemasarannya,supaya pemasaran produk surety bond tidak hanya dikenal dikalangan pengusaha atau kontraktor (principal) dan pemilik proyek (obligee) saja tetapi di kenal dan berkembang dikalangan masyarakat luas supaya bisnis surety bond ini dapat dimanfaatkan dan digunakan semua orang.