• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Skenario Perencanaan

D.5. Sistem Drainase Kali Kenceng

Sistem drainase Kali Kenceng berada di wilayah pusat kota Lamongan dengan luas catchment area 5,51 km2. Sistem drainase Kali Kenceng memiliki beberapa saluran yang diarahkan untuk dibuang ke Kali Kenceng yaitu:

1. Saluran Primer

Sistem Kali Kenceng memiliki 13 Saluran Primer dengan 12 Saluran mengarah ke Kali Kenceng dan ada 1 saluran primer yaitu Saluran Primer Pahlawan dengan outlet ke tambak. Dalam pengembangannya saluran-saluran primer ini perlu direvitalisasi agar kapasitasnya mencukupi debit rencana. Khusus untuk Saluran Primer Jalan Pahlawan akan direncanakan diteruskan menuju Saluran Primer Jaksa Agung Suprapto untuk kemudian dibuang ke kali Kenceng.

2. Saluran Sekunder

Sistem saluran sekunder untuk Kali Kenceng sudah cukup terintegrasi dan memiliki arah aliran yang jelas. Hanya saja pada jalan Simpang Kusuma Bangsa belum terdapat saluran sekunder untuk melayani daerah di sekitar Pasar Ikan. Untuk itu direncanakan saluran sekunder kanan-kiri di jalan Simpang Kusuma Bangsa dengan panjang saluran masing-masing kurang lebih 350 m untuk diarahkan menuju Saluran Primer Jaksa Agung Suprapto.

Selain sistem-sistem primer tersebut, hal yang perlu diperhatikan dalam sistem Kali Kenceng adalah kondisi badan air Kali Kenceng tersebut. Dari hasil survey lapangan diketahui hilir Kali Kenceng sudah tidak jelas karena berada di wilayah persawahan dan tambak, padahal dari peta Pengairan Kabupaten Lamongan diketahui Kali Kenceng merupakan saluran pematusan yang mengalir sampai ke Kali Blawi. Untuk itu perlu dipertimbangkan untuk melakukan rehabilitasi terhadap Kali Kenceng sehingga mampu berperan optimal sebagai badan air pembuang.

D.6. 5.4.6. Sistem Drainase Kali Dapur

Sistem drainase Kali Dapur memiliki luas catchment sebesar 30,96 km2, dengan beberapa saluran primer, sekunder dan tersier yang bermuara pada Kali Dapur

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 63 kemudian mengalir menuju Kali Blawi. Berikut merupakan beberapa saluran tersebut, yaitu:

1. Saluran Primer

Terdapat 12 saluran primer dalam sistem drainase Kali Dapur, yaitu:

Saluran Primer Gedong Boyo Untung, saluran primer tersebut mencakup kawasan Desa Gedong Boyo Untung. Pada wilayah tersebut telah terdapat pengembangan kawasan pemukiman, namun belum tersedia saluran drainase. Untuk itu diperlukan saluran drainase tersier dan sekunder baru untuk mengarahkan limpasan air hujan di desa tersebut untuk diarahkan menuju Saluran Primer Gedong Boyo Untung.

Saluran Primer Delanggu, Saluran Primer Delanggu ini akan mencakup seluruh kawasan Desa Delanggu dengan penambahan saluran tersier dan sekunder untuk diarahkan menuju Saluran Primer Delanggu. Pada kondisi eksisting, telah terdapat 2 (dua) saluran sekunder.

Saluran Primer Kalianyar, pada Saluran Primer Kalianyar ini belum terdapat pengembangan kawasan pemukiman. Dengan adanya pengembangan wilayah ini nantinya diharapkan dapat ditambahkan saluran baru yang dialirkan menuju Saluran Primer Kalianyar untuk dapat dibuang menuju badan air Kali Dapur. Saluran Primer Sidoharjo, Saluran Primer Sidoharjo menerima dari Saluran Sekunder Sunan Drajat dengan daerah yang dilayani mencakup kawasan sekitar Sunan Drajat dan Pasar Sidoharjo

2. Saluran Sekunder

Terdapat dua saluran sekunder yang bermuara pada Saluran Primer Delanggu yaitu Saluran Sekunder Delanggu 1 dan Saluran Sekunder Delanggu 2. Di catchment area Saluran Sekunder Delanggu 2 belum terdapat pengembangan pemukiman. Diperlukan adanya penambahan saluran sekunder untuk pengembangan wilayah yang terdapat pada Desa Gedong Boyo Untung untuk dialirkan menuju Saluran Primer Gedong Boyo Untung.

3. Saluran Tersier.

Diperlukan penambahan saluran tersier pada kawasan pemukiman yang berada di sekitar Jl. Sunan Drajat untuk dapat dialirkan menuju saluran sekunder terdekat. D.7. Sistem Drainase Kali Deket

Sistem drainase Kali Deket memiliki luas Catchment sebesar 39.75 km2, Terdapat beberapa saluran drainase yang bermuara pada Kali Deket, diantaranya adalah :

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 64 Beberapa saluran primer yang masuk ke dalam Kali Deket adalah Saluran Primer Dinoyo, Saluran Primer Pengaron, Saluran Primer Kaputren, Saluran Primer Delanggu, Saluran Primer Sidokumpul, Saluran Primer Tambak Boyo, Saluran Primer Jatirejo. Untuk daerah pengembangan pada wilayah yang masih berupa lahan kosong, diperlukan adanya penambahan saluran primer untuk dialirkan menuju Kali Deket atau saluran pembuang terdekat.

3.2.4 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

Bangunan-bangunan di Kabupaten Lamongan secara umum saat ini diarahkan kepada penataan sesuai dengan fungsi kawasan yang telah direncanakan, baik untuk kegiatan perdagangan, perindustrian, perkantoran, permukiman, pendidikan dan kegiatan lainnya sesuai dengan produk rencana tata ruang yang telah disusun dan di Perda-kan.

Bangunan-bangunan yang ditemukan di Kabupaten Lamongan bisa di klasifikasikan berdasarkan pola kawasan yaitu bangunan-bangunan yang ada di perkotaan dan bangunan yang ada di kawasan perdesaan. Bangunan di kawasan perkotaan, misalnya kawasan alun-alun Kota Lamongan (Kecamatan Lamongan) memiliki fungsi dan pola bangunan yang lebih beragam. Pada kawasan perkotaan, bangunan-bangunan tersebut lebih berfungsi sebagai bangunan publik dengan fungsi pelayanan sosial. Pada sekitar bangunan perkantoran juga memiliki fungsi kawasan sebagai areal perdagangan atau Pusat Kegiatan Perdagangan (CBD).

Bangunan-bangunan pada kawasan perkotaan tersebut di atas berdasarkan fungsinya baik bangunan perdagangan dan jasa, perkantoran dan pendidikan, bangunan tradisional tentu saja

Dari kondisi yang ada dan sasaran yang akan dicapai pada penataan bangunan gedung dan lingkungan di Kabupaten Lamongan, maka dapat diidentifikasi masalah yang terjadi sebagai berikut:

1. Belum adanya penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

2. Tidak adanya program penataan dan pelestarian bangunan tradisonal/ bersejarah 3. Belum maksimalnya tersedianya ruang terbuka hijau

4. Tidak ada penataan dan pembangunan sarana prasarana permukiman kumuh 5. Belum tertibnya sarana reklame, belum terkelolanya sarana parkir dan Belum

tertanya perijinan Bangunan Telepon Selular (BTS)

6. Belum adanya penataan yang terpadu terhadap Usaha Pedagang Kaki Lima

Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang ada maka dari sektor tata ruang, bangunan dan lingkungan tersebut maka permasalahan yang dihadapi dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 65 Permasalahan dan Tantangan di Bidang Bangunan Gedung

Pada Bidang Bangunan Gedung dihadapi permasalahan sebagai berikut :

1)

Saat ini belum ada penegakan hukum yang dilakukan oleh lembaga yang berwenag terhadap penataan bangunan gedung. Ini meyebabkan tidak ada sanksi yang tegas terhadap pelanggaran ketentuan bangunan gedung misalnya pembanguan gedung yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan.

2)

Letak bangunan yang semakin padat dan bentuk bangunan yang semakin bervariatif seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kawasan aglomerasi Kabupaten Lamongan (khususnya disekitar Kecamatan Kota) membuka peluang adanya bencana kebakaran.

Permasalahan dan Tantangan di Bidang Penataan Lingkungan

Pada bidang penataan lingkungan, dihadapi permasalahan sebagai berikut :

1) Sarana lingkungan hijau berupa ruang terbuka hijau dan taman jalan belum tersedia dengan baik sehingga belum dilakukan penataan dan pemeliharaan terhadap ruang terbuka hijau dan taman jalan ini. Selain itu pula banyaknya alih fungsi ruang terbuka hijau akibat pembangunan gedung yang tidak terencana semakin menurunkan kuantitas dan kulaitas sarana lingkungan tersebut.

2) Banyaknya permukiman penduduk yang tergolong kumuh dapat menyebabkan penurunan citra kawasan. Permukiman kumuh tersebut memiliki keterbatasan sarana parasarana untuk berkembang menjadi permukiman sehat.

3) Belum terkelolanya sarana parkir, reklame dan bis transmisi system (BTS) menjadikan sarana-sarana tersebut memiliki dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan di wilayah perkotaan.

4) Keberadaan Usaha Pedagang Kaki Lima di ruang-ruang publik yang tidak tertib ikut memberikan dampak negatif terhadap citra lingkungan yang serasi dan selaras. A. Permasalahan Di Bidang Bangunan Gedung

1. Tata Bangunan Gedung

Belum terimplementasinya perencanaan tata bangun dan lingkungan, sehingga keberadaan bangunan gedung di Kabupaten Lamongan dari sisi arsitekturalnya masih lemah, seperti tidak ada keserasian antar bangunan gedung pada kawasan pusat kota. Di sisi yang lain permasalahan kota terus berkembang dan semakin kompleks sehingga menuntut adanya penataan baik pada bangunan maupun lingkungan kota. Lamongan dalam Aglomerasi Perkotaan Lamongan lumayan cepat, sehingga menuntut penataan kawasan yang serasi melalui perencanaan tata bangunan dan lingkungan. Di samping itu adanya penataan bangunan dan lingkungan secara baik dan terkendali dapat mengurangi konflik kepentingan dalam pemanfaatan ruang kota, misalnya penggunaan untuk usaha-usaha informal.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 66 Adapun permasalahan tentang belum adanya penegakan hukum pada tata bangunan gedung disebabkan masih lemahnya lemahnya fungsi kontrol pemerintah terhadap pelaksanaan penataan ruang, bangunan dan lingkungan.

2. Proteksi Kebakaran

Permasalahan lain yang dihadapi adalah belum tertangani bencana kebakaran secara maksimal pada bangunan gedung baik di lingkungan perdagangan, perkantoran dan pemukiman. Ini disebabkan karena Kabupaten Lamongan hingga saat ini belum memiliki Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran. Adanya rencana induk ini tentu saja akan mengatur tentang penyediaan kebutuhan sarana penaggulangan bencana kebakaran yang harus dimiliki oleh bangunan gedung dan sesuai dengan kepadatan dan variasi bentuk bangunan gedung.

B. Permasalahan Di Bidang Penataan Lingkungan

Dokumen terkait