SUMATERA UTARA
7. Sistem Informasi Akuntansi Aset Tetap
Salah satu sub sistem dari SAI adalah SIMAK-BMN. Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara,atau lebih dikenal dengan istilah SIMAK-BMN, diselenggarakan dengan tujuan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan sebagai alat pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN dan pelaporan manajerial. SIMAK-BMN menghasilkan informasi sebagai dasar penyusunan Neraca baik tingkat kementerian/lembaga maupun pemerintah pusat, serta informasi untuk perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan,
penggunaaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian,
Terkait dengan pengelolaan barang miliknegara, Menteri Keuangan selaku bendahara umum negara adalah pengelola barang milik negara yang memiliki wewenang merumuskan kebijakan, mengaturdan menetapkan pedoman pengelolaan barang milik negara.Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pemerintahan dibidang Kekayaan Negara, dan untuk melaksanakan tugas tersebut diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi dasar tentang kekayaan negara.Oleh karena BMN merupakan salah satu objek dalam kekayaan negara, dan terkait dengan pengelolaan BMN, maka tentu saja perlu bagi pegawai DJKN untuk memahami SIMAK-BMN.
Untuk itu disusun Peraturan Menteri Keuangan Nomor171/PMK.05/2007 (sudah diubah dengan PMK Nomor 233/PMK.05/2011) yang mengatur tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.Peraturan Menteri Keuangan tersebut menyebutkan bahwa Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP), yang terdiri dari Sistem Akuntansi Bendahara UmumNegara (SA-BUN) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI).SAI terdiri dari 2 subsistem, yaitu Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). SAK diselenggarakan untuk membukukan transaksi anggaran (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran), pendapatan, belanja, serta data neraca, sedangkan SIMAK-BMN diselenggarakan untuk membukukan databarang milik negara yang nantinya akan digunakan untuk menghasilkan neraca.
39
SIMAK-BMN merupakans erangkaian prosedur yang saling berhubungan untuk mengolah dokumensumber dalam rangka menghasilkan informasi untuk penyusunan neraca dan laporan BMN serta laporan manajerial lainnya sesuai ketentuan yang berlaku. Barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Dalam SAP tidak dikenal istilah BMN. BMN terdiri dari aset lancar , yaitu persediaan dan juga aset tetap (tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan mesin, jalan, jaringan dan irigasi; aset tetap lainnya dan konstruksi dalam pengerjaan).
Barang milik negara yang akan diinput dalam aplikasi SIMAK-BMN hanyalah BMN non persediaan. Untuk BMN persediaan, diinput dalam aplikasi yang terpisah, yaitu Aplikasi Persediaan. Data persediaan yang sudah diinput dalam Aplikasi Persediaan selanjutnya akan dikirimkan ke aplikasi SIMAKBMN. Dari aplikasi SIMAK-BMN akan dihasilkan Laporan Posisi BMN di Neraca. Akan tetapi SIMAK-BMN tidak menghasilkan laporan keuangan.Laporan keuangan adalah output dari aplikasi SAKPA.
SIMAK-BMN diselenggarakan dengan tujuan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan sebagai alat pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN dan pelaporan manajerial. SIMAK-BMN menghasilkan informasi sebagai dasar penyusunan Neraca baik tingkat kementerian/lembaga maupun pemerintah pusat, serta informasi untuk perencanaan kebutuhan danpenganggaran , pengadaan, penggunaan pemanfaatan, pengamanan danpemeliharaan, penlaian, penghapusan,pemindahtanganan, pembinaan,pengawasan dan pengendalian.
1. Ketaatan, yaitu SIMAK-BMN diselenggarakan sesuai peraturan perundang-undangan dan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Apabila prinsip akuntansi bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, maka yang diikuti adalah ketentuan perundang-undangan.
2. Konsistensi, yaitu SIMAK-BMN dilaksanakan secara berkesinambungan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Kemampubandingan, yaitu SIMAK-BMN menggunakan klasifikasi standar
sehingga menghasilkan laporan yang dapat dibandingkan antar periode akuntansi.
4. Materialitas, yaitu SIMAK-BMN dilaksanakan dengan tertib dan teratur
sehingga seluruh informasi yang mempengaruhi keputusan dapat diungkapkan.
5. Obyektif, yaitu SIMAK-BMN dilakukan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
6. Kelengkapan, yaitu SIMAK-BMN mencakup seluruh transaksi BMN yang
terjadi.
Penatausahaan BMN meliputi kegiatan pembukuan, inventarisasi dan pelaporan BMN. SIMAK-BMN terkait dengan pembukuan dan pelaporan BMN.Oleh karena itu, SIMAK-BMN merupakan lingkup dari penatausahaan BMN. Penatausahaan BMN, dilakukan oleh Pelaksana Penatausahaan, yaitu unit yang melakuka npenatausahaan BMN.
Pelaksana penatausahaan terdapat pada Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang, dan pada Pengelola Barang. Pelaksanaan penatausahaan BMN pada
41
Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang dilakukan oleh unit penatausahaan Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang (yaitu setiap kementerian/lembaga), sedangkan pelaksanaan penatausahaan pada pengelola barang dilakukan oleh unit penatausahaan pengelola barang, yaitu Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Penatausahaan BMN pada pengguna barang dilakukukan oleh :
1. Unit Penatausahaan Kuasa Pengguna Barang (UPKPB)
2. Unit Penatausahaan Pembantu Pengguna Barang Wilayah (UPPB-W)
3. Unit Penatausahaan Pembantu Pengguna Barang Eselon I (UPPB-E1)
4. Unit Penatausahaan Kuasa Pengguna Barang (UPKPB).
Oleh karena SIMAK-BMN akan terkait dengan pelaporan akuntansi, maka perlu diketahui apa yang dimaksud dengan entitas akuntansi dan entitas pelaporan. Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.Oleh karena itu setiap unit penatausahaan pada pengguna barang merupakan entitas akuntansi.
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupal laporan keuangan. Suatu entitas pelaporan dapat terdiri dari lebih dari 1 entitas akuntansi. Entitas pelaporan disini adalah Pemerintah Pusat. Entitas akuntansi (yaitu pengguna barang) menyelenggarakan akuntansi atas barang milik negara melalui SIMAK-BMN.
Secara periodik, pengguna barang akan melaksanakan rekonsiliasi barang milik negara dengan unit akuntansi pengelola barang. Selain itu, unit akuntansi pengguna barang jugaakan melakukan rekonsiliasi dengan unit akuntansi keuangan, misalnya UnitAkuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) dan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA), yang dikenal dengan istilah rekonsiliasi internal. Rekonsiliasi data BMN, yaitu proses pencocokan data BMN yang diproses dalamb eberapa sistem/sub sistem yang berbeda berdasarkan dokumen sumber yang sama. Rekonsiliasi yang dilakukan antara unit pengguna barang dan pengelola barang adalah :
1. Rekonsiliasi Tingkat Satuan Kerja antara Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) dan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL);
2. Rekonsiliasi Tingkat Wilayah antara Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah (UAPPB-W) dan Kanwil DJKN
3. Rekonsiliasi Tingkat Eselon 1 antara Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon 1 (UAPPB-E1) dan Kantor Pusat DJKN. Rekonsiliasi ini sifatnya opsional.
4. Rekonsiliasi Tingkat Pusat antara Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB) dan Kantor Pusat DJKN.
Unit Penatausahaan Pengguna Barang
Unit Akuntansi untuk pengguna barang, terdiri dari :
1. Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB), yaitu unit akuntansi BMN pada tingkat Kementerian Negara/Lembaga yang melakukan kegiatan
43
penggabungan laporan BMN dari UAPPB-E1. Penanggung jawab UAPB adalah Menteri/Pimpinan Lembaga
2. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang – Eselon 1 (UAPPB-E1), yaitu unit akuntansi BMN pada tingkat eselon 1 yang melakukan kegiatanpenggabungan laporan BMN dari UAPPB-W dan UAKPB yang langsungberada di bawahnya. Penanggung jawab UAPPB-E1 adalah Pejabat Eselon1
3. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang – Wiliayah (UAPPB-W), yaitu adalah unit akuntansi BMN pada tingkat wilayah atau unit kerja lain yangditetapkan sebagai UAPPB-W dan melakukan kegiatan penggabungan laporan BMN dari UAKPB. Penanggung jawab UAPPB-W adalah Kepala Kantor UAPPB-Wilayah atau Kepala Unit Kerja yang ditetapkan sebagai UAPPB-W.
4. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB), yaitu unit akuntansi BMN pada tingkat Satuan Kerja/Kuasa Pengguna Barang yang memiliki
wewenang mengurus dan/atau menggunakan BMN. Untuk
mempermudah pemahaman terkait Unit Akuntansi untuk PenggunaBarang, diberikan contoh KPKNL Jakarta. I. KPKNL Jakarta I adalah Unit
Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB). Untuk UAPPB-W adalah Kanwil yang membawahi KPKNL Jakarta I, yaitu Kanwil VII DJKN Jakarta. Lalu UAPPBE1 adalah instansi eselon I dari KPKNL Jakarta I, yaitu DJKN
(biasanya akan dilakukan oleh Sekretariat DJKN). Untuk UAPB adalah Kementerian Keuangan.
Tugas pokok setiap unit akuntansi yang pada pengguna barang adalah : 1. Menyelenggarakan sistem manajemen infomasi BMN;
2. Menyelenggarakan sistem akuntansi BMN.
3.Menyelenggarakan (untuk UAKPB) dan mengkoordinasikan (untuk UAPPBW, UAPPB-E1, UAPB) pelaksanaan inventarisasi BMN;
4.Menyusun dan menyampaikan laporan BMN serta jurnal transaksi BMN secara berkala.
Penanggung jawab UAPB adalah menteri/ pimpinan lembaga.Untuk lingkup Kementerian Keuangan, tentu saja penanggung jawabnya adalah Menteri Keuangan. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 347/KMK.01/2008 tentang Pelimpahan Wewenang kepada Pejabat Eselon I di Lingkungan Departemen Keuangan Untuk Dan Atas Nama Menteri Keuangan, Menandatangani Surat dan atau Keputusan Menteri Keuangan, menyebutkan bahwa wewenang terkait dengan penyusunan laporan barang milik negara di lingkungan kementerian keuangan serta penandatangan laporan keuangan kementerian keuangan dilimpahkan kepada Sekjen Kementerian Keuangan.
Sebagai penanggung jawab UAPPB-E1 adalah Pejabat Eselon I.Untuk DJKN fungsi ini dilaksanakan oleh Sekretaris Ditjen Kekayaan Negara.Untuk UAPPB-W penanggung jawabnya adalah Kepala Kanwil/Pimpinan Unit Yang Ditetapkan, dan wewenangnya dilimpahkan kepada Kabag TU/ pejabat yang
45
menangani perlengkapan. Sedangkan penanggung jawab untuk UAKPBadalah kepala satuan kerja.
Pengelola barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan barang milik negara/daerah. Berdasarkan PMK 120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara, disebutkan bahwa penatausahaan BMN pada tingkat Pengelola Barang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara(DJKN). Selanjutnya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.05/2009 tentang Tata Cara Rekonsiliasi Barang Milik Negara dalam Rangka Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat menyatakan bahwa Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, yang selanjutnya disebut DJKN, adalah unit eselon 1 pada Departemen Keuangan yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang kekayaan negara,piutang negara, dan lelang. Struktur organisasi penatausahaan BMN pada Pengelola Barang adalah sebagai berikut:
1. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN)
2. Kantor Wilayah DJKN (Kanwil DJKN) adalah instansi vertikal DJKN yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara.Kanwil DJKN merupakan pelaksana penatausahaan BMN di tingkat wilayah pada pengelola barang.
3. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) adalah instansi
kepada Kanwil DJKN. KPKNL merupakan pelaksana penatausahaan BMN di tingkat daerah pada Pengelola Barang.
Secara periodik dilakukan pemutakhiran dan rekonsiliasi data BMN antara Kementerian Negara/Lembaga (K/L) sebagai pengguna barang dengan Pengelola Barang cq. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Pemutakhiran datadan rekonsiliasi ini dibagi dalam beberapa jenjang sebagai berikut :
1. Tingkat satuan kerja, antara Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang
(UAKPB) dan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).
2. Tingkat wilayah, antara Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang
Wilayah (UAPPB-W) dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (Kanwil DJKN).
3. Tingkat eselon I, antara Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon I (UAPPB-E1) dan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (Kantor Pusat DJKN).
4. Tingkat pusat, antara Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB) dan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (Kantor Pusat DJKN).
47 BAB IV