• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.6. Sistem Informasi Geografis (SIG) 21 

SIG adalah suatu sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan,

analisis dan penayangan (display) data yang terkait dengan permukaan bumi.

Pengoperasian sistem ini membutuhkan perangkat keras (hardware), perangkat

lunak (software), dan manusia yang mengoperasikannya (brainware). Secara rinci

SIG agar dapat beroperasi membutuhkan komponen-komponen sebagai berikut:

Orang (yang menjalankan sistem), aplikasi (prosedur-prosedur yang digunakan

untuk mengolah data), data (informasi yang dibutuhkan dan diolah dalam

aplikasi), software (perangkat lunak SIG), dan hardware (perangkat keras yang

dibutuhkan untuk menjalankan sistem) (Darmawan 2006). SIG merupakan

perkembangan baru yang menggunakan komputer, untuk menggabungkan data

mengenai lingkungan alami dengan informasi mengenai distribusi spesies

(Indrawan et al. 2007).

SIG merupakan alat analitik (analitical tool) yang mampu memecahkan

masalah

spasial secara otomatis, cepat, dan teliti. SIG sangat membantu

memecahkan permasalahan yang menyangkut luasan (poligon), batas (line/arc),

dan lokasi (point). Mengingat kemampuan SIG yang cukup handal dalam

menganalisis data spasial, penggunaan SIG di bidang kehutanan berkembang

dengan pesat. Software yang digunakan dalam SIG adalah ArcInfo, ArcView, dan

ArcGIS (Jaya 2002). Analisis SIG memungkinkan pemusatan perhatian pada

lokasi kritis yang perlu dilindungi dan diberikan penanganan khusus, serta

mengenali daerah-daerah yang perlu dihindarkan dari proyek-proyek

pembangunan, untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam hayati dan

ekosistemnya (Indrawan et al. 2007).

Penggunakan SIG memungkinkan proses integrasi basis data yang kompleks

dapat dilakukan dengan efektif baik dari segi prosedur kerja (proses input,

pengolahan dan analisa data, sampai pada visualisasi), luarannya, maupun ruang

lingkup dan aplikasi pemanfaatannya. SIG dapat menyajikan output dengan

format yang mudah dimengerti, dan mudah dimutakhirkan bilamana terdapat

perubahan atau penambahan informasi yang berhubungan dengan evaluasi lahan

dan perencanaan penggunaan lahan di wilayah penelitian (Ramli dan Baja 2005).

SIG mampu mengakomodasi penyimpanan, pemrosesan, dan penayangan

data spasial digital bahkan integrasi data yang beragam, mulai dari citra satelit,

foto udara, peta serta data statistik. Dengan tersedianya komputer dengan

kecepatan dan kapasitas ruang penyimpanan yang besar seperti saat ini, SIG akan

mampu memproses data dengan cepat dan akurat dan menampilkannya. SIG juga

mengakomodasi dinamika data, pemutakhiran data yang akan menjadi lebih

mudah untuk dipahami (Darmawan 2006).

Aplikasi SIG yang baik adalah apabila dapat menjawab salah satu atau lebih

dari lima pertanyaan berikut ini yaitu: (1) lokasi; yang dapat dipergunakan untuk

menjawab pertanyaan mengenai lokasi tertentu, (2) kondisi; yang dapat

dipergunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai kondisi dari suatu lokasi, (3)

tren; yaitu untuk melihat tren dari suatu keadaan, (4) pola; yang dapat

dipergunakan untuk membaca dan mempelajari gejala-gejala alam, (5)

pemodelan; yang dapat dipergunakan untuk menyimpan kondisi-kondisi tertentu

dan mempergunakannya untuk memprediksi keadaan di masa yang akan datang,

maupun memperkirakan apa yang terjadi pada masa lalu (Gunarso et al. 2003).

Prasetyo et al. (2009) melakukan perbandingan kondisi hutan yang ada di Pulau

Jawa tahun 2000 dengan tahun 2005, dari hasilnya dapat dibuat model perkiraan

kondisi hutan di Pulau Jawa tahun 2020.

Pendekatan SIG meliputi penyimpanan, penampilan, dan manipulasi tipe

data pemetaan yang sifatnya beragam seperti tipe vegetasi, iklim, tanah, topografi,

geologi, hidrologi, dan distribusi spesies (Indrawan et al. 2007). Data spasial yang

digunakan dalam bidang kehutanan antara lain: Peta rencana tata ruang, peta tata

guna hutan, peta rupa bumi (kontur), peta jalan, peta sungai, pata tata batas, peta

batas unit pengelolaan hutan, peta batas administrasi kehutanan, peta tanah, peta

iklim, peta geologi, peta vegetasi (turunan dari foto udara atau citra satelit), peta

potensi sumberdaya hutan (volume kayu, jenis, kelas umur, dan lain-lain). Data

spasial ini umumnya sangat terkait dengan data deskriptif (tabular) yang

diperlukan dalam melakukan analisis suatu permasalahan (Jaya 2002).

Pendekatan SIG dapat menunjukkan korelasi antara elemen biotik dan

abiotik dalam suatu lansekap ekologi, serta dapat membantu perencanaan kawasan

yang mencakup fungsi perlindungan keanekaragaman hayati dan bahkan dapat

pula mengarahkan upaya ke lokasi potensial tempat spesies langka. Foto udara

dan citra satelit merupakan sumber data tambahan bagi SIG. Suatu seri citra yang

diambil secara seri menurut urutan waktunya, akan dapat mengungkapkan pola

kerusakan habitat dari waktu ke waktu yang memerlukan perhatian untuk

pengelolaan (Indrawan et al. 2007).

Ada tiga jenis fitur geografis dalam SIG yaitu: point/titik, line/garis, dan

polygon/luasan (area). Point/titik adalah lokasi diskrit yang biasanya digambarkan

sebagai simbol atau label. Point

menggambarkan suatu fitur yang batas atau

bentuknya terlalu kecil untuk ditampilkan dalam garis atau luasan. Point biasanya

juga digunakan untuk menggambarkan lokasi yang tidak mempunyai luasan,

seperti titik yang tinggi atau puncak gunung. Line atau arc/garis, adalah fitur yang

dibentuk oleh sekumpulan koordinat yang saling berhubungan. Sedangkan point

menggambarkan fitur linier pada peta yang terlalu sempit untuk digambarkan

sebagai luasan seperti sungai, jalan, garis kontur dan lain-lain. Polygon/luasan

adalah fitur yang dibentuk dari garis yang menutup pada suatu titik dan

menggambarkan suatu area yang homogen seperti batas negara, danau, dan lain-

lain (Yuniar et al. 2007).

Data yang digunakan dalam SIG adalah data geografis, yaitu data yang

menjelaskan objek-objek yang dapat dikaitkan dengan lokasi geografis. Data

geografis meliputi data spatial dan data atribut. Data spatial merupakan data yang

berkaitan dengan lokasi, bentuk dan hubungan dengan objek-objek lainnya di

permukaan bumi, sehingga disebut juga data geospasial (geo sama dengan bumi).

Sumber data untuk SIG diantaranya adalah peta topografi, peta tematik, foto

udara, citra satelit, data statistik, data pengukuran GPS, hasil survey dan pemetaan

langsung di lapangan (Yuniar et al. 2007).

SIG merupakan suatu sistem yang berbasiskan komputer, maka data yang

digunakan harus dalam bentuk digital. Data yang masih dalam bentuk hardcopy,

harus dikonversi terlebih dahulu menjadi bentuk digital (Darmawan 2006). Peta

digital menyimpan dua jenis informasi dasar yaitu: (1). Informasi spasial, yang

menjabarkan lokasi dan bentuk dari feature geografis dan hubungan spasial pada

feature lainnya. (2). Informasi deskriptif (non spasial), yang berisi keterangan/

atribut dari suatu feature (Gunarso et al. 2003).

Bentuk digital data spasial umumnya dapat disusun dalam dua macam

struktur data yang berbeda, yaitu vektor dan raster. Pada struktur data vektor

objek atau fitur titik, garis, dan luasan dikelola dan direpresentasikan dalam

rangkaian titik-titik koordinat. Sebuah titik direkam sebagai sepasang koordinat

(X, Y), suatu garis merupakan rangkaian pasangan koordinat, sedangkan luasan

merupakan rangkaian garis yang menutup di titik yang sama dan membentuk

batas suatu luasan. Penampilan peta digital yang disusun dalam struktur data

vektor terlihat seperti pada peta tradisional/konvensional. Dalam bentuk yang

sederhana, struktur data raster terdiri atas sel-sel bujur sangkar atau kotak segi

empat yang biasa disebut pixel (picture element). Lokasi tiap pixel ditentukan dari

nomor baris dan kolom. Setiap pixel memiliki nilai (value) sebagai indikasi nilai

atribut yang diwakilinya. Contoh peta digital yang disusun dalam struktur data

raster adalah peta/foto hasil scanning dan citra satelit (Darmawan 2006).

Pada SIG data-data yang dikumpulkan dapat di overlay. Overlay atau

penampalan data merupakan salah satu kegiatan dalam SIG, agar data yang ada

mempunyai arti dan dapat digunakan untuk suatu kepentingan tertentu. Pada

umumnya

overlay dilakukan untuk menghasilkan satu atau lebih peta tematik.

Peta tematik merupakan suatu peta yang memperlihatkan data dari suatu tema

tertentu, misalnya peta hutan, peta hidrologis dan lain-lain (Gunarso et al. 2003).

Dokumen terkait