• Tidak ada hasil yang ditemukan

System informasi penggajian dapat diartikan secara singkat sebagai system informasi yang berfokus pada system penggajian, untuk pemahaman lebih lanjut mengenai system informasi penggajian maka akan dibahas lebih lanjut mengenai gaji dan system informasi. Menurut Mulyadi (2008,p373) Gaji adalah pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan administrasi atau yang mempunyai jenjang jabatan manager yang pada umumnya dibayarkan secara tetap per bulan, dapat dikatakan juga gaji adalah balas jasa atas tenaga kerja yang tidak terpengaruh oleh hasil

produksi perusahaan. Lalu Gaji yang diterima oleh karyawan merupakan bayaran yang terdiri dari

1. Gaji Pokok

Gaji yang diterima oleh karyawan bedasarkan jabatan atau tingkatan karyawan tersebut yang sesuai dengan ketentuan perusahaan.

2. Insentive

Insentive merupakan tambahan atas gaji pokok yang diberikan sesuai ketentuan dari perusahaan diaman karyawan bekerja

a. Uang Makan dan Transport

Merupakan tambahan yang diterima karyawan selain dari gaji pokok untuk biaya asupan gizi dan biaya perjalanan yang ditempuh dari tempat tinggal karyawan menuju gedung kantor

b. Uang Lembur

Bayaran atas pekerjaan yang dilakukan melebihi jam kerja yang telah ditentukan perusahaan demi menuntaskan pekerjaan. Penjelasan lebih lanjut mengenai pembayaran tentang lembur akan dibahas pada poin 2.7.2

3. Tunjangan

Bayaran tambahan yang diberikan kepada karyawan bedasarkan kebutuhan karyawan tersebut pada waktu yang tertentu, seperti tunjangan hari raya pada hari raya sesuai dengan ketentuan perusahaan tentang tunjangan hari raya, tunjangan melahirkan pada saat ada karyawati yang sedang melahirkan. Penjelasan lebih lanjut mengenai THR akan dibahas pada poin 2.7.3.

4. Bonus

Merupakan tambahan bayaran kepada karyawan diluar gaji pokok yang diberikan kepada karyawan jika perusahaan dalam keadaan profit. Jumlah Bonus yang diterima karyawan sesuai dengan prestasi kerja karyawan dan ketentuan perusahaan yang berlaku.

Gaji dari karyawan sesuai dengan penjelasan diatas merupakan gaji dalam bentuk “kotor” dimana “gaji kotor” tersebut akan dikenakan pemotongan-pemotongan sesuai dengan ketentuan perusahaan, jenis-jenis pemotongan atas gaji dapat berupa pembayaran pajak, pembayaran jamsostek, pembayaran hutang karyawan,biaya pengobatan, dan lain-lainnya sesuai dengan ketentuan perusahaan. Setelah pemotogan gaji dilakukan terhadap “gaji kotor” maka gaji tersebut dianggap merupakan “gaji bersih” yang akan dibawa pulang oleh karyawan(Take Home Pay). Sebagai penjelasan lebih lanjut mengenai pemotongan gaji karyawan berjenis pajak akan dijelaskan pada poin 2.71

Disamping penjelasan mengenai gaji diatas menurut Connolly & Begg (2010,p282) sistem informasi diartikan sebagai sebuah sumber yang memperbolehkan koleksi, manajemen, pengendalian, dan penguraian informasi kepada seluruh organisasi. Dikatakan juga oleh Connolly & Begg(2010, p282) bahwa sebuah sistem informasi berbasis komputer meliputi sebuah database, perangkat lunak database, aplikasi, perangkat keras komputer, dan pengguna dari sistem itu sendiri.

Dari kedua penjelasan diatas mengenai sistem informasi dan gaji maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi penggajian adalah sebuah sistem yang dapat

menyimpan, me-manage dan menampilkan informasi mengenai penggajian kepada pengguna atau organisasi yang terkait dengan menggunakan sebuah sistem komputer yang terkait dengan database.

2.7.1. Pajak

Menurut (Direktorat Jendral Pajak) Ketentuan tentang pembayaran pajak penghasilan(Pph) telah diatur oleh ketentuan pemerintah tentang pajak penghasilan pasal 17 yang berisi :

Tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang digunakan untuk menghitung penghasilan kena pajak adalah sebagai berikut:

1. Ayat (1)

Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi: a. Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri adalah sebagai berikut:

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp 50.000.000,- 5%

di atas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,- 15% di atas Rp 250.000.000,- sampai dengan Rp 500.000.000,- 25%

di atas Rp 50.000.000,- 30%

b. Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen).

2. Ayat (2)

Tarif tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat diturunkan menjadi paling rendah 25% (dua puluh lima persen) yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

a. Ayat(2a)

Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.

b. Ayat(2b)

Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah daripada tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

c. Ayat(2c)

Tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen yang dibagikan kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) dan bersifat final.

d. Ayat(2d)

Ketentuan lebih lanjut mengenai besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2c) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

3. Ayat (3)

Besarnya lapisan Penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan.

4. Ayat(4)

Untuk keperluan penerapan tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh.

5. Ayat(5)

Besarnya pajak yang terutang bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang terutang pajak dalam bagian tahun pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4), dihitung sebanyak jumlah hari dalam bagian tahun pajak tersebut dibagi 360 (tiga ratus enam puluh) dikalikan dengan pajak yang terutang untuk 1 (satu) tahun pajak.

6. Ayat (6)

Untuk keperluan penghitungan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (5), tiap bulan yang penuh dihitung 30 (tiga puluh) hari.

7. Ayat(7)

Dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan tarif pajak tersendiri atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), sepanjang tidak melebihi tarif pajak tertinggi sebagaimana tersebut pada ayat (1).

2.7.2. Lembur

Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengenai ketentuan waktu kerja lembur pada libur mingguan dan libur nasional,

Pengusaha wajib memberi waktu istirahat diantaranya adalah istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima)

hari kerja dalam 1 (satu) minggu (UU No.13/2003 pasal 79 ayat 2). Dan sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada Kepmenakertrans No. 102/MEN/VI/2004 perhitungan upah lembur adalah sebagai berikut :

Dokumen terkait