• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem jaringan prasarana lainnya

Sistem jaringan prasarana lainnya terdiri atas :

• Sistem jaringan energi meliputi pembangkit tenaga listrik dan jaringan prasarana energy

• Sistem jaringan telekomunikasi meliputi jaringan kabel fiber optik underground. Sistem jaringan adalah jaringan komunikasi yang dikelola oleh swasta dan/atau Badan Usaha Milik Negara dengan lokasi tersebar di setiap Kecamatan. Sistem jaringan satelit adalah jaringan komunikasi yang dikelola oleh swasta.

• Sistem jaringan sumber daya air meliputi jaringan sumber daya air lintas provinsi, jaringan sumber daya air lintas kabupaten/kota, wilayah sungai, daerah irigasi, prasarana air baku untuk air minum, jaringan air bersih ke kelompok pengguna dan sistem pengendalian banjir

• Sistem prasarana pengelolaan lingkungan meliputi Sistem jaringan air limbah, Sistem jaringan drainase dan Sistem jaringan persampahan.

Penetapan Kawasan Strategis

A. Berdasarkan sudut kepentingan ekonomi

Pengembangan kawasan strategis kabupaten dipandang dari sudut kepentingan ekonomi antara lain yaitu :

• Kawasan Perkotaan : Waghete di Distrik Tigi • Kawasan Mina Politan di Distrik Tigi Barat

• Kawasan agropolitan, meliputi Distrik Kapiraya, dan Dsitrik Tigi Timur;

• Kawasan cepat tumbuh di Distrik Boubado

B. Berdasarkan sudut kepentingan Pendayagunaan Sumber Daya Alam

Pengembangan kawasan strategis kabupaten dipandang dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam yaitu kawasan PLTA Kopaikaboyahwedi di Distrik Kapiraya dan Distrik Tigi.

C. Berdasarkan sudut kepentingan daya dukung lingkungan

Kawasan strategis kabupaten dipandang dari sudut daya dukung lingkungan, yaitu Kawasan Danau Tigi (Distrik Tigi dan Distrik Tigi Barat); Kawasan cagar Alam Enarotali (Distrik Tigi, Distrik Tigi Barat dan Distrik Tigi Timur).

Penetapan Kawasan Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana alam, meliputi: Kawasan rawan bencana longsor, rockfall dan landslide meliputi Wilayah Distrik Tigi, Distrik Tigi Barat, Distrik Tigi Timur, Distrik Kapiraya dan Distrik Bouwobado

3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

Kebijakan Prioritas Direktorat Jenderal Cipta Karya sesuai Amanat RPJMN III Tahun 2015-2019 yakni:

1. Mendukung sistem perkotaan nasional: metropolitan eksisting, metropolitan baru, kota baru, kota sedang, dan kawasan pusat pertumbuhan baru

2. Mendukung WPS, Pelabuhan Strategis, Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, dan Kawasan Industri Prioritas

3. Mendukung Kawasan Perbatasan di Kawasan PLBN dan Kawasan Permukiman Perbatasan

4. Mendukung Pengurangan Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan 5. Mendukung Pembangunan SPAM Regional dan SPAM Kota Binaan 6. Mendukung Pembangunan TPA Regional dan ITF

7. Mendukung Penataan Kampung Nelayan dan Revitalisasi Kawasan Pusaka

Gambar 3.4

Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Dareah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program- program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program-program pemberdayaan masyarakat.

Keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mendukung pengembangan wilayah pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). WPS merupakan wilayah-wilayah yang dipandang memerlukan prioritas pembangunan yang didukung keterpaduan penyelenggaraan infrastruktur dan meningkatkan peran serta seluruh stakeholder. Dalam Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 telah ditetapkan 35 WPS yang merepresentasikan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan mereflksikan amanat NAWACITA yaitu pembangunan wilayah dimulai dari pinggiran dan perwujudan konektivitas dan keberpihakan terhadap maritim.

Gambar 3.5

Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementerian PUPR 2015-2019

Provinsi Papua termasuk dalam Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) Nomor 33 dan 34 (sebagian berada di WPS 32 yaitu Kab. Biak Numfor dan Kab. Supiori), yang meliputi Nabire – Enarotali – Wamena dan Jayapura – Merauke. Selain termasuk dalam WPS, Provinsi Papua menjadi salah satu dari 24 Pengembangan Pelabuhan Strategis yakni yang berada di Jayapura dan Merauke. Kemudian juga termasuk dalam 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional yakni KSPN Sentani dan sekitarnya, KSPN Agats- Asmat dan sekitarnya, KSPN Biak dan sekitarnya, KSPN Teluk Cenderawasih dan sekitarnya, KSPN Wazur-Merauke dan sekitarnya. Arahan Kebijakan Prioritas Nasional inilah yang menjadi acuan dalam pengembangan

Infrastruktur dalam mendukung aktivitas di dalamnya dan menumbuhkembangkan sektor perekonomian bagi Provinsi Papua.

Selanjutnya pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan diterpadukan pertama, dengan pengembangan 16 Kawasan Srategis Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP) yang terdiri dari Pulau Sumatera (KSPNP Danau Toba dsk); Pulau Jawa (KSPNP: Kep Seribu dsk, Kota Tua-Sunda Kelapa dsk, Borobudur dsk, dan Bromo Tengger- Semeru dsk); Pulau Bali- Nusa Tenggara (KSPNP: Kintamani-Danau Batur dsk, Menjangan-Pemuteran dsk, Kuta-Sanur-Nusa Dua dsk, Rinjani dsk, Pulau Komodo dsk, dan Ende-Kelimutu dsk); Pulau Kalimantan (KSPNP Tanjung Puting dsk); Pulau Sulawesi (KSPNP: Toraja dsk, Bunaken dsk, dan Wakatobi dsk); dan Kepulauan Maluku (KSPNP Raja Ampat dsk).

Kedua, diterpadukan dengan program pengembangan 22 Kawasan Industri Prioritas (KIP), yaitu Pulau Sumatera (KIP: Kuala Tanjung, Sei Mangkei, dan Tanggamus); Pulau Jawa (KIP: Tangerang, Cikarang, Cibinong, Karawang, Bandung, Cirebon, Tuban, Surabaya, dan Pasuruan); Kalimantan (KIP: Batulicin, Ketapang, dan Landak); Pulau Sulawesi (KIP: Palu, Morowali, Bantaeng, Bitung, dan Konawe); Kepulauan Maluku (KIP Buli /Halmahera Timur); dan Pulau Papua (KIP Teluk Bintuni).

Ketiga, diterpadukan dengan program Pengembangan Perkotaan KSN, PKW dan PKSN/ Kota Perbatasan yang terdiri dari Pulau Sumatera (9 PKN, 58 PKW, 4 PKSN); Pulau Jawa-Bali (12 PKN, 35 PKW); Kepulauan Nusa Tenggara (2 PKN, 10 PKW, 3 PKSN); Pulau Kalimantan (5 PKN, 25 PKW, 10 PKSN); Pulau Sulawesi (5 PKN, 27 PKW, 2 PKSN); Kepulauan Maluku (2 PKN, 11 PKW, 4 PKSN); dan Pulau (3 PKN, 11 PKW, 3 PKSN).

Keempat, diterpadukan dengan program pengembangan Tol Laut sebanyak 24 buah (pelabuhan hub dan pelabuhan feeder) yang meliputi Pulau Sumatera (Malahayati Belawan, Kuala Tanjung, Teluk Bayur, Panjang, Batu Ampar, Jambi: Talang Duku, dan Palembang: Boom Bar); Pulau Jawa (Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung Emas); Pulau Kalimantan (Sampit, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan: Kariangau, dan Pontianak); Pulau Bali dan Nusa Tenggara (Kupang); Pulau Sulawesi (Makasar, Pantoloan, Kendar dan Bitung); Kepulauan Maluku (Ternate: A. Yani dan Ambon); dan Pulau Papua (Sorong dan Jayapura).

3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Daerah

3.1.4.1 Arahan Pembangunan Daerah RPJMD Provinsi Papua

Visi dan Misi Pembangunan Gubernur dan Wakil Gubernur Papua periode 2013-2018, serta permasalahan dan isu-isu strategis pembangunan Provinsi Papua maka visi atau kondisi masa depan yang diharapkan terwujud periode 5 (lima) tahun kedepan adalah :

Penjelasan masing-masing elemen visi diatas adalah sebagai berikut:

PAPUA BANGKIT : Terwujudnya Masyarakat Papua yang berkemauan dan bertekad tinggi sebagai kesadaran kontemplatif kolektif untuk melepaskan diri dari label ketertinggalan dan kemiskinan untuk mencapai derajat kualitas hidup yang setinggi-tingginya, sehingga mampu berdiri tegak

Kesatuan Republik Indonesia tanpa menghilangkan identitas diri dan kekhususan ke-Papua-an. Kebangkitan ini terjadi dilevel individu, keluarga, komunitas, maupun regional. Identitas diri orang Papua diakui dan dihormati dalam berbagai level dan bidang pembangunan. Dimana Orang Papua mampu mengaktualisasikan diri dan mengambil peran di berbagai bidang pembangunan. Papua Bangkit dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang semakin baik.

PAPUA MANDIRI : Terwujudnya kondisi Masyarakat Papua mampu

mewujudkan kualitas hidup yang lebih baik dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan kemajuan ekonomi. Dengan didukung Generasi baru Papua yang memiliki jiwa kewirausahaan (Entrepreneurship) serta ekonomi kampung tumbuh dan berkembang. Perwujudan Papua Mandiri dilakukan dengan mendorong tumbuhnya berbagai sektor unggulan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan dan peternakan sektor kehutanan dan pariwisata harus dikembangkan sehingga memberi nilai tambah dalam pembangunan dan memastikan tersedianya lapangan kerja,serta didukung pengembangan Industri pengolahan yang berbasis keunggulan potensi

daerah. Papua Mandiri dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi Papua pada sektor dan subsektor unggulan yang semakin baik.

PAPUA SEJAHTERA : Terwujudnya semua Masyarakat Papua tanpa

terkecuali dapat memenuhi hak-hak dasarnya di bidang sosial, ekonomi dan budaya terutama pangan, sandang dan papan secara merata, serta memiliki rasa aman dan kepercayaan yang tinggi kepada pemerintah sehingga menikmati kehidupan yang lebih bermutu dan maju serta memiliki pilihan yang luas dalam seluruh kehidupannya. Secara sederhana, sejahtera dipahami sebagai tidak kekurangan sesuatu apapun, perasaan aman sentosa, makmur dan selamat atau terlepas dari segala macam gangguan. Dengan pendekatan yang lain, sejahtera juga dapat dikaitkan dengan terbebasnya masyarakat dari “rasa lapar” dan “rasa takut”. Di sini, kesejahteraan dikaitkan tidak saja pada konsep lahiriah, tapi juga menjangkau segi batiniah. Dalam konteks makro, pembangunan daerah juga dimaknai sebagai upaya mencapai kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial merupakan suatu tata

maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir bathin, yang memungkinkan bagi setiap Masyarakat Papua untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak azasi serta kewajiban manusia.

Misi merupakan upaya umum bagaimana mewujudkan visi. Misi juga menjadi alasan utama mengapa suatu organisasi harus ada dan bagaimana komitmen terus dijaga kepada segenap Stakeholders. Berdasarkan Visi Gubenur dan Wakil Gubenur maka ditetapkan misi pembangunan daerah jangka menengah sebagai berikut:

Dokumen terkait