• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekerabatan a yang mempunyai hubun dalam anggota kekera paman, bibi, kakek-kelompok kerabat be dalam bidang kekelua budaya, ekonomi, bahk

Penghubung a beranggota suami, ist perkawinan itu lalu m kelompok. Kelompok Berikut ini jenis-jenis ke

Gambar 2.5

Acara Ruatan pada Masyarakat Jawa

abatan

n adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beb hubungan darah atau hubungan perkawinan. Ya kerabatan adalah ayah, ibu, anak-anak, menant k-nenek, dan seterusnya. Suatu perkawinan besar bergabung menjadi satu. Hubungan ini luargaan saja, tetapi juga kadang-kadang dalam , bahkan politik.

g antara kedua kelompok kekerabatan ini adala , istri, dan anak-anak. Keluarga-keluarga yang

u membentuk kesatuan-kesatuan sosial yang dise pok kekerabatan umumnya dapat dibedakan atas

nis kelompok kekerabatan dalam ilmu sosiologi

beberapa keluarga Yang termasuk ke nantu, cucu, kakak, nan membuat dua n ini tidak terbatas lam bidang sosial,

dalah keluarga yang ng dibentuk lewat disebut group atau tas beberapa jenis. ogi.

1) Keluarga Ambilineal Kecil. Kelompok kekerabatan ini biasanya beranggotakan kira-kira 25-30 orang. Keluarga ambilineal kecil ini menghidupkan rasa solidaritasnya karena mereka menguasai sejumlah harta produktif yang dapat dinikmati bersama. Harta produktif itu biasanya berupa tanah, kolam, kebun, sawah, dan ternak.

2) Keluarga Ambilineal Besar. Anggota dalam kelompok ini terdiri atas beberapa generasi hingga jumlah anggotanya mencapai ratusan orang. Umumnya, akibat jumlah yang demikian banyak itu, anggota kelompok tidak lagi saling mengenal secara mendalam. Mereka akan berkumpul pada saat-saat tertentu saja, seperti pada saat upacara keagamaan.

3) Klen Kecil. Klen kecil merupakan suatu bentuk kelompok kekerabatan berdasarkan ikatan melalui garis-garis keturunan laki-laki saja atau garis keturunan perempuan saja. Umumnya, mereka mengetahui hubungan kekerabatan diantara mereka. Mereka saling mengenal dan bergaul karena sebagian besar masih tinggal bersama dalam satu desa atau lingkungan pemukiman, bahkan dalam satu rumah.

4) Klen Besar. Klen besar merupakan kelompok kekerabatan yang terdiri dari semua keturunan seorang nenek moyang baik laki-laki maupun perempuan. Keanggotaannya ditarik menurut garis keturunan ibu atau garis keturunan ayah. Karena itu jumlahnya mencapai ribuan orang. Akibatnya, mereka umumnya tidak saling mengenal. Namun demikian, warga klen besar umumnya disatukan oleh tanda-tanda lahiriah yang

dimiliki bersama. Tanda-tanda itu biasanya berupa nama, nyanyian-nyanyian, dongeng-dongeng suci, dan lambang-lambang.

5) Fratri adalah kelompok-kelompok kekerabatan yang patrilineal (menurut garis keturunan ayah) atau matrilineal (menurut garis keturunan ibu). Sifatnya lokal dan merupakan gabungan dari kelompok-kelompok klen setempat, baik yang berskala besar maupun yang berskala kecil.

6) Paroh Masyarakat (Moeity). Paroh masyarakat adalah kelompok kekerabatan gabungan klen seperti fratri, tetapi selalu merupakan separoh dari suatu masyarakat. Paroh masyarakat dapat merupakan gabungan dari beberapa klen kecil atau klen besar. Contoh, pada suatu daerah terdapat 10 klen kecil. Masing-masing lima klen bergabung sehingga seolah-olah penduduk dalam suatu daerah tadi terbagi menjadi dua paroh. Kedua paroh itu masing-masing terikat oleh hubungan kekerabatan.

Dalam sistem kekerabatan Jawa keturunan dari Ibu dan Ayah dianggap sama haknya, dan warisan anak perempuan sama dengan warisan laki-laki, tetapi berbeda dengan banyak suku bangsa yang lain, yang ada Indonesia. Susunan kekerabatan suku Jawa berdasarkan pada keturunan kepada kedua belah pihak yang di sebut Bilateral atau Parental yang menunjukan sistem penggolongan menurut angkatan-angkatan. Walaupun hubungan kekerabatan diluar keluarga inti tidak begitu ketat aturannya, namun bagi orang Jawa hubungan dengan keluarga jauh tetap penting.

Tabel 2.5

Keterangan Istilah-istilah untuk Saudara Sedarah Istilah

Kekerabatan

Keterangan

Mbah (Eyang), kakek/nenek, saudara kakek/nenek, sepupu kakek/nenek yaitu sanak saudara siapa saja yang ada pada taraf generasi sama dengan kakek/nenek, dan suami/istri mereka itu.

Bapak (Pak, Rama), ayah. atau setiap anggota laki-laki dari generasi orang tua, atau suami seorang wanita yang dipanggil Ibu. Ibu (Bu, Mbok. Simbak, Biyung, Mak), ibu, atau seriap anggota

wanita dari generasi orang tua, atau istri seorang laki-laki yang dipanggil Bapak.

Pak De (ditarik dari Bapak Gede, harfiah "ayah besar") yakni saudara laki-laki orangtua yang lebih tua dari orangtua, anak laki-laki saudara kakek/nenek yang lebih tua dari kakek nenek itu, atau suami seorang perempuan yang dipanggil Bu De (Diri memanggil Pak De kcpada seriap laki-laki yang dipanggil Mas oleh orangtua Diri)

Bu De (Mbok De) saudara parempuan orangtua yang lebih tua dari orangtua itu, anak perempuan dari saudara kakek nenek yang lebih tua dari kakek nenek itu, atau istri seorang laki-laki yang dipanggil Pak De. (Diri memangi Bu De kepada setiap perempuan yang dipanggilMbakyuoleh orangtua Diri).

Pak Lik (berasal dari Bapak Cilik, harfiah "ayah kecil"; Paman (Man, Lik) saudara laki-laki orangtua yang lebih muda dari orangtua itu, anak laki-laki dari saudara kakek nenek yang lebih muda dari kakek/nenek, atau suami seorang perempuan yang dipanggil Bu Lik. (Diri memanggil Pak Lik setiap laki-laki yang oleh orangtua Diri dipanggilDik).

Bu Lik (Bik, Mbok Lik), adik perempuan orangtua, anak perempuan adik kakek/nenek, atau istri seseorang yang dipanggil Pak lik (Diri memanggil Bu lik pada wanita yang disebut Dik oleh orangtua Diri itu)

Mas (Kangmas, Kang, Gus), kakak laki-laki, anak laki-laki kakak orangtua, anak laki-laki dari anak kakaknya kakek/nenek atau suami seorang wanita yang disebut diri denganMbakyu

Mbakyu (Mbak, Yu) kakak perempuan, anak perempuan dari kakak orangtua, anak perempuan dari anak kakaknya kakek/nenek, atau istri seorang laki-laki yang disebut diri denganMas Adik (Dik Rayi, Jeng) yakni saudara muda, anak dari saudara muda

orangtua, anak dari anak saudara muda kakek/nenek, suami/istri dari seseorang yang disapa diri dengan Dik.

Mas Misanan (daripisan, sekali) anak laki-laki dari saudara tua orangtua. Mbakyu

misanan

anak perempuan dari saudara tua orangtua. Adik misanan anak dari saudara muda orangtua

Mas Mindoan (dari pindo, dua kali) anak laki-laki dari anak saudara tua kakek/nenek.

Mbakyu Mindoan

anak perempuan dari anaknya saudara tua kakek/nenek. Adik Mindoan anak dari anaknya saudara muda kakek/nenek.

Anak (Nak, Yoga, Putra) anak.

Keponakan (diperoleh dari kata anak; keponakan) anak dari saudara diri, anak dari sepupu diri.

Putu (Wayah)cucu.

Putu ponakan Cucu dari saudara diri. cucu dari sepupu diri.

Buyut Cicit, cicit dari saudara diri, cicit dari sepupu diri;mbah buyut. saudara atau sepupu darimbah buyut'

Canggah Anaknya cicit, atau siapa pun dari generasi yang sama dengannya; orangtua mbah buyut, atau siapa pun dari generasi yang sama dengannya.

Wareng Cucunya cicit, atau siapa pun dari generasi yang sama dengannya: kakek/neneknya mbah buyut, atau siapa pun dari generasi yang sama dengannya.

Udeg-Ude Cicitnya cicit, atau siapa pun dari ganerasi yang sama dengannya; mbah buyutnya mbah buyut. atau siapa pun dari generasi yang sama dengannya.

Gunung Siwur Anak dari cicitnya cicit, atau siapa pun dari generasi yang sama dengannya; orangtua dari mbah buyutnya mbah buyut. atau siapa pun dari generasi yang sama dengannya.

Tabel 2.6

Sebutan-Sebutan Penyapa untuk Saudara-Sedarah

Sebutan Ucapan Lain

Mbah Diucapkan sebagai Mbah atau Eyang

Bapak Pak, Rama (terkadang digunakan Bapak, tetapi dalam hal ini tersirat pengertian orang ketiga yang dihormati).

Ibu Bu, Mbok, Simhok, Biyung, Mak(terkadang digunakanIbu, tetapi dalam hal ini tersirat pengertian orang ketiga yang dihormati).

Pak De Pak De.

Bu De Bu De. Mbok De.

Pak Lik Pak Lik, paman, Man, Lik. Bu Lik Bu lik, Bik, Mbok lik

Mas Mas, Kangmas, Kang, Gus

Mbakyu Mbakyu, Mbak, Yu

Adik Dik, atau dengan istilah-istilah hangat seperti Le atau Nduk(masing-masing untuk laki-laki dan perempuan) atau semata-mata dengan nama.

Mas mindoan Mas, Kang, Kangmas, Gus Mbakyu mindoan Mbakyu, Mbak, Yu

Buyut Nak, atau yang lebih sering dengan nama atau istilah lain lain yang hangat, seperti Le, nduk. Jika cucu buyut disapa dengan Nak, atau yang lebih lazim lagi dengan nama atau istilah-istilah akrab seperti Le, Nduk; jika mbah buyut disapa denganMbahatauMbah Buyut

Tabel 2.7

Keterangan Istilah-Istilah Penyapa Terhadap Keluarga yang Diikat oleh Hubungan Perkawinan

Istilah Keterangan

Bojo (Rayat, somah), istri/suami

Sing Wedok (Ingkang estri, ading, ibune, mbokne, rayine, kanca estri), istri : disapa sebagai adik perempuan (Dik, Jeng) atau panggilan sehari-hariMbokne, Ibune

Sing Lanang (Ingkang jaler, Mase, Bapakne, Kanca Jaler)suami: disapa sebagai "Kakak" (Mas, Kangmas, Kang) atau panggilan sehari hariBapake, Pak’e, Mbahe

Maratuwa (Marasepuh) orangtua suami istri; disapa sebagai "Ibu". (Bu dan lain-lain) atau sebagai "Ayah" (Pak, dan lain-lain). Anak Mantu Menantu: disapa sebagai anak (Nak) atau dengan nama,

istilah akrab, atau sebutan sehari-hari.

Mas Ipe Suami kakak perempuan atau kakak suami/istri; disapa sebagai "Kakak" (Masdan lain-lain).

Mbakyu Ipe Istri kakak atau kakak perempuan suami/istri; disapa sebagai "kakak perempuan" (Mbakyu dan lain-lain).

Adik ipe Adik suami/istri atau suami/istri adik; disapa sebagai "Adik" (Dik, dan lain-lain)

Besan Orangtuanya suami/istrinya si anak; disapa dengan cara penghormatan formal.

Sikl

Diagram 2.2

iklus sistem kekerabatan pada keluarga jawa Menurut geertz

Menurut Geertz (1983:290) dalam sistem kemasyarakatan Jawa, dikenal 4 tingkatan yaitu Priyayi, Ningrat atau Bendara, Santri dan Wong Cilik. Priyayi ini sendiri konon berasal dari dua kata bahas Jawa, yaitu “para” dan “yayi” atau yang berarti para adik. Dalam istilah kebudayaan Jawa, istilah priyayi ini mengacu kepada suatu kelas sosial tertinggi di kalangan masyarakat biasa setelah Bendara atau ningrat karena memiliki status sosial yang cukup tinggi di masyarakat. Biasanya kaum priyayi ini terdiri dari para pegawai negeri sipil dan para kaum terpelajar yang memiliki tingkatan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang disekitarnya

Ningrat atauBendaraadalah kelas tertinggi dalam masyarakat Jawa. pada tingkatan ini biasanya diisi oleh para anggota keraton, atau kerabat-kerabatnya, baik yang memiliki hubungan darah langsung, maupun yang berkerabat akibat pernikahan. Bendara pu memiliki banyak tingkatan juga di dalamnya, mulai dari yang tertinggi, sampai yang terendah. Hal ini dapat dengan mudah dilihat dari gelar yang ada didepan nama seorang bangsawan tersebut. Yang ketiga adalah golongan santri. Golongan ini tidak merujuk kepada seluruh masyarakat suku Jawa yang beragama muslim tetapi lebih mengacu kepada para muslim yang dekat dengan agama, yaitu para santri yang belajar dipondok-pondok yang memang banyak tersebar di seluruh daerah Jawa.

Terakhir, adalah wong cilik atau golongan masyarakat biasa yang memiliki kasta terendah dalam pelapisan sosial. Biasanya golongan masyarakat ini hidup didesa-desa dan bekerja sebagai petani atau buruh. Golongan wong cilik pun dibagi lagi menjadi beberapa golongan kecil lain yaitu:

a. Wong Baku: golongan ini adalah golongan tertinggi dalam golongan wong cilik, biasanya mereka adalah orang-orang yang pertama mendiami suatu desa, dan memiliki sawah, rumah, dan juga pekarangan.

b. Kuli Gandok atau Lindung: masuk di dalam golongan ini adalah para lelaki yang telah menikah, namun tidak memiliki tempat tinggal sendiri, sehingga ikut menetap ditempat tinggal mertua.

c. Joko, Sinoman, atau Bujangan: di dalam golongan ini adalah semua laki-laki yang belum menikah dan masih tinggal bersama orang tua, atau tinggal bersama orang lain. Namun, mereka masih dapat memiliki tanah pertanian dengan cara pembelian atau tanah warisan.

Dokumen terkait